Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN MODEL GREEN SCHOOL DALAM RANGKA

MEMBENTUK GAYA HIDUP BERKELANJUTAN DI SMA NEGERI


5 KOTA MAKASSAR

Muhammad Syukur1, Darman, Manda2


Abstrak: Permasalahan program green school yang dilaksanakan disekolah
Keywords: Green School, belum disisipkan dalam kurikulum pembelajaran atau materi pelajaran di
Berkelanjutan, Makassar sekolah sehingga efeknya kepada siswa belum terlalu terasa. Guru-guru kadang
merasa prihatin dalam mengatasi permasalahan sampah di sekolah, dalam
menjaga kebersihan sekolah dan dalam memilih jenis tanaman yang perlu
ditanam di sekolah yang bisa memberikan banyak manfaat, sementara guru
menjadi ujung tombak pelaksanaan Go green school di Sekolah. Pelatihan ini
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan Focus Group Discussion (FGD).
Hasil evaluasi tahap pertama menunjukkan rendahnya pemahaman para guru
dan siswa mengenai peran dan fungsi yang harus mereka jalankan dalam
membantu sekolah untuk pelaksanaan go green school. Rendahnya pemahaman
tersebut disebabkan karena adanya pemahaman diantara guru dan siswa bahwa
tanggung jawab tata kelolah sampah dan penataan lingkungan sekolah menjadi
tanggung jawab kepala sekolah dan pemerintah. Setelah guru dan siswa
mendapatkan materi pelatihan dan dilakukan evaluasi nampak bahwa para guru
Corespondensi Author: dan siswa sudah bisa memahami peran dan fungsi yang bisa mereka jalan
Pendidikan Sosiologi, Fakultas dalam membantu sekolah dalam pelaksanaan go green school. Antuasiasme
Ilmu Sosial, Universitas Negeri mereka dalam mengikuti pelatihan membuat mereka memiliki tingkat
Makassar Kota Makassar, Sulawesi pemahaman yang tinggi dalam menjalankan fungsi peran mereka dalam
Selatan Email:
menjalankan go green school di SMA 5 Makassar.
m.syukur@unm.ac.id
Abstract: The problem with the green school program implemented in schools
has not been included in the learning curriculum or subject matter at school so
that the effect on students has not been felt. Teachers sometimes feel concerned
about overcoming the problem of garbage in schools, in maintaining the
cleanliness of schools and in choosing the types of plants that need to be
planted in schools that can provide many benefits, while teachers are at the
forefront of implementing Go green school in schools. This training uses
lecture, discussion, and Focus Group Discussion (FGD) methods. The results of
the first stage evaluation showed that teachers and students had low
History Artikel understanding of the roles and functions they had to carry out in helping
Received: 01-Februari-2021 schools to implement go green school. The low understanding is due to an
Reviewed: 8-Februari-2021 understanding between teachers and students that the responsibility for
Revised: 27-Februari-2021 managing waste and structuring the school environment is the responsibility of
Accepted: 15-Maret -2021 the principal and the government. After teachers and students received training
Published: 14-April-2021 materials and evaluated it appeared that teachers and students could understand
the roles and functions they could take in assisting schools in implementing go
green school. Their enthusiasm in participating in the training made them have
a high level of understanding in carrying out their role functions in running go
green school at SMA 5 Makassar.

