Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA FISIK

ADSORBSI PADA LARUTAN

Kelompok : 6
Nama/NIM :

1. Oei Aldo Wanandy W (24030117130070)


2. Ardian Fikri Amrullah (24030117130071)
3. Cholifatul Jannah (24030117130073)
4. Jihan Rosyadah (24030117130074)
5. Puspa Ajeng (24030117130075)
6. Salwa Azzahra (24030117130076)

Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 23 Mei 2019


Asisten : Anisyah (24030115120056)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Adsorpsi pada Larutan

Semarang, 23 Mei 2019

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Oei Aldo Wanandy Ardian Fikri Amrullah Cholifatul Jannah


NIM 24030117130070 NIM 24030117130071 NIM 24030117130073

Praktikan 4 Praktikan 5 Praktikan 6

Jihan Rosyadah Puspa Ajeng Salwa Azzahra A


NIM 24030117130074 NIM 24030117130075 NIM 24030117130076

Mengetahui
Asisten

Anisyah
NIM 24030115120056
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Adsorbsi pada Larutan” yang bertujuan untuk
mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorbsi dari suatu bahan adsorbsi. Adsorbsi
merupakan suatu proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari suatu larutan fluida
akan lebih terkonsentrasi pada permukaan padatan tertentu (adsorben). Prinsip yang
digunakan dalam percobaan ini adalah gaya van der walls yang merupakan gaya tarik

a
menarik antara atom pusat atau molekul yang diungkapkan dalam suku . Metode yang
v2
digunakan dalam percobaan ini adalah pengenceran dan titrasi. Adsorbsi terjadi saat larutan
terikat pada adsorben (karbon aktif) dan membentuk lapisan tipis pada permukaan tersebut,
pengenceran dilakukan dengan mengencerkan CH3COOH menjadi 0,15 N, 0,12 N, 0,09 N,
0,06 N, 0,03 N, 0,015 N dan titrasi dilakukan dengan filtrat CH 3COOH ditambahkan PP dan
mencatat volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi. Hasil yang diperoleh pada perhitungan
Nm adalah sebesar 2,98571039x10-4 ; 5,97142078x10-4 ; 1,194284156 x 10-3 ; 1,791426234 x
10-3 ; 2,388568312 x 10-3 ; 2,98571039 x 10-3 untuk masing-masing konsentrasi 0,015 N; 0,03
N; 0,06 N; 0,09 N; 0,12 N; dan 0,15 N. Persamaan garis linier yang diperoleh melalui
perhitungan manual yaitu y = - 3.29009 x – 50.2393 dan persamaan garis melalui perhitungan
excel yaitu y = - 3.2901x + 50.239. Kesimpulan dari percobaan ini adalah semakin tinggi
konsentrasinya adsorbat, maka semakin tinggi adsorpsinya.

Kata kunci : adsorpsi, karbon aktif, titrasi, gaya van der waals, pengenceran
PERCOBAAN V
ADSORBSI PADA LARUTAN

I. Tujuan
1.1 Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan
adsorpsi.

II. Tinjauan Pustaka


3.1 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida
(cairan maupun gas) terikat pada padatan dan akhirnya membentuk suatu
lapisan tipis pada permukaan tersebut. Partikel sol padat ditempatkan
dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan terakumulasi,
fenomena tersebut merupakan adsorpsi. Jadi, terkait dengan penyerapan
partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaannya. Berbeda
dengan absorpsi, dimana fluida terserap oleh fluida lainnya dengan
membran suatu larutan (Robert, 1981).
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat kedalam atau
permukaan adsorben. Nilai suatu adsorben tergantung pada hal-hal berikut
ini :
 Luas permukaan
 Temperatur
 Konsentrasi masing-masing
 Tekanan
 Macam adsorben
 Macam zat yang akan diadsorpsi

