Anda di halaman 1dari 8

PAPER MANAJEMEN MEDIS DAN UPAYA KESEHATAN POPULASI

Mata Kuliah Epidemiologi Manajemen Kesehatan

Penanggung Jawab Mata Ajar


Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo S.K.M., M.Sc.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Aldean Nadhyia L.S (1806204386)


Ika Rania Annisa (1806140584)
Mutia Nafisah Zahra (1806140685)
Saila Hadayna (1806204221)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021
1. Pendahuluan
Manajer perawatan kesehatan berperan dalam proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, hingga evaluasi secara klinis. Dalam perencanaan
upaya kesehatan populasi, pencegahan penyakit merupakan aspek penting termasuk
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer berkaitan dengan
menghilangkan risiko dari suatu penyakit, pencegahan sekunder berkaitan dengan
deteksi dini dan pengobatan penyakit, sedangkan pencegahan tersier untuk
menghilangkan kecacatan akibat penyakit lanjut. Dalam melakukan manajemen
terkait perawatan kesehatan diperlukan berbagai pengukuran dan terdapat
kemungkinan berbagai kesalahan. Untuk mengurangi hal tersebut diperlukan
pemahaman tentang konsep kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu, paper ini
membahas bagaimana konsep kesalahan dalam pengukuran hingga konsep surveilans
serta jenis-jenis epidemi penyakit infeksi.
2. Pembahasan
2.1. Konsep Kesalahan dalam Pengukuran
Akurasi, efikasi, dan efisiensi merupakan indikator kinerja dari pengujian.
Akurasi menandakan sebuah kondisi yang benar atau tepat. Efikasi yaitu
menghasilkan hasil atau efek sesuai dengan yang diinginkan (efektivitas) dan
efisiensi adalah kemampuan dalam menyelesaikan sesuatu dengan
menggunakan waktu dan tenaga yang sedikit. Dalam bidang kesehatan untuk
menilai efektivitas klinis suatu pengobatan atau tes dengan melihat
validitasnya yang mengukur akurasi serta reliabilitas dan presisi (Mausner and
Kramer, 1985).
Kesalahan dalam pengukuran berarti terjadi penyimpangan dari nilai
sebenarnya yang terukur atau bias hasil. Kesalahan dalam pengukuran dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu, acak dan sistematis. Kesalahan
acak merupakan kesalahan kesempatan atau kesalahan pengambilan sampel
yang mana terjadi karena variabilitas dalam pengambilan sampel. Sedangkan
kesalahan sistematis (bias) adalah kesalahan yang terjadi akibat hal-hal diluar
variabilitas pengambilan sampel dan bersifat tidak acak. Adanya kesalahan
pengukuran dapat berdampak akan daya kerja alat tersebut dan manfaat yang
didapatkan.

2.2. Konsep Validitas dan Reliabilitas


Ukuran kualitas tes adalah validitas dan reliabilitas. Validitas mengacu
pada keakuratan suatu ukuran seperti screening test yang dilakukan dapat
benar-benar menggambarkan fenomena tertentu. Reliabilitas adalah ukuran
konsistensi dimana hasil tes yang dilakukan dapat memberikan nilai yang
sama meskipun telah dilakukan berulang dengan peninjau yang berbeda.

2.3. Perbedaan Validitas dan Reliabilitas


Validitas mengukur keakuratan suatu tes yang bermakna seberapa sering
tes dapat mengidentifikasi dengan benar individu dengan dan atau tanpa
penyakit. Validitas diukur dengan parameter sensitivitas, spesifisitas, dan nilai
prediktif (hasil tes positif atau negatif). Validitas memberikan bukti konfirmasi
suatu tes dapat diterima dengan baik untuk mengidentifikasi ukuran yang
sebenarnya. Parameter validitas ditentukan dengan menggunakan tabel
kontingensi 2-2 yang mana dapat menunjukkan status penyakit yang
sebenarnya. Dari tabel ini dapat dihasilkan beberapa kelompok seperti true
positive, true negative, false positive, dan false negative.

