Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Genetika Pertanian

Ekpresi gen

DI SUSUN OLEH :

 Fatullah alfayat E28120096 ( Ketua )


 Utami Ayu Apriliay E28120102 ( Ketua )
 I Putu Berliyanto E28120094 ( Ketua )
 Rezky E28120082 ( Ketua )
 Husen Khoirulanam E28120086 ( Ketua )
 Moh. Ar-rahman E28120130 ( Wakil Ketua )
 Nurul Safitri E28120123 ( Wakil Ketua )
 Asmina E28120124 ( Wakil Ketua )
 Sarwan E Manap E28120076 ( Wakil Ketua )
 Tika Ramadani E28120134 ( Wakil Ketua )

PRODI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,

dan kami buat dengan waktu yang telah di tentukan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya

penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar

mengenai Ekspresi gen terlebih dalam memahami Dogma ekspresi gen dan

Perkembangan konsep tenntang gen.

Penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi

sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga

menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini.

Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis

senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna

penyempurnaan makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan

kita dan kemajuan ilmu pengetahuan. Amien.

Palu , 11-09-2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang..............................................................................................4

1.2  Rumusan Masalah ........................................................................................5

1.3  Tujuan Penulisan ..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN         

2.1 Dogma sentral Gen…………....................................................6 


2.1.2 Replikasi …………………………………………....7
2.1.2 Trasnkrpsi…………………………………………...9
2.1.3 Translasi……………………………………………12  

2.2 Perkembangan konsep Gen........................................................14 


2.2.1 Zaman Pramendel……………………………………15
2.2.2 Perkembangan Genetika……………………………..17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Kehidupan ditandai oleh adanya proses metabolisme yang terjadi di dalam sel.

Metabolisme merupakan proses perubahan kimiawi dari satu bentuk ke bentuk yang

lainya, misalnya dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang lebih rumit, atau

sebaliknya. Proses metabolisme melibatkan transformasi materi dan energi. Penampilan

morfologi yang merupakan fenotip dari suatu organisme adalah hasil proses

metabolisme yang terjadi di dalam setiap sel penyusun organisme tersebut. Keragaman

morfologi di antara individu anggota suatu populasi sangat tergantung dari keragaman

proses dan hasil metabolisme yang terjadi pada masing-masing individu. Proses

metabolisme di dalam sel merupakan reaksi biokimia yang dikatalis oleh enzim tertentu,

sehingga keragaman proses dan hasil metabolisme ditentukan oleh enzim yang terlibat

dalam reaksi tersebut. Keragaman enzim (baik struktur maupun susunan asam

aminonya) itu sendiri sangat ditentukan oleh susunan cetakannya yaitu asam

deoksiribonukleat (DNA). Ruas DNA yang menjadi cetakan untuk mensintesis enzim

(protein) yang disebut dengan gen, sehingga gen merupakan pengendali proses

metabolisme atau pengendali kehidupan. Keragaman morfologi suatu organisme

merupakan penampakan gen-gennya. Suatu gen memiliki penyusun serta dapat

melakukan ekspresi gen.


1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan ekspresi gen ?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dogma sentral ekspresi gen?

3. Jelaskan perkembangan konsep tentamg gen ?

1.3. Tujuan

1. Memahami pengertian dari ekspresi gen

2. Mengetahui dogma sentral ekspresi gen bekerja

3. Mengetahui perkembangan konsep tentang gen


BAB II

Pembahasan

2.1 Dogma Sentral Ekspresi Gen

Dogma sentral biologi menjelaskan mengenai proses perubahan gen dari DNA

menjadi RNA, dan RNA menjadi protein. Dogma ini menjelaskan bagaimana proses

pembacaan materi genetik menjadi protein yang berperan di setiap tahap metabolisme di

dalam tubuh suatu organisme (Bettelheim et al, 1984) Sebagai pernbawa informasi

genetika, DNA rnempunyai dua fungsi utama: 1) rnembuat kopi yang tepat dari pada

dirinya sendiri pada waktu proses repllkasi atau duplikasi dan 2) rneneruskan koda-koda

informasi yang dimiliki ke.nRNA (messenger RNA) pada waktu proses transkripsi.

