Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisik: Kelompok: 6 Nama/NIM
Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisik: Kelompok: 6 Nama/NIM
Kelompok : 6
Nama/NIM :
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Asisten
Anisyah
NIM 24030115120056
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Adsorbsi pada Larutan” yang bertujuan untuk
mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorbsi dari suatu bahan adsorbsi. Adsorbsi
merupakan suatu proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida
akan lebih terkonsentrasi pada permukaan padatan tertentu (adsorben). Prinsip yang
digunakan dalam percobaan ini adalah gaya van der walls yang merupakan gaya tarik
a
menarik antara atom pusat atau molekul yang diungkapkan dalam suku . Metode yang
v2
digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran dan titrasi. Adsorbsi terjadi saat larutan
terikat pada adsorben (karbon aktif) dan membentuk lapisan tipis pada permukaan tersebut,
pengenceran dilakukan dengan mengencerkan CH3COOH menjadi 0,15 N, 0,12 N, 0,09 N,
0,06 N, 0,03 N, 0,015 N dan titrasi dilakukan dengan filtrat CH 3COOH ditambahkan PP dan
mencatat volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi. Hasil yang diperoleh pada perhitungan
Nm adalah sebesar 2,98571039x10-4 ; 5,97142078x10-4 ; 1,194284156 x 10-3 ; 1,791426234 x
10-3 ; 2,388568312 x 10-3 ; 2,98571039 x 10-3 untuk masing-masing konsentrasi 0,015 N; 0,03
N; 0,06 N; 0,09 N; 0,12 N; dan 0,15 N. Persamaan garis linier yang diperoleh melalui
perhitungan manual yaitu y = - 3.29009 x – 50.2393 dan persamaan garis melalui perhitungan
excel yaitu y = - 3.2901x + 50.239. Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin tinggi
konsentrasinya adsorbat, maka semakin tinggi adsorpsinya.
Kata kunci : adsorpsi, karbon aktif, titrasi, gaya van der waals, pengenceran
PERCOBAAN V
ADSORBSI PADA LARUTAN
I. Tujuan
1.1 Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan
adsorpsi.
Kp k3
berikut : 𝛉 = , dimana K =
1+ KP k4
(Atkins, 1997)
Langmuir Isoterm dalam bentuk Eg, umumnya lebih sukses
dalam menginterprestasikan data daripada isotherm Freundlich.
Jika hanya sebuah monolayer terbentuk. Plot dari 𝛉 versus p
seperti garfik berikut:
Gambar Kurva Isoterm adsorpsi Langmuir
1. t . a . C
Dimana,
X = jumlah zat terlarut yang teradsorbsi padatan bermassa
m
C = konsentrasi larutan pada kesetimbangan
a,n,k = konstanta
x
max = kapasitas monolayer
m
(Alberty, 1987)
2.5.2. Adsorpsi oleh Zat Padat
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat, karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada prmukaan zat padat.
Energi potensial permukaan dan molekul turun dengan
mendekatnya molekul ke permukaan. Molekul yang teradsorpsi
dapat dianggap membentuk fase dua dimensi. Dalam fasa dua
dimensi molekul dapat mempertahankan dua derajat kebebasan
(Alberty, 1987).
2.5.3. Adsorpsi Pada Zat Padat Berpori
Adsorpsi berpori dapat terjadi, apabila adsorben dapat
berkondensasi dalam pori-pori. Proses ini dapat disebut
kondensasi kapiler dan bila terjadi, maka akan tampak histens
dalam isotherm adsorbsinya. Suatu cairan terkondensasi dalam
kapiler pada tekanan yang kurang dari tekanan uap adsorben pada
suhu percobaan adsorpsi (Alberty, 1987).
