Anda di halaman 1dari 10

Panduan Ringkas Isolasi Mandiri

Hasil test positif? Tenang dan jangan panik. Sekitar 99% akan sembuh.
98% cukup Isolasi Mandiri dengan rutin cek suhu tubuh dan saturasi oksigen.

Hanya sekitar 2% kasus positif yang butuh perawatan Rumah Sakit.


Setengah dari yang dirawat tersebut butuh perawatan lebih/intensif.
Beri kesempatan kepada 1% yg butuh perawatan intensif tersebut.

Isolasi bisa di Rumah?


. Bisa sekali, jika tersedia ruang tidur dan KM terpisah, idealnya di Lantai 2.
. Kamar Mandi berventilasi, dan lebih baik kalau ada exhaust fan.
. Ruang isolasi punya ventilasi yang baik, terbuka ke udara luar.
. Dalam kondisi lebih banyak yang tertular, maka diungsikan yang sehat.

tidak memungkinkan di rumah?


. usahakan di Apartemen atau Kamar Kost yg mau terima isolasi mandiri.

untuk Kategori bagaimana?


. Asymptomatic dan Mild-symptom
. saturasi SpO2 > 95
. tidak demam tinggi 3 hari kontinyu

apa yang harus disiapkan?


. Thermometer / Thermogun
. Oxymeter
. Tissue dan Gel Disinfektan

kapan bisa mengakhiri isolasi?


. setelah 10 hari sejak onset atau 10 hari sejak hasil test positif,
ditambah 3 hari pemantauan tanpa gejala (= total 13 hari isolasi).

apakah perlu test/swab setelah 10 hari atau 13 hari tersebut?


. tidak perlu.
. kalau test dgn Antigen, pasti sdh negatif di periode “onset + 10 hari“.
. kalau test dgn PCR, ada kemungkinan masih terdeteksi positif,
. yakin bahwa virus sdh tidak aktif dan tidak menularkan lagi setelah 13 hari.

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


Therapy untuk Asymptomatic & Mild-symptom

apa yang perlu dilakukan selama isolasi?


. makan dan minum yang cukup
. bisa minum suplement, jamu rebusan/instant, dll., sesuai kebiasaan harian
. tetap olahraga gerak ringan di kamar
. berjemur dan gerak ringan diluar, jika memungkinkan
. kalau terpaksa keluar kamar (ambil paket, makanan, dll)
. jaga jarak dgn orang lain >2m,
. tidak berbicara, dan
. pakai masker KN95, atau double-mask (medis bagian dalam, kain di luar)

Pantau rutin Saturasi Oksigen dan suhu tubuh, 2x sehari (pagi dan malam).

apa perlu ke dokter dan minum obat khusus?


. tidak perlu kalau tanpa gejala atau gejala ringan tidak perlu obat aneh" dan
jangan konsumsi sendiri obat yang masuk kategori resep.
. usahakan ke RS kalau saturasi < 94 atau demam tinggi terus

ada obat penunjang untuk meringankan symptom?


Pakai obat non-resep, itupun kalau perlu saja.
. demam, minum Paracetamol
. batuk kering, minum obat pereda batuk kering
. batuk berdahak, minum obat pengencer dahak.

Sering berbaring dengan posisi proning (tengkurap), dapat membantu


melegakan sistem pernafasan. Bisa search di YouTube: proning.

Bagaimana kalau saturasi di 91-94, tapi IGD dan Kamar RS penuh?


. masih memungkinkan di rumah dengan bantuan Oxygen.
. setting regulator di angka rendah dulu 2 liter per menit,
kalau sangat kesulitan bernafas bisa dinaikkan berjenjang.
. bantuan oxygen hanya di saat perlu saja,
dilepas kalau sudah bisa bernafas secara normal (tidak terlalu sesak)
. jika tetap tidak terbantu dengan oxygen, dan sangat sesak, wajib ke RS.

Manfaatkan konsultasi dokter via tele-medicine, baik itu yang berbayar


ataupun yang gratis.
(googling dgn keyword semacam: telemedicine covid gratis)

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


Test Covid-19

Cukup sekali test kalau sudah positif [+] test Antigen atau PCR, apalagi kalau
sudah disertai salah satu gejala klinis (demam, batuk, pilek, tenggorokan serak,
diare, muntah, lelah/lemas).

Sangat jarang False Positif dari Antigen dan PCR


. dari 100 yg positif antigen, 99 tetap positif saat test dgn PCR.
. Akurasi Antigen = PCR, pada timing yang pas.
. Antigen malah lebih presisi deteksi contagious dibanding PCR.

Kapan waktu yg tepat u/ swab Antigen?


. hari ke-5 (range hari ke-3 s/d 7 sejak terakhir kontak erat)
. hari ke-3 (range hari ke-1 s/d 5 sejak muncul gejala/onset).

Bagaimana menyikapi hasil test Antigen?

. Klinis comply & Antigen [+] -> Confirmed 99% [+].

. Klinis comply & Antigen [-] -> ulangi 2 hari lagi atau swab PCR

. Klinis n/c & Antigen [+] -> kemungkinan >90% positif.


masih ragu? bisa ulangi 2 hari lagi atau swab PCR

. Klinis n/c & Antigen [-] -> tdk perlu PCR lagi.
Cukup disiplin Prokes.
masih ragu krn kontak erat? Cukup ulang Antigen 2 hari lagi.

Keterbatasan PCR

PCR[+] hanya berarti ditemukan jejak virus.

PCR tdk bisa membedakan antara


. live replicating virus (virus masih aktif / menularkan), dan
. non-infectious viral debris (jejak virus / tidak menularkan).

Ada kasus yg 30-60 hari masih PCR[+], meskipun pasien sdh tidak bergejala.
Potensi membuat hasil PCR[+] menjadi rancu.

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


Jika ada anggota keluarga yang hasil test-nya positif, sebaiknya anggota
keluarga yang lain ikut isolasi dulu dan terpisah kamar, serta menunda test
Antigen hingga:

. hari ke-5 (range hari ke-3 s/d 7 sejak kontak erat dengan yang bergejala
atau yang hasil test swab-nya positif)

. hari ke-3 (range hari ke-1 s/d 5 sejak muncul gejala/onset).

Kalau terlalu cepat lakukan swab antigen, yg didapat bisa false negative.
Jika sudah lakukan test sesuai waktu di atas, dan hasilnya negatif ,maka tidak
perlu isolasi, kecuali tinggal serumah dgn yg positif - maka tetap isolasi juga
sampai berakhir 10+3, dan +3 hari lagi untuk test antigen bagi kontak erat.

Akurasi antigen hanya sekitaran 1-8 hari setelah onset. Setelah isolasi 10 hari,
tidak dianjurkan untuk lakukan test antigen, karena hampir pasti dapat hasil
negatif.

Tidak perlu test setelah isolasi “10+3” hari.


Tapi kalau tetap penasaran mau test, lakukan hanya test PCR, dan sebaiknya
minimal di "10+3+2" hari sejak onset.
_________________________________________

Secara umum, setelah "10+3" sejak onset (muncul symptom/gejala) atau sejak
hasil test postif, dipilih/dihitung dari yang lebih awal, tidak perlu lagi test untuk
mengakhiri isolasi. Tapi tetap tegakkan prokes dgn selalu memakai masker di
luar rumah. Test PCR setelah "10+3" hari malah terkadang membikin rancu,
kalau hasilnya tetap positif.

Perlu diketahui, bahwa kondisi klinis saat tidak ada lagi virus aktif, tidak berarti
lebih baik atau lebih ringan gejalanya, malah bisa lebih parah dari saat virus
aktif.

Setelah virus tdk aktif, tubuh belum tentu baik-baik saja.


Ada auto imun yg mengamuk, ada paru-paru yg sdh rusak, ada blood clog, ada
komorbid yg terpicu, dan ada long-covid effect.
Dalam beberapa kasus, ada yang meninggal pada kondisi PCR sudah negatif,
seperti kasus alm.Syekh Ali Jaber dan Raditya Oloan.

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


Pemakaian Masker

Faktor utama, yang paling penting, adalah cara memakainya, apapun jenis
maskernya. Masker harus pas menutup celah antara masker dan kulit.
Jauh lebih baik menggunakan master kain yang terpasang dengan benar
dibanding memakai masker bedah/medis yang terpasang sembrono.

Bagaimana mengetahui bahwa masker sudah terpasang dengan benar?


Udara hangat terasa dari arah depan, dan masker akan terlihat maju-mundur
sesuai tarikan nafas

Ingat masker N95 hanya untuk nakes. Pakailah KN95 atau Masker Medis/ Kain.

Jika masker bedah/medis terasa tidak terpasang dengan baik, bisa dilakukan
panduan knot and tuck (simpul dan sisipkan) sesuai rekomendasi CDC, yang
videonya bisa dilihat pada link di bawah ini.

Double Mask (Masker Ganda)


Prinsip dasarnya, dengan di double, antar masker apapun, pasti meningkatkan
kemampuan filtrasi. Tapi ternyata, masker ganda bukan diperuntukkan untuk
meningkatkan filtrasi semata, kaena yang lebih penting adalah meningkatkan
ketertutupan celah pemasangan. Isunya disini adalah fitting bukan filtering.

Masker medis tunggal sudah sangat mencukupi dari sisi filtering, tapi masih
lemah dalam fitting. Double Surgical Mask malah membuat tambah lemah dari
sisi fitting, karena makin banyak celah yg terbentuk

Masker kain lemah dalam filtering, tapi bagus dalam fitting. Maka rekomendasi
CDC adalah menggunakan masker medis di dalam sebagai filtering, dan masker
kain diluar untuk fitting (menekan masker medis agar makin pas dan tidak
terbentuk celah).
Jika model ganda masker medis+kain ini menimbulkan tekanan berlebih dan
menyebabkan kesulitan bernafas, lebih baik kembali gunakan masker tunggal.

Terakhir, jangan menganggap dgn masking (memakai masker) sudah aman


sepenuhnya, karena tetap diperlukan dua faktor lainnya, yakni distancing (jaga
jarak) dan ventilating (ruang beraliran udara luar).
______________________
https://www.inquirer.com/philly-tips/double-masking-covid19-how-to-layer-
20210215.html

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


Disinfectant

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


References / Rujukan:
1. COVID-19 Treatment Guidelines
https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/
(downloaded on 6/16/2021)

2. Alur penggunaan Kriteria-C RDT-Ag dalam KepMenkes No.


HK.01.07/MENKES/446/2021, tgl. 08 Feb 2021,
tentang penggunaan RDT Antigen.

3. Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020,


tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Revisi ke-5.

4. Comprehensive Guidelines for Management of COVID-19 patients


by Directorate General of Health Services, MoHFW India.

5. COVID-19 Guidelines Dashboard


https://opencriticalcare.org/covid-dashboard/

6. https://www.inquirer.com/philly-tips/double-masking-covid19-how-to-layer-
20210215.html

7. https://www.statnews.com/2020/12/16/misting-white-house-wont-kill-
covid-experts/

8.

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


Proning position

@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00


@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00
@mharisman version 26 Juni 2021, 08:00

Anda mungkin juga menyukai