1
Dari hasil nilai prediktif positif terdapat hubungan dengan prevalensi
suatu penyakit. Semakin meningkatnya angka prevalensi maka nilai prediktif
positifnya pun meningkat dan nilai prediktif negatif menurun. Adanya uji
validitas pada alat tes dapat digunakan untuk menilai efektivitas dan
kemanjuran dari alat tersebut sehingga dalam manajemen kesehatan dapat
membantu dalam menilai kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan dalam
pemilihan rencana pengobatan yang optimal.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengamatan berulang
menghasilkan hasil yang sama pada individu yang sama dengan kondisi yang
sama. Reliabilitas disebut juga dengan presisi, reproduktivitas, dan
pengulangan. Berbeda dengan validitas yang penting dalam penggunaan
screening test, uji reliabilitas sangat berdampak pada tes diagnostik dan
terapeutik dimana mengukur keandalan pengukuran dalam memberikan
perawatan medis. Hasil pengukuran terkadang dapat bervariasi akibat adanya
pengukuran acak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya faktor
yang berkaitan dengan subjek penelitian seperti perubahan dalam individu
dalam situasi yang berbeda, faktor dari alat ukurnya (kalibrasi alat ukur),
maupun dari pengamatnya (pengamat yang berbeda atau pengamat yang sama
namun dengan waktu yang berbeda, kejadian ini disebut variasi intraobserver).
Kejadian-kejadian ini menjadi hal yang umum ditemukan. Untuk memahami
dan menjelaskan antar variasi dan intraobserver, indeks reliabilitas digunakan
untuk mengidentifikasi tingkat variasi yang dapat diterima ini yang mana
dapat digambarkan dengan tabel kontingensi 2-2.

Dari tabel ini dapat mengukur sejauh mana dua pengamat pengukuran
satu sama lain setuju dengan hasil yang ditemukan atau pengukuran satu
pengamat setuju dari waktu ke waktu. Untuk menentukan apakah kesepakatan
dari indeks reliabilitas memberikan hasil yang kebetulan, dapat menggunakan
statistik kappa. Statistik kappa menjadi metode alternatif untuk menghitung
ekspektasi peluang kesepakatan dalam indeks apapun.

2
2.4. Sensitivitas, Spesifisitas, Predictive Value Positive, dan Predictive Value
Negative

Sensitivitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu tes untuk dapat


mengidentifikasi individu benar memiliki suatu penyakit. Sensitivitas diukur
dengan melihat rasio true positive (TP) terhadap total individu dengan
penyakit, sehingga untuk mengukur jumlah individu dengan penyakit yang
diidentifikasi oleh tes dan benar positif terhadap penyakit tersebut. Sensitivitas
a
dihitung sebagai: Sensitivitas = .
(a+ c)
Spesifisitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu tes untuk
mengidentifikasi dengan benar individu yang tidak memiliki suatu penyakit.
Spesifisitas diukur dengan melihat rasio true negative (TN) terhadap total
individu yang tanpa penyakit, sehingga spesifisitas digunakan untuk mengukur
jumlah individu tanpa penyakit yang diidentifikasi sebagai tes negatif terhadap
d
penyakit. Spesifisitas dihitung sebagai: Spesifisitas = .
(b+ d)
Sensitivitas dan spesifisitas adalah probabilitas kondisi yang nilainya
antara 0-1, semakin dekat sensitivitas ke nilai 1 maka semakin akurat tes
tersebut dalam mengidentifikasi individu dengan suatu penyakit, sedangkan
semakin dekat spesifisitas ke nilai 1, maka semakin akurat tes tersebut dalam
mengidentifikasi individu tanpa penyakit.
Predictive value positive didefinisikan sebagai kemampuan prediksi dari
tes skrining, PV+ mengukur jumlah individu dengan hasil tes positif yang
benar-benar mengidap suatu penyakit, dihitung dari hasil tes positif (PV+)
sama dengan rasio jumlah benar positif terhadap jumlah total tes. PV+
a
dihitung sebagai: PV+ = .
(a+ b)
Predictive value negative digunakan untuk mengukur proporsi tes dengan
hasil negatif yang diidentifikasi dengan benar oleh tes sebagai tanpa penyakit.
PV- dihitung dengan melihat hasil tes negatif (PV-) sama dengan rasio jumlah
benar negative dengan jumlah total negative tes, PV- dihitung sebagai: PV- =
d
.
(c +d )

2.5. Likelihood Ratio (Rasio Kemungkinan)

3
Likelihood ratio atau rasio kemungkinan meringkas informasi kinerja
yang sama sebagai parameter validitas sensitivitas dan spesifisitas. Likelihood
ratio digunakan untuk menghitung probabilitas kesehatan dan penyakit setelah
hasil tes positif atau negatif. Hasil tes likelihood ratio adalah probabilitas hasil
tes dengan adanya penyakit dibagi dengan probabilitas hasil tes yang sama
tanpa adanya penyakit. Likelihood ratio dapat ditentukan untuk pengujian
dikotomis dan polikotomus yang mungkin. Likelihood ratio dapat dihitung
dengan:
a b sensitivitas
Likelihood ratio of a positive test = : =
(a+ c) (b+ d) (1−spesifisitas)
c d (1−sensitivitas)
Likelihood ratio of a negative test = : =
(a+ c) (b+ d) spesifisitas

2.6. Arti dari Kurva ROC Beserta Area di Bawahnya


Saat terdapat kemungkinan nilai dengan jangkauan kontinyu, yang perlu
diperhatikan dalam evaluasi hasil tes tersebut adalah apakah kasus sehat dapat
dibedakan dengan penyakit. Dalam hal ini, beberapa nilai sensitivitas dan
spesifisitas dapat dihasilkan dengan memilih berbagai nilai hasil tes sebagai
titik potong yang mengindikasikan penyakit. Salah satu metode untuk
menentukan nilai hasil pengujian ini adalah kurva receiver-operating
Characteristics (ROC). Kurva ROC menggambarkan sensitivitas dan rasio
false positive (1 - spesifisitas) untuk menentukan nilai hasil tes yang optimal
untuk digunakan mengidentifikasi penyakit. Kurva ROC menggambarkan
kemampuan tes diagnostik untuk membedakan antara individu yang sakit dan
tidak, dan trade-off antara sensitivitas dan spesifisitas sebagai definisi tes
positif dimodifikasi dengan memvariasikan titik potong.

4
Garis diagonal (disebut garis tanpa diskriminasi) menunjukkan tes yang
tidak dapat membedakan penyakit dari kasus sehat; kurva ROC yang jauh di
atas garis diagonal merupakan tes yang akurat. Pengukuran kuantitatif dari
akurasi yang diwakili oleh kurva ROC adalah sebuah konstruksi yang dikenal
sebagai area di bawah kurva (AUC). Area di bawah kurva mengukur jarak
performa tes dari garis tanpa diskriminasi. Tes yang tidak memiliki
kemampuan untuk membedakan antara individu yang sakit dan tidak sakit
memiliki AUC yang sama dengan 0,5. Sebuah tes yang sempurna memiliki
AUC sama dengan 1. Semakin baik performa tes, semakin dekat nilai AUC-
nya adalah 1. Semakin buruk suatu pengujian, semakin dekat area di bawah
kurva nilainya menjadi 0,5.
2.7. Impact Epidemi Penyakit Infeksi
Epidemi penyakit infeksi biasanya terjadi di pelayanan kesehatan. Hal ini
disebut juga dengan nosocomial infection yang menyebar antara pasien, tenaga
kesehatan, atau semua orang yang datang ke rumah sakit. Epidemi ini
memberikan kerugian yang besar bagi rumah sakit karena mempengaruhi baik
pasien maupun tenaga kesehatan dan berlangsung dalam jangka waktu yang
panjang. Dampak infeksi nosokomial bahkan diukur sebagai penyebab utama
morbiditas dan kematian di rumah sakit di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia.
2.8. Jenis-jenis Epidemiologi
Epidemiologi dibagi menjadi dua aspek yaitu epidemiologi observasional dan
epidemiologi eksperimental. Epidemiologi observasional melibatkan
pengamatan kesehatan dan penyakit pada sebuah populasi serta analisis
pengamatan yang terkait. Studi observasional ini adalah studi yang paling
umum dan paling sering digunakan dalam epidemiologi. Metode studi
observasional termasuk studi deskriptif, secara historis jenis pertama studi
epidemiologi, dan desain studi epidemiologi analitik (cross-sectional, kohort,
dan case-control). Studi cross sectional mengukur prevalensi kesehatan dan
penyakit pada populasi. Studi kohort dan case control mengukur insiden dan
risiko kesehatan dan penyakit pada populasi. Epidemiologi eksperimental
berkaitan dengan studi yang direncanakan di mana paparan potensi faktor
risiko kesehatan dan penyakit dikendalikan. Tujuan dari metode ini adalah
untuk meningkatkan validitas, atau akurasi, studi epidemiologi. Paparan faktor
risiko potensial dicapai dengan penilaian secara acak. Pengacakan ini
digunakan untuk menghindari bias dalam penelitian dan untuk memastikan
validitas. Uji klinis adalah desain studi eksperimental yang paling umum
digunakan.
2.9. Konsep Surveilans
Sebagian besar organisasi pelayanan kesehatan memiliki program
surveilans penyakit untuk terus mengevaluasi status kesehatan dan penyakit
populasi. Surveilans juga berkaitan dengan pengamatan kondisi secara
berkelanjutan akan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penularan
penyakit. Program-program ini termasuk pengumpulan data sistematis,