Misalkan zat padat akan cenderung menarik molekul-molekul yang


saling tarik menarik dengan gaya Van Der Waals. Semakin besar luas
permukaan suatu adsorben maka kemampuan untuk adsorpsinya juga
semakin tinggi. Makin banyak zat yang diadsorpsi tergantung besarnya
konsentrasi larutan. Sifat adsorpsi pada permukaan zat padat sangatlah
selektif, artinya bahwa pada campuran zat, hanya suatu komponen yang
disdsorpsi oleh zat padat tertentu. Pengaruh konsentrasi larutan terhadap
adsorpsi dapat dinyatakan sebagai berikut :
x
= k.Cn
m
x
log = log (k.Cn)
m
x
log ( ) = log k + log Cn
m
x
log ( ) = log k + n log C
m
Keterangan:
x = berat zat yang diadsorpsikan
m = berat adsorpsi
C = konsentrasi zat dalam larutan
n,k = tetapan adsorpsi
Adsorpsi banyak dijumpai dalam keidupan sehari-hari. Adapun
contoh dan peristiwa adsorpsi seperti pada penjernihan air, pemulihan
gula, kromatografi, dan dalam bentuk kosmetik, seperti ammonium klorida
yang digunakan untuk bahan deodorant yang berfungsi mengadsorpsi
protein dalam keringat sehingga menghambat produk dari kelenjar
keringat (Underwood, 1994).
3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
2.2.1. Adsorben
Tiap jenis adsorben punya karakteristik tersendiri, artinya sifat
dasar dari adsorben yang berperan penting.
2.2.2. Adsorbat
Dapat berupa zat padat elektrolit maupun non-elektrolit. Untuk zat
elektrolit adsorpsinya besar,karena mudah mengion, sehingga
antara molekul-molekulnya saling tarik menarik, untuk zat non-
elektrolit adsorpsinya sangat kecil.
2.2.3. Konsentrasi
Makin tinggi konsentrasi larutan, kontak antara adsorben dan
adsorbat akan makin besar, sehingga adsorpsinya juga makin besar.
2.2.4. Luas Permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, gaya adsorpsi akan besar sebab
kemungkinan zat untuk diadsorpsi juga makin luas. Jadi, semakin
halus suatu adsorben, maka adsorpsinya makin besar.
2.2.5. Temperatur
Temperatur tinggi, molekul adsorbat bergerak cepat, sehingga
kemungkinan menangkap atau mengadsorpsi molekul-molekul
semakin sulit.
(Alberty, 1987)
3.3 Gaya Van der Waals
Gaya tarik antara atom atau molekul ini diungkapkan dalam suku a/v2.
Gaya ini jauh lebih lemah dibandingkan gaya yang timbul karena ikatan
valensi dan besarnya ialah 10-17 kali jarak antara atom-atom atau
molekul-molekul. Gaya ini menyebabkan sifat tak ideal pada gas dan
menimbulkan energi kisi pada Kristal molekuler (Daintith, 1994).
3.4 Isoterm Langmuir dan Freundlich
2.4.1. Isoterm Langmuir
Persamaan adsorpsi dicapai dengan cara kinetik, tergantung
persamaan laju kondensasi dan penguapan molekul teradsorpsi
dengan permukaan pada kinetic derivative, yang mendukung
adalah Langmuir tahun 1918 tertulis terpisah pada tingkat
evaponasi dan kondensasi.
Sumber terbagi atas bagian dari S yaitu Si dan So = S - Si
adalah bebas, tingkat evaporasi Si ≈ Si . Ki dan Ki . Si = K 2 . P .
So = K2 . P . C . S.
Si
=θ persamaan fraksi dari permukaan dapat dituliskan sebagai
S

Kp k3
berikut : 𝛉 = , dimana K =
1+ KP k4
(Atkins, 1997)
Langmuir Isoterm dalam bentuk Eg, umumnya lebih sukses
dalam menginterprestasikan data daripada isotherm Freundlich.
Jika hanya sebuah monolayer terbentuk. Plot dari 𝛉 versus p
seperti garfik berikut:
Gambar Kurva Isoterm adsorpsi Langmuir

Pada tekanan rendah, Kp<<1 dan 𝛉 = Kp, sehingga 𝛉


meningkat linier terhadap tekanan. Pada tekanan tinggi, Kp >> 1
sehingga 𝛉 ≈ 1. Permukaan ini hamper seluruhnya tertutup oleh
monomolekuler, layer pada tekanan tinggi, mengakibatkan
perubahan tekanan yang membuat sedikit perubahan jumlah zat
(Robert, 1981).
2.4.7. Persamaan Freundlich
Salah satu cara mudah untuk mendeskripsikan adsorpsi
isotherm dalam persamaan matematika adalah dengan persamaan
Freundlich :
1
Y=K.C
n
Dimana Y mol adsorbat per massa adsorben, C konsentrasi
(mol/L) serta dan n adalah tetapan adsorbansi (Atkins, 1997).
3.5 Macam-macam Adsorpsi
2.5.1. Adsorpsi Larutan
Adsorpsi larutan zat terlarut dan larutan oleh permukaan
padatan, biasanya hanya membuat monolayer. Pembentukan
multilayer pada adsorpsi semacam ini, jarang ditemukan.
Adsorben polar cenderung untuk mengadsorpsi adsorbat polar
secara kuat dan mengadsorpsi adsorbat nonpolar secara lemah.
Baik Isoterm Langmurr maupun Isotherm Frendish dapat
diterapkan pada jenis adsorpsi itu. Bentuk kedua persamaan itu
adalah sebagai berikut :
x 1
= k.c n
m
x
x
m
( )
= m max
. a .C

