Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL

KERAGAMAN BUDAYA DI JAWA TENGAH DAN


PENGARUHNYA TERHADAP BUDAYA DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Hasna Auliya Aristawidya
Kelas :
XI IPA 3

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN


SMA NEGERI CAHAYA MADANI BANTEN BOARDING
SCHOOL
Jl. Raya Labuan - Pandeglang No.KM. 3, Saruni, Kuranten, Kabupaten
Pandeglang, Banten 4221
Jawa Tengah (disingkat Jateng, bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦗꦮꦠꦼꦔꦃ, Pegon: ‫جاوا‬
‫ ٓتڠاه‬, translit. Jåwå Têngah) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah
Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa
Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan,
Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.800,69
km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau
Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan
Karimun Jawa di Laut Jawa. Penduduk Jawa Tengah berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun
2020 berjumlah 34.718.204 jiwa dengan kepadatan 1.058,46 jiwa/km².

Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa.
Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang
berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat.
Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang
tersebar di seluruh provinsi ini.

Suku asli dari Jawa Tengah sendiri ialah Suku Jawa, Suku Jawa terbagi lagi menjadi
beberaapa suku yang menyebar di daerah Jawa Tengah, semuanya memiliki kemiripan
budaya namun dengan ciri khasnya masing-masing. Seiring dengan perkembangan zaman
budaya Jawa tengah menjadi terpusat di 3 daerah yakni budaya Banyumasan, budaya Jawa
Tengah-DIY, dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan,
keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi
kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan
Suriname. Berikut penjelasan lebih terperinci tentang budaya-budaya yang dianut di jawa
tengah mulai dari Agama, bahasa, Kerajaan yang pernah ada di Jawa tengah, sastra, pakaian
daerah, rumah daerah, mata pencaharian, teknologi, music, adat istiadat, dan masakan.

Agama
Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan
tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga
memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang
menganut agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atau Katolik.
Dahulu orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha, dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut
menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang
berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di
Indonesia. Penduduk Jawa tengah dikenal dengan sikap toleransinya yang tinggi. Hal ini bisa
dilihat pada daerah Muntilan, Kabupaten Magelang yang masih banyak dijumpai penganut
agama katolik karena daerah tersebut menjadi pusat pengembangan agama katolik di Jawa.
Seorang peneliti AS Clifford Geertz bahkan pernah meneliti orang Jawa dan membagi orang
Jawa menjadi 3 golongan besar yaitu: Abangan, Priyayi, dan Santri.

Abangan adalah sebutan untuk golongan penduduk Jawa Muslim yang mempraktikkan Islam
dalam versi yang lebih sinkretis bila dibandingkan dengan golongan santri yang lebih
ortodoks. Istilah ini, yang berasal dari kata bahasa Jawa yang berarti merah, pertama kali
digunakakan oleh Clifford Geertz, tetapi saat ini maknanya telah bergeser. Abangan
cenderung mengikuti sistem kepercayaan lokal yang disebut adat daripada hukum Islam
murni (syariah). Dalam sistem kepercayaan tersebut terdapat tradisi-tradisi Hindu, Buddha,
dan animisme. Namun beberapa sarjana berpendapat bahwa apa yang secara klasik dianggap
bentuk varian Islam di Indonesia, sering kali merupakan bagian dari agama itu sendiri di
negara lain. Sebagai contoh, Martin van Bruinessen mencatat adanya kesamaan antara adat
dan praktik yang dilakukan dahulu kala di kalangan umat Islam di Mesir.

Berdasarkan cerita masyarakat, kata abangan diperkirakan berasal dari kata Bahasa
Arab aba'an. Lidah orang Jawa membaca huruf 'ain menjadi ngain. Arti aba'an kurang lebih
adalah "yang tidak konsekuen" atau "yang meninggalkan". Jadi para ulama dulu memberikan
julukan kepada para orang yang sudah masuk Islam tetapi tidak menjalankan syariat (Bahasa
Jawa: sarengat) adalah kaum aba'an atau abangan. Jadi, kata "abang" di sini bukan dari kata
Bahasa Jawa abang yang berarti warna merah.