29 29
lingkungan yang berkelanjutan di sekolahnya.
Kondisi ini juga dialami oleh SMA 5 Kota
Makassar.Pengelolaan lingkungan dan pelestarian
PENDAHULUAN lingkungan dipahami sebatas tanggung jawab
pemerintah, sehingga nanti ada perintah dari aparat
Analisis Situasi pemerintah baru berlomba-lomba memperbaiki
Green school adalah konsep yang mengajak lingkungan sekolah. Meskipun pemerintah Kota
seluruh warga sekolah untuk membentuk gaya Makassar sudah memberlakukan program Green
hidup agar lebih peduli dan melestarikan School dan sudah mulai tumbuh komunitas Makassar
lingkungan. Sekolah yang sejatinya berperan Green School (MGS), namun dalam realitasnya
sebagai lembaga penanaman nilai-nilai kepada dilapangan program tersebut hanya menyentuh aspek
peserta didik untuk menjaga melestarikan fisik dan belum aspek substansial yaitu
kehidupan ini secara berkelanjutan. Oleh karena terinternalisasinya nilai-nilai pengelolaan lingkungan
itu, sekolah harus memiliki komitmen secara yang baik pada stakeholder pendidikan di sekolah.
sistematis mengembangkan program-program Gerakan green school yang dlakukan disekolah
untuk mengintemalisasikan nilai-nilai lingkungan belum mampu menularkan virusnya ke masyarakat
ke dalam seluruh aktivitas sekolah. Karenanya, sekitar, termasuk kepada keluarga siswa dan guru.
tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis Program green school yang dilaksanakan
sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi disekolah belum disisipkan dalam kurikulum
seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan pembelajaran atau materi pelajaran di sekolah
berperilaku ramah lingkungan (Suyadi, 2010). sehingga efeknya kepada siswa belum terlalu terasa.
Melihat kondisi lingkungan sekitar saat ini, Go green school di sekolah menitikberatkan pada
konsep green school (sekolah hijau) sangat pengelolaan lingkungan yang berbasis pada
penting untuk diimplementasikan secara lebih pemberdayaan masyarakat di lingkungan sekolah,
luas. Berbagai bencana alam yang terjadi seperti sehingga bisa mewujudkan lingkungan sekolah yang
banjir, tanah longsor, dan sebagainya, sebagian bersih, asri, nyaman dan sehat bagi masyarakat di
besar diakibatkan oleh perbuatan manusia yang lingkungan sekolah. Guru-guru kadang merasa
merusak ekosistem lingkungan. Konsep sekolah prihatin dalam mengatasi permasalahan sampah di
hijau dalam menumbuhkan sikap peduli sekolah, dalam menjaga kebersihan sekolah dan
lingkungan melalui proses pembelajaran dan dalam memilih jenis tanaman yang perlu ditanam
pembiasaan menjadi penting dan strategis di sekolah yang bisa memberikan banyak manfaat,
(Rezkita & Wardani, 2018). Di sekolah, proses sementara guru menjadi ujung tombak pelaksanaan
pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan Go green school di Sekolah.
perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui
model pembelajaran yang aplikatif dan METODE
menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, Jenis penelitian ini adalah kualitatif
lingkungan sekolah dijadikan wahana pembiasaan dengan strategi studi kasus. Strategi studi kasus
perilaku peduli lingkungan sehari-hari. Dengan dipilih karena kekhasan masalah selain
demikian, kedua aspek tadi, menuju pada satu kemampuannya untuk menjelaskan fenomena
tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan perilaku sosial secara lebih mendalam (Cresswel, 1984).
peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Studi kasus dalam tradisi penelitian kualitatif
Persepsi umumnya sekolah-sekolah yang
ada di Kota besar termasuk yang terjadi di SMAN
memungkinkan adanya interaksi antara peneliti
5 Kota Makassar, menganggap bahwa tanggung dan tineliti sebagaimana dalam tradisi paradigma
dalam pengelolaan lingkungan dan dan kelestarian kritis. Kebenaran adalah kesepahaman bersama
lingkungan menjadi tanggungjawab pemerintah. atas sebuah realita sosial berupa
tentang dunia pendidikan selama dimana mereka intersubyektifitas yang lahir akibat interaksi
menganggap bahwa pendidikan menjadi tanggung antara peneliti dan tineliti (Denzin & Lincoln,
jawab pemerintah. Ada persepsi yang berkembang 2000).
bahwa selama ini bahwa budaya kebersihan di Pengumpulan data dilakukan dengan
sekolah adalah tuntutan dari para guru, diharapkan menggunakan teknik wawancara mendalam
dengan program pelatihan green school ini (indepth interview) dan wawancara biasa yang
mampu mengubah budaya tersebut, dalam artian
akan dilakukan sendiri oleh peneliti dalam
diharapkan para siswa dan guru-guru betul-betul
memiliki inisiatif sendiri untuk mewujudkan
keadaan sealamiah mungkin, Focus Group

30
Discussion (FGD), observasi partisipasi lingkungan.
(participant observation), dokumentasi dan Green school dalam konsep adiwiyata
studi pustaka. Pengamatan terlibat dalam melalui modul terbaru 2012 adalah sekolah yang
konteks penelitian ini tidak harus dimaknai mampu mengoptimalkan potensi sumberdaya
bahwa peneliti harus menjadi warga setempat alam sebagai solusi pemecahan permasalahan
dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan yang di hadapi oleh warga seputar sekolah.
green school disekolah (Syukur, 2016) . Sikap Adapun komponen komponen lain menjadi
untuk merasa menjadi bagian dari mereka pelengkap yang di sesuaikan oleh kondisi
(being a part of) atau kesanggupan untuk lingkungan sekolah. Green school memiliki
merasakan apa yang di rasakan oleh subyek sasaran untuk seluruh warga sekolah. Dengan
penelitian (tineliti), bisa dimaknai observasi maksud untuk membangun serta menggali
partisipasi (Syukur, 2014). partisipasi warga sekolah dalam kegiatan
Data dianalisis dengan menggunakan kegiatan yang memiliki muatan pengelolaan dan
model analisis interaktif (Huberman & Miles, pelestarian lingkungan.
2002). Data penelitian yang telah terkumpul, Implementasi kebijakan pendidikan
diolah dan dianalisis dengan menggunakan lingkungan hidup, agar semua pihak dapat
teknik analisis kualitatif dengan langkah- melakukan antara lain:
langkah sebagai berikut; reduksi data, ;yaitu 1. Mengembangkan kelembagaan pendidikan
proses pemilihan dan pemusatan perhatian dan lingkungan hidup
penyederhanaan, pengabstrakan dan 2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
transformasi data kasar yang ada dalam 3. Pengembangan sarana dan prasarana
catatan wawancara dan hasil pengamatan yang 4. Peninggatan dan efesiensi penggunaan
diperoleh dilapangan; penyajian (display) data anggaran
yaitu sekumpulan informasi yang telah 5. Pengembangan materi lingkungna hidup
tersusun yang memberi kemungkinan adanya 6. Peningkatan komunikasi dan Informasi
makna yang bisa dilaporkan dalam penarikan 7. Pemberdayaan peran serta masyarakat
kesimpulan; penarikan simpulan dan verifikasi dalam pelaksanaan dan pengembangan
dilakukan setelah data disajikan, 8. Pengembangan metode pendidikan
dideskripsikan dan diberi pemaknaan dengan lingkungan hidup
intrepretasi yang logis. Penarikan kesimpulan Indikator green school dijabarkan dalam
didasarkan pada sajian data dan reduksi data. beberapa kriteria antara lain:
Verifikasi data dilakukan dengan cara, a. Pengembangan kebijakan sekolah
ketekunan pengamatan dan trianggulasi Untuk mewujudkan sekolah peduli dan
(Moleong, 1999). berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa
kebijakan sekolah yang mendukung
HASIL DAN PEMBAHASAN dilaksanakannya kegiatan pendidikan lingkungan
Hasil yang dicapai hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan
prinsip prinsip dasar green school yaitu
Menyikapi perkembangan lingkungan partisipatif dan berkelanjutan. Kebijakan sekolah
hidup serta pengembangan metode pendidikan adalah aspek yang penting dalam rangka
lingkungan hidup dan untuk meningkatkan mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya
pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.
wawasan lingkungan hidup kepada peserta b. Pengembangan Kurikulum Berbasis
didik dan masyarakat pada tanggal 2 juni 2005 Lingkungan
telah ditanda tangani kesepakatan bersama Penyampaian materi lingkungan hidup
antara mentri negara lingkungan hidup dan kepada siswa dapat dilakukan melalui kurikulum
mentri pendidikan nasional dan sebagai secara terintegrasi atau monolitik.
realisasi dari MOU tersebut pada tanggal 21 Pengembangan materi, model pembelajaran dan
Februari 2006 telah dirancang green school metode belajar yang bervariasi dilakukan untuk
atau yang dikenal dengan sekolah adiwiyata memberikan pemahaman kepada siswa tentang
yaitu sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup yang dikaitkan dengan