5
agregasi, pemformatan, analisis, dan penyebaran. Program surveilans
menggunakan metode terstruktur dan sistematis yang menguraikan bagaimana
dan data mana yang dikumpulkan. Setelah pengumpulan, data dikumpulkan
dan diformat ke dalam pengaturan yang bermakna untuk interpretasi dan
analisis terperinci dalam upaya untuk menggambarkan tren dan menguji
hipotesis tentang kejadian penyakit.
Surveilans penyakit dapat diklasifikasikan sebagai surveilans populasi
umum dan surveilans pengawasan sentinel. Dalam surveilans populasi umum,
seluruh masyarakat atau populasi adalah target penelitian. Pengawasan ini
membutuhkan sumber daya dan tenaga kerja yang banyak serta sering hanya
menyediakan informasi terbatas yang bervariasi di antara subjek dan populasi.
Sedangkan surveilans sentinel menargetkan daerah atau subpopulasi yang
dipilih. Data yang dikumpulkan digunakan untuk memberikan penilaian
dampak strategi intervensi dan studi mendalam tentang demografi dan aspek
perilaku populasi. Hasil pengawasan tersebut hanya berlaku untuk situs studi
tertentu dan tidak dapat difralisasikan ke populasi keseluruhan.
Surveilans penyakit juga dapat dibedakan menjadi surveilans aktif dan
pasif. Dimana surveilans aktif adalah kegiatan surveilans yang mencari kasus
penyakit dengan kontak berkala dengan penyedia layanan kesehatan.
Sedangkan surveilans pasif dimulai oleh laboratorium atau penyedia layanan
kesehatan dan jarang memberikan informasi yang lengkap, bahkan dalam
jangka waktu yang lama.
3. Penutup
Akurasi, efikasi, dan efisiensi merupakan indikator kinerja dari pengujian.
Kesalahan dalam pengukuran berarti terjadi penyimpangan dari nilai sebenarnya yang
terukur atau bias hasil. Untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi maka perlu
diukur kualitas dari sebuah tes yang disebut dengan validitas dan reliabilitas.
Beberapa pengukuran lain dalam tes yaitu Sensitivitas, Spesifisitas, Predictive Value
Positive, dan Predictive Value Negative. Dalam meringkas informasi kinerja yang
sama sebagai parameter validitas, sensitivitas dan spesifisitas Salah satu metode untuk
menentukan nilai hasil sensitivitas dan spesifitas adalah dengan melakukan pengujian
kurva receiver-operating Characteristics (ROC). Epidemi penyakit infeksi yang
biasanya terjadi di pelayanan kesehatan disebut dengan nosocomial infection yang
memberikan kerugian yang besar bagi rumah sakit karena mempengaruhi baik pasien
maupun tenaga kesehatan dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan jenis studinya epidemiologi dapat diklasifikasikan menjadi epidemiologi
observasional dan epidemiologi eksperimental. Surveilans dapat diklasifikasikan
sebagai surveilans populasi umum dan surveilans pengawasan sentinel. Surveilans
penyakit juga dapat dibedakan menjadi surveilans aktif dan pasif.

6
DAFTAR PUSTAKA
Fos, Peter J., and David J. Fine (2005). Managerial Epidemiology for Health Care
Organizations. Second edition. Published by Jossey-Bass, A Wiley Imprint, San Francisco,
CA.
Fleming, Steven T. (2008). Managerial Epidemiology. Concepts and Cases.
Association of University Programs in Health Administration, Health Administration Press,
Chicago.

Anda mungkin juga menyukai