KOMPOSISI TANAH

KOMPOSISI TANAH

HUBUNGAN BERAT-VOLUME:

Udara Va

Vv pori

Ww Air Vw
W
V W
V
Ws Butiran
Padat Vs

V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va Vs = volume butiran padat

Vv = Volume pori
W = Ws + Ww Vw = Volume air dalam pori
Va = Volume udara dalam pori
Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
 KOMPOSISI TANAH

HUBUNGAN BERAT-VOLUME:

Vv
Angka Pori: e=
Vs
Vv
Udara Va Porositas: n=
V
Vv pori
V
Air Vw Derajat Kejenuhan: S= w
Ww Vv
W
Ww
V Kadar Air: w=
Ws Butiran Ws
Padat Vs
W
Berat Volume: =
V
Berat Volume Kering: W
d  s
V
 KOMPOSISI TANAH

e max  e
KEPADATAN RELATIF: Dr 
e max  e min

Untuk menunjukkan tingkat kepadatan tanah granular

(kerikil/pasir) di lapangan

Dr : kerapatan relatif [%] Dr [%] Kondisi tanah

e : angka pori
emax : angka pori pada kondisi paling lepas 0 – 15 Sangat lepas
emin : angka pori pada kondisi paling padat 15 – 50 Lepas

50 – 70 Menengah

70 – 85 Padat

85 – 100 Sangat padat

 KOMPOSISI TANAH

HARGA UMUM e, w, dan d BEBERAPA JENIS TANAH

Tipe tanah e w, jenuh d
[%] [kN/m3]
Pasir lepas, seragam 0.8 30 14.5
Pasir padat, seragam 0.45 16 18
Pasir kelanauan, lepas, bersudut 0.65 25 16

Pasir kelanauan, padat, bersudut 0.4 15 19

Lempung, kaku 0.6 21 17

Lempung, lunak 0.9 – 1.4 30 –50 11.5 – 14.5
Lempung organik, lunak 2.5 – 3.2 90 – 120 6–8
Glacial till 0.3 10 21
 CONTOH SOAL

SOAL 2.1:
Dalam keadaan asli suatu tanah basah mempunyai volume 0.33 ft3 dan berat 39.93 lb
Setelah dikeringkan dalam oven berat tanah menjadi 34.54 lb. Apabila Gs = 2.71, hitung kadar
air, berat volume basah, berat voume kering, angka pori, porositas, & derajat kejenuhan!

V = 0.33 ft3 W = 39.93 lb Ws = 34.54 lb Gs = 2.71

Udara Va
Kadar Air (2.8):
Vv
Ww W  Ws 39.93  34.54
Ww Vw w    15.6%
Air Ws Ws 34.54
W=
39.93 V= Berat Volume Basah (2.9):
Ws= Butiran 0.33
W 39.93
34.54 Padat Vs     121.0
V 0.33

Berat Volume Kering (2.11):

Ws 34.54
d    104.67
V 0.33
 CONTOH SOAL

SOAL 2.1: V = 0.33 ft3 W = 39.93 lb Ws = 34.54 lb Gs = 2.71

Angka Pori (2.3):

Ws 34.54
Vs   0.204
Udara Va= Gs  w 2.71x 62.4
0.04
Vv= Vv  V  Vs  0.33  0.204  0.126
0.126
Ww= V 0.126
5.39
Air Vw=
e v   0.62
0.086 Vs 0.204
W=
39.93 V=
Porositas (2.7):
Ws= Butiran 0.33
Padat Vs= e 0.62
34.54
0.204 n   0.38
1  e 1  0.62

Derajat Kejenuhan (2.5):

Ww 5.39
Vw    0.086
w 62.4
V 0.086
S w  x100%  68.3%
Vv 0.126
 CONTOH SOAL

SOAL 2.2:
Suatu tanah diketahui e = 0.75, w = 22%, Gs = 2.66
Hitung porositas, berat volume basah, berat volume kering, dan derajat kejenuhan!

Berat Volume Basah:

(1  w )Gs w (1  0.22)x 2.66 x1000

(2.19a):    1854 .4 kg 3
1 e 1  0.75 cm
1854 .4 x 9.81
  xg   18.19 kN 3
1000 m

Berat Volume Kering:

G  2.66 x1000
(2.19b): d  s w   1520 kg
1 e 1  0.75 m3
9.81x1520
d   14.91kN 3
1000 m
 CONTOH SOAL

SOAL 2.3:
Suatu tanah mempunyai data sebagai berikut: n = 0.45, Gs = 2.68, w = 10%
Tentukan massa air yang harus ditambah agar tanah yang mempunyai volume 10 m3 menjadi
jenuh!

