Insiden bendungan ASI dapat dikurangi hingga setengahnya bila disusui tanpa
batas Pada tahun-tahun berikutnya sejumlah peneliti lain juga mengamati bahwa
bila waktu untuk menyusui dijadwalkan, lebih sering terjadi bendungan yang
sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi (WHO, 2015).
Menurut DepKes 2011 pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6 bulan di
Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2010
menjadi 56,2% pada tahun 2011 dan sedikit meningkat pada tahun 2012 menjadi
61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 5 sampai 6
bulan menurun dari 28,6% tahun 2010 menjadi 24,3% pada tahun 2011 dan
meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2012 (Susenas, 2012).
Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan mengalami
gangguan proses fisiologis setelah melahirkan, seperti puting susu lecet dan nyeri,
payudara bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis dan sebagainya (Kamalia,
2011).
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Saat menyusui ibu harus
rileks dan nyaman, bayi melekat menghadap puting ibu, kepala dan tubuh bayi
berada pada garis lurus, seluruh puting dan sebagian besar areola (bagian
payudara yang berwarna lebih gelap kecokelatan) masuk ke dalam mulut bayi,
dagu bayi menyentuh payudara dan bokong bayi ditopang (Vivian Nanny Lia
Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Bayi dapat mengisap dengan baik jika mulut terbuka lebar, bibir bawah
terlipat keluar, pipi bayi tidak cekung, tapi membulat dan isapannya teratur
lambat dan dalam. ASI dapat dikatakan benar-benar kurang jika berat badan (BB)
bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB lahir dalam waktu 2
minggu belum kebal, ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan
urin pekat, bau dan warna kuning (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Posisi yang kurang benar dapat menyebabkan rasa sakit, lecet, dan luka pada
puting serta membuat ibu dan bayi frustrasi. Bayi akan frustasi karena lapar dan
ibu akan merasa cemas karena ketidak mampuan menyusui bayi. Kurangnya
pengeluaran ASI dari payudara ibu bisa menyebabkan kepenuhan, bengkak
payudara, dan bahkan kegagalan menyusui (Ramaiah, 2006).
V. Evaluasi
a. Jelaskan cara menyusui yang baik dan benar?
b. Jelaskan posisi bagaimana cara menyusui bayi kemabar yang baik dan benar?
c. Sebutkan langkah-langkah menyusui yang baik damn benar?
VI. Hasil
a. Ibu bisa menjelaskan tekhnik cara menyusui yang baik dan benar.
b. Ibu bisa menjelaskan dan memperagakan bagaimananya caranya menyusui
bayi kembar dengan baik dan benar.
c. Ibu mampu menyebutkan langkah-langkah menyusui yang baik dan benar.
Materi Penyuluhan
“Tekhnik Menyusui yang Baik dan Benar”
memperkuat refleks menghisap bayi.Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara
memberikan ASI kepada bayi dengan posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi
untuk menyusu.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca
operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas.
Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui
bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan
posisi ini bayi tidak tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan
G. Kesimpulan
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Langkah-langkah menyusui yang benar
yaitu Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar
putting, duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan
posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan
tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi ke payudara
sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara
melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut
bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
ataubayi enggan menyusu.Apabila bayi telahmenyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut yaitu: bayi tampak tenang, badan bayi
menempel pada perut ibu, mulu bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara
ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk,
bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu tidak terasa nyeri,
telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah.
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pasca operasi
Caesar.Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di
payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas
dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.
H. Saran
Setelah mengetahui cara menyusui yang baik dan benar, di harapkan kepada ibu
menyusui agar dapat menyusuibayinya dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2015. Hasil Riskesdas 2015 Terkait Kesehatan Ibu. Jakarta :
Depkes RI.
Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
SalembaMedika: Jakarta IX
World Health Organization. 2015. Care of the Preterm and/or Low Birth Weight Newborn.
Geneva, Switzerland: WHO.