Anda di halaman 1dari 14

Makalah Dosen Pembimbing

ANTROPOLOGI Dr. Husni Thamrin,M.Si

FASE-FASE ANTROPOLGI

DISUSUN OLEH :

 SEFRI YANDA (11730123152)

AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

SEMESTER V1

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2020/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “FASE-FASE
ANTROPOLOGI”. Tujuan penulisan makalah ini, di samping untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah antropologi juga sebagai menambah wawasan pengetahuan dan lebih memahami
bagaimana

Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan di dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karna itu,
kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik tenaga
maupun pikiran dalam penyelesaian makalah ini. Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.

Pekanbaru, 11 Maret 2020

Pemakalah

Sefri yanda

Nim: 11730123152
ABSTRAK

Antropologi adalah kajian mengenai manusia-masyarakat dan kebudayaannya. Antropologi


sebagai disiplin ilmu terus berkembang, tidak hanya pada tataran teoritis tetapi juga sebagai ilmu
terapan yang mampu memberikan masukan bagi para pembuat keputusan dalam menentukan
kebijakan pembangunan. Sebagai disiplin ilmu, antropologi merupakan kajian yang
multidisipliner yang berupaya mengkaji aspek manusia secara menyeluruh (holistik). Secara
historis, antropologi berkembang dari suatu deskripsi hasil-hasil laporan perjalanan para
penjelajah dan penjajah tentang kehidupan manusia di daerah yang disinggahi para penjelajah,
atau kehidupan salah satu suku bangsa yang tinggal di daerah jajahan. Deskripsi tersebut dikenal
dengan nama etnografi. Suatu perspektif antropologi mengenai masyarakat (sebagai satuan
sosial) atau kebudayaan (sebagai perangkat, gagasan, aturan-aturan, keyakinan-keyakinan,
yang dimiliki bersama). Pada dasarnya perhatian antropologi yang paling awal adalah
mengenai ciri-ciri dan sifat-sifat masyarakat, bagaimana manusia berhubungan satu sama lain,
dan bagaimana dan mengapa masyarakat berubah sepanjang waktu. 1

Dalam perjalanannya kemudian, antropologi berkembang sebagaimana keberadaannya


sekarang baik di negara-negara Eropa Barat, Amerika maupun di Asia. Beberapa cabang
antropologi yang dikenal secara luas saat ini adalah antropologi fisik atau biologi, antropologi
sosial, dan antropologi budaya. Di sisi yang lain, antropologi juga merupakan bidang ilmu
terapan sehingga hasil kajiannya dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam pengambilan
keputusan untuk keperluan pembangunan, terutama dalam pembangunan sosial budaya, seperti
antropologi pembangunan, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan sebagainya.

Antropologi dapat dipandang ilmiah karena kajian ini meliputi kegiatan akumulasi
pengetahuan yang sistematik, dalam hal ini antropologi membahas semua bidang kehidupan.

Kata kunci : Antropologi, masyarakat, adat istiadat, budaya, etnografi

1
Ahmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer, (Jakarta:Kencana,206), h. 23.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................1

Abstrak.......................................................................................................................2

Daftar Isi....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian ilmu antropologi................................................................................5


2.2. Fase-fase antropologi..........................................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................10
3.2. Saran.................................................................................................................10

Daftar Pustaka.......................................................................................................11

Biodata Penulis .....................................................................................................12


BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar belakang masalah

Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam hidup, manusia memerlukan kerja sama
dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka memerlukan bantuan orang lain agar
tetap hidup . hal ini berbeda dengan makhluk lain. Antropologi ialah kajian tentang manusia dan
segala aspek kehidupan. Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia
baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dll.

Antropologi sebagai disiplin ilmu terus berkembang, tidak hanya pada tataran teoritis tetapi
juga sebagai ilmu terapan yang mampu memberikan masukan bagi para pembuat keputusan
dalam menentukan kebijakan pembangunan. Di Indonesia, perkembangan antropologi sebagai
disiplin ilmu yang dipelajari para mahasiswa di perguruan tinggi masih tergolong baru. Salah
satu tokoh penting dalam perkembangan antropologi di Indonesia adalah Koentjaraningrat,
sehingga dapat dikatakan bahwa ia merupakan bapak antropologi di Indonesia (Suparlan, 1988).
Sebagai tokoh sentral di Indonesia, Koentjaraningrat telah meletakkan dasar-dasar antropologi
Indonesia. Beberapa tugas yang berhasil diembannya adalah 1) mengembangkan prasarana
akademis ilmu antropologi; 2) mempersiapkan dan membina tenaga-tenaga pengajar dan tenaga
ahli di bidang antropologi; dan 3) mengembangkan bahan pendidikan untuk pembelajaran bidang
antropologi.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan ilmu antropologi?

12.2. Bagaimanakah fase-fase antropologi?

1.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu antropologi

1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana fase- fase antropologi


BAB II

PEMBAHASAN

1.2.1. Pengertian Antropologi

“Antropologi”. Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia


(anthropos). Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos
berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dari segi
fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang
manusia dan kebudayaannya. Antropologi mulai banyak dikenal orang sebagai sebuah ilmu
setelah diselenggarakannya simposium pada tahun 1951 yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh
antropologi dari negara-negara di kawasan Ero-Amerika (hadir pula beberapa tokoh dari Uni
Soviet).

Pusat perhatian antropologi ditujukan pada sifat-sifat badani manusia, cara berproduksi,
tradisi-tradisi, dan nilai2 yang membuat pergaulan hidup manusia antara satu dengan yang
lainnya menjadi berbeda. Lapangan penyelidikan antropologi antara lain menyelidiki fenomena
(gejala) pada perkembangan manusia sebagai makhluk biologis, masalah-masalah yang meliputi
bermacam-macam bahasa manusia di seluruh dunia, persebaran dan perkembangan serta aneka
warna kehidupan manusia dari suku-suku bangsa yang tersebar di muka bumi sekarang ini.

Pengertian lainnya disampaikan oleh Harsojo dalam bukunya yang berjudul “Pengantar
Antropologi” (1984). Menurut Harsojo antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian antropologi tertuju pada
sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan cara
pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup yang lainnya. 2

Jadi dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah suatu ilmu yang menjadikan manusia
sebagai objek kajiannya, mulai dari keadaan fisik manusia, tingkah laku, adat istiadat, pola pikir
manusia, kebudayaan, mata pencarian, kesenian, sistem kekeluargaan, nilai-nilai/norma sosial,
dan lain-lain.

1.2.2. Fase-Fase Antropologi

2
. Pdf Konsep Dasar Antropologi
Antropologi adalah salah satu bidang ilmu yang jenis keilmuannya murni dan juga praktis.
Sejarah Retret keilmuan ini, berawal dari bangsa Yunani dan Romawi. Bapak sejarah Herodotus
menulis 50 bahasa, senior, macam adat perkawinan serta mempertimbangkan masyarakat saat itu
melakukan diskusi tentang budaya-budaya masyarakat. Mereka memiliki sikap dan pandangan
meremehkan pada masyarakat dan budaya-budaya lain. Diabad 1 M Tacitus menulis tentang
suku-suku di Jerman. Perkembangan Fase Antropologi terbagi menjadi empat bagian yaitu :
.A. Fase I (sebelum 1800)

Pada fase ini timbullah para pakar sejarah untuk menyelidiki dan mempelajari kehidupan
manusia, seperti para pakar arkeolog, mereka tidak puas dengan hanya menjelaskan dan
menggolongkan peninggalan purba serta merekonstruksi urutan regional yang terinci. Mereka
bertekad untuk melihat cara-cara kehidupan silam dalam lingkungan hidup sistem, berteori
tentang proses perubahan, merekonstruksikan kehidupan sosial dan bahkan memikirkan dunia,
dan peninggalan material.3 Para pakar antropologi harus berjuang menghadapi masalah
komunikasi pada saat mereka bekerja melintasi jurang pemisah perbedaan budaya.
Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang
Eropa barat sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, dan lambat laun dalam suatu
proses yang berlangsung kira-kira 4 abad lamanya, berbagai daerah dimuka buni mulai terkena
pengaruh negara-negara barat.4 Selama empat abad berselang. Sejak abad ke 15 hingga abad ke
16, bangsa Eropa menularkan pengaruh besar terhadap berbagai suku, bangsa, masyarakat
hingga budaya lokal. Mereka melakukan penjajahan di tiga benua, Afrika, Asia dan Amerika.
Saat Bangsa Eropa menemukan sesuatu yang aneh, suatu hal-hal yang baru di tempat jajahannya.
Mereka mencurahkan pengalaman-pengalaman yang dapat digunakan untuk menulis. Kumpulan-
kumpulan tulisan itu disebut Etnografi. Ada beberapa sudut pandang dalam memaknainya. Mulai
dari beranggapan mereka (bangsa yang dijajah) adalah pembohong hingga sebutan-sebutan
keturunan iblis dilontarkan. Ada juga yang mencoba mengumpulkan barang-barang antik lalu
mengumpulkannya untuk diperlihatkan ke semua orang. Awalnya ditandai oleh himpunan-
himpunan besar berupa kitab-kitab kisah perjalanan, dan catatan-catatan orang Eropa yang
mengunjungi Afrika, Asia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya. Himpunan-himpunan
besar tersebut oleh Koentjaraningrat dibagi menjadi 5 golongan pengarang, yaitu:
1. Karangan-karangan para musafir
2. Karangan-karangan para pendeta Nasrani
3. Karangan-karangan para pegawai kolonial/bahasa
4. Karangan-karangan para penyelidik alam
5. Karangan-karangan para pegawai pemerintah jajahan

3
Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta:Penerbit Erlangga, 1981), h. 30.
4
Kontjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1990), h. 1.
Kelima golongan karangan diatas biasanya merupakan hasil dari pengalaman hubungan nyata
dengan bangsa-bangsa pemangku kebudayaan itu. Namun biasanya karangan-karangan ini juga
tak luput dari kelemahan, diantaranya :
a. Susunan keterangan yang tidak urut-urut
b. Hanya mencatat hal-hal yang tampak aneh dan hal-hal yang berbeda dengan adat istiadat
pengarangnya.
c. Hanya mencatat unsur-unsur kebudayaan yang tampak saja.
d. Sering kurang detail menjelaskan tentang lokasi spesifiknya di daerah bersangkutan.
Pada fase ini disebut juga dengan fase penemuan. Jenis karangan yang terpenting yang
mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisa antropologi adalah etnografi.
2. Fase kedua (sekitar abad ke 19)
Pada pertengahan abad ke 19 ini, antropologi lebih condong digunakan untuk
mengklasifikasikan tingkat budaya dengan klasifikasi sejarah distribusi budaya-budaya di muka
bumi. Orang Eropa Menganggap Budaya Bangsa-Bangsa Dengan mempelajarinya, sama saja
dengan mereka yang mencari tahu sejarah tentang penyebaran manusia. Karangan-karangan
etnografi berdasarkan cara berpikir berbicara masyarakat. Maknanya masyarakat dan masyarakat
berevolusi dengan sangat lambat hingga membutuhkan waktu yang sangat lama. Bentuk-bentuk
masyarakat dan kebudayaan manusia yang tertinggi itu adalah bentuk-bentuk seperti apa yang
hidup di Eropa Barat itu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar 1860, yang
mengklasifikasikan bahan tentang beraneka warna kebudayaan di seluruh dunia ke dalam
tingkatan evolusi yang tertentu maka timbullah ilmu antropologi. Tahun 1870, seorang sarjana
Belanda bernama G.A.Wilken, mengembangkan teori evolusionisme terutama untuk menyelidiki
kebudayaan dan masyarakat Indonesia. Secara garis besarnya teori-teori Wilken dapat
digolongkan menjadi 5golongan, yaitu:
1. Evolusi Masyarakat Manusia
2. Animisme, teori ini dianut sendiri oleh Wilken
3. Totemisme
4.Dasar-dasar upacara berkorban
5. Asal dari adat mutilasi (potong rambut bayi, memasah gigi, dll.
Evolusi bisa didefinisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan seperti perubahan
dari sederhana menjadi kompleks. Perubahan itu biasanya dianggap bersifat lambat laun.
Paradikma yang berkaitan sengan konsep evolusi tersebut adalah evolusionisme yang berarti
cara pandang yang menekankan perubahan lambat laun menjadi lebih baik atau lebih maju dari
sederhana ke konpleks sebagai kebalikan dafi evolusi adalah revolusi yang berarti perubahan
cepat5. Pada fase ini antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal, dengan tujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu
pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.6
C. Fase III (sekitar tahun 1900)