3.6 Analisa Bahan
2.6.1. NaOH
Sifat Fisik : Padatan, tak berbau, berwarna putih, berat
molekul 40 g/mol, pH 13.5 , titik didih 1388C
Sifat Kimia : Mudah larut dalam air, sangat reaktif dengan
Logam
(Daintith, 1994)
2.6.2. Asam Asetat
Sifat Fisik : Larutan tak berwarna, titik didih 118.5C , titik
leleh 17C
Sifat Kimia : Bersifat asam lemah
(Daintith, 1994)
2.6.3. Karbon Aktif
Sifat Fisik : Bentuk berpori dari karbon yang dihasilkan
Melalui jalan penyaringan destritif
Sifat Kimia : Sebagai penyerap gas dan menjernihkan
(Daintith, 1994)
2.6.4. Aquades
Sifat Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
pH 7 , titik didih 100C
Sifat Kimia : Pelarut Universal
(Daintith, 1994)
2.6.5. Fenolftalein
Sifat Fisik : Tidak berasa, crystal powder, titik leleh 258-
263C, berat molekul 318.32 g/mol
Sifat Kimia : Stabil pada suhu normal dan tekanan normal,
Agen pengoksidasi
(Daintith, 1994)
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
- Erlenmeyer
- Buret
- Corong gelas
- Gelas ukur
- Kertas Saring
- Labu ukur
- Aluminium foil
- Pipet
3.3.2 Bahan
- Larutan CH3COOH 1N
- Larutan standar NaOH 0,1N
- Indikator PP
- Karbon aktif
3.2 Gambar Alat
Hasil
6 ml Larutan CH3COOH 1 N
Labu Ukur 50 mL
Hasil
Hasil
3 ml Larutan CH3COOH 1 N
Labu Ukur 50 mL
Hasil
Hasil
Hasil
3.3.2 Pengadsorpsian
25 mL CH3COOH 0,15 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring
Residu Filtrat
Hasil
25 mL CH3COOH 0,12 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring
Residu Filtrat
Hasil
25 mL CH3COOH 0,09 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring
Residu Filtrat
Hasil
25 mL CH3COOH 0,06 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring
Residu Filtrat
Hasil
25 mL CH3COOH 0,03 N
Erlenmeyer
Hasil
25 mL CH3COOH 0,015 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring
Residu Filtrat
Hasil
3.3.1 Titrasi
10 mL CH3COOH 0,015 N
Erlenmeyer
Hasil
10 mL CH3COOH 0,03 N
Erlenmeyer
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil
Hasil
10 mL CH3COOH 0,06 N
ErlenmeyerPenambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Hasil Pencatatan hasil
10 mL CH3COOH 0,09 N
ErlenmeyerPenambahan 3 tetes indikator PP
Hasil Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil
10 mL CH3COOH 0,12 N
Erlenmeyer
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil
Hasil
10 mL CH3COOH 0,15 N
Erlenmeyer
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Hasil Pencatatan hasil
IV. Data Pengamatan
a
diungkapkan dalam suku . Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
v2
adsorbsi, pengenceran dan titrasi. Hasil yang akan diperoleh adalah volume
adsorbat sehingga dapat diketahui konsentrasinya. Kesimpulan dari percobaan ini
adalah semakin tinggi konsentrasi adsorbat maka semakin tinggi adsopsi yang
terjadi.
VI. Pembahasan
Percobaan yang berjudul “Adsorpsi pada Larutan” bertujuan untuk mengamati
peristiwa adsorpsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan. Prinsip percobaan
ini adalah gaya Van der Waals yang merupakan gaya tarik menarik antara atom
a
atau molekul yang diungkapkan dalam suku , selain itu prinsip yang digunakan
v2
adalah adsorpsi atau penyerapan larutan yaitu suatu proses penyerapan partikel
suatu fluida (cairan maupun gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu
lapisan tipis pada permukaan adsorben. Metode percobaan ini adalah pengenceran
yang merupakan proses menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan
menambahkan pelarut sedangkan jumlah molnya tetap, selain itu metode yang
digunakan yaitu titrasi yang merupakan suatu proses analisi dimana suatu volume
larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang belum dikenali.
