Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

METODOLOGI STUDI ISLAM


“ANEKA METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM DALAM PERBANDINGAN STUDI
ISLAM ”
Dosen Pembimbing : Dr. Hoerul Umam. S. pdi. MM

DISUSUN OLEH:
Saripudin (21030802211052)
Zidan Abdurrahman (21030802211063)

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG


BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
beserta keluarga-Nya, sahabat-Nya dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.

Kami menyedari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal
ini karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih dalam keterbatasan dan masih
harus banyak belajar. Untuk itu kami mengharapakan saran dan kritik dari Bapak/Ibu sekalu
dosen kami, demi pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaaat, kami mohon maaf yang sebesar-besar nya
apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan ataupun
dari segi materi, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, semoga kita semua selalu
dalam lindungan-Nya.

Penulis

Bandung, 15 September 2021


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................


2.1 Rumusan Masalah........................................................................................................................
3.1 Tujuan.........................................................................................................................................
4.1 Manfaat Penelitian.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................

2.1 Arti Perbandingan Agama ........................................................................................................


2.2 Islam dan Perbandingan Agama Lain .......................................................................................
2.3 Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan ............................................................................
2.4 Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam ......................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi masa kini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan
baru yang tidak terlalu berbeda dengan apa yang pernah dialami sebelumnya. Pluralisme agama
konflik intern atau antar agamaMasa kini tidak sedikit pertanyaan kritis yang harus ditanggapi
oleh umat beragama yang dapat diklasifikasikan rancau dan merisaukan. Sebagai konsekuensi
tampilnya sekian banyak agama, disini akan dibahas tentang perbandingan dalam studi Islam.
Suatu agama atau kepercayaan adalah suatu sistem tertentu, atau seperangkat sistem dimana
ajaran-ajaran, my the, ritus, perasaan, penghayatan, pengamalan, lembaga dan beberapa elemen
lainnya merupakan hal yang saling berkaitan dan bertautan, karena itu dalam memahami agama
dan kepercayaan yang ada dalam suatu sistem dirasa sangat penting untuk mengetahui
konteksnya yang khas. Studi agama dan kepercayaan seringkali dimaksudkan sebagai studi
perbandingan agama. Sisi terpenting, seperti yang dikemukakan oleh S.G.F. Brandon, memang
disadari bahwa untuk memahami humanitas yang umum dan juga permasalahannya secara baik
dan tepat, kita perlu mengetahui tentang agama yang dianutnya, politiknya, peraturan
ekonominya, dan prestasi ilmiyah serta budayanya karena selain penilaian aspek-aspek agama
yang metafisis, ternyata agama juga merupakan fenomena sosial yang sangat mendasar.

2.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
 Arti Perbadingan Agama.
 Islam dan Perbandingan Agama.
 Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan Agama.
 Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam .

3.1 Tujuan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas
dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu
memahami perbandingan agama dan studi islam.

4.1 Manfaat penelitian


Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
perbandingan dalam studi islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Perbandingan Agama


Kata “Perbandingan” mengandung unsur kepekaan tinggi, yang tidak jarang mengundang
kecurigaan, bahkan permusuhan. Membandingkan suatu dengan sepadannya dapat diartikan
menempatkan satu pihak lebih unggul dari pihak lain. Karena itu perbandingan atau komparasi
sering berujung dengan kompetisi. Hal ini mengakibatkan kebanyakan orang enggan untuk
membandingkan hal-hal yang sangat berharga baginya dengan hal lain. Mereka khawatir kalau-
kalau yang dimilikinya kalau-kalau yang dimilikinya akan dinilai lebih buruk dari milik orang
lain. Tidak seorang pun senang jika keluarganya, bangsanya, dan terlebih negaranya dinilai lebih
rendah dari yang lain akibat suatu perbandingan. Lalu, bagaimana dengan perbandingan agama?
Jika perbandingan yang dimaksud untuk menempatkan suatu agama lebih superior dari yang lain,
maka pasti hal ini akan membawa kerah cauan, bahkan permusuhan.
Setiap pemeluk agama akan menilai agamanya yang terbaik dan yang tersempurna jika
dibandingkan dengan agama yang lain. Melihat kenyataan ini, Arnold Toynbee (1889-1975),
sejarawan Inggris, secara gamblang berkata bahwa “Tidak seorangpun dapat menyatakan dengan
pasti bahwa sebuah agama lebih benar dari agama lain”. Pada sisi lain, suatu agama atau
kepercayaan adalah suatu sistem tertentu, atau seperangkat sistem dimana ajaran-ajaran, my the,
ritus, perasaan, penghayatan, pengamalan, lembaga dan beberapa elemen lainnya merupakan hal
yang saling berkaitan dan bertautan, karena itu dalam memahami agama dan kepercayaan yang
ada dalam suatu sistem dirasa sangat penting untuk mengetahui konteksnya yang khas. Misalnya
saja kepercayaan terhadap suatu dewa dalam salah satu agama harus dilihat pada konteks suatu
kepercayaan terhadap sang pencipta dan kehidupan yang transcendent dalam masyarakat. Lepas
dari setuju atau tidak, kita kenal bahwa pada sekitar abad 20-an, salah seorang ahli ilmu
perbandingan agama mengemukakan bahwa karakter suatu agama, dipandangnya sebagai suatu
hal yang bersifat “totalitarian” atau yang lebih baik lagi bersifat “organik”. Ini berarti lalu
menimbulkan suatu masalah apakah kepercayaan atau praktik agama dalam suatu sistem organik
dapat diperbandingkan dalam suatu sistem yang sama dalam suatu sistem organik yang lain, atau
tidak? Untuk ini, harus diakui bahwa setiap agama memiliki keunikan yang membedakan.
Orang dapat mengetahui sangat uniknya suatu agama melalui suatu perbandingan, dan
dalam memperbandingkan ini dapat dengan mencari perbedaan-perbedaannya. Dan inilah
sebabnya mengapa studi agama dan kepercayaan seringkali dimaksudkan sebagai studi
perbandingan agama. Sisi terpenting, seperti yang dikemukakan oleh S.G.F. Brandon, memang
disadari bahwa untuk memahami humanitas yang umum dan juga permasalahannya secara baik
dan tepat, kita perlu mengetahui tentang agama yang dianutnya, politiknya, peraturan
ekonominya, dan prestasi ilmiyah serta budayanya karena selain penilaian aspek-aspek agama
yang metafisis, ternyata agama juga merupakan fenomena sosial yang sangat mendasar. Karena
studi ilmu perbandingan agama dapat ditekankan sebagai studi yang berkaitan dengan perilaku
beragama seseorang dalam hubungannya dengan transcedent, dengan Tuhan, atau dengan apapun
saja yang dianggap sakral, kudus, suci, maka dalam perkembangannya yang nampak bersifat
deskriptif, lalu menganut bermacam-macam disiplin seperti sejarah, sosiologi, antrhopologi,
psikologi, dan archeology. Dan karena studi ilmu perbandingan agama juga ditekankan pada studi
yang juga di orientasikan pada pengakuan kebenaran keyakinan agama, maka ini lebih ditekankan
pada theology dan filsafat agama. Adalah tugas mulia umat beragama secara bersama-sama untuk
menginterpretasikan ulang ajaran-ajaran agamanya untuk dikomunikasikan pada wilayah agama
lain. Sehingga mengurangi tensi atau ketegangan antar umat beragama. Para teolog masing-
masing agama dan para juru dakwah serta misionaris aturannya memang “belajar” memahami
relung-relung keberagaman orang lain, hukan untuk tujuan pindah agama. Tetapi membuka
kesempatan untuk lebih bersifal saling memahami dan toleran.

2.2 Arti dan Perbandingan Agama Lain


Perkembangan pendidikan dan kemajuan ulmu pengetahuan, kesemuanya itu merubah
pandangan dan pikiran orang Islam diseluruh dunia dan sekaligus merupakan rennaisance orang
Islam dalam lapangan ilmu pengetahuan, penertiban, kehidupan agama dan sebagainya. Dengan
perkembangan tersebut para sarjana Islam memperbaharui polemik mereka terutama terhadap
aktivitas missi Kristen. Pada umumnya polemik-polemik yang diadakan oleh kaum Muslim
merupakan reaksi terhadap literatur-literatur yang diterbitkan oleh orang-orang Kristen.
Sejarah hubungan antara Islam dan kristen telah melalui masa yang panjang dan diliputi
oleh suasana setempat. Isi polemik antara Islam dan kristen pada umumnya meliputi
permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
 Kristologi (Islam tidak menyinggung pribadi Yesus sebagai kristus)
 Kenabian Muhammad SAW terutama mu’jizatnya
 Kedudukan Bybel sebagai wahyu
 Ajaran Paulus yang dogmatis
 Masalah Moral
Dalam kenyataannya materi politik antara abad pertengahan dan abad dua puluh meliputi
hal yang sama, namun sudah tentu terdapat pemikiran baru yang terdapat dalam penerbitan
mutakhir. Karena adanya pemikiran baru, maka sekalipun pokok pembicaraan sama. Namun ada
perobahan dalam interpretasi. Dalam beberapa hal terdapat perhatian umat Islam terhadap
penemuan baru. Adanya penemuan baru tersebut dipergunakan oleh umat Islam untuk membahas
kitab suci Kristen. Dalam hal toleransi, Nabi Muhammad pernah memberi suri tauladan yang
sangat inspiring dihadapan para pengikutnya.
Sejarah mencatat bahwa nabi pernah dikucilkan dan bahkan diusir dari tanah Makkah.
Beliau terpaksa hijrah ke Madinah untuk beberapa lama dan kemudian kembali ke Makkah.
Peristiwa ini disebut dengan fatkhul Makkah. Dalam peristiwa yang penuh kemenangan ini, Nabi
tidak mengambil langkah balas dendam kepada orang-orang yang telah mengusirnya. Dengan
titik tolak pandangan tersebut umat Islam pada tempatnya bersikap menghargai agama orang lain.
Menghargai agama orang lain tidak identik dengan pengakuan akan pengakuan kebaikan dan
kebenaran agama tersebut.

2.3 Faktor Perbedaan dan Kesamaan Keyakinan


Manusia mempunyai naluri sebagai hewan yang beraqidah, atau secara naluriah, manusia
adalah hewan yang beragama. Aqidah agama ini merupakan suatu yang tidak bisa dipisahkan
sejak awal pembentukan psichis dan mental manusia. Aqidah ini tidak biasa berdiri sendiri dan
terlepas dari proses pembentukan. Karena tantangan Islam pada periode klasik kedua (± abad ke-
8 sampai dengan abad ke-12) bercorak intelektual spekulatif heelenisme dan gnotisisme Persi.
Maka telogi yang berkembang dalam wacana pemikiran Islam juga dipengaruhi oleh sifat
tantangan itu. Karena sifat yang demikianitu, orang akan sia-sia menemukan formulasi teuhid
sosial yang komprehensif dan utuh. Bahkan pada masa modern, corak intelektual dari kajian
tentang tauhid masih terus berlangsung. Berbagai macam hasil studi telah sama-sama
menguatkan bahwa adanya aqidah (keyakinan agama) ini berdiri dibelakang kemajuan kemajuan
yag muncul, dan juga berdiri di belakang penemuan-penemuan materiil yang dicapai oleh
manusia. Entah itu dalam lapangan ilmu pengetahuan, hasil-hasil prcobaan, methode-methode
struktur social, politik dan ekonomi. Maka tak heran bila aqidah agama ini saling berbeda.
Faktor-faktor kehidupan yang ada hubungannya dengan cara memahami alam dan
kehidupan. Sehingga ilmu pengetahuan yang dicapai oleh setiap kemajuan corak lama ini
merupakan bagian dari aqidah agama yang sangat diyakini oleh anggota-anggota masyarakat.
Maka dari itu ilmu pengetahuan campur aduk jadi satu dengan aqidah agama. Sehingga agama
dilunturi dengan kesamaran-kesamaran mistikd an tasawuf.
Sebagaimana filsafat pada dasarnya adalah kerja otak saja. Tapi karena filsafat ini
berbaur dari satu masyarakat ke lain masyarakat. Akhirnya timbul bermacam-macam filsafat yang
juga ikut melunturi agama. Tidak ada filsafat yang benar-benar murni dan mndetail/melulu
sebagai filsafat. Tergantung dari jauh dan dekatnya dengan agama atau aqidah. Cina pada zaman
dahulu karena letak geografisnya berada di daerah tepian iklim panas dan dingin, Cina termasuk
daerah yang ramai. Solidaritas dan kerja sama keluarga merupakan faktor umum yang
menumbuhkan aqidah agama di sana. Sedang loyalitas keluarga dianggap sebab yang paling
nyata yang membentuk politik China. Tiga agama yang ada disana yaitu Kong Hu Chu, Tao dan
Budha berkisat tentang mencari hakekat hidup bahagia diats dunia dengan cara yang simpel tanpa
macam-macam keyakinan. Dalam masalah loyalitas keluarga melingkupi keluarga dalam
pengertian yang kecil dan keluarga yang besar yaitu negara. Kong Hu Chu memusatkan perhatian
pada moral dan loyalitas keluarga sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan diatas bumi ini.
Taoisme mementingkan keseimbangan jiwa dan raga antara manusia dan naluri. Sedang Budha
mementingkan pada pembebasan jiwa.

2.4 Problem dan Prospek Perbandingan Studi Islam


Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbeban oleh misi
keagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan analisis,
kritis, metodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah
keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas. Kendala lain menyangkut perbandingan agama
adalah tingkat objektivitas peneliti yang melakukan perbandingan. Kata Hierke Gaard (1813-
1855), filosof agamawan asal Denmark, yang setujui banyak orang, “Berlaku netral terhadap
studi agama-agama hampir tidak mungkin. “salah satu sebabnya, seseorang peneliti tidak akan
dapat memahami, apalagi mendalami agama tanpa yang bersangkutan terlibat secara emosional
dan spiritual dengan agama tersebut. Disamping itu seorang peneliti tidak akan mungkin dapat
menghayati dan memahami secara mendalam lebih dari sat agama.
Menurut Bambang Sugiharto, tantangan yang dihadapi setiap agama sekarang ini
sekurang-kurangnya ada tiga. Pertama, dalam menghadapi persoalan kontemporer yang ditandai
dis orientasi nilai dan degradasi miralitas agama ditantang dengan tampil sebagai suara moral
yang otentik. Kedua, agama harus menghadapi kecenderungan pluralisme, mengolahnya dalam
kerangka “theologi” baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama plural. Ketiga, agama
tampil sebagai pelopor perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan ketidak adilan
(Bambang Sugiharto dan Andito (ed) 1998: 29-30). Untuk mengatasi kerancauan diatas, pakar-
pakar studi agama lalu membagi pendekatan studi agama (yang juga mencakup studi
perbandingan agama) ke dalam dua kategori:
1. Pendekatan Deskriptif
Pendekatan ini menguraikan secara komprehensif aspek-aspek kesejarahan, struktur,
doktrin, dan lain-lain elemen tanpa terlibat dalam pemberian penilaian (Value judgment).
Cara ini kemudian dikembangkan oleh pakar-pakar dialog antar agama dengan menggunakan
istilah intelektual conversion (beralih) agama pada tingkat pemikiran, bukan pada tingkat
imani yang hakiki.
2. Pendekatan Normatif
Pendekatan ini menjelaskan sebuah agama dengan menitik beratkan kebenaran doktrinal,
keunggulan sistem nilai, ontetisitas teks, serta fleksibelitas ajaranya sepanjang masa.
Pendekatan ini dengan sendirinya akan menggunakan cara-cara yang bersifat persuasif
Apologetik dalam mempertahankan keunggulannya. Dalam membandimgkan suatu agama
dengan agama lain, penekanan unsur-unsur “kelemahan dan kekurangan” pihak lain selalu
ditonjolkan.
Walaupun pendekatan normatif tetap perlu untuk memeperkukuh iman, pendekatan
deskriptif pun tidak kurang pentingnya untuk menghindari konflik agama. Perlu digarisbawahi
bahwa salah satu syarat tercapainya kerukunan antar pemeluk agama adalah saling pengertian
antar umat beragama. Dalam konteks negara kita, umat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar
dibanding yang ada di negara-negara lain harus mampu memberi contoh dalam membina
kerukunan antar umat beragama dan sekaligus memelopori pendekatan antar sekte Islam demi
tercapainya suatu ummah seperti yang digambarkan oleh Al-Qur’an.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas pemakalah menyimpulkan bahwa perbandingan dalam studi Islam
adalah suatu cara untuk mengembangkan dan memeperluas cakrawala pemahaman terhadap
agama. Kemudian berusaha untuk memahami kehidupan batin orang maupun masyarakat, yang
berkaitan dengan perilaku beragama seseorang dalam hubungan dengan Tuhan, atau dengan
apapun yang dianggap sakral. Isi polemik antara Islam dan kristen pada umumnya meliputi
permasalahan-permasalahan sebagai berikut: Kristologi (Islam tidak menyinggung pribadi Yesus
sebagai kristus), Kenabian Muhammad SAW terutama mu’jizatnya, Kedudukan Bybel sebagai
wahyu, Ajaran Paulus yang dogmatis dan Masalah Moral. Pakar-pakar studi agama membagi
pendekatan studi agama (yang juga mencakup studi perbandingan agama) ke dalam dua kategori:
Pendekatan Deskriptif dan Pendekatan Normatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Amin. 1996. Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abud, Abdu Al-Ghany. 1992. Aqidah Islam Vs ideologi modern. Ponorogo: TriMurti Press.
Daradjat, Zakiah. 1984. Perbandingan Agama Jilid II. Jakarta: Proyek Pembinaan IAIN.
Hakim, Atang Abd. dan Jaih Mubaroh. 1999. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Maarif, A. Syafi’i. 1997. Islam dan Kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat. Yogyakarta: Pustaka Peljar.
Nata, Abuddin.1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Shihab, Alwi. 1997. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama. Bandung: Mizan.

Anda mungkin juga menyukai