31
persoalan lingkungan sehari hari. Tema Kelancaran kegiatan belajar mengajar
lingkungan hidup diharapkan menjadi serta kelas yang kondusif dapat tercipta juga
kerangka utama dalam pengembangan dan dengan tanaman dan tumbuh tumbuhan.
penyusunan kurikulum berbasis lingkungan Tanaman dan tumbuh tumbuhan mampu
hidup. menyediakan oksigen yang dapat
c. Pengembangan Kegiatan Berbasis menjadikan otak berkembang. Semakin banyak
Partisipatif oksigen yang didapat, akan semakin meningkat
Untuk mewujudkan sekolah yang pula kinerja otak. Jika kinerja otak semakin
peduli dan berbudaya lingkungan, warga meningkat, para peserta didik akan mampu
sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai mengikuti dan mencerna pelajaran yang
aktifitas lingkungan hidup (Landriany, 2014). diberikan oleh guru dengan baik. Tentunya hal
Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan itu dapat menjadikan tujuan kegiatan belajar
masyarakat disekitarnya dalam melakukan mengajar tercapai.
berbagai kegiatan yang bermamfaat bagi Penerapan go green school dapat
warga sekolah, masyarakat dan dilakukan melalui tahap yaitu:
lingkungannya. Recycle atau mendaur ulang adalah
Pengertian partisipatif adalah adanya kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang.
keikutsertaan siswa secara suka rela atau Pada perinsipnya, kegitan ini memanfaatkan
pelibatan pihak lain dalam kegiatan yang barang bekas dengan cara mengolah materinya
terkait dengan lingkungan hidup. Hal ini untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya
dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi adalah memanfaatkan dan mengolah sampah
warga sekolah agar dapat melaksanakan organik untuk dijadikan pupuk kompos
pembelajaran bagi lingkungan hidup Reuse atau penggunaan kembali adalah
disekitarnya serta diharapakan dapat kegiatan menggunakan kembali material atau
mendorong untuk memikirkan, merancang dan bahan yang masih layak pakai. Sebagai contoh,
melakukan aksi nyata dalam menjawab kantong plastik atau kantng kertas yang
tentang persoalan hidup sekitarnya umumnya didapa dari hasil kita berbelanja,
d. Pengembangan dan Pengelolaan Sarana sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan
Pendukung Sekolah untuk digunakan kembali saat dibutuhkan.
Mewujudkan green school perlu Contoh lain ialah menggunakan baterai isi ulang.
didukung sarana prasarana yang Reduce atau pengurangan adalah kegiatan
mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan mengurangi pemakaian atau pola perilaku yang
hidup (Sulaeman, 2016). Selain pemamfaatan dapat mengurangi produksi sampah serta tidak
lingkungan sebagai media pembelajaran, melakukan pola konsumsi yang berlebihan.
warga sekolah juga didorong untuk Contoh menggunakan alat-alat makan atau dapur
mengembangkan upaya untuk meningkatkan yang tahan lama dan berkualitas sehingga
pengelolaan dan kualitas lingkungan memperpanjang masa pakai produk atau mengisi
hidup baik didalam maupun diluar sekolah. ulang atau refill produk yang dipakai seperti aqua
(Amirullah, A., Madjid, S., & Ahmadin, A. galon, tinta printer serta bahan rumah tangga
2020). Kegiatan pembelajaran tidak lagi seperti deterjen, sabun, minyak goreng dan
sekedar penggalian pengetahuan tetapi lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
sekaligus mencari media untuk upaya potensi bertumpuknay sampah wadah produk di
penyelamatan lingkungan (Muzadi & rumah Anda.
Mutholingah, 2019). Replace atau penggantian adalah kegiatan
Green school sangat penting untuk untuk mengganti pemakaian suatu barang atau
digalakkan demi terselenggaranya kegiatan memakai barang alernatif yang sifatnya lebih
belajar mengajar yang sehat . Selain membawa ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali.
kemanfaatan bagi stakeholder pendidikan, Upaya ini dinilai dapat mengubah kebiasaan
program tersebut juga akan membantu seseorang yang mempercepat produksi sampah.
mengurangi dampak pemanasan global Contohnya mengubah menggunakan kontong
meskipun dalam skala yang relative kecil. plastik atau kertas belanjaan dengan membawa

