Anda di halaman 1dari 5

P : Hallo,

B : Hallo oa.

P : Hallo, selamat malam bapa ani.

B : Malam,

P : Iya malam bae. Sebelumnya saya mohon izin untuk merekam percakapan ini BA e?

B : Iya, oke oa!

P: Oke BA. Nah, terima kasih BA untuk kesediaan waktunya malam-malam begini untuk wawancara lagi.

B : Siap, siap, siap.

P : Iya BA, baik. Saya juga terima kasih banyak BA untuk wawancara pertama yang tempo hari tu, sa
sudah dapat banyak sekali data begitu, terus itu berguna juga untuk saya. Di wawancara kedua kali ini sa
mungkin lebih mendalami lagi dari cerita-cerita BA yang tempo hari itu.

B : Iya, iya.

P : Dan juga mungkin ada beberapa pertanyaan tambahan gitu BA e.

B : iya

P : Baik BA, e mungkin kita langsung saja gitu BA.

B : siap!

P : Iya, e itu hari BA kan cerita to, waktu awalnya yang positif itu kan MA dulu

B : Betul

P : MA kan ketahuan positif juga waktu di poliklinik begitu yang posisinya BA disitu juga e.

B : Iya, hee

P : Iya, itu BA kan cerita kalua BA yang waktu MA kasih tau bilang positif, BA berusaha untuk
menguatkan diri.

B : Iya, hee,hee

P : Itu BA bisa cerita k, bagaimana caranya BA bisa menguatkan diri?

B : Oh, iyaa hee

P : Jadi, BA melihat bahwa penyakit ini siapa saja bisa bisa dapat terjangkit. Itu artinya yang sebelumnya
itu BA merasa bahwa aman-aman saja, ee tapi waktu MA minta untuk periksa dia punya apa…gerd itu,
kami juga siap bahwa ini sekalian kesempatan untuk bisa tes. Jadi waktu MA keluar bilang MA positif,
kalimat pertama yang MA sampaikan pada say aitu bahwa e ini tida bisa tida. Karena sepnjang ini
kehidupan kita dirumah itu kelaur masuk itu kita dalam lingkaran yang sama, ruangan yang sama dalam
satu atap, mala peluang bahwa peluang yang lain bisa juga positif itu tetap ada. Lalu BA jawab itu pasti
akan ada dn kita juga harus siap menerima, tapi untuk sat es sekarang disini sa tida mau. Kita pulang
saja. Jadi dalam perjalanan itu MA juga memberikan peneguhan e, sepertinya peneguhan kekuatan
kepada BA bahwa kalaupun saatnya nanti harus positip kita terima saja, karena penyakit ini siapa saja
bisa dapat. Maka BA rasa takut sih tida ada, rasa takut tida ada tetapi hanya siap Ketika kalau besoknya
ini di Puskesmas Oka yang datang bekerja di kantor kelurahan Waibalun secara masal, untuk
pemeriksaan siap untuk ee kita periksa. Masih lebih baik kita diperiksa dan kita tau bahwa kita ada
positip atau negatip itu jauh lebih baik, dari pada hanya sebatas tau tentang mama sakit kami yang lain
melayani itu akan akan jadinya lebih tidak bagus maka siap, sehingga ada perasaan takut itu tida ada.
Tetapi ee menerima bahwa saatnya kalau diperiksa positip itu sangat wajar. Karena kita di dalam rumah
itu sikap BA Ketika itu. Jadi BA siap ee bahwa rasa takut tida ada, tapi perasaan bahwa pasti akan positip
ketika di periksa itu selalu ada. Kepastian itu selalu ada, karena pertimbangan tadi bahwa kami dalam
satu rumah yang sama, begitu. Jadi sekali lagi BA tentang sakit yang pernah kami derita itu tida pernah
merasa khawatir, takut itu tida ada. Hanya siap menerima itu.

P : Iya, baik BA. Jadi ceritanya waktu diawal tu BA sia begitu ee apapun positip begitu. Baik BA, heeh.
Lalu tempo hari BA juga sempat cerita bahwa e selama eh waktu awal BA kena covid itu BA bilang ada
cerita-cerita menyeramkan begitu ya, baik dari e keadaan sekitar di Larantuka maupun dari pengalaman
orang lain begitu.

B : Iyaa

P : Heeh,itu BA bisa ceritakan kah cerita menyeramkan dan kondisi di Larantuka seperti apa waktu itu?

B : Iyaa

P : Heeh.

B : Jdi kalo cerita menyeramkan itu yah yang mengarah kepada menyeramkan itu ada yaitu contohnya
bahwa kesan pada umumnya Ketika kita berkumpul, dengar cerita tentang orang sakit, ee orang sangat
takut untuk datang ke rumah sakit. Itu (itu) yang juga membuat rasa kekwatiraan bahwa (ah) bukan
kewatir tetapi ada kesiapan untuk tidak ke rumah sakit tapi e ada peluang untuk kita diperiksa oleh
rekan medis ee dengan medis ee di Puskesmas Oka. Artinya berusaha untuk tida dating ke rumah sakit
umum tetapi ke Puskesmas Oka jauh lebih baik karena ee kesan umum orang (Lan) Waibalun, orang
Larantuka tentang rumah sakit itu datang di rumah sakit itu sangat sulit orang masuk di rumah sakit
hanya karena ketatnya e kehadiran masyarakat di rumah sakit. Maka ee secara umum kesiapan untuk
ke rumah sakit itu hampir tida ada dan mungkin tida mau kita kena bilang karantina mandiri juga bisa
maka kita berusaha menyiapkan diri untuk sendiri mengatur diri di rumah. Itu (itu) kalo cerita tentang
covid. Lalu kekwatiran itu juga secara umum sa kira yang sama untuk masyarakat di Waibalun sini ee.
jadi setalah kita menyaksikan melalu eei layar televisi itu juga secara manusia normal kita juga kecut
juga kalau dalam bayangan pengandaian kalau ini terjadi di Waibalun seperti yang dilayar televisi itu
(itu) mau jadi apa Waibalun ini? Siapa kubur siapa? Pertanyaan itu juga muncul. Seperti itu oa e
kekwatiran cerita yang meyeramkan. Kalau cerita yang menyeramkan juga itu ada satu cerita yang
bukan menyeramkan tapi sebuah kesaksian yang menyedih ee cerita yang menyedihkan. Ketika MA lima
hari di rumah sakit itu MA menyaksikan kematian tiga orang diruang isolasi. Ruang isolasi yang dibuat di
Rumah Sakit Umum Larantuka itu ceritanya bahwa ruangan itu menampung 24 orang. Lalu keluarga
yang menjaga pasien itu sepertinya berebutan untuk mencarikan oksigen. Lalu ceritra juga perawat
dalam kecapaian capenya mereka Lelah ee mengurus pasien itu sampai-sampai mengajakan masyarakat
yang dating atau keuarga yang datang mwjga pasien itu bagaimana caranya masang ee apa ini oksigen.
Jadi sampai tingkat itu orang berebut pasien keluarga pasien berebut oksigen. Pergi keruanan satu dapat
oksigen datang keruangan keluarganya yang sakit ternyata keluarganya sudah meninggal. Seperti itu, itu
ceritra yang kalau BA tida mau liat sebagai sebuah kesalahan tetapi sebuah kesedihan ee, bagaimana
hal itu, rasa sedih. Jadi banyak menghantui kita ee masyarakat.

P : Iyaa, berati dari BA sendri tu kayak ada kewaspadaan supaya jangan masuk rumah sakit begitu ee?

B : Itu jelas. BA, MA itu sampai ke rumah sakit itu atas permintaan MA ee bukan saran dari pihak medis,
teristimewah dokter Puskesmas Oka yang datang berkunjung ke MA itu MA sendiri minta untuk ke
rumah sakit sehingga bisa dapatkan oksigen ee apa infus, bisa dapatkan infus karena MA dari tanda-
tanda secara keseluruhan itu tentang batk itu tida ada. Jadi MA hanya kepingin dapat infus karena obat
yang untuk MA dapat di dapatkan di poliknlinik susteran lebao itu lebih banyak untuk lambungnya. Ee,
lalu Ketika minum obat lambung itu ee sepertinya tida pas dengan sakit covid tadi itu sehingga MA
berpikir dari pengetahuan sedikit punya pengetahuan tentang Kesehatan, e MA lebih berpikir akan
lebih bagus kalau mendapatkan infus.

P : Baik BA, e kalau kan MA setelah 3 hari baru memutuskan untuk pergi ke rumh sakit.

B : Iya, betul.

P : Itu berati setelah MA di rumah sakit, MA ceritakan semua baru BA punya pemikiran bahwa e jangan
sampe masuk rumah sakit begitu ee dari ceritanya MA t.

B : Iya, heeh.

P : Baik, berati..

B : Jadi..

P : Iya, kenapa BA?

B : E terus oa, terus dulu

P : BA kalau mau cerita t apa-apa (hehe)

B : e, jadi itu BA itu e lega itu pada hari yang keempat e Ketika BA ditelpon bilang MA sudah ada diluar
dengan infus sudah jalan diluar ditaman ambil udara segar diluar itu lalu dengan berita bilang dokter
bilang bisa hari yang kelima bisa pulang rumah. Itu (itu) kemudian BA semakin kuat itu Ketika berita
pada hari keempat itu.

P : Iya, baik. BA kan kena covid tu waktu bulan juni, juli tu e yang?

B : Juni, iya Juni akhir. Mulai dengan 23 Juni oa e, 23 Juni

P : Itu berate yang di Indonesia sendiri, terus di Larantuka sendiri yang covid lagi tinggi-tingginya tu e?

B : Pada minggu-minggu itu oa . akhir minggu e akhir bulan Juni dan minggu pertama bulan Juli, minggu
pertama dan kedua itu yang cukup tinggi di Larantuka e

P : Lalu apakah keadaan yang kayak covid lagi tinggi tu juga pengaruhi BA kah?
B : e, sepertinya tida pengaruh tetapi tetap dengan apa dorongan dan petunjuk dari MA sendiri
bagaimana caranya untuk kita mengembalikan apa imun tubuh tadi itu harus mengkonsumsi apa, itu
yang lebih banyak dari MA yang memacu e.