Pada percobaan, langkah awal yang dilakukan yaitu pengovennan karbon aktif
dengan suhu 105◦ selama 1 jam kemudian didinginan, tujuan dari pemanasan
karbon aktif selama 1 jam sebelum dicampur dengan larutan CH3COOH adalah
untuk pengaktifan secara fisik, pada karbon aktif terdapat senyawa mudah
menguap (volatile) yang akan dihilangkan sehingga pori-pori lebih besar dan
CH3COOH bisa masuk ke dalam karbon aktif. Setelah itu timbang karbon aktif
sebanyak 1 gram 5x penimbangan, langkah selanjutnya mengencerkan CH3COOH
1 N menjadi 0,015 N ; 0,03 N; 0,06N; 0,09N; 0,12N; dan 0,15N masing-masing
sebanyak 50 mL. Kemudian diambil 25 mL ke dalam Erlenmeyer. Tujuan
pengenceran adalah agar diketahui pengaruh konsentrasi terhadap jumlah zat yang
diadsorpsi. Semakin besar konsentrasi adsorbat maka semakin besar zat yang
teradsorpsi. Pengenceran dilakukan dari konsentrasi terkecil agar tidak
berpengaruh terhadap yang lainnya. Pada percobaan ini digunakan larutan kontrol
dari pengenceran CH3COOH 1 N menjadi 0,03 N. Tujuan digunakannya larutan
control adalah sebagai pembanding antara larutan yang diberi karbon aktif dengan
larutan yang tidak diberi karbon aktif, sehingga dapat diketahui pengaruh karbon
aktif dalam larutan. Kemudian memasukkan 1 gram karbon aktif yang telah
dipanaskan ke dalam larutan pada Erlenmeyer. Larutan digoyang secara periodic
selama 30 menit. Tujuan dari penggoyangan adalah agar terjadi kontak antara
asam asetat dengan permukaan karbon aktif, sehingga asam asetat terserap ke
dalam pori-pori karbon aktif. Kemudian larutan didiamkan selama 30 menit yang
bertujuan agar terjadi kesetimbangan antara adsorpsi dan larutan. Pendiaman ini
dilakukan supaya adsorpsi terjadi secara sempurna. Proses adsorbs pada
CH3COOH terjadi karena adanya kontak permukaan padatan dari karbon aktif
(adsorben) dengan larutan CH3COOH. Permukaan karbon aktif cenderung dapat
mengikat CH3COOH karena adanya gaya Van dr Waals (Atkins, 1995).
Setelah pendiaman selama 30 menit, dilakukan penyaringan yang bertujuan
untuk memisahkan karbon aktif dngan asam asetat. Karbon aktif sebagai residu
dan asam asetat sebagai filtratnya. Filtrat (sebagai titrat) di titrasi dengan NaOH
0,1 N (sebagai titran). Titrasi dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
dari asam asetat setelah diadsorpsi. Sebelum dilakukan titrasi, larutan asam esetat
terlebih dahulu ditambah dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui
titik ekuivalen telah tercapai dengan terjadinya perubahan warna, yaitu bening
menjadi merah muda. Digunakan indikator PP kareena memiliki trayek PH antara
8,3-10, sehingga pada saat diteteskan ke larutan asam asetat akan tidak berwarna,
tetapi setelah penambahan NaOH (basa) setelah titrasi menjadi berwarna mrah
muda.
Mekanisme yang terjadi pada saat perubahan warna indicator pp yaitu:
Alberty, R.A., andF. Daniel. 1987. Physical Chemistry,5thed, SI Version. John Wiley and
Sons Inc. New York.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Bandung.
Robert E.1981. Mass Transfer Operations, 3thedition. Mc Graw Hill, Inc, New york.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Underwood, A.L., Day, R.A., 1994. Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-4. Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
a. Konsentrasi 0,15 N
V1. N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,015 N
V1 = 0,75 ml
b. Konsentrasi 0,03 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,03 N
V1 = 1,5 ml
c. Konsentrasi 0,06 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,06 N
V1 = 3 ml
d. Konsentrasi 0,09 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,09 N
V1 = 4,5 ml
e. Konsentrasi 0,12 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,12 N
V1 = 6 ml
f. Konsentrasi 0,15 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,15 N
V1 = 7,5 ml
a. Konsentrasi 0,015 N
V1N1 = V2N2
10 ml . N1 = 0,1 ml . 0,1 N
N1 = 0,001 N
c. Konsentrasi 0,06 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,225 ml . 0,1 N