1. t . a . C

Dimana,
X = jumlah zat terlarut yang teradsorbsi padatan bermassa
m
C = konsentrasi larutan pada kesetimbangan
a,n,k = konstanta
x
max = kapasitas monolayer
m
(Alberty, 1987)
2.5.2. Adsorpsi oleh Zat Padat
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat, karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada prmukaan zat padat.
Energi potensial permukaan dan molekul turun dengan
mendekatnya molekul ke permukaan. Molekul yang teradsorpsi
dapat dianggap membentuk fase dua dimensi. Dalam fasa dua
dimensi molekul dapat mempertahankan dua derajat kebebasan
(Alberty, 1987).
2.5.3. Adsorpsi Pada Zat Padat Berpori
Adsorpsi berpori dapat terjadi, apabila adsorben dapat
berkondensasi dalam pori-pori. Proses ini dapat disebut
kondensasi kapiler dan bila terjadi, maka akan tampak histens
dalam isotherm adsorbsinya. Suatu cairan terkondensasi dalam
kapiler pada tekanan yang kurang dari tekanan uap adsorben pada
suhu percobaan adsorpsi (Alberty, 1987).
3.6 Analisa Bahan
2.6.1. NaOH
Sifat Fisik : Padatan, tak berbau, berwarna putih, berat
molekul 40 g/mol, pH 13.5 , titik didih 1388C
Sifat Kimia : Mudah larut dalam air, sangat reaktif dengan
Logam
(Daintith, 1994)
2.6.2. Asam Asetat
Sifat Fisik : Larutan tak berwarna, titik didih 118.5C , titik
leleh 17C
Sifat Kimia : Bersifat asam lemah
(Daintith, 1994)
2.6.3. Karbon Aktif
Sifat Fisik : Bentuk berpori dari karbon yang dihasilkan
Melalui jalan penyaringan destritif
Sifat Kimia : Sebagai penyerap gas dan menjernihkan
(Daintith, 1994)
2.6.4. Aquades
Sifat Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
pH 7 , titik didih 100C
Sifat Kimia : Pelarut Universal
(Daintith, 1994)
2.6.5. Fenolftalein
Sifat Fisik : Tidak berasa, crystal powder, titik leleh 258-
263C, berat molekul 318.32 g/mol
Sifat Kimia : Stabil pada suhu normal dan tekanan normal,
Agen pengoksidasi
(Daintith, 1994)
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
- Erlenmeyer
- Buret
- Corong gelas
- Gelas ukur
- Kertas Saring
- Labu ukur
- Aluminium foil
- Pipet
3.3.2 Bahan
- Larutan CH3COOH 1N
- Larutan standar NaOH 0,1N
- Indikator PP
- Karbon aktif
3.2 Gambar Alat

Erlenmeyer Buret Corong Gelas

Gelas ukur Kertas saring Labu ukur


Aluminium foil Pipet

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Pengenceran CH3COOH

7,5 ml Larutan CH3COOH 1 N


Labu Ukur 50 mL

Pengenceran sampai konsentrasi 0,15 N


Penambahan Aquades sampai tanda
batas

Hasil

6 ml Larutan CH3COOH 1 N
Labu Ukur 50 mL

Pengenceran sampai konsentrasi 0,12 N


Penambahan Aquades sampai tanda
batas

Hasil

4,5 ml Larutan CH3COOH 1 N


Labu Ukur 50 mL

Pengenceran sampai konsentrasi 0,09 N


Penambahan Aquades sampai tanda
batas

Hasil
3 ml Larutan CH3COOH 1 N
Labu Ukur 50 mL

Pengenceran sampai konsentrasi 0,06 N


Penambahan Aquades sampai tanda
batas

Hasil

1,5 ml Larutan CH3COOH 1 N


Labu Ukur 50 mL

Pengenceran sampai konsentrasi 0,03 N


Penambahan Aquades sampai tanda
batas

Hasil

0,75 ml Larutan CH3COOH 1 N


Labu Ukur 50 mL

Pengenceran sampai konsentrasi 0,015 N


Penambahan Aquades sampai tanda
batas

Hasil
3.3.2 Pengadsorpsian

25 mL CH3COOH 0,15 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring

Residu Filtrat

Hasil

25 mL CH3COOH 0,12 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring

Residu Filtrat

Hasil
25 mL CH3COOH 0,09 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring

Residu Filtrat

Hasil

25 mL CH3COOH 0,06 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring
Residu Filtrat

Hasil
25 mL CH3COOH 0,03 N
Erlenmeyer

Pendiaman selama 60 menit

Hasil

25 mL CH3COOH 0,015 N
Erlenmeyer
Penambahan 1 gram karbon aktif
Penutupan dengan alumunium foil
Pengocokan selama 30 menit
Pendiaman selama 30 menit
Penyaringan dengan kertas saring

Residu Filtrat

Hasil
3.3.1 Titrasi

10 mL CH3COOH 0,015 N
Erlenmeyer

Penambahan 3 tetes indikator PP


Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil

Hasil

10 mL CH3COOH 0,03 N
Erlenmeyer
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil
Hasil

10 mL CH3COOH 0,06 N
ErlenmeyerPenambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Hasil Pencatatan hasil

10 mL CH3COOH 0,09 N
ErlenmeyerPenambahan 3 tetes indikator PP
Hasil Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil
10 mL CH3COOH 0,12 N
Erlenmeyer
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Pencatatan hasil
Hasil

10 mL CH3COOH 0,15 N
Erlenmeyer
Penambahan 3 tetes indikator PP
Titrasi dengan NaOH
Hasil Pencatatan hasil
IV. Data Pengamatan

4.1 Perlakuan dan Hasil


No Perlakuan Hasil Keterangan
1 Pemanasan karbon pada Karbon berwarna hitam Karbon menjadi
oven suhu 105 0C selama 1 teraktivasi
jam
2 Pendinginan Karbon tetap berwarna Terbentuk karbon
hitam aktif
3 Penimbangan karbon aktif Terdapat 5 karbon aktif Karbon aktif 1 gr
masing-masing 1 gram berwarna hitam
sebanyak 5x
4 Pemasukan ke dalam 5 Terdapat karbon aktif Karbon aktif dalam
erlenmeyer dalam 5 erlenmeyer erlenmeyer berwarna
Untuk larutan kontrol hitam
hanya dimasukkan ke
dalam gelas beker tanpa
penambahan karbon aktif
5 Pengenceran 1N CH3COOH Konsentrasi CH3COOH Konsentrasi
menjadi 0,15 N, 0,12 N, CH3COOH menurun
0,09 N, 0,06 N, 0,03 N,
0,015 N
6 Pemasukan larutan Larutan CH3COOH Larutan CH3COOH
CH3COOH dalam berwarna kehitaman tercampur dengan
erlenmeyer yang berisi karbon aktif
karbon aktif
7 Penutupan erlenmeyer Larutan CH3COOH dan Tidak ada udara yang
dengan alumunium foil karbon aktif bersih dari
masuk dalam
udara luar erlenmeyer
8 Penggojogan Larutan homogen Larutan tercampur
merata
9 Pendiaman 30 menit Terbentuk filtrat dan Filtrat dan residu
residu terpisah
10 Penyaringan Filtrat: CH3COOH Filtrat terpisah
(larutan bening) dengan residu
11 Penambahan PP Larutan CH3COOH Suasana larutan asam
berrwarna bening
12 Penitrasi dengan larutan Larutan menjadi berwarna Suasana larutan basa
NaOH 0,1N merah muda
4.2 Volume Hasil Titrasi
No CH3COOH (N) V NaOH 1 (ml) V NaOH 2 (ml) V NaOH rata- rata
(ml)

