Disusun Oleh:
Kelompok 1
2. Pembahasan
2.1. Perencanaan Kebijakan kesehatan
Melalui Healthy People yang dicanangkan pada tahun 2010, pelayanan kesehatan
mengalami perubahan secara finansial dan perawatan yang kini mulai
memprioritaskan pencegahan dan skrining daripada pengobatan setelah sakit. The
National Committee on Quality Assurance menargetkan data dan informasi tentang
kesehatan memiliki standarisasi pengukuran yang akan digunakan dalam
perencanaan program kesehatan seperti imunisasi, mamografi, skrining, dan
pelayanan preventif lainnya. (Alan Dever, 2005).
Dalam merencanakan kebijakan kesehatan, biasanya akan dilakukan penentuan
prioritas masalah kesehatan terlebih dahulu. Dalam Healthy People telah tertulis area
prioritas beserta indikator kesehatan yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1 Priority Areas and Leading Health Indicators Healthy People 2010
1
Menurut Murray dan Evans dalam Fos dan Fine (2005), proses perencanaan
terdiri dari dua kegiatan utama: (1) menyelaraskan sumber daya yang tersedia
(sumber daya baru serta komponen lingkungan yang ada) dengan efisien dan (2)
melaksanakan intervensi ketika sumber daya dan kapasitas cukup untuk mendukung
kegiatan. Dalam perencanaan kesehatan, komponen lingkungan yang dimaksud
adalah beban yang ditimbulkan dari penyakit, tahun nyawa yang hilang karena
kematian dini, dan tahun hidup dengan kecacatan.
Menurut Fos dan Fine, perencanaan strategis didefinisikan sebagai perkembangan
dari rencana paling efisien dan efektif yang mengoptimalkan sumber daya baru yang
tersedia dan kapasitas yang ada ke dalam model keputusan. Proses perencanaan
strategis harus mencakup evaluasi dari perencanaan struktur organisasi, analisis
situasi internal dan eksternal, alternatif strategi, optimalisasi keputusan, rencana
implementasi yang logis, dan identifikasi pencapaian yang perlu diukur untuk
mengukur efektivitas implementasi rencana.
Saat ini perkembangan pola penyakit mengalami pergantian yang mulanya
masyarakat banyak menderita penyakit infeksius kini orang-orang lebih banyak
menderita penyakit degeneratif kronis. Dengan besaran masalah kesehatan yang
terjadi, ini sebenarnya menjadi peluang untuk menggiatkan kegiatan promosi dan
pencegahan kesehatan kepada masyarakat luas namun pada kenyataannya terus
terlupakan. Upaya penyehatan masyarakat tidak luput dari ilmu epidemiologi yang
bukan hanya berperan untuk memahami etiologi dari suatu penyakit namun juga
sebagai evaluasi dari sistem dan pelayanan kesehatan.
Dalam upaya perencanaan penanggulangan penyakit, epidemiologi membagi tiga
tahapan yang dilakukan yaitu, fase popular, fase ilmiah, dan fase aplikasi. Pada fase
popular dimana dimulai dengan kegiatan mengumpulkan informasi-informasi dari
hasil observasi yang dapat diterima secara logis. Kemudian berikutnya yaitu fase
ilmiah dimana informasi tersebut dianalisis dengan pemahaman secara ilmiah
menggunakan desain epidemiologi analitik dan epidemiologi eksperimen. Lalu, hasil
dari analisis pada fase ilmiah disajikan dalam bentuk data epidemiologi yang akan
dimasukkan dalam keputusan kebijakan kesehatan. Data tersebut sebagai upaya
pencegahan dan/ penanggulangan yang lebih efektif.
Kebijakan kesehatan dalam perumusannya didukung oleh banyak faktor, salah
satunya yang cukup berperan yaitu pengetahuan epidemiologi para pengambil
keputusan utama kebijakan kesehatan yaitu epidemiologis, dokter, penduduk,
manajer perawatan kesehatan, dan para ahli kesehatan masyarakat. Setiap profesi
memiliki sudut pandang yang berbeda pada kesehatan dan penyakit. Epidemiologis
dan ahli kesehatan masyarakat mengetahui secara spesifik mengenai data numerator
(jumlah kasus, jumlah kematian, jumlah pelayanan, dll) dan data denominator
(jumlah penduduk). Dokter biasanya lebih mengetahui data numerator dibandingkan
data denominator. Sedangkan penduduk mereka tahu menjadi bagian dari data
denominator, namun hanya sedikit dari mereka yang memiliki pengetahuan dari
2
jumlah keseluruhan penduduk dan juga angka numerator. Untuk healthcare
managers biasanya mengetahui jumlah penduduk secara umum yang berkaitan
dengan ekonomi daripada dengan unmet needs, pencegahan penyakit, dan
pemeliharaan serta promosi kesehatan.
2.2. Model Epidemiologi untuk Kebijakan Kesehatan
3
dialokasikan untuk hal yang berguna mencegah populasi dari suatu penyakit.
Oleh karena itu, lebih baik mendorong pelaksanaan poin-poin positif dari
lifestyle, environment, dan human biology.
2. Lifestyle
Gaya hidup adalah risiko yang diciptakan oleh diri sendiri, terbagi menjadi tiga
poin yaitu risiko aktivitas selama waktu luang, pola konsumsi, dan risiko
partisipasi dalam kerja dan pekerjaan. Dalam model epidemiologi, gaya hidup
merupakan suatu keputusan yang dilakukan oleh individu yang mempengaruhi
kesehatan diri sendiri, dengan kata lain individu memegang kendali dalam
melakukan hal yang mempengaruhi kesehatan. Salah satu contoh dari risiko
aktivitas selama waktu luang adalah jika mengambil keputusan yang buruk maka
akan menghasilkan kesehatan tubuh yang kurang sehat dan berkontribusi pada
peningkatan angka suatu penyakit.
Kemudian contoh dari pola konsumsi seperti apabila makan berlebih maka akan
menyebabkan obesitas, memakan asupan tinggi kolesterol maka mendorong
penyakit jantung, kecanduan alkohol menyebabkan sirosis hati, konsumsi
alkohol mendorong angka kecelakaan kendaraan bermotor, merokok
menyebabkan PPOK, ketergantungan narkoba mendorong terjadinya bunuh diri
dan hal buruk lain, asupan glukosa berlebih menyebabkan karies gigi.
Selain itu, risiko partisipasi dalam kerja dan pekerjaan hal yang penting untuk
diperhatikan tetapi cukup sulit untuk dapat diidentifikasi. Contoh yang dapat
diambil adalah tekanan kerja dapat menyebabkan stress dan kecemasan yang
mendorong terjadinya tukak lambung dan hipertensi. Kemudian mengemudi
dalam keadaan ceroboh dapat menyebabkan kecelakaan, dan hubungan seksual
secara bebas dapat menyebabkan sifilis.
3. Environment
Model epidemiologi Environment merupakan model epidemiologi yang
berhubungan dengan elemen lingkungan, dimana lingkungan didefinisikan
sebagai peristiwa di luar tubuh dimana seseorang memiliki sedikit atau bahkan
tidak ada kontrol. Model ini dapat dibagi menjadi dimensi fisik, sosial, dan
psikologis. Pada dimensi fisik bahaya berkaitan erat dengan kebutuhan energi
yang digunakan oleh populasi yang luas. Konsumsi energi populasi akan
meningkat bersamaan dengan standar hidup seseorang. Dengan demikian,
bahaya kesehatan pada populasi juga akan terus mengalami peningkatan, seperti
polusi udara, kebisingan, pencemaran air, dll. Bahaya ini akan menimbulkan
berbagai penyakit seperti gangguan pendengaran, kanker, emfisema, bronkitis,
dll. Pada dimensi sosial atau psikologis, model epidemiologi ini mencakup
beberapa faktor utama yang melibatkan modifikasi perilaku, permasalahan
persepsi, dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu, kerumunan,isolasi,
perubahan sosial yang cepat dapat berkontribusi pada permasalahan seperti
pembunuhan, bunuh diri, stres, dll. Masalah ini dapat diperbaiki dengan adanya
4
pemberlakuan standar dan kontrol pada lembaga atau pihak yang bertanggung
jawab. Kondisi permasalahan lingkungan ini merupakan ancaman yang jauh
lebih besar pada kesehatan jika dibandingkan dengan model epidemiologi
System of Health Care Organization.
4. Human Biology
Model ini fokus kepada tubuh manusia sebagai konsekuensi biologis dan organis
manusia sebagai individu. Dengan demikian adanya warisan genetik pada
seorang individu dapat menciptakan gangguan genetik, malformasi bawaan
(congenital malformations) dan kecacatan mental. Selain itu proses pendewasaan
dan penuaan menjadi faktor yang juga dapat berkontribusi terhadap penyakit
seperti arthritis, diabetes, atherosclerosis, penyakit kardiovaskular, pencernaan,
dll. Pengkategorian penyakit yang berhubungan dengan biologis manusia harus
ditimbang sesuai dengan bagiannya dalam model epidemiologi. Jika masalah
dari biologis manusia dapat teratasi maka akan banyak nyawa yang dapat
diselamatkan, mengurangi kesengsaraan, dan mengurangi biaya pengobatan.
3. Penutup
Sejak tahun 2010 pelayanan kesehatan berfokus kepada pencegahan dan skrining
dibandingkan dengan pengobatan setelah sakit. Kebijakan kesehatan merupakan salah satu
determinan kesehatan, maka dari itu dilaksanakan perencanaan yang terdiri dari dua hal
yaitu penyelarasan sumber daya efisien dan pelaksanaan intervensi. Dalam pelaksanaannya,
kebijakan kesehatan menggunakan model epidemiologi yang bersifat luas, komprehensif
dan mencakup hal-hal yang mempengaruhi kesehatan. Terdapat empat bagian dalam model
epidemiologi yaitu System of Healthcare Organization, Lifestyle, Environment, dan Human
Biology. Keempat bagian dalam model epidemiologi memiliki fokus masing-masing yang
nantinya mempengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, seperti System of
Healthcare Organization yang berfokus pada upaya kuratif, restoratif dan preventif,
Lifestyle menekankan pada keputusan individu akan mempengaruhi kesehatan diri sendiri,
Environment menekankan hubungan antara individu dan lingkungan serta timbal baliknya,
dan Human Biology berfokus pada tubuh manusia sebagai konsekuensi biologis dan organis
manusia.
Daftar Pustaka
Dever, G.E. Alan. 2005. Managerial Epidemiology: Practice, Methods and Concepts
Fos, P. J. et al. 2005. Managerial epidemiology for health care organizations, Annals of Physics.