Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE-1/2/3*

KODE/NAMA/SKS MATA KULIAH: PDGK4109/Bahasa dan Sastra Indonesia di SD/3sks


PROGRAM STUDI S-1 PGSD

Nama Penulis : SUHARTATIK,S.Pd,M.Pd


Nama Penelaah : Dra. Hj. ISWATI,M.Pd
Status Pengembangan : Baru/Revisi**
Tahun Pengembangan : 2020.2

No Uraian Tugas Tutorial Skor Maksimal Sumber Tugas Tutorial


1. Apa yang mahasiswa ketahui tentang hubungan bahasa dan masyarakat penggunanya, jelaskan dan 20 BMP, HJ.Yusi Rosdiana,dkk
berilah contoh. (2013) Bahasa dan Sastra
Indonesia di
SD.Tangerang.Univertas
Terbuka)
MODUL 1, KB3
2. Apa yang mahasiswa ketahui tentang kaidah fonologi bahasa Indonesia dalam berbahasa dan berilah 20 BMP, HJ.Yusi Rosdiana,dkk
contohnya! Jelaskan dan berilah contoh (2013) Bahasa dan Sastra
Indonesia di
SD.Tangerang.Univertas
Terbuka)
MODUL 2, KB1
3 Apa yang mahasiswa ketahui tentang kaidah morfologi bahasa Indonesia dalam berbahasa dan 20 BMP, HJ.Yusi Rosdiana,dkk
berilah contohnya! (2013) Bahasa dan Sastra
Indonesia di
SD.Tangerang.Univertas
Terbuka)
MODUL 2, KB3
4 Apa yang mahasiswa ketahui tentang proses pembentukan kalimat dan berilah contohnya! 20 BMP, HJ.Yusi Rosdiana,dkk
(2013) Bahasa dan Sastra
Indonesia di
SD.Tangerang.Univertas
Terbuka)
MODUL3,KB1
5 Apa yang mahasiswa ketahui tentang. alat-alat pembentuk wacana dan berilah contohnya! 20 BMP, HJ.Yusi Rosdiana,dkk
(2013) Bahasa dan Sastra
Indonesia di
SD.Tangerang.Univertas
Terbuka)
MODUL 3, KB2

* lingkari salah satu nomor sesuai tugas tutorial


** coret yang tidak sesuai
TUGAS TUTORIAL KE 1

Kode MK : PDGK4109 NIM : 858895986

Nama MK : Bahasa dan Sastra Indonesia di SD NAMA : Adi Pranyoto

Prodi/Semester : S1 PGSD/3 Semester : 3

Tanggal : Pokjar : SMP 3 Bondowoso

JAWABAN

1. Bahasa dan masyarakat, bahasa dan kemasyarakatan, dua hal yang bertemu di satu titik,
artinya antara bahasa dan masyarakat tidak akan pernah terpisahkan. Bahasa sebagai sistem
lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota masayarakat sebagai alat komunikasi,
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bahasa begitu melekat erat, menyatu jiwa di setiap
penutur di dalam masyarakat. Ia laksana sebuah senjata ampuh untuk mempengaruhi keadaan
masyarakat dan kemasyarakatan. Fungsi bahasa sebagai alat untuk berinteraksi atau
berkomunikasi dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan
di dalam masyarakat inilah di namakan fungsi bahasa secara tradisional. Maka dapat di katakan
hubungan antara bahasa dan penggunanya di dalam masyarakat ini merupakan kajian
sosiolinguistik.
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat, maka tidak terlepas dari istilah “ masyarakat
bahasa”. Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang memiliki bahasa bersama atau
merasa termasuk dalam kelompok itu, atau berpegang pada bahasa standar yang sama.
Masyarakat tutur adalah istilah netral. Ia dapat dipergunakan untuk menyebut masyarakat kecil
atau sekelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang relatif sama dan mempunyai
penilaian yang sama dalam bahasanya. Jadi masyarakat bahasa atau masyarakat tutur
Contoh:
dapat di haragai dalam hal menyampaikan sesuatu dan dapat di percaya dalam suatu masyarakat,
dengan sopan santun.

2. Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya.


Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan
terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.
Contoh:

a) Fonologi dalam cabang Morfologi


Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan
hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara
bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses
morfologis dengan penambahan morfem sufiks   {-kan}.
b) Fonologi dalam cabang Sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat
kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah)
ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis
fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat
membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
c) Fonologi dalam cabang Semantik
Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah
fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata
[tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika
diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasil
analisis fonologislah yang membantunya.
3. Morfologi, ilmu bentuk kata, atau terkadang disebut ilmu saraf adalah
cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun
fungsi semantik.
Contoh:
makan main
makanan mainan
dimakan bermain
termakan main-main
makan-makan bermain-main
dimakankan permainan
rumah makan memainkan

Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa bentuk-bentuk tersebut dapat berubah
karena terjadi suatu proses. Kata makan dapat berubah menjadi makanan,
dimakan,termakan karena masing-masing adanya penambahan –an, di-, dan ter-, dapat pula
menjadi makan-makan karena adanya pengulangan, dapat pula menjadi rumah makankarena
penggabungan dengan rumah.  Perubahan bentuk atau struktur kata tersebut dapat pula diikuti
oleh perubahan jenis atau makna kata. Kata makan termasuk jenis atau golongan kata kerja
sedangkan makanantermasuk jenis atau golongan kata benda. Dari segi makna kata makan
maknanya ‘memasukan sesuatu melalui mulut’, sedangkan makanan maknanya ‘semua benda
yang dapat dimakan’.

4. Kata adalah suatu bahasa yang terkecil yang menyatakan makna atau fungsi tertentu. Kata
kata yang disusun berdasarkan kaidah tertentu membentuk satuan bahasa yang lebi besar, yaitu
kalimat.
Kalimat sebagai satuaan bahasa yang lebih besar daripa kata atau frase umummya muncul dalam
kalimat tulisan atau pembicaraan berupa rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang
secara relative dapat berdiri sendiri, dan intonasinya menunjukan batas antara sesamanya. Setaip
kalimat yang muncul dalam tulisan atau pembicaraan masing-masing menyatakan pikiran atau
terbatas. Tetapi tetap utuh baik secara tersurat maupun tersirat.
Pikiran yang utuh dalam setiap kalimat diungkapkan dalam dua bagian, supjek dan predikat.
Subjek sebagai bagian yang menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat dijelaskan maknanya oleh
predikat.
Contoh:
- Meli memandang langit yang cerah
- Ibu menggoreng ikan bandeng

5. Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian  kalimat; atau


menghubungkan paragraf dengan paragraph. Dengan penggunaan konjungsi ini, hubungan itu
menjadi lebih eksplisit, dan akan menjadi lebih jelas bila dibandingkan dengan hubungan yang
tanpa konjungsi. Contohnya: Raja sakit. Permaisuri meninggal.Pada contoh diatas, hubunngan
antara kalimat pertama dengan kalimat kedua itu tidak jelas: apakah hubungan penambahan,
apakah hubungan sebab dan akibat, atau hubungan kewaktuan. Hubungan menjadi jelas,

misalnya diberi konjungsi, dan menjadi kalimat sebagai berikut:


        1. Raja sakit dan permaisuri meninggal.
        2. Raja sakit karena permaisuri meninggal.
        3. Raja sakit ketika permaisuri meninggal.
        4. Raja sakit sebelum permaisuri meninggal
        5. Raja sakit. Oleh karena itu, permaisuri meninggal.
        6. Raja sakit, sedangkan permaisuri meninggal.

Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis. Dengan
menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforis, maka bagian kalimat yang sama tidak perlu di
ulang, melainkan dig anti dengan kata ganti itu. Maka oleh karena itu juga, kalimat-kalimat tersebut
saling berhubungan.
Menggunakan ellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang
lain. Dengan ellipsis, karena tidak di ulangnya bagian yang sama, maka wacana itu tampak
menjadi lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung kalimat di dalam
wacana itu.

Anda mungkin juga menyukai