1 0,015 0.1 0,1 0,1

2 0.03 (Kontrol) 2,6 2,6 2,6

3 0,06 0.25 0.2 0,225

4 0,09 0.5 0,4 0,45

5 0,12 0.3 0.2 0,25

6 0,15 0.4 0.4 0,4


V. Hipotesis
Percobaan yang berjudul “Adsorpsi pada Larutan” bertujuan untuk
mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi.
Adsorpsi merupakan suatu proses dimana satu atau lebih unsur-unsur pokok dari
suatu larutan fluida akan lebih terkonsentrasi pada permukaan padatan tertentu
(adsorben). Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah gaya van der
walls yang merupakan gaya tarik menarik antara atom pusat atau molekul yang

a
diungkapkan dalam suku . Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
v2
adsorbsi, pengenceran dan titrasi. Hasil yang akan diperoleh adalah volume
adsorbat sehingga dapat diketahui konsentrasinya. Kesimpulan dari percobaan ini
adalah semakin tinggi konsentrasi adsorbat maka semakin tinggi adsopsi yang
terjadi.
VI. Pembahasan
Percobaan yang berjudul “Adsorpsi pada Larutan” bertujuan untuk mengamati
peristiwa adsorpsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan. Prinsip percobaan
ini adalah gaya Van der Waals yang merupakan gaya tarik menarik antara atom

a
atau molekul yang diungkapkan dalam suku , selain itu prinsip yang digunakan
v2
adalah adsorpsi atau penyerapan larutan yaitu suatu proses penyerapan partikel
suatu fluida (cairan maupun gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu
lapisan tipis pada permukaan adsorben. Metode percobaan ini adalah pengenceran
yang merupakan proses menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan
menambahkan pelarut sedangkan jumlah molnya tetap, selain itu metode yang
digunakan yaitu titrasi yang merupakan suatu proses analisi dimana suatu volume
larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang belum dikenali.
Pada percobaan, langkah awal yang dilakukan yaitu pengovennan karbon aktif
dengan suhu 105◦ selama 1 jam kemudian didinginan, tujuan dari pemanasan
karbon aktif selama 1 jam sebelum dicampur dengan larutan CH3COOH adalah
untuk pengaktifan secara fisik, pada karbon aktif terdapat senyawa mudah
menguap (volatile) yang akan dihilangkan sehingga pori-pori lebih besar dan
CH3COOH bisa masuk ke dalam karbon aktif. Setelah itu timbang karbon aktif
sebanyak 1 gram 5x penimbangan, langkah selanjutnya mengencerkan CH3COOH
1 N menjadi 0,015 N ; 0,03 N; 0,06N; 0,09N; 0,12N; dan 0,15N masing-masing
sebanyak 50 mL. Kemudian diambil 25 mL ke dalam Erlenmeyer. Tujuan
pengenceran adalah agar diketahui pengaruh konsentrasi terhadap jumlah zat yang
diadsorpsi. Semakin besar konsentrasi adsorbat maka semakin besar zat yang
teradsorpsi. Pengenceran dilakukan dari konsentrasi terkecil agar tidak
berpengaruh terhadap yang lainnya. Pada percobaan ini digunakan larutan kontrol
dari pengenceran CH3COOH 1 N menjadi 0,03 N. Tujuan digunakannya larutan
control adalah sebagai pembanding antara larutan yang diberi karbon aktif dengan
larutan yang tidak diberi karbon aktif, sehingga dapat diketahui pengaruh karbon
aktif dalam larutan. Kemudian memasukkan 1 gram karbon aktif yang telah
dipanaskan ke dalam larutan pada Erlenmeyer. Larutan digoyang secara periodic
selama 30 menit. Tujuan dari penggoyangan adalah agar terjadi kontak antara
asam asetat dengan permukaan karbon aktif, sehingga asam asetat terserap ke
dalam pori-pori karbon aktif. Kemudian larutan didiamkan selama 30 menit yang
bertujuan agar terjadi kesetimbangan antara adsorpsi dan larutan. Pendiaman ini
dilakukan supaya adsorpsi terjadi secara sempurna. Proses adsorbs pada
CH3COOH terjadi karena adanya kontak permukaan padatan dari karbon aktif
(adsorben) dengan larutan CH3COOH. Permukaan karbon aktif cenderung dapat
mengikat CH3COOH karena adanya gaya Van dr Waals (Atkins, 1995).
Setelah pendiaman selama 30 menit, dilakukan penyaringan yang bertujuan
untuk memisahkan karbon aktif dngan asam asetat. Karbon aktif sebagai residu
dan asam asetat sebagai filtratnya. Filtrat (sebagai titrat) di titrasi dengan NaOH
0,1 N (sebagai titran). Titrasi dilakukan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
dari asam asetat setelah diadsorpsi. Sebelum dilakukan titrasi, larutan asam esetat
terlebih dahulu ditambah dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui
titik ekuivalen telah tercapai dengan terjadinya perubahan warna, yaitu bening
menjadi merah muda. Digunakan indikator PP kareena memiliki trayek PH antara
8,3-10, sehingga pada saat diteteskan ke larutan asam asetat akan tidak berwarna,
tetapi setelah penambahan NaOH (basa) setelah titrasi menjadi berwarna mrah
muda.
Mekanisme yang terjadi pada saat perubahan warna indicator pp yaitu:

Asam (tidak berwarna) Basa (merah muda)


(Brady, 1999)
Semua larutan pada percobaan ini ditirasi sebanyak dua kali atau duplo,
tujuannya agar hasil yang didapatkan akurat. Metode titrasi untuk menentukan
kadar suatu zat dengan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya (titran). Pada
percobaan ini titran adalah NaOH 0,1 N dan titratnya CH3COOH. Tujuan dari
titrasi yaitu untuk mendapatkan konsentrasi CH3COOH yang sebenarnya.
Sebelum dititrasi, titrat ditambahkan indikato PP. PP dalam suasana asam tidak
berwarna dan dalam suasana basa berwarna merah muda. Perubahan warna ini
yang merupakan titik ekuivalen yang menanadakan titrasi telah berakhir. Setelah
titik akhir tercapai, dilakukan pengukuran larutan NaOH yang digunakan. Selain
indikator PP, dapat digunakan bromo timol biru dengan trayek PH 6,0-7,6 yang
akan mengalami perubahan warna dari kuning pada suasana asam dan biru pada
suasana basa.
Dari percobaan ini diperoleh hasil volume setiap larutan setelah dititrasi, dari
konsentrasi 0,015 N ; 0,03 N ; 0,06 N ; 0,09 N ; 0,12 N ; 0,15 N berturut-turut
adalah 0,1 ml; 2,6 ml; 0,225 ml; 0,45 ml; 0,25 ml; dan 0,4 ml. Dari data tersebut
dapat digunakan untuk mencari jumlah mol yang diperlukan untuk membuat
lapisan tunggal pada karbon aktif (Nm), dengan menggunakan persamaan teoritis
dari adsorpsi Langmuir :
C C 1
= + .N
N Nm K
Dimana,
C = konsentrasi akhir dari asam (mol/L)
N = mol asam yang teradsorpsi
K = konstanta Langmuir (5,94x10-3)
Nm = Jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada
karbon aktif
(Brady,1999)
Dari hasil yang diperoleh dan di buat grafik, grafik yang didapatkan
mengalami kenaikan. Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasi,
semakin banyak mol yang teradsorpsi dan diperoleh persamaan garis y = -
3.2901x + 50.239 dengan R2 sebesar 0.2774 , di mana nilai R hampir mendekati 1
yang artinya grafik ini linier.
Didapatkan persamaan garis pada excel y = - 3.2901x + 50.239 dan pada
perhitungan manual y = - 3.29009 x – 50.2393.

Dari persamaan tersebut didapatkan nilai Nm dari konsentrasi rendah 0,015


N ; 0,03 N ; 0,06 N ; 0,09 N ; 0,12 N ; 0,15 N secara berturut turut
2,98571039x10-4 ; 5,97142078x10-4 ; 1,194284156 x 10-3 ; 1,791426234 x 10-3 ;
2,388568312 x 10-3 ; 2,98571039 x 10-3. Sehingga dapat disimpulkan semakin
besar konsentrasi semakin banyak zat yang teradsorpsi.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
7.7.1 Semakin tinggi konsentrasi, maka adsorpsi yang terjadi juga semakin
besar
7.7.2 Adsorpsi akan cepat terjadi apabila ada pengaruh yang kuat dari
adsorbennya, seperti konsentrasi, temperature, luas permukaan dan
adsorben.
7.7.3 Dari data yang diperoleh didapatkan persamaan garis melalui
perhitungan manual yaitu y = - 3.29009 x – 50.2393 dan persamaan
garis melalui perhitungan excel yaitu y = - 3.2901x + 50.239.
7.2 Saran
7.2.1. Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengenceran
7.2.2. Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan titrasi
7.2.3. Penggunaan CH3COOH sebagai adsorbat dapat diganti dengan HCl
DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R.A., andF. Daniel. 1987. Physical Chemistry,5thed, SI Version. John Wiley and
Sons Inc. New York.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara. Bandung.
Robert E.1981. Mass Transfer Operations, 3thedition. Mc Graw Hill, Inc, New york.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
Underwood, A.L., Day, R.A., 1994. Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-4. Erlangga,
Jakarta.
LAMPIRAN

