PEMBAHASAN
Masjid Agung Demak masih berdiri dan beberapa kali mengalami renoovasi.
Akan tetapi, renovasi tersebut tidak serta-merta meninggalkan kemurnian dari
peninggalan Kerajaan Demak ini. Struktur bangunan memiliki nilai historis yang
tinggi sebab dirancang oleh Sunan Kalijaga. Atap limas piramida ini berdasarkan
aqidah islamiyyah yaitu (1) Iman (2) Islam (3) Ihsan.
Masjid Agung Demak yang dibangun oleh Raden Fatah bersama Walisanga
ditandai dengan prasasti bergambar bulus, ini merupakan condro sengkolo memet
dengan arti sariro sunyi kiblating yang bermakna tahun 1401 Saka. Di museum ini
utamanya disimpan bagian-bagian soko guru yang rusak (sokoguru Sunan Kalijaga,
sokoguru Sunan Bonang, sokoguru Sunan Gunungjati, sokoguru Sunan Ampel), sirap,
kentongan, dan bedug peninggalan para wali, dua buah gentong (tempayan besar) dari
Dinasti Ming hadiah dari Putri Campa abad ke-14, pintu bledeg buatan Ki Ageng Selo
yang merupakan condrosengkolo, foto-foto Masjid Agung Demak tempo dulu, lampu-
lampu dan peralatan rumah tangga dari kristal dan kaca hadiah, kitab suci Al-Quran
tulisan tangan, maket Masjid Agung Demak tahun 1845-1864 Masehi, beberapa
prasasti kayu memuat angka 1344 Saka, kayu tiang tatal buatan Sunan Kalijaga,
Lampu Robyong Masjid Agung Demak yang dipakai tahun 1923-1936 Masehi.
Adapun peninggalan Kerajaan Demak yang lain dan masih tersimpa di Museum
Masjid Agung Demak adalah:
1 Soko Majapahit, tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda
purbakala hadiah dari Raja Brawijaya V kepada Raden Fatah ketika menjadi adipati
Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak.
2 Pawestren merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk saat jamaah untuk
perempuan. Dibuat menggunakan kontruksi kayu jati dengan bentuk atap limasan
berupa sirap (genteng dari kayu). Bangunan ini ditopang delapan tiang penyangga, di
mana empat diantaranya berukitan motif Kerajaan Majapahit.
5 Pintu Bledeg, pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan
ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Walisanga. Peninggalan ini merupakan prasasti
Condro Sengkolo yang berbunyi nego mulat saliro wani bermakna tahun 1388 Saka
atau 1466 Masehi
6 Mihrab
Gambar dilansir dari https://kelasips.com/peninggalan-kerajaan-demak/ pada 16
Oktober 2021
8 Soko Tatal atau Soko Guru yang berumpah empat ini merupakan tiang utama
penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru
memiliki tinggi 1.630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada
empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan leh Sunan Bonang, di
barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian Tenggara buatan Sunan Ampel, dan
yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga. Masyarakat menamakan tiang buatan
Sunan Kalijaga sebagai Soko Tatal.
9 Situs Kolam Wudlu, situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung
Demak sebagai tempat untuk berwudlu.
10 Menara
Gambar dilansir dari https://pariwisata.demakkab.go.id/?p=3014/ pada 16 Oktober
2021
Daftar Pustaka
1. Poesponegoro et al. (2010). Sejarah Nasional Indonesia Jilis III. Edisi
Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.
2. Maryam. (2016). Transformasi Islam Kultural ke Struktural (Studi atas Kerajaan
Demak). Tsaqofah dan Tarikh, 1(1), 1-14.
3. Ngationo, Ana. (2018). Peranan Raden Patah dalam Mengembangkan Kerajaan
Demak pada Tahun 1478-1518. Kalpataru 4(2), 17-28.