Upacara pokok dalam tradisi abangan adalah slametan yang melambangkan persatuan
mistik dan sosial dari orang-orang yang ikut serta dalam slametan itu. Slametan diadakan
pada hampir setiap kesempatan yang mempunyai arti upacara bagi orang Jawa seperti
kehamilan, khitan, kelahiran, perkawinan, kematian, maulid, panen, dan lebaran. Tujuan dari
slametan adalah untuk mencari tujuan selamat dalam arti tidak terganggu oleh kesulitan
alamiah, gangguan ghaib sehingga tidak menimbulkan penyakit dan kesusahan yang lain.
Priayi adalah istilah dalam kebudayaan Jawa untuk
kelas sosial dalam golongan bangsawan. Suatu golongan
tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari
keluarga kerajaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
priayi adalah orang yang termasuk lapisan masyarakat yang
kedudukannya dianggap terhormat, misalnya golongan
pegawai negeri. Kata priayi konon berasal dari dua kata Jawa
para dan yayi yang secara harafiah berarti "para adik",
maksudnya adalah para adik raja. Namun Robson (1971)
berpendapat bahwa kata ini bisa pula berasal dari kata dalam
bahasa Sanskerta priyā, yang berarti kekasih.

Golongan priayi tertinggi disebut Priayi Ageng (bangsawan tinggi). Gelar dalam


golongan ini terbagi menjadi bermacam-macam berdasarkan tinggi rendahnya suatu
kehormatan. Beberapa gelar dari yang tertinggi hingga dengan hanya satu gelar saja
yaitu Raden.

Gelar seorang priayi juga dapat meningkat seiring dari usianya. Misalnya ketika
seorang anak laki-laki lahir diberi nama Bomantara, ia bergelar Raden Mas, jadi nama
lengkapnya adalah Raden Mas Bomantara, ketika menginjak akil balik gelarnya bertambah
satu kata menjadi Bandara Raden Mas, ketika menapak dewasa (18 atau 21 tahun) bertambah
lagi menjadi Bandara Raden Mas Aryo. Pada saat dewasa dan telah memiliki jabatan dalam
hierarki kebangsawanan, ia akan memiliki gelar yang berbeda dari gelar yang telah ia miliki.
Misalnya ia menduduki jabatan pemimpin ksatrian maka gelarnya akan berubah menjadi
Gusti Pangeran Adipati Haryo. Dan setiap kedudukan yang ia jabat ia akan memilki gelar
tambahan atau gelar yang berubah nama.

Pada awal abad ke-20, dengan semakin berkembangnya kebutuhan pemerintah Hindia
Belanda akan birokrasi pribumi, orang-orang awan di luar trah darah biru mulai mendapat
kesempatan untuk mencapai jabatan administratif tertentu dalam birokrasi pemerintahan,
melalui jalur pendidikan dan kemampuan berbahasa Belanda. Jabatan juru tulis, jaksa,
petugas pajak, guru, dan mantri umumnya dapat ditempati setelah mereka lulus pendidikan.
Namun tetap terdapat pembatasan tak resmi untuk jabatan birokrasi tinggi seperti bupati,
dimana tidak saja mempertimbangkan kecakapan dan ijazah resmi melainkan juga harus dari
kalangan berdarah biru. Golongan priayi dengan demikian berkembang menjadi dua lapisan,
yaitu golongan priayi tinggi (keturunan ningrat) dan priayi rendah (priayi sekolahan).

Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam
di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut
bahasa, istilah santri berasal dari bahasa Sanskerta, "shastri" yang memiliki akar kata yang
sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Ada pula yang
mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu begawan atau resi Seorang
cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. Tidak jauh
beda dengan seorang santri yang mengabdi di pesantren, sebagai konsekuensinya ketua
pondok pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut. Pada tahun 2015, tanggal 22
Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.

Bahasa

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Masyarakat Jawa Tengah menggunakan bahasa Jawa
Dialek Solo Jogja yang dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat
sejumlah dialek Bahasa Jawa akan tetapi secara umum terdiri dari dua bagian yakni kulonan
dan timuran.