Perhitungan

1. Pengenceran CH3COOH 1 N menjadi konsentrasi 0,015 N; 0,03 N; 0,06 N; 0,09 N;


0,12 N; 0,15 N dalam labu ukur 50 ml
Rumus yang digunakan : V1N1 = V2N2

a. Konsentrasi 0,15 N
V1. N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,015 N
V1 = 0,75 ml

b. Konsentrasi 0,03 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,03 N
V1 = 1,5 ml

c. Konsentrasi 0,06 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,06 N
V1 = 3 ml

d. Konsentrasi 0,09 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,09 N
V1 = 4,5 ml

e. Konsentrasi 0,12 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,12 N
V1 = 6 ml

f. Konsentrasi 0,15 N
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 1 N = 50 ml . 0,15 N
V1 = 7,5 ml

2. Konsentrasi akhir CH3COOH


Rumus yang digunakan : V1N1 = V2N2
V1N1 = CH3COOH
V2N2 = NaOH
Konsentrasi Volume NaOH Volume rata-
CH3COOH (N) rata NaOH
Titrasi I (ml) Titrasi II (ml)
(ml)

0,015 0,1 0,1 0,1

0,03 (kontrol) 2,6 2,6 2,6

0,06 0,25 0,20 0,225

0,09 0,5 0,4 0,45

0,12 0,3 0,2 0,25

0,15 0,4 0,4 0,4

a. Konsentrasi 0,015 N
V1N1 = V2N2
10 ml . N1 = 0,1 ml . 0,1 N
N1 = 0,001 N

b. Konsentrasi 0,03 N (kontrol)


V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 2,6 ml . 0,1 N
N1 = 0,026 N

c. Konsentrasi 0,06 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,225 ml . 0,1 N
N1 = 0,00225 N

d. Konsentrasi 0,09 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,45 ml . 0,1 N
N1 = 0,0045 N

e. Konsentrasi 0,12 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,25 ml . 0,1 N
N1 = 0,0025 N

f. Konsentrasi 0,15 N
V1N1 = V2N2
10 ml.N1 = 0,4 ml . 0,1 N
N1 = 0,004 N
3. Mol CH3COOH teradsorpsi

a. Konsentrasi 0,015 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,015 N x 25 ml
= 0,375 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,001 N x 10 ml
= 0,01 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 0,375 mmol – 0,01 mmol
= 0,365 mmol

b. Konsentrasi 0,03 N (kontrol)


Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,03 N x 25 ml
= 0,75 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,026 N x 10 ml
= 0,26 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 0,75 mmol – 0,26 mmol
= 0,49 mmol

c. Konsentrasi 0,06 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,06 N x 25 ml
= 1,5 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,00225 N x 10 ml
= 0,0225 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 1,5 mmol – 0,0225 mmol
= 1,4775 mmol

d. Konsentrasi 0,09 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,09 N x 25 ml
= 2,25 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,0045 N x 10 ml
= 0,045 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 2,25 mmol – 0,045 mmol
= 2,205 mmol

e. Konsentrasi 0,12 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,12 N x 25 ml
= 3 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,0025 N x 10 ml
= 0,025 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 3 mmol – 0,025 mmol
= 2,975 mmol

f. Konsentrasi 0,15 N
Mol sebelum adsorpsi = N CH3COOH x V CH3COOH
= 0,15 N x 25 ml
= 3,75 mmol
Mol setelah adosrpsi = N CH3COOH akhir x V CH3COOH
= 0,004 N x 10 ml
= 0,04 mmol
Mol teradsorpsi = mol sebelum adsorpsi – mol setelah adsorpsi
= 3,75 mmol – 0,04 mmol
= 3,71 mmol

4. Persamaan Langmuir
C C 1
= + .N
N Nm k

y = C + mx

Mol CH3COOH teradsorpsi per gram karbon aktif (N) sebagai x


mol teradsorpsi
N =
1 gram

a. Konsentrasi 0,015 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
0,365 mmol
=
1 gram
= 0,365 mmol/gram
= 0,365 x 10-3 mol/gram

b. Konsentrasi 0,03 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
0,49 mmol
=
1 gram
= 0,49 mmol/gram
= 0,49 x 10-3 mol/gram

c. Konsentrasi 0,06 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
1,4775mmol
=
1 gram
= 1,4775 mmol/gram
= 1,4775 x 10-3 mol/gram

d. Konsentrasi 0,09 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
2,205 mmol
=
1 gram
= 2,205 mmol/gram
= 2,205 x 10-3 mol/gram

e. Konsentrasi 0,12 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
2,975 mmol
=
1 gram
= 2,975 mmol/gram
= 2,975 x 10-3 mol/gram

f. Konsentrasi 0,15 N
mol teradsorpsi
N =
1 gram
3,71mmol
=
1 gram
= 3,71 mmol/gram
= 3,71 x 10-3 mol/gram

Mencari nilai y dari rumus :


C
y=
N

a. Konsentrasi 0,015 N
C
y =
N
0,015 N
=
0,365 x 10−3 mol /gram
= 41,09589041

b. Konsentrasi 0,03 N
C
y =
N
0,03 N
=
0,49 x 10−3 mol / gram
= 61.2244898

c. Konsentrasi 0,06 N
C
y =
N
0,06 N
=
1,4775 x 10−3 mol/ gram
= 40,60913706
d. Konsentrasi 0,09 N
C
y =
N
0,09 N
=
2,205 x 10−3 mol/ gram
= 40,81632653

e. Konsentrasi 0,12 N
C
y =
N
0,12 N
=
2,975 x 10−3 mol/ gram
= 40.33613445

f. Konsentrasi 0,15 N
C
y =
N
0,15 N
=
3,71 x 10−3 mol/ gram
= 40,43126685

Konsentrasi x (N) C x.y x2


y( )
CH3COOH (N) (mol/gram) N
0,015 0,365 x 10-3 41,09589041 0,015 0.133225 x 10-6
0,03 0,49 x 10-3 61.2244898 0,03 0.2401 x 10-6
0,06 1,4775 x 10-3 40,60913706 0,06 2.1830063 x 10-6
0,09 2,205 x 10-3 40,81632653 0,09 4.862025 x 10-6
0,12 2,975 x 10-3 40.33613445 0,12 8.850625 x 10-6
0,15 3,71 x 10-3 40,43126685 0,15 13.7641 x 10-6
Σ 11.2225 x 10-3 264.5132451 0,465 30.033081 x 10-6
Rata-rata 1.87041667 x 10-3 44.08554085 77.5 5.0055135 x 10-6

n . Σ x . y−Σ x . Σ y
m=
n. Σ x2− ( Σ x )2
(6 x 0,465)−(11.2225 x 10−3 x 264,51324)
=
6 x 30.03308 x 10−6−( 11.2225 x 10−3 )2
2,79−2,968499
= −6
(180,198−125,9445) x 10
−0,178499
=
54,25349 x 10−6
= - 3,29009 x 103

C = ȳ - m.x̄
= 44.08554 – (-3,29009 x 10-3) x 1,87041 x 10-3
= 50.2393

Persamaan  y = mx+c
y = - 3.29009 x – 50.2393
Mencari nilai Nm
konsentrasi konsentrasi
Rumus yang digunakan : C =  Nm =
Nm C

a. Konsentrasi 0,015 N

konsentrasi
Nm =
C
0,015 N
=
50,2393
= 2,98571039x10-4

b. Konsentrasi 0,03 N
konsentrasi
Nm =
C
0,03 N
=
50,2393
= 5,97142078x10-4

c. Konsentrasi 0,06 N
konsentrasi
Nm =
C
0,06 N
=
50,2393
= 1,194284156 x 10-3

d. Konsentrasi 0,09 N
konsentrasi
Nm =
C
0,09 N
=
50,2393
= 1,791426234 x 10-3
e. Konsentrasi 0,12 N
konsentrasi
Nm =
C
0,12 N
=
50,2393
= 2,388568312 x 10-3

f. Konsentrasi 0,15 N
konsentrasi
Nm =
C
0,15 N
=
50,2393
= 2,98571039 x 10-3

Dengan grafik diperoleh hubungan antara N vs C/N :

Grafik Hubungan N vs C/N


70
60
50
f(x) = − 3.29 x + 50.24
40 R² = 0.28
C/N

30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
N

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan


lalu penurunan dan setelah itu cenderung linier. Kenaikan diawal karena larutan
CH3COOH 0,03 N digunakan sebagai larutan control sehingga tidak ada
CH3COOH yang teradsorpsi. Sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi
konsentrasi, semakin banyak mol yang teradsorpsi dan diperoleh persamaan garis
y = -3.2901x + 50.239 dengan R2 sebesar 0.2774. Dan diperoleh persamaan garis
dari perhitungan manual y = - 3.29009 x – 50.2393

Anda mungkin juga menyukai