32
tas belanja sendiri yang terbuat dari kain. Proklamator Bagi Guru Sejarah Sma Se-
Replant atau penamanan kembali Kabupaten Polewali Mandar. Humanis,
adalah kegiatan melakukan penanaman 19(1), 6-11.
kembali. Contohnya melakukan kegiatan Huberman, M., & Miles, M. B. (2002). The
kreatif seperti membuat pupuk kompos dan qualitative researcher’s companion. Sage.
berkebun di pekarangan rumah. Dengan
menanam beberapa pohon, lingkungan akan Landriany, E. (2014). Implementasi kebijakan
menjadi indah dan asri, membantu pengauran adiwiyata dalam upaya mewujudkan
suhu pada tingkat lingkungan mikro (atau pendidikan lingkungan hidup di SMA Kota
sekitar rumah anda sendiri), dan mengurnagi Malang. Jurnal Kebijakan Dan
Pengembangan Pendidikan, 2(1).
kontribusi atas pemanasan global.
Muzadi, A., & Mutholingah, S. (2019). Integrasi
SIMPULAN DAN SARAN Pendidikan Berwawasan Lingkungan Hidup
(Green School) Melalui Pembelajaran Pai
Berdasarkan hasil evaluasi dan Di Sekolah. TaLimuna: Jurnal Pendidikan
Islam, 8(2), 53–71.
pelaksanaan kegiatan pelatihan. Maka dapat
disimpulkan bahwa: Rezkita, S., & Wardani, K. (2018).
Hasil evaluasi tahap pertama Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan
menunjukkan rendahnya pemahaman para Hidup Membentuk Karakter Peduli
pengurus guru dan siswa mengenai peran dan Lingkungan Di Sekolah Dasar. Trihayu,
fungsi yang harus mereka jalankan dalam 4(2), 259008.
membantu sekolah untuk pemenuhan standar Sulaeman, S. (2016). Manajemen sekolah
pelayanan minimal. Rendahnya pemahaman Adiwiyata Mandiri di Kota Bandung: Studi
tersebut disebabkan karena adanya deskriptif analitik di SD BPI dan SDN
pemahaman diatara guru dan kepala sekolah Cijawura Kota Bandung. UIN Sunan
bahwa tanggung jawab pendidikan di sekolah Gunung Djati Bandung.
adalah menjadi tanggung jawab pemerintah
dan sekolah itu sendiri. Suyadi, S. (2010). Konsep Edutaiment Dalam
Pembelajaran di Tingkat SD/MI (Antisipasi
Setelah guru dan siswa sekolah Keterkejutan Mental Anak Pada Masa
mendapatkan materi pelatihan dan dilakukan Transisi Dari TK/RA ke SD/MI). Al-
evaluasi nampak bahwa para guru dan siswa Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam,
sudah bisa memahami peran dan fungsi yang 2(1).
bisa mereka jalan dalam membantu sekolah
dalam pemenuhan go green school. Syukur, Muhammad. (2014). Transformasi
Antuasiasme mereka dalam mengikuti Penenun Bugis Wajo Menuju Era
Modernitas. Paramita: Historical Studies
pelatihan membuat mereka memiliki tingkat Journal, 24(1).
pemahaman yang tinggi untuk menjalankan go
green school di SMAN 5 Makassar. Syukur, Muhammad. (2016). Social Network of
Bugis Weavers at Wajo Regency, South
Sulawesi. KOMUNITAS: International
DAFTAR RUJUKAN Journal of Indonesia Society and Culture, 8,
155–168.
Amirullah, A., Madjid, S., & Ahmadin, A.
(2020). Peningkatan Pemahaman Peran Syukur, Muhammad. (2013). Sistem Ekonomi
dan Nilai-Nilai Perjuangan Tokoh Lokal Masyarakat Bajo:(Studi Kasus pada
Nasional Bung Karno Dan Hatta Sebagai Penenun Di Kabupaten Wajo Provinsi
Sulawesi Selatan). IPB: Disertasi.

33

Anda mungkin juga menyukai