Untuk bahasa kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah tang terdiri dari Dialek
Banyumasan dan Dialek Tegal. Untuk dialek ini mempunyai pengucapan yang cukup berbeda
dengan bahasa jawa Standar. Sementara untuk bahasa timuran dituturkan dibagian timur Jawa
Tengah yang terdiri dari atas dialek Solo dan dialek Semarang. Ada keanekaragaman bahasa
Jawa yang berkembang di wilayah ini. Keanekaragaman ini disebabkan perbedaan dialek.
Sehingga diantara perbatasan kedua dialek tersebut dituturkan bahasa dengan campuran
keduanya. Dan daerah yang mendapat percampuran kedua bahasa dialek tersebut yakni pada
wilayah Pekalongan dan Kedu. Bahasa Jawa dibagi menjadi beberapa tingkatan(Unggah-
Ungguh) yaitu dari tingkatan yang paling dasar ialah Bahasa Ngoko Lugu, Ngoko Alus,
Krama Lugu dan Krama Inggil.
Sebenarnya Bahasa Jawa memiliki jenis huruf sendiri yang dinamakan huruf Jawa
(Honocoroko) atau biasa disebut dengan aksara Jawa. Menurut perjalanan sejarahnya, aksara
Jawa dan beberapa aksara nusantara lainnya sebenarnya merupakan turunan dari aksara
Pallawa yang digunakan sekitar abad ke-4 Masehi. Lalu seiring perkembangan zaman pula,
aksara Hanacaraka mengalami beragam perubahan bentuk dan komposisi hingga seperti yang
kita kenal sampai saat ini.

Aksara Jawa yang sering disebut dengan "Hanacaraka" merupakan aksara jenis
abugida turunan dari aksara Brahmi. Dari segi bentuknya, aksara "Hanacaraka" punya
kemiripan dengan aksara Sunda dan Bali. Untuk aksara Jawa sendiri merupakan varian
modern dari aksara Kawi, salah satu aksara Brahmi hasil perkembangan aksara Pallawa yang
berkembang di Jawa.

Pada masa berjayanya kerajaan-kerajaan Islam, tepatnya dari zaman Kesultanan


Demak hingga Pajang, teks dari masa tersebut diwakili dengan serat Suluk Wijil dan serat
Ajisaka. Pada masa itu diperkenalkan urutan pangram Hanacaraka untuk memudahkan
pengikatan 20 konsonan yang digunakan dalam bahasa Jawa. Urutan tersebut terdiri dari 4
baris dengan tiap baros terdiri dari 5 aksara yang menyerupai puisi.

Kerajaan
Pada zaman Dahulu sejak abad VII, banyak sekali Kerajaan yang pusat
pemerintahannya berada di Jawa Tengah. Kerajaan tertua yang diketahui pernah ada di tanah
Jawa Tengah ialah Kerajaan Budha Kalingga yang pusat pemerintahannya berada di daerah
Jepara. Kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Shima pada tahun 674. Selanutnya berdiri
kerajaan-kerajaan lain yakni Kerajaan Kanjuruhan, Kerajaan Mataram Hindu, Kerajaan
Kahuripan, Kerajaan Jenggala, Kerajaan Kediri(1042-1222), Kerajaan Singasari(1222-1292)
dan kerajaan Majapahit(1292-1527). Kerajaan tersebut meruapakn kerajaan-kerajaan yang
bercorak hindu dan Budha.
Di saat ramainya perdagangan Nusantara mulailah datang orang-orang Timur yang
berdagang sekaligus meembawa dan menyebarkan agama Islam di tanah nusantara. Dari
sanalah mulai berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Kerajaan Demak(1475-
1548), Kesultanan Pajang(1548-1588) dan Kesultanan Mataram(1588-1581). Setelah zaman
Kerajaan mulai ditinggalkan, jawa Tengah masih memiliki kerajaan yang mulai bercorak
modern dan diantaranya masih ada yang bertahan sampai sekarang. Kerajaan-Kerajaan itu
antara lain adalah Kesusunan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Kadipaten Paku Alaman
dan Praja mangkunagaraan.

Sastra
Sejarah Sastra Jawa dimulai dengan sebuah prasasti yang ditemukan di daerah
Sukabumi (Sukobumi), Pare, Kediri Jawa Timur. Prasasti yang biasa disebut dengan nama
Prasasti Sukabumi ini bertarikh 25 Maret tahun 804 Masehi. Isinya ditulis dalam bahasa Jawa
Kuno. Setelah prasasti Sukabumi, ditemukan prasasti lainnya dari tahun 856 M yang
berisikan sebuah sajak yang disebut kakawin. Kakawin yang tidak lengkap ini adalah sajak
tertua dalam bahasa Jawa (Kuno).
Sejarah sastra Jawa dibagi dalam empat masa:
 Sastra Jawa Kuna
 Sastra Jawa Tengahan
 Sastra Jawa Baru
 Sastra Jawa Modern