N1 = 0,00225 N
d. Konsentrasi 0,09 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,45 ml . 0,1 N
N1 = 0,0045 N
e. Konsentrasi 0,12 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,25 ml . 0,1 N
N1 = 0,0025 N
f. Konsentrasi 0,15 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,4 ml . 0,1 N
N1 = 0,004 N
3. Mol CH3COOH teradsorpsi
a. Konsentrasi 0,015 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,015 N x 25 ml
= 0,375 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,001 N x 10 ml
= 0,01 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 0,375 mmol – 0,01 mmol
= 0,365 mmol
c. Konsentrasi 0,06 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,06 N x 25 ml
= 1,5 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,00225 N x 10 ml
= 0,0225 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 1,5 mmol – 0,0225 mmol
= 1,4775 mmol
d. Konsentrasi 0,09 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,09 N x 25 ml
= 2,25 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,0045 N x 10 ml
= 0,045 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 2,25 mmol – 0,045 mmol
= 2,205 mmol
e. Konsentrasi 0,12 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,12 N x 25 ml
= 3 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,0025 N x 10 ml
= 0,025 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 3 mmol – 0,025 mmol
= 2,975 mmol
f. Konsentrasi 0,15 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,15 N x 25 ml
= 3,75 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,004 N x 10 ml
= 0,04 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 3,75 mmol – 0,04 mmol
= 3,71 mmol
4. Persamaan Langmuir
C C 1
= + .N
N Nm k
y = C + mx
a. Konsentrasi 0,015 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
0,365 mmol
=
1 gram
= 0,365 mmol/gram
= 0,365 x 10-3 mol/gram
b. Konsentrasi 0,03 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
0,49 mmol
=
1 gram
= 0,49 mmol/gram
= 0,49 x 10-3 mol/gram
c. Konsentrasi 0,06 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
1,4775mmol
=
1 gram
= 1,4775 mmol/gram
= 1,4775 x 10-3 mol/gram
d. Konsentrasi 0,09 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
2,205 mmol
=
1 gram
= 2,205 mmol/gram
= 2,205 x 10-3 mol/gram
e. Konsentrasi 0,12 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
2,975 mmol
=
1 gram
= 2,975 mmol/gram
= 2,975 x 10-3 mol/gram
f. Konsentrasi 0,15 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
3,71mmol
=
1 gram
= 3,71 mmol/gram
= 3,71 x 10-3 mol/gram
a. Konsentrasi 0,015 N
C
y =
N
0,015 N
=
0,365 x 10−3 mol /gram
= 41,09589041
b. Konsentrasi 0,03 N
C
y =
N
0,03 N
=
0,49 x 10−3 mol / gram
= 61.2244898
c. Konsentrasi 0,06 N
C
y =
N
0,06 N
=
1,4775 x 10−3 mol/ gram
= 40,60913706
d. Konsentrasi 0,09 N
C
y =
N
0,09 N
=
2,205 x 10−3 mol/ gram
= 40,81632653
e. Konsentrasi 0,12 N
C
y =
N
0,12 N
=
2,975 x 10−3 mol/ gram
= 40.33613445
f. Konsentrasi 0,15 N
C
y =
N
0,15 N
=
3,71 x 10−3 mol/ gram
= 40,43126685
n . Σ x . y−Σ x . Σ y
m=
n. Σ x2− ( Σ x )2
(6 x 0,465)−(11.2225 x 10−3 x 264,51324)
=
6 x 30.03308 x 10−6−( 11.2225 x 10−3 )2
2,79−2,968499
= −6
(180,198−125,9445) x 10
−0,178499
=
54,25349 x 10−6
= - 3,29009 x 103
C = ȳ - m.x̄
= 44.08554 – (-3,29009 x 10-3) x 1,87041 x 10-3
= 50.2393
Persamaan y = mx+c
y = - 3.29009 x – 50.2393
Mencari nilai Nm
konsentrasi konsentrasi
Rumus yang digunakan : C = Nm =
Nm C
a. Konsentrasi 0,015 N
konsentrasi
Nm =
C
0,015 N
=
50,2393
= 2,98571039x10-4
b. Konsentrasi 0,03 N
konsentrasi
Nm =
C
0,03 N
=
50,2393
= 5,97142078x10-4
c. Konsentrasi 0,06 N
konsentrasi
Nm =
C
0,06 N
=
50,2393
= 1,194284156 x 10-3
d. Konsentrasi 0,09 N
konsentrasi
Nm =
C
0,09 N
=
50,2393
= 1,791426234 x 10-3
e. Konsentrasi 0,12 N
konsentrasi
Nm =
C
0,12 N
=
50,2393
= 2,388568312 x 10-3
f. Konsentrasi 0,15 N
konsentrasi
Nm =
C
0,15 N
=
50,2393
= 2,98571039 x 10-3
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
N