Pada permulaan abad ke-20, bahan-bahan etnografi lebih dipahami lagi sesuai dengan seluk-
beluk bangsa, menemukan kelemahan-kelemahannya lalu menaklukkannya. Masa depan
memilih itu disiplin ilmu Antropologi mengumpulkan aktif sebagai ilmu terapan. Tujuannya
hanya untuk memahami masyarakat masa kini yang kompleks dan bekerja untuk menundukkan
bangsa-bangsa lain seperti benua Amerika, Asia dan juga Afrika yang sudah ada di genggaman
Eropa barat. Pada masa ini, negara-negara penjajah dari Eropa mulai memiliki daerah jajahan di
Afrika dan Asia. Maka pada saat itu, antropologi merupakan ilmu penting untuk mempelajari
bangsa-bangsa di luar Eropa. Antropologi juga menjadi ilmu yang praktis untuk kepentingan
kolonial dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan di luar Eropa Penguasaan daerah
jajahan. Adanya hubungan langsung antara pihak penjajah dan pihak masyarakat terjajah
pemerintah penjajah memerlukan keterangan-keterangan tentang kebudayaan dan masyarakat
bangsa terjaja sekitar tahun 1919, para antropolog mulai menyelidiki aktivitas kebudayaan
masyarakat di luar Eropa, misalnya aktivitas hukum.

Pada fase ini, antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuan dapat mempelajari
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar eropa guna kepentingan pemerintah
kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks. 7
Setelah sebagian Eropa memantapkan kekuasaannya di daerah jajahan luar Eropa maka ilmu
antropologi menjadi sangat penting karena pada umumnya masyarakat tersebut masih belum
kompleks seperti masyarakat bangsa Eropa. Sebagai contoh Amerika yang mengalami berbagai
masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa Indian penduduk pribumi benua Amerika,
kemudian terpengaruh oleh ilmu antropologi tadi. Sehingga “mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna
mendapatkan suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks”.8

D. Fase IV (setelah tahun 1930).


Pada masa ini perkembangan antropologi meningkat pesat. Bertambahnya pengetahuan yang
lebih teliti dan ketajaman dalam metode ilmiahnya sangat mengesankan. Adanya perkembangan
yang sedang berkembang ini sedikit demi sedikit masyarakat primitif dan budaya-kebudayaan
kuno. Antropologi dimasa ini menentukan dalam dua hal yaitu, dalam bidang akademik dan juga
tujuan praktis. Tujuan dalam bidang akademik yang didukung untuk mencapai pemahaman

5
Ahmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma,
(Jakarta:Kencana,206),h. 99
6
Ibid., h. 4
7
Ibid.,h. 6
8
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 4
manusia dengan kompetensi bentuk fisik, masyarakat dan budayanya. Sementara tujuan
praktisnya adalah partisipasi, diskusi dan pembangunan masayarakat suku bangsa. Pada fase ini,
Ilmu Antropologi bermaksud menyelidiki sebanyak mungkin tentang masyarakat, manusia dan
untuk mengetahui kelakuan manusia pada umumnya.
Adanya perluasan penyelidikan ilmu antropologi pada fase ke IV ini, berarti:

1. Pertambahan bahan pengetahuan

2. Kemajuan metode-metode ilmiahnya

Perubahan-perubahan dalam ilmu antropologi ini disebabkan oleh dua aspek, yaitu:

1. Aspek timbulnya antipati terhadap kolonialisme, gejala ini jelas sekali terlihat sesudah perang
dunia ke II

2. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif

Tujuan antropologi pada fase ke IV ini, mencapai perkembangan yang paling penting, juga
telah mencapai pengertian dalam segi-segi:

1. Sejarah terjadinya, dan perkembangan makhluk manusia sebagai makhluk biologi

2. Sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan

3. Dasar-dasar dari kebudayaan yang hidup dalam kenyataan masyarakat-masyarakat suku-suku


bangsa di dunia ini.
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Antropologi adalah suatu ilmu yang menjadikan manusia sebagai objek kajiannya, mulai
dari keadaan fisik manusia, tingkah laku, adat istiadat, pola pikir manusia, kebudayaan, mata
pencarian, kesenian, sistem kekeluargaan, nilai-nilai/norma sosial, dan lain-lain. Pada fase
pertama Pada fase ini disebut juga dengan fase penemuan. Jenis karangan yang terpenting yang
mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisa antropologi adalah etnografi.
Pada fase kedua pada pertengahan abad ke 19 ini, antropologi lebih condong digunakan
untuk mengklasifikasikan tingkat budaya dengan klasifikasi sejarah distribusi budaya-budaya di
muka bumi. Fase ketiga, fase ini, antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuan dapat
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar eropa guna kepentingan
pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang
kompleks. Fase keempat pada masa ini perkembangan antropologi meningkat pesat.
Bertambahnya pengetahuan yang lebih teliti dan ketajaman dalam metode ilmiahnya sangat
mengesankan.

3.2. Saran :

Saya sebagai penulis meminta maaf kepada para pembaca semua jika ditemukan kesalahan
dalam menulis makalah. Saran dan kritik teman-teman semua yang membangun sangat
diperlukan untuk memperbaiki makalah ini sehingga tidak ada kesalahan lagi dalam menulis
makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fedyani Saifuddin, Achamad, 2006, Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis


Mengenai Paradigma, (Jakarta: Kencana Perdana Media Grup, edisi pertama).

Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Tingkat Cipta, cetakan
kedelpan)

Koentjaraningrat, 1997, Pengantar Antropologi Pokok-pokok Etnografi II, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta).

Selat Norazit, 1989, Konsep-Konsep Antropologi, (Kuala Lumpur:Percetakan Dewan Bahasa dan
Pustaka).

Roger M. Keesing, 1981, Antropologi Budaya, (Jakarta:Penerbit Erlangga).

Wardah, Situ, dkk, 2001, Antropologi Untuk SMU Kelas 3 Sesuai Kurikukum GPP 1994,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, cetakan kedua).

File.upi.edu>PIP>PPT>pertemuan 1 pengertian dan sejarah perkembangan antropologi sosial.pdf


diakses pada tanggal 07 Maret 2020
Https://www.academia.edu> antropologi fisik| Suryani Amirullah-academia.edu>pdf diakses
pada tanggal 07 Maret 2020

Https://www.academia.edu> BAB 1 pengertian dan konsep dasar antropologi>pdf diakses pada


tanggal 07 Maret 2020

BIODATA PENULIS

Nama : Sefri Yanda

Tempat/tanggal lahir/tahun : Pulau Birandang, 15 Agustus 1997

Agama : Islam

Alamat : Pekanbaru, jl. Yuda Karya perumahan Harmoni blok f no 9

No HP : 082392194798

Email : sefriayanda@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai