Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

TELAH KURIKULUM KIMIA I

DOSEN PENGAMPUH:

NUR ASBIRAYANI LIMATAHU S.Pd.,M.Si

OLEH:

NAMA : RUSLAN SELPIA

NPM : 03291911022

KELAS : IV A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
A. UNDANG UNDANG SISDIKNAS
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan
usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap
warga Negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen
bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara
Indonesia. Pembaharuan system pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Pendidikan nasional
mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.
Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai
berikut:
1. mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat
belajar;
3. meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4. meningkatkan keprofesionalan dn akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalamanan, sikap,
dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
5. memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sistem Pendidikan Nasional diatur dengan Undang-Undang. Undang-Undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri
pada tanggal 8 Juli 2003. UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
diberlakukan setelah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, dan Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301 oleh Sekretaris Negara Republik Indonesia Bambang Kesowo pada tanggal
8 Juli 2003 di Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau
UU Sisdiknas mencabut:
1. Undang-undang Nomor 48/Prp./1960 tentang Pengawasan Pendidikan dan Pengajaran
Asing (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2103);
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390).
Pertimbangan yang menjadi latar belakang disahkannya UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:
Pertimbangan yang menjadi latar belakang di sahkannya UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasiaonal adalah:
a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial;
b. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang;
c. bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan;
d. bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tidak memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurnakan agar
sesuai dengan amanat perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c,
dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

B. UNDANG UNDANG OTONOMI DAERAH


Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk
mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan
menghormati peraturan perundangan yang berlaku. Berikut adalah penjelasan mengenai
arti otonomi daerah secara lebih lengkap, berikut tujuan dan prinsip-prinsipnya.
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia didasarkan pada hukum dan undang-
undang yang berlaku, antara lain:
1. Undang-undang Dasar Tahun 1945 amandemen ke-2, pasal 18 ayat 1-7, pasal
18A ayat 1 dan 2, dan pasal 18B ayat 1 dan 2.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka
NKRI.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Baca juga: Buka Otonomi Expo, Wiranto
Minta Daerah Berkolaborasi dalam Inovasi
4. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
6. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (revisi UU No.
32 Tahun 2004).

Undang-undang No. 33 Tahun 2004 menyebutkan dalam rangka penyelenggaraan


pemerintahan daerah sesuai amanat UUD 1945, pemerintah daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom atau disebut
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.
Otonomi daerah merupakan bagian dari desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah ke daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. UU tersebut menyatakan NKRI
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota
yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan
yang menjadi urusan pemerintah pusat.

C. UNDANG UNDANG PERATURAN PEMERINTAH


Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk
menjalankan Undang-Undang. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa
Peraturan Pemerintah sebagai aturan "organik" daripada Undang-Undang menurut
hierarkinya tidak boleh tumpang tindih atau bertolak belakang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia adalah Peraturan Perundang-undangan
di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Peraturan Pemerintah atau dikenal dengan singkatan PP ada di
bawah Undang-undang. Peraturan Pemerintah memuat materi untuk menjalankan
Undang-Undang.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa Peraturan Pemerintah
sebagai aturan "organik" daripada Undang-Undang menurut hierarkinya tidak boleh
tumpang tindih atau bertolak belakang.
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) merumuskan:

Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan


undang-undang sebagaimana mestinya.

Jadi, Peraturan Pemerintah (“PP”) adalah peraturan perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
Materi muatan PP adalah materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
Untuk menjalankan PP sebagaimana mestinya, acapkali ada perintah untuk
mengatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Presiden (“Perpres”) atau Peraturan
Menteri (“Permen”). Tetapi sebagian besar pasal dalam PP pada dasarnya tanpa perintah
untuk pengaturan lebih lanjut dalam Perpres atau Permen. Perintah penerbitan Perpres
dalam suatu rumusan PP adalah kewajiban bagi Pemerintah untuk menerbitkannya.
Peraturan pelaksanaan itu kadang diatur ‘karena diperlukan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan Negara, atau ‘dalam rangka penyelenggaraan urusan
tertentu dalam pemerintahan’.
Pasal 87 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (“UU 12/2011”) yang berbunyi:

Peraturan perundang-undangan mulai berlaku dan mempunyai


kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan
lain di dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Rumusan Pasal 87 UU 12/2011 di atas menunjukkan bahwa materi muatan PP
berlaku dengan sendirinya pada tanggal diundangkan, atau pada tanggal lain yang
disebutkan dalam PP tersebut. Contoh PP yang berlaku pada tanggal tertentu yang
ditetapkan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“PP 9/1975”). Dalam PP
9/1975 disebutkan bahwa PP ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975, padahal PP
itu diundangkan pada 1 April 1975. Jadi, tanggal pengundangan tidak selalu sama dengan
tanggal berlakunya suatu PP.
Dengan mengambil komparasi PP sebagai peraturan pelaksanaan UU, maka
pembentukan peraturan pelaksana yang disebut peraturan delegasi bertujuan untuk
mengurangi kesulitan dan permasalahan di lapangan. Hanya saja, jarak penerbitan
Permen yang diperintahkan dengan masa berlakunya PP akan mempengaruhi efektivitas
pelaksanaan PP tersebut.

Anda mungkin juga menyukai