Dengan demikian mRNA kelaknya dapat menterjemahkan (mengtranslasikan)

informasi-informasi "bahasa dalam 4 huruf" dari pada asam nukleat ke dalam "bahasa

dalam 24 huruf" darl pada protein. Konsep ini merupakan dasar yang terkenal sebagai

Dogma Sentral yang dlkemukakan oleh Crick () pada tahun 1958 (Soedigdo, 1973).

Dogma yang berlaku universal ini menyatakan bahwa sekali informasi telah

diteruskan menjadi protein, maka tidak dapat dikembalikan menjadi bentuk asalnya

(DNA). Aliran informasi dari asam nukleat ke asam nukleat memang memungkinkan,

tetapi aliran informasi dari protein ke asam nukleat atau dari protein ke protein tidak

memungkinkan. Dogma sentral terdiri dari tiga tahap yaitu replikasi, transkripsi dan

translasi. Tahap replikasi dilakukan untuk memasok DNA pada setiap organisme,

sedangkan tahap transkripsi bertujuan untuk menulis ulang DNA dalam bentuk mRNA
(messenger RNA). Tahap translasi untuk menterjemahkan mRNA tersebut menjadi

suatu protein (Yuwono, 2013).

2.1.1 Replikasi

Secara umum, replikasi bahan genetik merupakan proses pengkopian rangkaian

molekul bahan genetik (DNA atau RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang

sangat identik. Meskipun konsep dasar replikasi antara struktur bahan genetik yang satu

dengan yang lainnya adalah serupa, namun diketahui ada banyak perbedaan dalam hal

mekanisme rincinya. Sebagai contoh, bahan genetik yang berupa molekul RNA

mempunyai mekanisme replikasi rinci yang berbeda dengan replikasi molekul DNA.

Pada kelompok virus, misalnya , replikasi bahan genetiknya terjadi di dalam sel inang

yang sebenarnya merupakan jasad hidup yang lain dari jasad virus itu sendiri. Hal ini

dapat terjadi karena virus merupakan jasad parasit obligat. Di lain pihak, replikasi DNA

pada prokaryot dan eukaryot terjadi di dalam sel jasad hidup yang bersangkutan. Selain

itu perbedaan struktural molekul bahan genetik, misalnya antara DNA lingkar (Circular

DNA) dengan DNA linear juga berimplikasi pada perbedaan mekanisme replikasi

(Yuwono, 2005). Replikasi DNA dimulai pada tempat-tempat khusus yang disebut

pangkal replikasi (origin of replication). Pangkal replikasi yaitu satu bagian DNA yang

mempunyai urutan nukleotida yang spesifik . Protein yang memulai replikasi DNA

mengenali urutan ini dan menempel pada DNA, memisahkan kedua untaian dan

membuka sebuah „gelembung‟ replikasi. Tahap pembukaan DNA untai ganda dikatalis

oleh 3 macam enzim yaitu :


1) Helikase adalah sejenis enzim yang berfungsi membuka untai ganda di cabang

replikasi, dan memisahkan kedua untai lama.

2) Enzim untai destabilizing protein , atau single stranded DNA binding protein

(SSB), molekul dari protein pengikat untai tunggal kemudian berjajar

disepanjang untai-untai lama yang tidak berpasangan menjaga agar untai-untai

ini tetap terpisah selama mereka bertindak sebagai cetakan untuk sintesis untai-

untai komplementer yang baru

3) DNA girase, enzim ini mengkatalis pembukaan untai ganda sebelum proses

replikasi dimulai.

Replikasi DNA kemudian berjalan dalam dua arah sampai seluruh molekul tersebut

disalin. Setiap kromosom eukariot mempunyai ratusan atau ribuan pangkal replikasi.

Gelembung replikasi terbentuk dan akhirnya menyatu, sehingga mempercepat

penyalinan molekul DNA yang sangat panjang ini. Di setiap ujung gelembung replikasi

terdapat cabang replikasi (replication fork), suatu daerah berbentuk huruf Y dimana

untai DNA baru mulai memanjang (Yuwono, 2013). Terdapat beberapa komponen-

komponen penting dalam replikasi DNA. Replikasi bahan genetik ditentukan oleh

beberapa komponen utama, yaitu: 1) DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang

akan direplikasi. 2) molekul deoksi ribonukleotida yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan

dGTP. Deoksi ribonukleotida terdiri atas tiga omponen yaitu basa purin atau pirimidin,

gula 5-karbon (deoksiribosa) dan gugus fosfat. 3) enzim polimerase, yaitu enzim utama

yang mengkatalisis proses polimerasi nukelotida menjadi untaian DNA. Pada bakteri

Escherichia coli terdapat tiga macam DNA polimerase yaitu DNA polimerase I, DNA

polimerase II dan DNA polimerase III. Pada jasad eukaryot terdapat lima macam DNA
polimerase yaitu DNA polimerase α, DNA polimerase δ, DNA polimerase ε, DNA

polimerase β dan DNA polimerase γ. 4) Enzim primase yaitu enzim yang mengkatalisis

sintesis primer untuk memulai replikasi DNA. Pada bakteri E. Coli kompleks enzim ini

disebut primosom yang terdiri atas beberapa macam protein. 5) enzim pembuka ikatan

untaian DNA induk, yaitu helikase dan enzim lain yang membantu proses tersebut yaitu

enzim girase. 6) molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka

yaitu protein SSB (single strand bonding protein). 7) enzim DNA ligase yaitu suatu

enzim yang berdungsi untuk menyambung fragmen-fragmen DNA (Yuwono, 2005).

Enzim utama yang berpe-ran dalam replikasi adalah DNA polymerase. DNA

polymerase mensintesa DNA baru dengan arah 5‟→3‟. DNA polymerase tidak dapat

memulai pembuatan untaian DNA baru, enzim ini hanya dapat menambahkan nu-

kleotida pada 3‟-OH yang sudah ada. Oleh karena itu, untuk memulai untai yang baru

harus ada primer (biasanya berupa RNA) di mana DNA polymerase dapat

menempelkan nukleotida yang pertama. Karena untaian DNA berpasangan secara anti-

paralel, maka pada untai di-mana pembentukan untai DNA barunya itu dari 5‟ ke 3‟

akan terjadi sintesa DNA secara ber-sinambungan dan disebut lead-ing strand,

sedangkan pada untai yang lainnya akan terjadi sintesa DNA dengan terputus-putus dan

disebut lagging strand. Re-plikasi dimulai pada tempat yang disebut ori (origin of repli-

cation) dan berakhir pada termi-nator (Lucianus, 2003).

2.1.2 Transkripsi

Transkripsi merupakan tahapan penting dalam sintesis protein atau ekspresi gen.

Proses transkripsi terjadi pada nukleus (prokaryotik: nukleoid) di mana DNA


diterjemahkan menjadi kode-kode dalam bentuk basa nitrogen membentuk rantai RNA

yang bersifat single strain. Namun, pada rantai RNA yang terbentuk basa Timin

digantikan dengan basa Urasil. Pada prokaryotik, rantai RNA langsung ditranslasikan

sebelum transkripsi selesai. Sedangkan pada eukaryotik, rantai di bawa menuju

sitoplasma (ribosom) untuk ditranslasi menjadi produk gen. Pembentukan RNA pada

proses transkripsi melibatkan enzim RNA polymerase. Fungsi dasar kedua yang harus

dijalankan oleh DNA sebagai materi genetik adalah fungsi fenotipik. Artinya, DNA

harus mampu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi individu organisme sehingga

dihasilkan suatu fenotipe tertentu. Fungsi ini dilaksanakan melalui ekspresi gen, yang

tahap pertamanya adalah proses transkripsi, yaitu perubahan urutan basa molekul DNA

menjadi urutan basa molekul RNA. Dengan perkataan lain, transkripsi merupakan

proses sintesis RNA menggunakan salah satu untai molekul DNA sebagai cetakan

(templat) nya (Warianto, 2011).

Transkripsi terdiri dari tiga tahap, yaitu: (a) Inisiasi (permulaan). Transkripsi

diawali oleh promoter, yaitu daerah DNA tempat RNA polimerase melekat. Promoter

mencakup titik awal transkripsi dan biasanya membentang beberapa pasang nukleotida

di depan titik awal tersebut. Fungsi promoter selain menentukan di mana transkripsi

dimulai, juga menentukan yang mana dari kedua rantai ganda DNA yang digunakan

sebagai cetakan. (b) Elongasi (pemanjangan). Ketika RNA bergerak di sepanjang DNA,

pilinan rantai ganda DNA tersebut terbuka secara berurutan kira-kira 10-20 basa DNA.

Enzim RNA polimerase menambahkan nukleotida ke ujung 3‟ dari molekul RNA yang

dibentuk di sepanjang rantai ganda DNA. Setelah sintesis RNA berlangsung, rantai

ganda DNA akan terbetuk kembali dan RNA baru akan terlepas dari cetakannya. (c)
Terminasi (pengakhiran). Transkripsi berlangsung hingga RNA polimerase

mentranskripsi urutan DNA yang dinamakan terminator. Terminator merupakan urutan

DNA yang berfungsi untuk mengakhiri proses transkripsi. Pada prokariotik, transkripsi

berhenti pada saat RNA polimerase mencapai titik terminasi. Pada eukariotik, RNA

polimerase terus melewati titik terminasi, 10-35 nukleotida, RNA yang telah terbentuk

terlepas dari enzim tersebut (Kusnadi, 2010).

Jika inisiasi berhasil, RNA polimerase melepaskan faktor s, dan bersama-sama

dengan DNA dan RNA nasen (RNA yang baru disintesis), akan membentuk kompleks

terner atau kompleks yang terdiri atas tiga komponen. Dengan adanya kompleks terner

ini RNA polimerase dapat berjalan di sepanjang molekul DNA. Artinya, promoter akan

ditinggalkannya untuk kemudian ditempati oleh holoenzim RNA polimerase berikutnya

sehingga terjadi reinisiasi transkripsi. Bagian DNA yang mengalami pembukaan heliks,

atau disebut dengan gelembung transkripsi (transcription bubble), akan terlihat bergeser

di sepanjang molekul DNA sejalan dengan gerakan RNA polimerase. Panjang bagian

DNA yang mengalami pembukaan heliks tersebut relatif konstan, yakni sekitar 17 pb

sedangkan ujung 5’ molekul RNA yang disintesis akan membentuk heliks hibrid

dengan pita antisens DNA sepanjang lebih kurang 12 pb. Ukuran ini ternyata tidak

mencapai satu putaran heliks. RNA polimerase E. coli bergerak dengan kecepatan rata-

rata 40 nukleotida per detik. Akan tetapi, angka ini dapat bervariasi sesuai dengan

urutan lokal DNA (urutan DNA yang telah dicapai oleh RNA polimerase). Tetap

dipertahankannya bagian DNA yang mengalami pembukaan heliks menunjukkan bahwa

RNA polimerase membuka heliks DNA di depan gelembung transkripsi dan menutup
heliks DNA di belakangnya. Dengan demikian, heliks hibrid RNA-DNA harus berputar

setiap kali terjadi penambahan nukleotida pada RNA nasen (Warianto, 2011).

Satu gen tunggal dapat ditranskripsi secara simultan oleh beberapa molekul

RNA polimerase yang saling mengikuti seperti barisan truk dalam satu konvoi. Untai

RNA yang sedang tumbuh memperlihatkan jejak dari setiap polimerase, dengan panjang

setiap untai baru yang mencerminkan sejauh mana enzim itu telah berjalan dari titik

awalnya. Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase menyalin urutan DNA.

Terminasi menggunakan protein rho selain karena adanya struktur tusuk konde,

terminasi transkripsi dapat juga terjadi dengan bantuan suatu protein khusus yang

dinamakan protein rho (ρ). Rho merupakan protein heksamer yang akan

menghidrolisis ATP dengan adanya RNA untai tunggal. Protein ini nampak terikat pada

urutan sepanjang 72 basa pada RNA, yang diduga lebih disebabkan oleh pengenalan

suatu struktur spesifik daripada karena adanya urutan konsensus. Rho bergerak di

sepanjang RNA nasen menuju kompleks transkripsi. Pada kompleks transkripsi ini rho

memungkinkan RNA polimerase untuk berhenti pada sinyal terminator tertentu. Sinyal-

sinyal terminator ini, seperti halnya sinyal terminator yang tidak bergantung kepada rho,

lebih dikenali oleh RNA daripada oleh DNA cetakannya. Adakalanya terminator

tersebut juga berupa struktur tusuk konde tetapi tidak dikuti oleh urutan poli U

(Warianto, 2011)

2.1.3 Translasi

Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul

mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau
protein. Perlu dipahami bahwa hanya molekul mRNA yang ditranslasi, sedangkan

rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. Molekul mRNA merupakan transkrip (salinan)

urutan DNA yang menyusun suatu gen dalam bentuk ORF (open reading frame),

kerangka baca terbuka). Molekul rRNA adalah salah satu molekul penyusun ribosom,

yakni organel tempat berlangsungnya sintesis protein, sedangkan tRNA adalah

pembawa asam-asam amino yang akan disambungkan menjadi rantai polipeptida. Suatu

ORF dicirikan oleh: (1) kodon inisiasi translasi yaitu urutan ATG (pada DNA) atau

AUG (pada mRNA) (2) serangkaian urutan nukleotida yang menyusun banyak kodon

dan (3) kodon terminasi translasi yaitu RAA (UAA pada mRNA), TAG (UAG pada

mRNA) atau TGA (UGA pada mRNA) perlu diingat bahwa pada RNA tidak ada basa

thymine (T) melainkan dalam bentuk uracil (U) (Yuwono, 2013).

Translasi berlangsung di dalam sitoplasma dan ribosom. Translasi merupakan

proses penterjemaahan sutu kode genetik menjadi protein yang sesuai. Kode genetik

tersebut berupa kodon di sepanjang molekul RNAd, sebagai penterjemaahnya RNAt.

RNAt membawa asam amino dari stoplasma ke ribosom. Molekul RNAt membawa

asam amino spesifik pada salah satu ujungnya yang sesuai dengan triplet nukleotida

pada ujung RNAt lainnya yang disebut antikodon. Misalnya, perhatikan kodon RNAd

UUU yang ditranslasi sebagai asam amino fenilalanin. RNAt pembawa fenilalanin

mempunyai antikodon AAA yang komplemen dengan UUU agar terjadi reaksi

penambahan fenilalanin pada rantai polipeptida sebelumnya. RNAt yang mengikat diri

pada kodon RNAd harus membawa asam amino yang sesuai ke dalam ribosom.

Melekatnya asam amino pada RNAt dibantu oleh enzim aminoasil-RNAt sintetase

(aminoacyl-tRNA synthetase). Ribosom memudahkan pelekatan antara antikodon RNAt


dengan kodon RNAd selama sintesis protein. Ribososm tersususn atas subunit besar dan

subunit kecil yang dibangun oleh protein-protein dan molekul-molekul RNAt (Kusnadi,

2010).

Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon terminasi

(UAA, UGA, UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A pada ribosom. Dalam

keadaan normal tidak ada aminoasil-tRNA yang membawa asam amino sesuai dengan

ketiga kodon tersebut. oleh karena itu, jika ribosom mencapai salah satu dari ketiga

kodon terminasi tersebut, maka proses translasi berakhir. Pada E. coli ketiga sinyal

penghentian proses translasi tersebut dikenali oleh suatu protein yang disebut release

factors (RF)

misalnya RF1 yang mengenali kodon UAA atau UAG atau RF2 yang mengenali kodon

UAA atau UGA. Sebaliknya pada eukaryot hanya ada satu release factor yaitu eRF yang

mengenali ketiga kodon terminasi tersebut (Yuwono, 2005).

2.2 Perkembangan Konsep Gen

secara gen umum mempelajari bagaimana cara/mekanisme mahkluk

menghasilkan, menjadikan keturunan, generasi baru, anak, yang memiliki kesamaan

dengan dirinya. Karena itu muncul konsep dalam genetika. Yaitu bahwa semua/tiap

mahkluk memiliki unsur, materi yang mengatur semua hal di dalam tubuhnya. materi

substansi yang mengatur semua aspek kehidupan si mahkluk, baik bersifat fisik, fungsi

dan kemampuannya. sifat fisik, fungsi, dan kemampuan ada di tubuh sampai ke bagian

terkecil (sel dan organel). Sehingga materi genetic harus ada di tiap sel. konsep lain lagi

adalah bahwa materi genetic harus dapat di teruskan, turu, di wariskan, dari generasi
induk ke generasi anak.Konsep lain adalah genetic harus stabil, tak (mudah) berubah.

Dengan demikian, yang di atur pun tetap da dari generasi ke generasi. perkembangan

genetika mengalami fluktuasi yang signifikan. Untuk mempermudah dalam

memahaminya maka sejarah perkembangan genetika awalnya dibagi menjadi tiga fase

sejarah, yaitu sebagai berikut:

2.2.1 Zaman Pre Mendel (sebelum abad XIX)

Bangsa Babylonia (6000 Tahun lalu), telah menyusun silsilah kuda untuk

memperbaiki keturunannya. Sedangkan bangsa Cina (beberapa abad SM), melakukan

seleksi terhadap benih-benih padi untuk mencari sifat unggul tanaman itu. Di Amerika

dan Eropa (ribuan tahun lalu), orang telah melakukan seleksi dan penyerbukan silang

terhadap gandum dan jagung yang asalnya adalah rumput liar.

Zaman Mendel (1822-1884)

Di tandai dengan waktu Mendel melakukan percobaan persilangan pada

tanaman ercis (Pisum sativum). Mendel ternyata berhasil mengamati sesuatu ,macam

sifat keturunan ( karakter) yang di turunkan dari generasi ke generasi. Mendel juga

berhasil membuat perhitungan matematika tentang sifat genetis karakter yang di

tampilkan. Faktor genetis ini kemudian disebut determinant/faktor. Dengan

keberhasilannya tersebut, maka Mendel dinamakan Bapak Genetika dan sekaligus

memberi dasar pengetahuan bagi genetika madder.

Zaman Post Mendel (setelah tahun 1900)

Zaman ini di tandai dengan ditemukannya karya Mendel oleh:


1. Hugo de Vries (Belanda)

2. Carts Correns (Jerman)

3. Erich Von Tshcemak (Austria)

Setelah itu banyak ahli yang melakukan penelitian, diantaranya:

1. Bateson & Punnet (1861-1926). Pada tahun 1907 melakukan percobaan pada

ayam untuk membuktikan apakah percobaan Mendel berlaku pada hewan.

Mereka menemukan adanya sifat-sifat yang menyimpang dari matematika

Mendel. Selain itu juga menemukan juga adanya interaksi antara gen dalam

menumbuhkan suatu variasi.

2. Van Beneden & Boveri. Mengatakan bahwa kromosom dalam nucleus

merupakan pembawa bahan genetis.

3. Flemming & Roux. Mengamati proses pembelahan sel somatic yang kemudian

diberi nama mitosis dan miosis.

4. Weissmann. Mengatakan bahwa kromosom membagi dua pada waktu

pembelahan sel yakni dalam pembentukan gamet/meiosis.

5. Sutton. Mengumumkan adanya kesejajaran antara tingkah laku kromosom ketika

sel sedang membelah dengan segregasi bahan genetis penemuan Mendel.

6. Nirenberg (1961). Menyusun kode genetis yang menentukan urutan-urutan asam

amino dalam sintesa protein, dan  mengetahui gen bekerja menumbuhkan suatu

karakter lewat sintesa protein dalam tubuh.


2.2.2 Perkembangan genetika

Setelah penemuan ulang karya Mendel, genetika berkembang sangat pesat.

Perkembangan genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan

metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan atau sains.

Berikut adalah tahapan-tahapan perkembangan genetika:

 1859 Charles Darwin menerbitkan The Origin of Species, sebagai dasar variasi

genetik.

 1865 Gregor Mendel menyerahkan naskah Percobaan mengenai Persilangan

Tanaman

 1878 E. Strassburger memberikan penjelasan mengenai pembuahan berganda;

 1900 Penemuan kembali hasil karya Mendel secara terpisah oleh Hugo de Vries

(Belgia), Carl Correns (Jerman), dan Erich von Tschermak (Austro-Hungaria)

awal genetika klasik

 1903 Kromosom diketahui menjadi unit pewarisan genetik

 1905 Pakar biologi Inggris William Bateson mengkoinekan istilah ‘genetika’

 1908 dan 1909 Peletakan dasar teori genetika populasi oleh Weinberg

 1910 Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen-gen berada pada

kromosom, menggunakan lalat buah


 1913 Alfred Sturtevant membuat peta genetik pertama dari suatu kromosom

 1918 Ronald Fisher (ahli biostatistika dari Inggris) menerbitkan On the

correlation between relatives on the supposition of Mendelian inheritance

(secara bebas berarti “Keterkaitan antarkerabat berdasarkan pewarisan

Mendel”),

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Kehidupan ditandai oleh adanya proses metabolisme yang terjadi di dalam sel.

Metabolisme merupakan proses perubahan kimiawi dari satu bentuk ke bentuk yang

lainya, misalnya dari bentuk sederhana menjadi bentuk yang lebih rumit, atau

sebaliknya. Proses metabolisme melibatkan transformasi materi dan energi . Dogma

sentral biologi menjelaskan mengenai proses perubahan gen dari DNA menjadi RNA,

dan RNA menjadi protein. Dogma ini menjelaskan bagaimana proses pembacaan materi

genetik menjadi protein yang berperan di setiap tahap metabolisme di dalam tubuh suatu

organisme (Bettelheim et al, 1984) Sebagai pernbawa informasi genetika, DNA

rnempunyai dua fungsi utama: 1) rnembuat kopi yang tepat dari pada dirinya sendiri

pada waktu proses repllkasi atau duplikasi dan 2) rneneruskan koda-koda informasi

yang dimiliki ke.nRNA (tnessenger RNA) pada waktu proses transkripsi. Setelah

penemuan ulang karya Mendel, genetika berkembang sangat pesat. Perkembangan


genetika sering kali menjadi contoh klasik mengenai penggunaan metode ilmiah dalam

ilmu pengetahuan atau sains.

DAFTAR PUTAKA

Fried, GH dan Hademenis, GJ.2005.Bioloi edisi dua.Jakarta:Erlangga

Subowo.2011.Biologi Sel.Jakarta:Sagung Seto

Suryo.2008.Genetika Manusia.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press

Yuwono,T.2005.Biologi Molekuler.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai