Anda di halaman 1dari 17

(Satuan Acara Penyuluhan)

Pokok bahasan : Tekhnik menyusui yang baik dan benar


Hari/Tanggal : sabtu / 12 januari 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Perinatologi
Sasaran : Ibu Menyusui
I. Latar belakang
Dalam proses laktasi kadang kala terjadi kejanggalan yang sering disebabkan
karena timbulnya berbagai masalah, baik masalah dari ibu maupun bayi. Salah
satu faktor dari ibu yaitu teknik menyusui yang tidak benar. Teknik menyusui
yang tidak benar dapat menyebabkan puting susu lecet dan ASI tidak keluar
optimal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga
pemberian ASI tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat dapat
mengakibatkan payudara bengkak (breast engorgement) karena sisa ASI pada
duktus. Statis pada pembuluh darah dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan
intraduktal yang akan mempengaruhi segmen pada payudara sehingga tekanan
seluruh payudara meningkat akibat payudara sering terasa penuh,tegang serta
terasa nyeri. Payudara bengkak banyak terjadi pada ibu postpartum minggu 2
pertama hari ke-3 dan ke-4 sesudah ibu melahirkan mencapai 13,3%
(WHO,2015).

Insiden bendungan ASI dapat dikurangi hingga setengahnya bila disusui tanpa
batas Pada tahun-tahun berikutnya sejumlah peneliti lain juga mengamati bahwa
bila waktu untuk menyusui dijadwalkan, lebih sering terjadi bendungan yang
sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi (WHO, 2015).

Menurut WHO,Kurang lebih 40 % wanita Amerika saat ini memilih untuk


tidak menyusui, dan banyak diantaranya mengalami nyeri dan pembengkakan
payudara yang cukup nyata. Pembesaran ASI, pembengkakan dan nyeri payudara
mencapai puncaknya 3 sampai 5 hari postpartum. Sebanyak 10% wanita mungkin
melaporkan nyeri berat hingga 14 hari post partum dan seperempat sampai
setengah dari wanita tersebut mengkonsumsi analgesik untuk meredakan nyeri
payudara pada masa nifas (Kartika, 2007).
Dalam perkembangan kesehatan anak Indonesia, sebagaimana menyusui yang
memiliki dampak sangat signifikan dalam menurunkan kematian anak.Hal ini
berarti memiliki peranan penting dalam pencapaian MDGs 4. Sehingga sisa
waktu yang hanya 5 tahun sampai batas akhir Millennium Development Goals
tahun 2015, membuat Indonesia perlu lebih menekankan setiap intervensi yang
membantu untuk menurunkan angka kematian anak (DepKes RI, 2015 ).

Menurut DepKes 2011 pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–6 bulan di
Indonesia berfluktuasi dalam tiga tahun terakhir, menurun dari 62,2% tahun 2010
menjadi 56,2% pada tahun 2011 dan sedikit meningkat pada tahun 2012 menjadi
61,3%. Demikian juga cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 5 sampai 6
bulan menurun dari 28,6% tahun 2010 menjadi 24,3% pada tahun 2011 dan
meningkat menjadi 34,3% pada tahun 2012 (Susenas, 2012).

Sumber Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan pada tahun


2012 AKI di Indonesia sebesar 102/100.000 kelahiran dan angka kematian bayi
sebesar 23/1000 kelahiran hidup (Antara, 2013). Penyebab AKI adalah
perdarahan (28%), eklampsia (12%), abortus (13%), sepsis (15%), partuslama
(18%), dan penyebab lainnya (2%) (Antara, 2013). Data dari jumlah persalinan
normal tahun 2018 Prof. Dr. MA.Hanafiah, SM Batusangkar sebesar 191 kasus.

Dampak dari teknik menyusui yang salah pada ibu yaitu ibu akan mengalami
gangguan proses fisiologis setelah melahirkan, seperti puting susu lecet dan nyeri,
payudara bengkak bahkan bisa sampai terjadi mastitis dan sebagainya (Kamalia,
2011).

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Saat menyusui ibu harus
rileks dan nyaman, bayi melekat menghadap puting ibu, kepala dan tubuh bayi
berada pada garis lurus, seluruh puting dan sebagian besar areola (bagian
payudara yang berwarna lebih gelap kecokelatan) masuk ke dalam mulut bayi,
dagu bayi menyentuh payudara dan bokong bayi ditopang (Vivian Nanny Lia
Dewi, Tri Sunarsih, 2011)

Bayi dapat mengisap dengan baik jika mulut terbuka lebar, bibir bawah
terlipat keluar, pipi bayi tidak cekung, tapi membulat dan isapannya teratur
lambat dan dalam. ASI dapat dikatakan benar-benar kurang jika berat badan (BB)
bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB lahir dalam waktu 2
minggu belum kebal, ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan
urin pekat, bau dan warna kuning (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)

Posisi yang kurang benar dapat menyebabkan rasa sakit, lecet, dan luka pada
puting serta membuat ibu dan bayi frustrasi. Bayi akan frustasi karena lapar dan
ibu akan merasa cemas karena ketidak mampuan menyusui bayi. Kurangnya
pengeluaran ASI dari payudara ibu bisa menyebabkan kepenuhan, bengkak
payudara, dan bahkan kegagalan menyusui (Ramaiah, 2006).

Menurut Sastrawinata (2005) masalah menyusui umumnya terjadi dalam dua


minggu pertama masa nifas.Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas
kesehatan sangat diperlukan agar masalah menyusui dapat segera ditanggulangi
sehingga tidak terjadi penyulit atau menyebabkan kegagalan menyusui. Masalah
menyusui yang sering terjadi diantaranya : payudara bengkak, kelainan puting
susu, puting nyeri dan lecet, puting datar atau terbenam, saluran susu tersumbat,
mastitis dan abses pada payudara. Kegagalan dalam proses menyusui sering
disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun
bayi. Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
yang akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, dan mempengaruhi
berbagai segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara akan
meningkat, akibatnya payudara sering terasa penuh serta nyeri. Selain itu juga
dapat disebabkan karena proses menyusui yang tiadak adekuat akibat tidak
sempurnanya pengosongan payudara ( Kartika, 2007).
Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui yang


baik dan benar
Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang:
a. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
b.   Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
c. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI 
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
e. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar.
f. Lama dan frekuensi menyusui
I. Materi
a. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
b.   Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
c. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
e. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar.
f. Lama dan frekuensi menyusui
II. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
III. Media
a. Leaflet
IV. Kegiatan penyuluhan
No Tahap/waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1. Pembukaan :  Memberi salam  Membalas salam
3 menit pembuka  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri  Memberi respon
 Menjelaskan pokok
bahasan dam tujuan
penyuluhan
 Membagi leaflet
       Pelaksanaan :  Menjelaskan Mendengarkan
       20 menit pengertian tekhnik dengan penuh
  menyusui yang benar perhatian
2.  Menjelaskan posisi
dan perlekatan
menyusui yang benar
 Menjelaskan
persiapan
memperlancar
pengeluaran ASI
 Menjelaskan
langkah-langkah
menyusui yang benar
 Menjelaskan cara
pengamatan tekhnik
menyusui yang
benar.Lama dan
frekuensi menyusui
3. Penutup :  Tanya jawab  Menanyakan hal
5 Menit  Menyimpulkan hasil yang belum jelas
penyuluhan  Aktif bersama
 Memberikan salam menyimpulkan
penutup  Membalas salam

V. Evaluasi
a. Jelaskan cara menyusui yang baik dan benar?
b. Jelaskan posisi bagaimana cara menyusui bayi kemabar yang baik dan benar?
c. Sebutkan langkah-langkah menyusui yang baik damn benar?
VI. Hasil
a. Ibu bisa menjelaskan tekhnik cara menyusui yang baik dan benar.
b. Ibu bisa menjelaskan dan memperagakan bagaimananya caranya menyusui
bayi kembar dengan baik dan benar.
c. Ibu mampu menyebutkan langkah-langkah menyusui yang baik dan benar.
Materi Penyuluhan
“Tekhnik Menyusui yang Baik dan Benar”

A. Pengertian Tekhnik Menyusui yang benar


Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2010,)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi ibu sekaligus
memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak dengan cara yang (Vivian Nanny
Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu dan

memperkuat refleks menghisap bayi.Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara

memberikan ASI kepada bayi dengan posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi

untuk menyusu.

B. Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui.Cara menyusui yang tergolong biasa

dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar


Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca
operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas.
Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui
bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan
posisi ini bayi tidak tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah


Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

C. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI


Persiapan mempelancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak , sehingga epital yang lepas
tidak menumpuk.
b. Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan
isapan bayi.
c.  Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.
D. Langkah –langkah menyusui yang benar
a. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
b. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
c. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan hanya leher
dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan bayi kedada
ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu, biarkan bibir bayi
menyentuh putting susu ibu dan tunggu sampai terbuka lebar .
d. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bayi
membuka lebar.
e. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah kanan
sampai bayi merasa kenyang.
f. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan lap
bersih yang telah direndam dengan air hangat.
g. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap
bisa keluar.
h.   Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain supaya
ASI berhenti keluar.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

 Gambar 10. Cara memegang payudara


Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

 Gambar 12. Perlekatan benar

 Gambar 13. Perlekatan salah


E. Cara Pengamatan Tekhik Menyusui yang benar
Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan asi tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjut
nya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.
e. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak yang
masuk.
f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
g. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola ( tidak hanya putting
saja),lingkar aerola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan lingkar
aerola bawah.
h. Lidah bayi menopang putting dan aerola bagian bawah .
i. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
j. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
k. Puting susu tidak terasa nyeri.
l. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
m. Kepala bayi agak menengadah.
n. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan
berhenti sesaat.

F. Lama dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiyap bayi membutuhkan karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin
didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam
menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal
dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang
bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan
pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara.Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik.Setiap kali
menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu menggunakan kutang (bra) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak
terlalu ketat.(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011).
PENUTUP

G. Kesimpulan

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Langkah-langkah menyusui yang benar
yaitu Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar
putting, duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan
posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan
tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi ke payudara
sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara
melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut
bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
ataubayi enggan menyusu.Apabila bayi telahmenyusui dengan benar maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut yaitu: bayi tampak tenang, badan bayi
menempel pada perut ibu, mulu bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara
ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk,
bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu tidak terasa nyeri,
telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah.
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pasca operasi
Caesar.Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di
payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas
dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.
H. Saran
Setelah  mengetahui cara menyusui yang baik dan benar, di harapkan kepada ibu
menyusui agar dapat menyusuibayinya dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2015. Hasil Riskesdas 2015 Terkait Kesehatan Ibu. Jakarta :
Depkes RI.

Dinas Kesehatan. Narasi Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2015.

Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
SalembaMedika: Jakarta IX

World Health Organization. 2015. Care of the Preterm and/or Low Birth Weight Newborn.
Geneva, Switzerland: WHO.

Anda mungkin juga menyukai