Anda di halaman 1dari 9

Jaringan Otot

a. Komposisi

Otot mengandung kira-kira 75% air, 20% protein, 1 – 10% lipid, dan 1% glikogen.
Komposisi tipe serat pada otot (otot rangka) mempengaruhi warna otot.

b. Klasifikasi

Sel otot dibagi menjadi tiga, yaitu sel otot rangka, otot jantung, dan otot polos.
Dalam semua tipe otot, kontraksi terjadi dengan system sliding filament myosin/aktin
yang diregulasi level kalsium intraselular.

Sel otot rangka berbentuk silindris yang panjang dan memiliki banyak inti sel.
Membran sel otot rangka disebut sarcolemma sedangkan sarcoplasma adalah daerah
bagian dalam sel yang mengandung protein, organel, dan apparatus kontraktil. Sel
otot rangka memiliki reticulum sarcoplasma, yang beranalog dengan reticulum
endoplasma. Struktur membrane sel otot rangka memiliki tubulus T yang
melengkung ke dalam dan menghantarkan impuls saraf ke reticulum sarcoplasma.
Lurik yang nampak pada sel otot rangka merupakan susunn myofibril. Myofibril
adalah suatu struktur berbentuk benang yang terdiri dari filament tipis dan filament
tebal. Kedua jenis filament ini mengandung protein kontraktil, yaitu aktin pada
filament tipis dan myosin pada filament tebal.

(Sumber: Lieberman, M. 2013)


Sel otot rangka diklasifikasikan menjadi dua, yaitu serat kedut lambat (serat
oksidatif lambat, tipe I) dan serat kedut cepat (serat glikolitik cepat, tipe II). Serat tipe
II dibagi menjadi tipe IIa dan IIb.

(Sumber: Lieberman, M. 2013)

Sel otot polos berbentuk spindle dengan satu inti di tengah. Sel otot polos
tidak tampak ada lurik. Kontraksi sel otot polos bersifat involunter dan
ketegangannya dapat bertahan lebih lama dibanding sel otot rangka.
(Sumber: Lieberman, M. 2013)

Sel otot jantung bersifat involunter seperti sel otot polos namun berlurik
seperti sel otot rangka. Selnya berbentuk segi empat dan membentuk jaringan dengan
sel lain melalui gap junctions.

(Sumber: Lieberman, M. 2013)

c. Miosin dan Aktin

Serat otot memiliki myofibril yang terdiri dari filament tipis dan filament
tebal. Filament tipis terdiri dari protein aktin, troponin, dan tropomyosin. Filament
tebal terdiri dari protein myosin yang memiliki kepala myosin (myosin head).

(Sumber: Lieberman, M. 2013)


d. Mekanisme Kontraksi

Kompleks troponin-tropomyosin menghalangi binding site pada aktin sewaktu


kondisi relaksasi. Ketika ion kalsium berikatan dengan troponin, troponin sedikit
berpindah (perubahan konformasi struktur) sehingga binding site tidak terhalangi. Di
sisi lain, kepala myosin sudah mengikat energy untuk kontraksi. Kemudian kepala
myosin berikatan dengan binding site. Kemudian energy yang terdapat pada kepala
myosin dibebaskan dan kepala myosin berputar (pivoting) atau menarik aktin menuju
titik tengah sarkomer (kontraksi, panjang sarkomer memendek).

Adapun untuk relaksasi, ATP berikatan dengan kepala myosin sehingga


myosin lepas dari binding site pada aktin. Kemudian ATPase pada myosin
menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi sehingga membuat kepala myosin siap
untuk menjalankan kontraksi kembali.
(Sumber: Lieberman, M. 2013)

e. Regulasi Kontraksi dan Relaksasi

Di antara sel neuron dengan sel otot terdapat neuromuscular junction. Saat
stimulasi, neuron mengeluarkan asetilkolin ke junction dan berikatan pada reseptor
asetilkolin di sarkolema sehingga membuat kanal natrium di sarkolema lebih
permeable. Influx natrium menghasilkan aksi potensial pada sarkolema di ujung
motor end plate.

(Sumber: Lieberman, M. 2013)

Aksi potensial beranjut hingga ke tubulus T menuju reticulum sarcoplasma


dan menginisiasi pelepasan kalsium. Kemudian ion kalsium tersebut berikatan
dengan troponin yang membuat perubahan konformasi struktur sehingga binding site
terbuka dan memungkinkan terjadinya kontraksi.
(Sumber: Lieberman, M. 2013)

Saat kanal kalsium tertutup, ion kalsium kembali dipompa ke reticulum


sarcoplasma melawan gradien konsentrasi menggunakan energy dan protein SERCA
(sarcoplasmic reticulum Ca2+ ATPase) sehingga kontraksi berhenti.

f. Energi Kontraksi

Otot menggunakan kreatin fosfat untuk penyimpanan energy. Kreatin berasal dari
arginine dan glycine di ginjal yang membentuk guanidinoasetat, kemudian
guanidinoasetat dimetilasi di hepar menggunakan S-adenosilmetionin membentuk
kreatin.

(Sumber: Lieberman, M. 2013)

Kreatin yang dibentuk kemudian diedarkan menuju otak, jantung, dan otot melalui
sirkulasi. Kemudian kreatin difosforilasi dengan enzim kreatin fosfokinase
membentuk kreatin fosfat menggunakan ATP (didapat dari hasil glikolisis atau
katabolisme glikogen).

Kreatin fosfat berfungsi sebagai reservoir kecil yang dapat membuat ATP dari ADP
sehingga berperan penting pada otot saat olahraga. Kreatin juga dapat membawa ATP
yang telah disintesis dari mitokondria menuju filament myosin, tempat digunakannya
ATP untuk mekanisme kontraksi relaksasi.

(Sumber: Lieberman, M. 2013)

Referensi:

Lieberman, M., Marks, Allan., Peet, Alisa. 2013. Marks’ Basic Medical
Biochemistry: A Clinical Approach. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins

Listrat, Anne. et al. 2016. How Muscle Structure and Composition Influence Meat
and Flesh Quality. The Scientific World Journal. DOI: 10.1155/2016/3182746

Anda mungkin juga menyukai