Bahasa Jawa pertama-tama ditulis dalam aksara turunan


aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Aksara ini yang
menjadi cikal bakal aksara Jawa modern atau Hanacaraka yang
masih dipakai sampai sekarang. Dengan berkembangnya agama
Islam pada abad ke-15 dan ke-16, huruf Arab juga dipergunakan
untuk menulis bahasa Jawa; huruf ini disebut dengan nama huruf
pegon. Ketika bangsa Eropa menjajah Indonesia, termasuk Jawa,
abjad Latin pun digunakan untuk menulis bahasa Jawa. Dongeng
Jawa seperti cerita panji ternyata juga dikenal dan dipentaskan di
Prasasti Canggal
Thailand dan Filipina.[18] Banyak sastra Jawa yang berada di
Eropa terutama Belanda bahkan ada perguruan tinggi Belanda yang membuka mata kuliah
sastra Jawa seperti Universitas Leiden. Beberapa kakawin yang ditulis oleh pujangga Jawa
menyadur dari karya India atau cerita Jawa di antaranya adalah:
 Kakawin Sutasoma (menjadi motto Bhinneka Tunggal Ika)
 Kakawin Nagarakretagama
 Kakawin Smaradahana
 Kakawin Ramayana
 Kakawin Smaradahana
 Kakawin Arjunawiwāha
 Kakawin Kresnayana
 Kakawin Bhāratayuddha

Pakaian Daerah
Terdapat beberapa jenis baju adat jawa
Tengah yaitu jawi jangkep, kebaya, kanigaran,
batik, pangsi, surjan dan beskap dan basahan. Di
Jawa Tengah, untuk pakaian adat laki-laki disebut
dengan beskap. Sebagai pelengkap di bagian
kepala biasanya terdapat blangkon atau kuluk.
Sementara untuk bagian bawahnya menggunakan
jarik yang diikat dengan menggunakan stagen. Di
bagian belakang juga akan diselipkan senjata
tradisional yang bernama keris.
Untuk perempuannya menggunakan kebaya. Bagian bawah menggunakan jarik yang juga
diikat dengan memakai stagen. Umumnya, rambut juga akan ditata dengan cara disanggul
dan dihiasi dengan aksesoris. Beberapa peninggalan kebudayaan Jawa Tengah yang masih
ada hingga kini.
Rumah Daerah

Penduduk Provinsi Jawa Tengah mengenal beberapa jenis rumah adat. Rumah adat
Jawa Tengah dibedakan menurut bentuk atapnya. Ada lima bentuk rumah adat Jawa Tengah,
yaitu rumah limasan, joglo atau tikelan, panggangpe, kampung, dan tajug atau masjid.
Pada umumnya susunan rumah adat tradisional secara lengkap terdiri atas beberapa bagian,
yaitu pintu gerbang, pendopo, pringgitan, dalem, gandhok, dapur, dan lain-lain. Tiap-tiap
bagian memiliki fungsi yang berbeda. Namun, tidak setiap jenis rumah memiliki bagian-
bagian tersebut. Bagian rumah pendopo dan dalem terdapat pada bentuk joglo. Bagian bentuk
pringgitan terdapat pada rumah bentuk limasan.

Pendopo merupakan bagian utama yang digunakan untuk menerima tamu. Untuk
bagian pringgitan digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang, meskipun sekarang ini
pertunjukan wayang tersebut tidak selalu di ruang pringgitan. Sedangkan bagian omah
ndalem merupakan ruang untuk ruang keluarga.

Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah berdasarkan sensus 2015 adalah 35.557.249
jiwa. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (2,342 juta
jiwa), Kabupaten Cilacap (2,227 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,953 juta jiwa).
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan
penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,45% per tahun), sedang yang terendah
adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).

Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata
pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%), diikuti dengan perdagangan
(20,91%), industri (15,71%), dan jasa (10,98%). Terdapat pula sentra-sentra kerajinan yang
tersebar luas di Jawa Tengah. Seperti kerajinan gerabah(Kab.Klaten), kerajinan tenun
lurik(Kab.Jepara dan kab. Klaten), kerajinan perunggu(Kab. Boyolali), kerajinan tatah
sungging(Kab. Wonogiri), kerajinan tanduk(Kab. Klaten), kerajinan kulit(Kab. Batang),
ayaman bamboo(Kab. Pekalongan dan Kab. Brebes), kerajinan kuningan(Kab. Pati), Kerajian
Gamelan(Kab. Sukoharjo) dan kerajinan wayang lilin(Kab. Boyolali). Kabupaten Pekalongan
terkenal juga akan sentra batiknya yang sudah sagat terkenal.

Tekonologi
Sudah diketahui dari zaman dahulu tanah Jawa ramai akan budaya dan akulturasinya.
Sudah berkembang dari zaman dulu sampai sekarang. Hal itu membuat Tanagh Jawa
memiliki macam ragam teknologi yang sudah dikembangkan sejak dahulu kala dan bahkan
masih ada yang bertahan sampai saat ini.

Arsitektur, Arsitektur Jawa adalah bentuk bangunan khas yang dirancang oleh orang Jawa
untuk berbagai fungsi. Di antaranya adalah rumah Jawa atau Joglo yang sangat unik
bentuknya. Bentuk bangunan Jawa sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, Buddha, dan
Islam. Arsitektur Jawa juga mengadaptasi bentuk bangunan Tionghoa, Belanda, dan Arab.
Sejak dahulu orang Jawa sudah pandai dalam membuat arsitektur hal ini terbukti dengan
ditemukannya sejumlah candi monumental di Jawa seperti Candi Borobudur dan Candi
Prambanan. Bahkan Jateng-DIY dan Jatim tercatat sebagai wilayah di Indonesia yang
terbanyak memiliki candi dengan lebih dari 50 buah candi. Di Jawa juga banyak terdapat
masjid yang merupakan akulturasi budaya Hindu dan Islam seperti Masjid Agung Demak.

Terakota Majapahit, terakota Majapahit adalah kerajinan tanah liat era Majapahit. Seni
Terakota adalah satu karakter budaya pada masa Majapahit yang cukup terkenal dan banyak
ditemukan. Hasil seni ini berupa arca, bak air, jambangan, vas bunga, hiasan atap rumah,
genteng, dinding sumur (jobong), kendi, atau celengan. Pada era Majapahit pengetahuan
tentang pembuatan barang-barang dari tanah liat bakar dengan prinsip yaitu membuat bentuk
atau model dari tanah liat, mengeringkan di bawah sinar matahari, dan membakarnya dalam
api.

Kapal Jong, hasil budaya teknologi Jawa lainnya adalah Kapal jong Jawa yaitu sebuah kapal
layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman kerajaan dahulu. Kapal jong
Jawa inilah yang ditiru China, menghasilkan kapal jung China (bahasa China: chuán).
Lambung kapal jong dibentuk dengan menyambungkan papan-papan pada lunas kapal.
Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku
besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua
batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal jong yang
disebut sebagai K'un-lun po (perahu orang Kunlun - Yakni Jawa dan Sumatra) ini telah
memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama
beratus ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki awal abad ke-8, peran kapal Borobudur
digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar yaitu
jong. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi. Istilah jong dipakai
pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odorico, John de Marignolli, dan Ibnu
Battuta[20] yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14 mereka memuji kehebatan kapal
Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan jong tak
jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa
menggunakan paku.

Pendidikan, pendidikan menempati arti sangat penting bagi orang Jawa. Bahkan bapak
pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara adalah orang Jawa dan dia adalah pelopor
pendidikan Indonesia. School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA sekolah
kedokteran pertama di Indonesia adalah pendidikan modern pertama bagi orang Indonesia
termasuk orang Jawa. Pada masa modern pendidikan tetap menempati peran penting bagi
orang Jawa. Bahkan dalam Peringkat universitas di Indonesia menurut Webometrics tercatat
30 perguruan tinggi dari Jateng-DIY dan Jatim termasuk 50 perguruan tinggi terbaik di
Indonesia. Bahkan dalam Olimpiade Sains Nasional yang merupakan kompetisi bidang sains
bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia tercatat dimenangkan oleh
hanya 2 provinsi yaitu DKI Jakarta 4 kali pada tahun 2004, 2005, 2009, 2010 dan Jawa
Tengah 8 kali pada tahun 2002, 2003, 2006, 2007, 2008, 2011, 2012, 2013.

Kalender, kalender Jawa adalah sebuah kalender yang merupakan perpaduan antara budaya
Islam, budaya Hindu-Buddha Jawa, dan budaya Eropa. Dalam sistem kalender Jawa, siklus
hari yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang kita kenal
sekarang, dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran. Pada tahun 1625
Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dalam
kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk mengubah penanggalan Saka. Sejak
saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem kalender kamariah atau lunar,
namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah (saat itu tahun 1035 H). Angka tahun
Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan. Sehingga
tahun yang saat itu adalah tahun 1547 Saka, diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa. Dekrit
Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah kerajaan Mataram II yaitu seluruh pulau Jawa dan
Madura kecuali Banten, Batavia, dan Banyuwangi (Blambangan).
Musik dan Seni

Langgam Jawa merupakan bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam musik


tradisional Jawa, khususnya gamelan. Seperangkat musik gamelan terdiri dari beberapa
instrumen alat musik. Alat musik tersebut meliputi kendang, bonang barung, bonang penerus,
saron, slenthem, gender, gambang, kempul, kenong, kethug, sitter, suling, rebab, keprak dan
kepyang, bedug,serta gong. Perangkat musik gamelan tersebut terdiri atas dua laras, yaitu
laras slendro dan pelog. Satu perangkat musik gamelan laras slendro dan pelog disebut
gamelan sepangkon.Tokoh-tokoh musik ini di antaranya Andjar Any, Gesang, Ki Narto
Sabdo, dan Waljinah. Di daerah Jawa tengah jugaterdapat sebuah alat music yang disbut juga
sebagai alat music Bonang. Alat musik ini adalah sebuah alat music yang cara memainkannya
adalah dengan dipukul. Perlu diketahui bahwa alat music ini terbuat dari sebuah logam-logam
yaitu seperti, kuningan, perunggu, atau besi.

Dalam memainkan sebuah alat musik ini biasanya digunakan dengan sebuah alat
pemukul kayu yang telah dilapisi dengan sebuah kain atau karet. Selain gamelan, di beberapa
wilayah Provinsi Jawa Tengah juga ditemukan jenis alat musik lainnya, seperti rebana,
tambur, calung, dan terompet. Alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi kesenian khas
daerah.

Lalu untuk Seni Tradisional Jawa adalah karya seni yang diciptakan dan berasal dari
Pulau Jawa, Indonesia. Beberapa contoh dari seni tradisional jawa antara lain tari Gambyong.
Kesenian tradisional dari Jawa ada berbagai macam, tetapi secara umum dalam satu akar
budaya kesenian Jawa ada 3 kelompok besar yaitu Banyumasan (Ebeg), Jawa Tengah-DIY
(Ketoprak dan Srimpi), dan Jawa Timur (Ludruk dan Reog). Secara umum tarian tradisional
daerah Jawa Tengah terbagi atas dua jenis, yaitu tarian keraton dan tarian rakyat. Jenis tarian
keraton berasal dari lingkungan keraton. Sedangkan tarian rakyat dipergelarkan dalam
upacara-upacara adat.

Salah satu contoh tarian keraton Surakarta yang terkenal yaitu tari Bedhaya. Ada
beberapa jenis tari Bedhaya yang dikenal masyarakat Jawa Tengah. Salah satunya adalah tari
Bedhaya Ketawang. Sedangkan tarian rakyat yang dikenal masyarakat Jawa Tengah salah
satunya adalah tari Dolalak. Beberapa tarian daerah yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah
antara lain sebagai berikut; Tari Bambang Cakil, Tari Lengger, Tari Angguk, Tari Kuntulan,
Tari Golek, Tari Bondan, Tari Klono Topeng/ Sewandono, Tari Tayub, Tari Rebana, Tari
Mbatil, Tari Tani, Tari, Eko Prawiro, Tari Retno Tanding, Tari Menak Koncar, Tari
Bondoyudo, Tari Prawiroguno, Tari Bugis Kembar, Tari Srimpi, Tari Gambyong, Tari
Gambiranom, Tari Gathutkaca Gandrung, Tari Gathutkaca Gaadhungkawuk, Tari
Gunungsari, Tari Dewi Ciptoroso, Tari Bismo Gugur, Tari Srikandi Ajar Manah, Tari Jaran
Kepang, Tari Gambiranom Banyumasan, Tari Calung, Tari Capat Cipit, Tari Sintren, Tari
Angguk, Tari Tek-Tek, dan Sendratari Kamandaka.

Pada zaman dahulu juga sudah ada pertunjukan drama di Jawa Tengah. Drama
merupakan sebuah kesenian yang paling popular di daerah Jawa Tengah. Saah satunya adalah
kesenian drama Ktoprak, kesenian ini telah muncuk sejak tahun 1887. Pada awalnya kesenian
ketoprak ini hanyalah sebuah kesenian yang menggunakan sebuah lesung orang-orang desa di
bawah bulan purnama, yang kemudian tradisi tersebut ditambahi dengan sebuah nyanyian.

Adat Istiadat

Upacara Tikeban

Upacara tradisional Provinsi Jawa Tengah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
upacara yang berhubungan dengan daur hidup serta upacara yang berhubungan dengan
aktifitas hidup masyarakat dan lingkungannya. Jenis upacara yang berhubungan dengan daur
hidup masyarakat Jawa Tengah sebagai berikut.
 Masa kehamilan, terdiri atas beberapa upacara selamatan,seperti; ngebor-ngebori, dan
mitoni atau tingkeban.
 Masa kelahiran, terdiri atas beberapa tahap upacara, antara lain brokohan, puputan, ,
sepasaran, dan selapanan.
 Masa kanak-kanak, terdiri atas upacara tedhak siten dan sapihan.
 Masa remaja, upacara ini merupakan proses memasuki masa kedewasaan yang ditandai
dengan khitanan dan tetesan.
 Masa perkawinan, upacara pada masa ini merupakan simbol peralihan status seseorang
dari masa lajang ke masa berumah tangga. Upacara perkawinan terdiri atas beberapa
tahap, antara lain nakoke, nontoni, peningsetan, seserahan, midodareni, ijab kabul,
temon, dan ngunduh mantu.
 Masa kematian, berbagai upacara selamtan dilakukan sejak awal sampai keseribu
harinya. Tahapan upacara masa kematian meliputi brobosan, surtanah, nelung dina,
pitung dina, matang puluh dina, nyatus dina, mendhak pisan, mendhak pindho, nyewu
dina, dan kol.
Satu lagi jenis upacara yang berhubungan dengan daur hidup masyarakat yaitu
ruwatan. Upacara ruwatan merupakan upacara pembebasan sukerto atau cacat seseorang
yang dibawa sejak lahir. Ruwatan dilakukan agar si anak terbebas dari ancaman Bathara
kala. Salah satu bagian dari upacara yang tidak boleh dilepaskan adalah pemotongan rambut
dan pementasan wayang kulit.

Jenis upacara adat yang berhubungan dengan aktivitas hidup dan lingkungan yang ada
di Provinsi Jawa Tengah benyak sekali. Tiap-tiap daerah memiliki jenis upacara ini. Contoh
upacara yang banyak ditemui yaitu nyadran. Nyadran adalah upacara yang dilakuakan
setiap menjelang bulan puasa (bulan Jawa; Ruwah). Inti upacara yaitu mengirim doa bagi
para leluhur yang sudah meninggal. Upacara ini dilakukan dengan mengadakan kegiatan
pembersihan makam keluarga atau leluhur desa secara bergotong royong. Selain ang telah
disebutkan, masih banyak lagi Upcara adat yang diaakan di setip derah di Jawa Tengah.
Masakan

Wingko Babat

Banyak sekali jenis makanan dan minuman tradisional di Jawa Tengah. Hampir setiap
daerah memilikinya. Makanan dan minuman ini dibuat dengan bahan-bahan yang berasal
dari potensi alam Jawa Tengah. Kebanyakan Masyarakat Jawa Tengah suka membuat
makanan yang manis-manis. Beikut ciri khas yang dimiliki oleh masakan Jawa Tengah :
 Memiliki rasa dominan manis dibandingkan rasa lainnya.
 Bawang putih menjadi bumbu utama di setiap masakan.
 Umumnya masakan khas Jawa Tengah menggunakan santan.
 Gudeg adalah salah satu makanan khas Jawa Tengah yang terkenal.

Contoh makanan khad Jawa Tengah adalah tahu pong, tahu petis, tahu gimbal, wingko
babat, lumpia, bandeng presto, timlo, tengkleng, sega liwet, lopis, soto kriyik, nasi gandul,
soto taoco, jenang kudus, dodol, sate kerbau, nasi pindang, es gempol, blenyik ikan teri, soto
sokaraja, jenang jaket, cimplung, kacang asin, pilus, young tahu, nasi grambyong, lontong
dekem, sate loso, jenang, lanting, nasi tumpang, enting-enting, nasi tiwul, kacang dieng, rujak
kangkung, krasikan dan brem cap suling gading.

