Anda di halaman 1dari 4

CERMIN (Cerita dan Meminta Informasi) dalam Menjalin Hubungan

yang Baik Antara Guru, Siswa, dan Orang Tua di Awal Pembelajaran
Daring Tahun Ajaran 2021/2022 pada Masa Pandemi Covid-19 pada
Siswa Tuna Rungu Kelas XII SLB Negeri 2 Denpasar

Tulisan ini merupakan implementasi dari pelatihan program Guru Sahabat Keluarga
yang diselenggarakan oleh PPPPTK TK PLB Kemendikbud dan didukung Pemerintah
Australia melalui Skema Dana Hibah Alumni (Alumni Grant Scheme/AGS) yang
diadministrasikan oleh Australia Awards di Indonesia.

SLB Negeri 2 Denpasar adalah salah satu  sekolah luar biasa di kota Denpasar yang
saat ini menangani anak-anak berkebutuhan khusus tunarungu, tunagrahita dan autis.
Diawal penyelenggaraannya, sekolah hanya memberikan pelayanan kepada siswa tuna
rungu, dan lima tahun terakhir seiring perubahan nomenklatur, SLB wajib menerima
semua ketuaan sehingga SLB Negeri 2 Denpasar pada saat ini melayani pembelajaran
siswa tuna rungu dari jenjang kelas I SDLB  sampai dengan  kelas XII SMALB dan juga
tuna grahita dan autis dari jenjang I sampai dengan V SDLB.

Awal tahun pelajaran berbagai hal dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan skenario
pembelajaran yang akan dilakukan selama setahun ke depan. Tahun ajaran  2021/2022
merupakan Resiliensi yang wajib disadari oleh guru dan siswa mengingat kondisi di
awal tahun pelajaran masih dalam masa pandemi Covid-19 apalagi pemberlakuan
PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) dalam skala darurat di pulau
Jawa dan pulau Bali yang terus diperpanjang  membuat tantangan pembelajaran
semakin besar. Seorang guru harus mampu beradaptasi dalam memenejerial
pembelajaran yang akan dilakukan dengan baik.

Pada tahun ajaran ini saya diberikan kepercayaan sebagai wali kelas XII Tunarungu.
Tantangan terbesar yang saya hadapi di awal tahun ajaran adalah bagaimana
memberikan kesan yang baik dan melakukan komunikasi yang efektif sehingga apa
yang ingin saya sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa sehingga
diharapkan ke depan pembelajaran menjadi efektif.

Seberapa besar kesan pertama itu penting dalam hubungan antara guru, siswa dan
orangtua? Setiap hari seseorang mungkin akan bertemu dengan orang baru, dan
sesering itu orang akan memberikan penilaian yang melekat tentang bagaimana orang
baru yang dia kenal,.Kesan pertama adalah kesan yang tidak mudah dilupakan oleh
seseorang. Menurut James Uleman, PhD “Kesan yang Anda buat dapat mempengaruhi
peluang kerja di masa depan, kolaborasi, atau hal penting lainnya”. Tanpa
mengesampingkan pernyataan tersebut maka penting bagi saya sebagai seorang guru
untuk membuat kesan yang bagus di awal pertemuan, karena akan memberikan
dampak Halo Effect yang bagus yang akan diingat oleh siswa sepanjang pembelajaran
yang akan dilakukan.

Hal nyata yang bisa saya lakukan sebagai seorang guru dalam memberikan kesan
pertama yang bagus untuk siswa  dalam situasi pandemi covid-19 (dimana tatap muka
tidak bisa dilakukan selayaknya pada era normal, komunikasi hanya bisa dilakukan 
secara virtual dengan menggunakan  media komunikasi seperti WhatsApp, zoom atau
Google Meet) adalah dengan menggunakan metode cermin yaitu bercerita dan
meminta informasi-informasi mendetail mengenai bagaimana siswa dan kondisi
lingkungannya sehingga saya memperoleh informasi yang holistik mengenai
bagaimana kondisi dari siswa yang bersangkutan

Hal pertama yang saya lakukan adalah meminta informasi dari wali kelas sebelumnya
tentang bagaimana kondisi dari masing-masing siswa pada pembelajaran kelas
sebelumnya. Selanjutnya saya berkomunikasi lebih lanjut menggunakan WhatsApp
grup dengan siswa. Melalui grup WA informasi mulai digali secara menyeluruh baik itu
informasi akademik, informasi non akademik ataupun informasi dan situasi lingkungan
terdekat seperti keluarga dan lingkungan terdekatnya. Melalui grup WA ini saya juga
menggali informasi tentang kondisi orang tua dan nomor telepon orang tua sehingga
saya bisa membuatkan grup baru bagi orang tua siswa.

Berkomunikasi dengan siswa tunarungu yang terpenting diberikan di awal adalah kesan
bahwa komunikasi yang kita sampaikan bisa dimengerti dan efektif jadi bahasa yang
saya gunakan adalah bahasa-bahasa yang singkat dan jelas kemudian juga
menggunakan isyarat yang bisa dimengerti dan dipahami oleh siswa tunarungu. Yang
bisa dipelajari di awal pembelajaran adalah bagaimana memberikan ruang yang
nyaman bagi siswa tunarungu untuk berkomunikasi. Yang terpenting adalah guru bisa
memfasilitasi siswa tunarungu dengan menggunakan bahasa isyarat yang singkat jelas
dan mudah dimengerti dan menghindari memberi respons negatif kepada siswa apabila
menggunakan bahasa tulis di media virtual hendaknya  berusaha untuk menuliskannya
sesingkat mungkin dengan makna yang jelas dan bisa dimengerti. Pada saat memberi
isyarat secara virtual isyarat yang digunakan tidak boleh berlebihan; isyarat diharapkan
singkat dan menggunakan mimik oral yang jelas sehingga siswa bisa mengerti apa
yang kita maksud. Pakaian pun kita harus memberikan efek warna yang yang menarik 
karena siswa belajar secara visual, sehingga siswa menjadi betah, dan siswa mau
memberikan informasi kepada guru tanpa tekanan. Dan perlu diingat  bahwa waktu
dalam melakukan komunikasi hendaknya sesuai dengan waktu yang telah disepakati
bersama.

Penggunaan  media virtual seperti zoom dan Google Meet guru hendaknya berusaha
menggunakan latar belakang yang jelas dan menarik sehingga siswa bisa melihat guru
menarik dan bisa memberikan motivasi kepada mereka untuk belajar dan selalu
melakukan kontak mata. Pengalaman yang diperoleh ketika melakukan video
conference, penampilan  rapi di depan kamera dan kontak mata yang baik  sangat
berpengaruh sehingga siswa antusias dan tertarik untuk mengikuti sesi virtual yang
dilakukan, dan informasi  dapat digali dengan baik dari siswa. Ketika melakukan
komunikasi dengan siswa tunarungu guru harus berusaha untuk menyimak apa yang
diisyaratkan oleh siswa, dan guru harus berusaha untuk memahaminya memberikan
respon sesingkat mungkin dan sepadat mungkin sehingga mudah dipahami.
Pembicaraan dengan siwa dimulai dari menggali dan bercerita tentang bagaimana
situasi individu apa yang dihadapi selama masa pandemi, apa yang ingin dipelajari oleh
siswa kedepan, apa harapannya mengikuti kelas. Hal-hal sederhana itulah yang perlu
digali mendalam dari setiap siswa. sehingga guru bisa memberikan kesan bahwa guru
adalah teman, bukan sosok yang mereka takuti. Apalagi siswa kelas XII adalah remaja
yang secara psikologis akan lebih nyaman jika lawan bicara memposisikan diri sebagai
teman.

Komunikasi baik tidak hanya dilakukan dengan siswa tetapi dengan orangtua dan
lingkungan sekitar siswa juga penting. Komunikasi guru dengan orang tua dalam
mengkoordinasikan apa yang akan kita lakukan dalam pembelajaran setahun kedepan
adalah menggali informasi dan berusaha menjadi pendengar yang baik tentang apa
harapan yang ingin dicapai oleh orang tua ketika putra-putrinya bersekolah di SLB
Negeri 2 Denpasar. Berusaha tampil dengan baik di depan kamera saat sosialisasi
secara virtual sehingga orang tua merasa nyaman dan mau memberikan informasi yang
baik dan menyeluruh sehingga harapan dari orang tua itu bisa kita catat dan
dipersiapkan strategi-strategi pembelajaran kedepan tentang bagaimana cara mencapai
tujuan dari pembelajaran.

Penerapan metode bercerita dan meminta informasi sangat bermanfaat dalam menjalin
hubungan yang baik dengan siswa dan orangtua. karena guru memiliki rambu-rambu
yang sesuai untuk mengarahkan siswa sesuai minat dan kemampuannya.Komunikasi
yang baik memberikan informasi kemampuan awal dan cita-cita dari siswa kelas XII,
apakah siswa akan melanjutkan ke jenjang Universitas atau akan bekerja. Jika siswa
akan melanjutkan kuliah maka ini merupakan pekerjaan rumah yang besar untuk guru,
orang tua dan sekolah untuk menyiapkan kemampuan secara akademik ataupun non
akademik mengingat siswa tunarungu adalah siswa yang menghadapi keterbatasan
dalam komunikasi jadi disini guru, orang tua dan sekolah menyiapkan bagaimana siswa
agar mampu nanti bersaing di Universitas yang dituju atau dunia kerja.

Pematangan kesiapan mengenai jurusan yang akan dipilih saat kuliah dan dunia kerja
yang akan dituju merupakan prioritas utama. Bercermin pada pengalaman yang sudah
dilakukan pada tahun sebelumnya, bahwa untuk menyiapkan siswa di masa pandemi
dimana komunikasi langsung sangat terbatas (sebab sebagian besar komunikasi akan
dilakukan secara virtual) memiliki tantangan yang lebih besar terutama dalam
menyiapkan mental siswa. Tahun ini ada beberapa siswa yang ingin melanjutkan kuliah
terutama di bidang seni rupa murni, dan disini guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam mematangkan siswa secara psikologis dan akademis

Komunikasi itu sangat penting bukan hanya dengan orang tua dan dengan siswa tetapi
dengan guru bidang studi yang akan membantu siswa untuk meningkatkan bakatnya
sehingga nantinya mampu bersaing di universitas atau dunia kerja. SLB adalah sekolah
yang lebih menekankan kepada vokasi maka guru-guru yang mengajarkan vokasi
penting juga diajak berkomunikasi sehingga informasi yang kita peroleh itu bisa kita
bagikan dengan teman sejawat yang merupakan guru vokasi yang nantinya akan
memberikan kematangan skill bagi siswa tuna rungu kelas XII dalam satu tahun
kedepan.

Metode cermin juga menarik perhatian teman sejawat untuk menerapkannya pada
kelas tunagrahita dan autis, tetapi dimodifikasi dengan cara komunikasi yang sedikit
berbeda mengingat kemampuan akademis siswa tunagrahita dan autis berbeda dengan
kondisi siswa tunarungu yang kami layani. Pada siswa tunagrahita, para guru lebih
memberikan tugas-tugas berupa print out yang kemudian diberikan kepada orang tua
dan meminta orang tua untuk menjelaskan kepada putra-putrinya.

Halo Effect tidak bisa kita pungkiri dan harus kita terapkan dalam pembelajaran karena
dari hasil yang saya terapkan di awal pembelajaran sampai saat ini penerapan Halo
Effect dengan metode cermin sangat efektif, dan siswa serta orang tua bisa dengan
intens berkomunikasi menyampaikan saran untuk persiapan pembelajaran kedepan
menjadi lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai