OLEH :
NURDIYANTI
NIM. 1702521001
OLEH :
NURDIYANTI
NIM. 1702521001
Petugas penyelamat pantai diluar negeri yang serupa ama dengan balawista di sebut
sebagai lifeguard merupakan penyelamat yang mengawasi keselamatan dan
penyelamatan wisata dan peserta olahraga air seperti selancar, berenang dan lainnya.
Lifeguard terlatih dalam renang dan pertolongan pertama CPR/AED, bersertifikat
dalam penyelamatan air menggunakan berbagai alat bantu dan peralatan yaitu alat
pelindung diri (APD). Lifeguard terdapat di berbagai bagian negara yaitu Australia,
Belgia, Kanada, Denmark, Iran, Irlandia, India, Italia, Selandia Baru, Belanda,
Portugal, Singapura, Swiss, Afrika Selatan, Taiwan, Inggris. Balawista di Indonesia
terbagi di beberapa wilayah Padang, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan balawista
di Bali terbagi di beberapa wilayah yaitu untuk wilayah Badung dari Nusa Dua,
Jimbaran, Kuta, Legian hingga berbatasan dengan wilayah kabupaten Tabanan, dan
Buleleng (Chandra, 2009).
Keberadaan balawista di Kuta Bali yang berdiri sejak 1972 ini sangat penting.
Kehadirannya amat dibutuhkan untuk memberikan pertolongan kepada wisatawan
yang tenggelam atau terseret arus dan balawista saat ini sudah mempunyai sekitar 170
anggota yang tersebar di 16 pos tersebar di kabupaten Badung. Sedangkan untuk
daerah Pantai Kuta sendiri terdiri dari 4 pos, yaitu di pantai Kuta, pantai half way,
pantai depan Kamasutra, dan pantai Legian. Dimana setiap pos terdiri dari 7 anggota
yang dibagi menjadi 2 shif yaitu shif pagi dengan 2 anggota yang berjaga sedangkan
shif sore dengan 5 orang anggota yang berjaga setiap hari berpatroli untuk mengawasi
wisatawan yang beraktifitas di pantai sedangkan di Buleleng di desa Sangsit
merupakan satu satunya desa di kabupaten Buleleng yang telah memiliki balawista
dan diharapkan menjadi cikal bakal dibentuknya organisasi balawista kabupaten
Buleleng oleh pemerintah kabupaten Buleleng, sehingga dapat membantu membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat pesisir pantai di sektor jasa pariwisata di bawah
dinas pariwisata Buleleng, selain menjaga kawasan pantai (Australian Sport
Commission, 2012). Balawista akan mengadakan wisata tirta/wisata bahari yang akan
dilaksanakan di kawasan perairan maupun pesisir pantai Bali kerap kali menimbulkan
kecelakaan yang menimpa wisatawan (Buku Pedoman Balawista, 2014).
Terdapat faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap beban kerja
balawista di pantai Kuta. Salah satu faktor berasal dari faktor eksternal yaitu faktor
lingkungan. Pengaruh lingkungan kerja terdiri atas lima faktor, yaitu faktor fisik,
kimia, biologi, dan psikologi (Buku Pedoman Balawista, 2014). Faktor fisik yang
indikatornya berupa suhu yang panas dan terik membuat fisik balawista mudah
terkuras saat menjalan tugas di pantai Kuta sehingga ini dapat membuat balawista
tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat kerja(Buku Pedoman
Balawista, 2014)
Sedangkan faktor Internal yang mempengaruhi beban kerja balawista adalah cara
kerja atau etos kerja balawista. Beberapa balawista yang tidak fokus dan terkesan
tidak serius dalam melakukan tugas, seperti adanya anggota balawista yang menegak
minuman keras seperti bir bersama wisatawan saat bertugas tentu sangat
membahayakan diri sendiri maupun wisatawan yang akan ditolong bila sewaktu-
waktu diperlukan, karena balawista dituntut untuk sigap bila terjadi terjadi insiden
yang menimpa wisatawan di pantai kuta (Buku Pedoman Balawista, 2014).
(Bali Eksbis. 2017). Pelatihan Penyelamat Wisata Tirta di Pantai Kuta tersedia di
www.baliekbis.com. Diakses tanggal 12 oktober 2020
(Berita Bali. 2015). Gelombang Pasang Terjang Pesisir Kawasan Lovina dan Banjar
[online]. tersedia di http://beritabali.com/read/20
13/01/11/201107021977/Gel ombang-Pasang-TerjangPesisir-Kawasan
Lovina-danBanjar.html. diakses tanggal 13 oktober 2020
(Bpjs.2015).Diambil dari
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/assets/uploads/peraturan/19012016
_143835_Permenaker%20Nomor%2044%20Tahun%202015.pdf diakses
pada tanggal 12 oktober 2020