Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kelompok telah berhasil menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran
Keperawatan Gerontik. Makalah ini juga disusun karena ingin memberikan
informasi kepada semua pembaca mengenai “Konsep Kebutuhan Istirahat Pada
Lansia”.
JEMBER, 29
OKTOBER 2021
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Tidur Dan Fungsinya Pada Lansia......................................................................3
2.2 Fisiologi Tidur....................................................................................................4
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pada Lansia..........................................................5
2.4 Mengatasi Gangguan Pola Tidur Pada Lansia....................................................8
2.5 Gangguan Tidur Pada Lansia..............................................................................9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Penurunan fungsi fisiologis yang paling sering dialami oleh lansia
adalah penurunan kebutuhan istirahat dan tidur. Perubahan pola tidur yang
terjadi selama proses penuaan berhubungan dengan gangguan pada
mekanisme pengaturan tidur di otak. Namun, penting untuk diketahui bahwa
ada banyak kondisi medis yang dapat mengganggu tidur dimalam harinya,
sehingga mengakibatkan mengantuk di siang hari. Hal ini meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Tidur juga dapat terganggu pada stadium awal
penyakit neurologis (contohnya, penyakit Parkinson dan Alzheimer), dimana
sistem saraf merupakan salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi tidur
pada lansia (Potter & Perry, 2010). Kondisi ini dan keadaan potensial lainnya
yang dapat menyebabkan gangguan tidur pada lanjut usia harus dieksklusi
sebelum memikirkan perubahan intrinsik pada mekanisme sirkadian
pengaturan tidur yang menjadi penyebabnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu tidur dan fungsinya pada lansia?
2. Bagaimana fisiologi tidur?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi tidur?
4. Bagaimana pola tidur yang baik untuk lansia?
5. Gangguan tidur pada lansia?
1.3 Tujuan
Mengetahui bagaimanakah konsep kebutuhan istirahat pada lansia.
1.4 MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Bagi Mahasiswa Sebagai pengembangan kemampuan mahasiswa
dalam hal perawatan komprehensif dan menambah pengalaman mahasiswa
dalam merawat lansia .
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai perawatan kompreshensif
pada lansia.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
dan bahagia. Tidur yang buruk, sebaliknya, dapat mengakibatkan
kelelahan, mudah tersinggung, mudah marah dan depresi klinis (Khavari,
2000). periode kekurangan tidur yang panjang, terkadang menyebabkan
disorganisasi ego, halusinasi dan waham selain itu, orang yang kekurangan
tidur REM mungkin menunjukkan sikap mudah tersinggung dan letargi
(merasa kehilangan energi dan antusiasme), (Kaplan & Sadock, 1997).
kualitas tidur merupakan suatu keadaan di mana saat seseorang lansia
terbangun dari tidurnya dapat merasakan suatu kebugaran kesegaran, dan
kepuasan terhadap tidur tanpa seseorang meminum obat apapun untuk
mendapatkannya. Sehingga apabila kebutuhan tidur lansia sudah terpenuhi
maka tidak akan muncul perasaan lelah, gelisah, lesu dan apatis.
Tahapan Karakteristik
siklus
tidur
Tahap1 : - Tahap transmisi diantara mengantuk dan tertidur
NREM
- Ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis yang dimulai
dengan menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi serta
penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme,
- Seseorang mudah terbangun pada tahap ini
4
- Tahap ini berakhir 5-10 menit
Tahap2 : - Tahap tertidur ringan
NREM
- Denyut jantung mulai melambat, menurunnya suhu tubuh, dan
berhentinya pergerakan mata
- Masih relative mudah untuk terbangun
- Tahap ini akan berakhir 10 hingga 20 menit
Tahap3 : - Tahap awal dari tidur yang malam
NREM
- Laju pernapasan dan denyut jantung terus melambat karena system
saraf parasimpatik semakin mendominasi.
- Otot skeletal semakin berelaksasi, terbatasnya pergerakan dan
mendengkur mungkin saja terjadi.
- Pada tahap ini, seseorang yang tidur sulit dibangunkan, tidak dapat
diganggu oleh stimuli sensori.
- Tahap ini berakhir 15 hingga 30 menit.
Tahap4 : - Tahap tidur terdalam
NREM
- Tidak ada pergerakan mata dan aktivitas otot
- Tahap ini ditandai dengan tanda-tanda vital menurun secara
bermakna disbanding selama terjaga, laju pernapasan dan denyut
jantung menurun sampai 20-30 %
- Seseorang terbangun pada saat tahap ini tidak secara langsung
menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan disorientasi untuk
beberapa menit setelah bangun dari tidur.
5
dampaknya adalah kesulitan tidur (mimpi buruk). Stress juga
menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering
terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur buruk (Potter & Perry,
2005).
b. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat lansia tidur juga berpengaruh penting
pada kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik
adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, posisi tempat
tidur mempengaruhi kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi tidur.
Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap
1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3
atau 4 (Potter & Perry, 2005). Kebisingan merupakan suara atau bunyi
yang mengganggu tidur. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan
seperti gangguan fiologis dan gangguan psikologis. Pada umumnya
bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau
datangnya tiba-tiba. Bising dengan intensitas yang tinggi dapat
menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat
merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga yang akan
menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah tidur, dan sesak
nafas. Hal ini karena adanya rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem
pencernaan dan keseimbangan elektrolit (Frizzy, 2009).
c. Obat-obatan dan Substansi Lain
Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk
sebagai satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan
kelelahan (Buysse, 1991). Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek
samping mediksi yang umum (Potter & Perry, 2005). Berikut daftar
obat-obatan yang dapat mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik; mengganggu
dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam, hanya memberikan
peningkatan kualitas sementara, seringkali menyebabkan “rasa
6
mengembang” sepanjang siang hari perasaan mengantuk yang
berlebihan, bingung, penurunan energi, memperburuk apnea tidur pada
lanjut usia. Kafein; mencegah seseorang tertidur, dapat menyebabkan
seseorang terbangun di malam hari.
d. Latihan Fisik
Lansia yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh
tidur yang mengistirahatkan, khususnya kelelahan adalah hasil dari kerja
atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu
tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu kelelahan
yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan
yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat
sulit tidur (Potter & Perry, 2005).
e. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan
fisik (misal: kesulitan bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan
atau depresi) dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit pernafasan
seperti emfisema, asma, bronchitis, rhinitis alergi mengubah irama
pernafasan dan mengganggu tidur. Penyakit jantung koroner sering
dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut
jantung yang tidak teratur dapat mengalami frekuensi terbangun yang
sering dan perubahan tahapan selama tidur (Potter & Perry, 2005).
f. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu
yang bekerja bergantian dan berputar (misal: 2 minggu siang diikuti
oleh 1 minggu malam) sering mempunyai kesulitan menyesuaikan
perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh di atur pukul 22, tetapi
sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu
mampu untuk tidur 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan
bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan
kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan
penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada
7
malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan. Perubahan
lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi: kerja berat yang
tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas social pada larut malam, dan
perubahan waktu makan malam (Potter & Perry, 2005).
8
dengan suara, cahaya, dan udara panas. Maka itu, pastikan kamar tidur
dalam kondisi tenang, gelap, dan sejuk.
Bila tetap tidak bias tidur, gunakan bantuan alat white noise dari kipas atau
AC, penutup mata, dan sumbatan telinga (earplug) untuk membantu
meredam cahaya dan kebisingan. Hindari berbagai hal yang bias
mengganggu tidur lansia seperti suara dan cahaya dari televisi, handphone,
atau laptop. Pastikan Anda sudah mematikan seluruh alat komunikasi
sebelum tidur agar bias mendapatkan tidur nyenyak. Jadikan kamar tidur
hanya sebagai tempat untuk tidur, bukan tempat menonton TV, makan,
atau bekerja.
7. Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20-30 menit setiap hari
sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur,
8. Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
9. Menghindari makan besar sebelum tidur
10. Cek kesehatan secara rutin
11. Jika terdapat nyeri dapat menggunakan obat anti nyeri bilaperlu.
9
b. Insomnia Kronis
Insomnia kronis biasanya disebut juga insomnia psikofisiologis
persisten. Insomnia ini dapat disebabkan oleh kecemasan, dapat juga
terjadi akibat kebiasaan perilaku maladaptive di tempat tidur. Adanya
kecemasan yang berlebihan karena tidak bisa tidur menyebabkan
seseorang berusaha keras untuk tidur tapi ia semakin tidak bisa tidur.
Ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan ketegangan motorik dan
keluhan somatik lain sehingga menyebabkan tidak bisa tidur.
c. Insomnia Idiopatik
Insomnia idiopatik merupakan insomnia yang telah terjadi
sejak dini. Terkadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat
berlanjut selama hidup. Penyebabnya pun tidak jelas, ada dugaan
disebabkan oleh ketidakseimbangan neurokimia otak di formasioretikularis
batang otak atau disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau
ada rasa takut pada malam hari dapat menyebabkan kesulitan tidur.
Insomnia kronis dapat menyebabkan penurunan mood (risiko depresi
dan ansietas), menurunkan motivasi, energy dan konsentrasi serta
menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang menyebabkan
lansia tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tidur adalah proses istirahat bagi semua makhluk hidup dan bahkan ini
sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Tidur mempunyai fungsi
restoratif, yaitu fungsi pemulihan kembali bagian-bagian tubuh yang
lelah, merangsang pertumbuhan, serta pemeliharaan kesehatan tubuh.
Proses tidur jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat
akan menghasilkan tenaga yang luar biasa.
11
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2018, September 4). PT DUTA MAS MANDIRI. Diambil kembali dari
IN.THE.BOX: https://inthebox.net/blog/pengertian-tidur
Arief Riadi Arifin, R. d. (2021). FISIOLOGI TIDUR. 13.
Nugroho, C. (2020). TINJAUAN TEORI KONSEP LANSIA. 31.
12