P : heeh

B : untuk harus tetap berusah untuk makan, istirahat, jemur dan itu ukup itu menjadi rutinitas dalam 1
minggu itu.

P : Baik BA, lalu ini tempo hari BA juga cerita bahwa semenjak MA masuk rumah sakit itu BA jadi punya
pikiran yang macam-macam begitu e?

B : iyaa,iya

P : Kalau BA bersedia BA bisa ceritakan kah BA piker apa saja waktu itu.

B : Yang BA pikirkan itu adalah yang paling jelek adalah Ketika yang dialami orang lain itu kita alami juga.
Seperti yang kita nonton di tv, karena berada diruangan isolasi dengan ruangan yang memang
sebelumnya memang sudah ada ruangan tersendiri di sebuah rumah sakit ada ruangan isolasi dalam
jumlah kamar yang ada, tapi ruangnan ini disulap dari keadaan yang ada lalu disulap dengan sekat-sekat.
Itu yang menjadi kekhwatiran e tapi ternyata MA cukup kuat sehingga dengan demikian saya dirumah
pun e di apa mendapat kekuatan bahwa sendiri juga harus kuat, berusaha. Kalau berpikir tentang hal
negatip itu , itu sebagai manusia normal tetap terpikirkan juga. Tetapi [ada hari keempat itu yang
membuat BA semakin semangat , oh ternyata bisa sembuh kenapa tidak begitu.

P : Baik BA. BA tad ikan juga cerita bilang ada pikiran negatip sampe kemungkinan terburuk mungkin itu
maksudnya sampe meninggal begitu e BA e?

B : Heeh, iya

P : Nah itu e BA punya pikiran-pikiran itu apakah dipikir sendiri atau diceritakan keorang lain pada saat
itu?

B : Tidak, itu BA pikir sendirii karena e kita menyaksikan di layar televisi bahwa orang yang kemarinnya
begitu sehat tetapi ketika dapat ini ditambah kalau ada sakit bawaan maka peluang untuk tida terbantu
itu sangat mungkin, maka pikiran itu juga mungkin.

P : Iya BA, baru e BA tempo hari juga sempat cerita tentang ……..

BA ni sempat berpikir juga dengan masa depan dari BA punya tempat kerja gitu e di Koperasi begitu?

B : Iya betul oa.

P : Terkait dengan siapa yang harus mengurus kedepannya begitu

B : Betul oa.

P : Apakah itu juga BA pikirkan waktu BA isolasi?

B : E, itu angat jelas terpikirkan karena sepanjang 2 minggu BA karantina itu komunikasi e tempat teman
pengurus yang lain sekolah pun tetap berkomunikasi. Komunikasi yang dibangun oleh mereka itu
komunikasi terkait dengan mendorong, menguatkan BA tetapi hal-hal e urusan koperasi itu tetap
mereka kontak. Hal-hal prinsip mereka tetap kontak dan malah ada yang badan pengrus ada yang
datang untuk misalnya akan minta tanda tangan, realisasi pinjaman, itu. Jadi tetap mereka tetap
mendengarkan bahwa seorang ketua harus punya hak dan kewajiban untuk memutuskan sesuatu. Jadi
komunikasi tetap jalan, maka BA juga selalu berpikir Ketika itu ujian semacam ini mereka ini
menempatkan jam pelajaran hanya untuk kepentingan urusan kesejateraan pada organisasi koperasi.
Mereka punya pengorbanan yang semacam itu em BA kemudian juga berpikir apakah lepas dari
pengurusan ini dari BA dengan tugas pokok seorang guru apakah mereka bisa ada waktu, itu menjadi
kekwatiran BA juga menjadi kekwatiran BA juga waktu itu.

P : Berati jadi selain berpikir tentang e MA dirumah sakit lalu kondisi dari BA sendiri tapi juga ada pikir
kerjaan begitu kah?

B : Kerjaan, iya betul oa.

P : Iya baik BA. Lalu tadi BA cerita tentang e bahwa mereka juga sempat kerumah begitu untuk minta
tanda tangan dan lain-lain itu. Itu waktu BA isolasi kah mereka datang ?

B : Heeh, waktu mereka isolasi. Jadi Ketika mereka datang itu tetap dengan itu, mereka datang hanya
taruh didepan pintu tida masuk kedalam rumah baru keadaan rumah kan oa tau e nona allin tau jadi
mereka hanya taruh diatas meja terus sa tanda tanfan lalu mereka ambil. Petunjuk-petunjukaan lisan
diberikan dalam menjaga protocol Kesehatan sesuai dengan protocol Kesehatan

P : Baik, lalu BA kalau sementa isolasi terus kerja begitu apakah itu dirasa sebagai suatu beban begitukah
untuk isolasi terus masih pikir kerja lagi.

B : E, bagi BA terkait dengan organiasi khusus untuk koperasi yang BA bersama temannya ………….

Anda mungkin juga menyukai