(2.6): n 0.45
e  0.82
1  n 1  0.45
(1  w )Gs w (1  0.1)x 2.68 x1000
(2.19a):    1619 .8 kg 3
1 e 1  0.82 m

(Gs  e)  w (2.66  0.82) x1000

(2.19c):  sat    1923 kg m3
1 e 1  0.82

Massa air yang harus ditambahkan dalam 1 m3 tanah:

sat    1923  1619 .8  303.2 kg

m3

Massa air yang harus ditambahkan ke dalam 10 m3 tanah:

303.2 x10  3032 kg

 CONTOH SOAL

SOAL 2.4:
Suatu tanah jenuh air mempunyai berat volume kering 16.2 kN/m3. Kadar air w = 20%.
Tentukan berat volume jenuh (sat), berat jenis (Gs), dan angka pori (e)!

Berat Volume Jenuh (2.12):  sat   d (1  w )  16.2(1  0.20 )  19.44 kN 3

m

G  G 
Berat Jenis (2.16 & 2.17): d  s w  s w
1 e 1  w Gs
Gs x 9.81
16.2   Gs  2.47
1  0.20 xGs

Angka Pori (2.17):

e  w Gs  0.20 x 2.47  0.49
 KONSISTENSI TANAH

BATAS-BATAS ATTERBERG:

Padat Semi Padat Plastis Cair

w [%]

Batas Susut Batas Plastis Batas Cair

(SL) (PL) (LL)

Batas susut (SL): kadar air (dalam %), dimana terjadi transisi dari
keadaan padat ke keadaan semi padat
Batas plastis (PL): kadar air, dimana terjadi transisi dari keadaan semi
padat ke keadaan plastis
Batas Cair (LL): kadar air, dimana terjadi transisi dari keadaan plastis ke
keadaan cair
Indeks Plastisitas (PI) = LL – PL
PI
Activity: A
(% berat fraksi berukuran.lempung)
 KONSISTENSI TANAH

PENENTUAN BATAS CAIR:

 KONSISTENSI TANAH

PENENTUAN BATAS CAIR:

LL

BATAS CAIR: didefinisikan sebagai kadar air (%) yang bila pada jumlah
pukulan sebanyak 25 kali goresan tanah menjadi tertutup
 KONSISTENSI TANAH

PENENTUAN BATAS PLASTIS:

BATAS PLASTIS: didefinisikan sebagai kadar air (%) yang bila tanah digulung
sampai dengan diameter 3.2 mm menjadi retak-ratak
 KONSISTENSI TANAH

PENENTUAN BATAS SUSUT:

BATAS SUSUT : didefinisikan sebagai kadar air (%) yang bila tanah
berkurang kadar airnya mulai tidak terjadi penyusutan
 KONSISTENSI TANAH

BAGAN PLASTISITAS:

GARIS A: membatasi lanau dengan lempung

GARIS U: batas atas perkiraan hubungan antara PI dan LL
 KONSISTENSI TANAH

PERKIRAAN BATAS SUSUT DARI BAGAN PLASTISITAS:

TITIK A: ploting koordinat suatu jenis tanah

TITIK B: perpotongan garis A dengan garis U
TITIK C: perkiraan batas susut (SL) tanah tersebut
 CONTOH SOAL

Dari uji batas cair (LL) didapat data: Jumlah Pukulan Kadar Air (%)
17 42.1
22 38.2
27 36.2
32 34.1
%

Skala:
Kadar air (linear)  5 mm  1%
45
Pukulan (log)  panjang satuan grafik = 20 cm
jarak 1 – 10 = 10 – 100 = 100 – 1000 = 20 cm

40 Penggambaran dengan skala logaritma:

jarak 10 – 50 = (log 50 – log 10) x 20 = 13.98 cm
jarak 10 – 40 = (log 40 – log 10) x 20 = 12.04 cm
jarak 10 – 30 = (log 30 – log 10) x 20 = 9.54 cm
35 9.54 cm
jarak 10 – 20 = (log 20 – log 10) x 20 = 6.02 cm
jarak 10 – 25 = (log 25 – log 10) x 20 = 7.96 cm
6.02 cm

30 pukulan
10 20 25 30 40 50
 CONTOH SOAL

Dari uji batas cair (LL) didapat data: Jumlah Pukulan Kadar Air (%)
17 42.1
22 38.2
% 27 36.2
32 34.1

45

42.1
jarak 10 – 17 = (log 17 – log 10) x 20 = 4.61 cm

40
38.2
Batas Cair tanah tsb: LL = 37.06%
37.06
36.2
35
34.1

30 pukulan
17 22 27 32
10 20 25 30 40 50

4.61 cm
 CONTOH SOAL

Dari uji batas-batas Atterberg didapat:

batas cair (LL) = 50 %
batas plastis (PL) = 33 %
batas susut: m1 = 45.2 gr Vi = 17.2 cm3
m2 = 30.7 gr Vf = 10.45 cm3

Tentukan batas susut (SL) dengan persamaan 2.36 dan bagan

plastisitas!

Batas Susut (SL):

 m  m2   (V  Vf )w 
SL   1 100   i 100
 m 2   m2 
 45.2  30.7   (17.2  10.45 )x1
 100   100  25%
 30 . 7   30 . 7 
 CONTOH SOAL

Index Plastis (PI) = LL-PL = 50% - 33% = 17%

17%

50%

Batas Susut (SL) = 24.5%