PENGARUH FAKTOR GEOGRAFIS JAWA TENGAH TERHADAP KERAGAMAN


BUDAYA DI INDONESIA, DAERAH DAN GLOBALISASI
Setiap budaya di Indonesia akan saling mempengaruhi walaupun hanya sedikit,
daerah yang berdekatan memungkinkan budaya dari dua daerah tersebut memiliki kemiripan
tetapi tetap memiliki ciri khasnya masing-masing. Berikut akan dijelaskan lebih jelas factor
geografis Jawa Tengah terhadap Keragaman budaya di Indonesia, nasional, daerah dan
pengaruh terhadap globalisasi.
Terhadap Keragaman Budaya di Indonesia
Pada zaman dahulu pulau Jawa menjadi pusat perdagangan antar benua dan ramai dengan
para pedagang dari luar nusantara. Jawa Tengah termasuk wilayah yang sangat ramai pada
zaman dahulu, hal ini yang mempengaruhi Jawa tengah sampai sekarang. Suku Jawa
merupakan suku terbanyak yang ada di Indonesia dan tersebar luas di Indonesia. Bahkan
terdapat suku jawa di Suriname, Amerika Serikat. Dengan persebaran suku Jawa yang seluas
itu, pengaruh budaya Jawa Tengah otomatis akan tersebar dan mempengaruhi daerah-daerah
yang ditinggali suku jawa. Contohnya banyak makanan khas daerah Jawa Tengah yang
mudah ditemui di daerah Tangerang dan Jakarta. Mungkin juga dapat di temui di daerah
Sulawesi dan Sumatra. Selain itu Bhasa Jawa merupakan bahasa yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Hal ini lagi-lagi dikarenakan menyebarnya suku Jawa di berbagai
daerah di nusantara ini.

Daerah Jawa Tengah juga termasuk awal penyebaran Agama Hindu Budha pada
zaman dahulu dengan berdirinya Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha. Peninggalan candi-
candi dan arsutekutr Hindu Budha menjadi saksi bisu penyebaran agama Hindu Budha di
daerah Jawa Tengah. Namun, pada saat pedagang dari Timur mulai memasuki daerah
Indonesia, mulailah penyebaran agama islam di Indonesia termasuk daerah Jawa Tengah dan
sekitarnya. Agama Hindu Budha mulai memudar di rakyat Jawa Tengah dan berganti
menjadi Agama Islam. Oleh karena peralihan inilah terdapat masyarakat yang memiliki
keyakinan kejawen, keyakinan ini timbul akibat dari akulturasi agama Islan, Hindu dan
Budha sehinga melahirkan agama Islam yang memiliki keyakinan animisme dan dinamisme
ini.

Terhadap Keragaman Budaya di Daerah


Pertama, akan kita bahas factor geografis yang mempengaruhi budaya di Jawa
Tengah. Jawa Tengah dikelilingi oleh gunung-gunung dan memiliki banyak dataran rendah
yang cocok ditanamai padi. Petani Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal sebagai produsen
beras terbesar di Indonesia. Jawa Timur dan Jawa Tengah penyumbang beras terbesar di
Indonesia yaitu Jawa Timur 31,27%, Jawa Tengah 23,79%, Jawa Barat 15,19%, Sulawesi
Selatan 10,10% dan Nusa Tenggara Barat 4,6%. Produksi Bawang merah Jawa mencapai
68% produksi nasional Indonesia. Dataran dan cuaca yang mendukung membuat Jawa
Tengah menjadi salah satu pemasok beras terbesar di Indonesia. Lalu pakaian daerah yang
digunakan oleh rakyat Jawa kebanyakan terdapat unsur batiknya. Sebenarnya setiap daerah
memiliki ciri khas batiknya msing-masing. Salah satunya yaitu Jawa tengah yang memiliki
ciri khas yang sangat menonjol. Pemakaian kemben atau kain jarik pada pakaian daerah
wanita dipengaruhi oleh adanya batik yangdihasilkan di Jawa Tengah.

Indonesia memiliki paling banyak keragaman budaya dibanding negara lain. Setiap
daerah memiliki budaya sendiri dengan ciri khasnya masing-masing. Namun karena
dipengaruhi letak geografis antara beberapa daerah yang saling berdekatan menyebabkan
terjadinya kemiripan budaya tetapi masih dengan ciri khasnya masing-masing. Jadi sudah
biasa bagi rakyat Indonesia menemui beberapa kesamaan budayanya dengan budaya daerah
lain. Jangan sampai hal ini membuat rakyat Indonesia berselisih paham hanya karena
kemiripan antar budayanya. Sepatutnya bersyukur sebagai Bangsa Indonesia dengan
keragaman budaya yang diberikan oleh Allah SWT kepada Indonesia yang membuat
Indonesia berbeda dengan Negara yang lain dan memiliki lebih banyak perbedaan yang
membuat Indonesia bersatu menjadi kesatuan Negara Kesatuan Repunlik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai