Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianNya
sehingga laporan pendahuluan dan askep studi kasus “Hernia Ingkarserata” tepat pada
waktunya. Semoga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW,
atas segenap keluarga, para sahabat dan mereka yang setia keapadaNya.
Harapan penulis dengan diselesaikannya laporan ini, semoga memberi manfaat baik
untuk mengetahui lebih dalam mengenai Hernia Ingkarserata dalam bidang kesehatan
ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan laporan ini sebagai pembelajaran. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada CI dan CT yang sudah membimbing
kami dalam penyelesaian laporan studi kasus ini serta seluruh teman-teman angkatan VI
yang selalu memberikan dorongan moral.
Teriring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada kelompok kami
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Banjarmasin, Juni 2016

Penulis

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan
oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari rongga
abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun
didapat. Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari
problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun sebelum dibawa
ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat yang merasa malu bila
penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang
kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem
kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia
inguinalis.
Dalam sejarahnya pada 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan suatu tekanan dari luar. Galen
pada tahun 176 Masehi melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang
kecil pada lower abdomen, kemudian ia meneliti dari awal tentang sebab terjadinya
hernia inguinalis indirekta. Susruta pada abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali
melaporkan pengobatan bedah terhadap hernia. Pada autopsi terhadap anak yang
menderita hernia sebanyak 500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan 56% adanya
patensi dari prosesus vaginalis peritonei. sedangkan Later pada abad ke 19 melakukan
berbagai metode pembedahan dalam mengatur kembali lapisan anatomis dari kanalis
inguinalis dengan memperhatikan hubungan sekitarnya seperti struktur dari funikulus
spermatikus.
Bank pada tahun 1884 menyatakan bahwa pengobatan hernia yang definitif adalah
dengan melakukan ikatan yang baik, kegagalan dalam tindakan tersebut didapatkan
akibat kelemahan ikatannya.Selanjutnya dilaporkan pula pengangkatan lengkap
kantong hernia melalui cincin hernia eksterna.Fergusson pada tahun 1899
menekankan ligasi tinggi dari kantong hernia tanpa merusak struktur anatomis

2
funikulus dan lapisan anatomis dari kanalis inguinalis dengan melakukan insisi
aponeurosis otot obliquus externus.
Mc Lennan pada tahun 1914 menyatakan pengobatan bedah Telah dilakukan,
penelitian retrospektif dengan analisis deskriptif terhadap 95 kasus hernia inguinalis
lateralis anak pada kurun waktu Januari 1988 sampai dengan Desember 1991.
Didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0 -1 tahun; 52,6% hernia
inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada ke-
lompok umur 0 - 1 tahun (50%); “reduksi konservatif’ berhasil pada 72,7%
dilanjutkan dengan bedah elektif setelah 48 jam dan pada 8 kasus hernia inguinalis
yang inkarserata dilakukan bedah emergensi. Bila tidak ditangani secara dini, Hernia
Inguinal Lateralis (indirek) dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti, terjadi
perlengketan antara isi Hernia dengan dinding kantong Hernia sehingga isi Hernia
tidak dapat dimasukkan kembali dan penekanan terhadap cincin Hernia semakin
banyaknya usus yang masuk.
Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia adalah herniotomi atau
herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang dilakukan
herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hernia ?
2. Apakah etiologi dari Hernia ?
3. Apa klasifikasi dari Hernia ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Hernia ?
5. Bagaimana Pathway Hernia ?
6. Apa gejala klinis Hernia ?
7. Bagaimana pemeriksaan fisik Hernia ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang Hernia ?
9. Bagaimana terapi farmakologi Hernia ?
10. Apa komplikasi Hernia ?
11. Bagaimana pengkajian keperawatan Hernia ?
12. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan diagnosa Hernia ?
13. Apa batasan karateristik dari diagnosa keperawatan Hernia ?
14. Bagaimana bentuk perencanaan keperawatan Hernia ?

3
C. Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Hernia ,
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami tentang pengertian dari Hernia
2. Memahami tentang etiologi Hernia
3. Memahami tentang klasifikasi Hernia
4. Memahami tentang patofisiologi/pathway Hernia
5. Memahami tentang gejala klinis Hernia
6. Memahami tentang pemeriksaan fisik Hernia
7. Memahami tentang pemeriksaan penunjang Hernia
8. Memahami tentang terapi farmakologi Hernia
9. Memahami tentang pemerikaan diagnosa Hernia
10. Memahami tentang penatalaksanaan medis Hernia
11. Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan
diagnosa Hernia
12. Memahami tentang perencanaan keperawatan Hernia

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding
rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin.
Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian
dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong,
dan isi hernia. Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam
dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak,
usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong
berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau
organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah
kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).

B. Etilogi
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala,
2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.

5
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi 
buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala,
2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya
hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui

6
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

C. Klasifikasi
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang
dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan
penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam
kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium

7
kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =
perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti
isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis “hernia inkarserata”  lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi
disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah
akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera
(Erfandi, 2009).

b. Berdasarkan Letaknya
1) Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua,
kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu
berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk
corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan
keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral
dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat
lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik
peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke

8
dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
2) Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20%
bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada
perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan
intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak
menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
(Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih
umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini
biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini
terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, atau kegemukan.
3) Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus 
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang
dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).

4) Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke
dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk
tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat
(akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada
pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda
spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep
Subarkah, 2008).

9
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan
akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia
berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap
vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis
dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini
umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada
bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang
pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda
berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.

b) Hernia inguinalis direk


Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan
melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum
inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian
lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat
aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang
tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia
medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia
inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini

10
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena
langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan,
tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka
hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada
dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

D. Patosifiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali
kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih
banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada
fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu,
maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka
ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi,
2009). Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan
lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi

11
akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah
apendiktomi (Erfandi, 2009).

12
E. Pathway Hernia
Alergen
Masuk dalam (tungau, serpih atau
tubuh bulu binatang, spora
jamur)

Ketidakseimbangan
Menempel Kelelahan Nyeri Cemas
nutrisi
pada sel mast

Degranulasi Intake tidak adekuat,


Metabolisme meningkat,
diaporsi Sesak nafas >
Mengeluarkan
gelisah
mediator : histamine,
platelet, bradikinin dll
Hospitalasi, Px
inhalasi, tindakan
Permibilitas kapiler
invasif
meningkat

Edema mukosa Psikis


sekresi produktif, Serangan asma :
kontriksi otot polos Sesak nafas
Kelelahan

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
Infeksi saluran
nafas
Pola nafas tidak
efektif Iritasi : Debu Cuaca : Dingin

13
F. Gejala Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai
berikut :
1. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya  benjolan di daerah inguinal dan atau
skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra
peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila
pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
2. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di
daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung
hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh
anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase
segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara
klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
a. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas
ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi
hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh
ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi

14
wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari
ovarium.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest,
penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi
basah sedang, ronchi kering musical.
2. Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang beratdapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel,
cengeng → apatis → sopor → coma.
4. Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
5. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
6. Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas. (Hudack&
Gallo, 2007).

H. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Foto rontgen.
3. Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum.
4. Pemeriksaan alergi.
5. Pulse oximetri.
6. Analisa gas darah. (Hudack& Gallo, 2007).

I. Terapi / Tindakan Penagangan

15
1. Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
2. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat di ulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
Di lanjut kan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Bronkodilator untuk mengurangi bronkospasme :
1) Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
2) Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
3) Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,
hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua
tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.
b. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
(Kaliner, MA , 2008).

J. Komplikasi
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas.
2. Chronik persistent bronchitis.
3. Bronchiolitis.
4. Pneumonia.
5. Emphysema.(Hudack& Gallo, 2007).

K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi, pemeriksaan fisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan /
penyakit sekarang
c. Riwayat kesehatan /
penyakit dahulu

16
d. Riwayat kesehatan /
penyakit keluarga
e. Riwayat tumbuh kembang
(usia 2 tahun)
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan penunjang

L. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi
kental, peningkatan produksi mukus dan bronkospasme.
2. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada
dan kelelahan akibat kerja pernafasan.
3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit.
4. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut .
5. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(Nanda,2011).

M. Intrevensi
No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1 Bersihan jalan NOC : NIC :
napas tidak 1. Respiratory status: Airway management
efektif b.d ventilation 1. Buka jalan nafas,
bronkospasme 2. Respiration status: gunakan teknik
Airway patency chin lift atau jaw
3. Aspiration control thurst bila perlu
Kriteria hasil : 2. Posisikan pasien
1. Mendemostrasikan untuk
batuk efektif dan memaksimalkan
suara nafas yang ventilasi
bersih, tidak ada 3. Identifikasikan
siasonis dan pasien perlunya
dyspneu ( mampu pemasangan alat
mengeluarkan jalan nafas buatan
sputum, mampu 4. Pasang mayo bila
bernapas dengan perlu
mudah, tidak ada 5. Keluarkan secret
pursedlips ) dengan batuk atau

17
2. Menunjukkan jalan suction
nafas yang paten 6. Auskultasi suara
( klien tidak merasa nafas, catat adany
tercekik, irama suara tambahan
napas, frekuensi 7. Lakukan suction
pernapasan dalam pada mayo
rentang normal, 8. Berikan
tidak ada suara bronkodilator bila
nafas abnormal ) perlu
3. Mampu 9. Berikan pelembab
mengidentifikasikan udara kassa NACL
dan mencegah lembab
faktor yang dapat 10. Atur intake untuk
menghambat jalan cairan
nafas mengoptimalkan
keseimbangan
11. Monitor respirasi
dan status O2
2 Gangguan NOC : NIC :
pertukaran gas 1. Respiratory status : Gas Airway management
b.d kongesti exchange 1. Buka jalan nafas
paru, hipertensi 2. Respiratory status gunakan teknik lift
pulmonal, ventilation atau jaw thurst bila
penurunan 3. Vital sign status perlu
perifer yang Kriteria hasil : 2. Posisiskan pasien
mengakibatkan 1. Mendomostrasikan untuk memaksimalkan
asidosis laktat peningkatan ventilasi ventilasi
dan penurunan dan oksigenasi yang 3. Identifikasi pasien
curah jantung adekuat perlunya pemasangan
2. Memelihara kebersihan alat jalan nafas buatan
paru-paru dan bebas 4. Pasang mayo bila
dari tanda-tanda distres perlu
pernafasan 5. Lakukan fisioterapi
3. Mendemostrasikan dada jika perlu
batuk efektif dan suara 6. Keluarkan secret
nafas yang bersih, tidak dengan batuk atau
ada sianosis dan suction
dyspnue ( mampu 7. Auskultasi suara nafas,
mengeluarkan sputum, catat adanya suara
mampu bernafas dengan tambahan
mudah, tidak ada pursed 8. Lakukan suction pada
lips ) mayo
4. Tanda-tanda vital sign 9. Berikan bronkodilator
dalam rentang normal bila perlu
10. Berikan pelembab
udara
11. Atur intake untuk

18
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor repirasi dan
status O2
Respiratory management
1. Monitor rata-rata,
kedalaman , irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan
dada, amati
kesemetrisan,
pengguanaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor pola nafas:
bradipnea, takipenia,
kussmauk,
hiperventilasi, chyne
stokes, biot
4. Catat lokasi trakea
3 Pola nafas tidak NOC : NIC :
efektif 1. Respiratory status Airway management
ventilation 1. Buka jalan nafas ,
2. Respiration status guanakan teknik chin
Airway patency lift atau jaw thurst bila
3. Vital sign status perlu
Kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk
1. Mendemostrasikan memaksimalkan
batuk efektif dan suara ventilasi
nafas yang bersih, tidak 3. Identifikasi pasien
ada sianosis dan perlunya pemasangan
dyspneu ( mampu alat jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, 4. Pasang mayo bila
mampu bernapas perlu
dengan mudah, tidak 5. Lakukan fisioterapi
ada pursed lips dada jika perlu
2. Menunjukan jalan nafas 6. Keluarkan secret
yang paten (klien tidak dengan batuk atau
merasa tercekik, irama saction
nafas, frekuensi 7. Auskultasi suara nafas,
pernapasan dalam catat adanya suara
rentang normal, tidak tambahan
ada suara nafas 8. Lakukan suction pada
abnormal ) mayo
3. Tanda-tanda vital dalam 9. Berikan bronkodilator

19
rentang normal bila perlu
( tekanan darah, nadi, 10. Berikan pelembab
pernapasan ) udara kassa basah
NACI lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi dan
status O2
Terapi oksigen :
1. Bersihkan mulut,
hidung dan sekret
trakea
2. Pertahan kan jalan
nafas yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan pasisi
pasien
Vital sign monitoring
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
BB
2. Auskultasi tekan darah
pada kedua lengan
dan bandingkan
3. Monitor adanya
cushing triad ( tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik )

20
BAB III
TINJAUAN KASUS
I .Pengkajian
Hari/Tanggal pengkajian : Selasa, 14 Juni 2016
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 72 th
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. X
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/bangsa : Banjar/Indonesia
Tanggal masuk RS : 14 Juni 2016

21
Diagnosa Medis : Hernia Ingkarserata
Nomer Rekam Medik : 04-XX-XX

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 69 th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. X
Hubungan dengan pasien : Istri pasien

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian bawah perutnya
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
Pada tanggal 18 januari 2016 Ayah pasien mengatakan anaknya demam
sudah 5 hari dan anaknya tidak nafsu makan. Ayah pasien mengatakan
anaknya tampak lemas. Sebelumnya pasien dibawa ke dokter spesialis
anak namun tidak perubahan. Lalu Ayah pasien membawa anaknya ke
RS. Sari Mulia untuk di berikan penangan lebih lanjut.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu
Ayah pasien mengatakan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini dan tidak pernah dirawat inap di Rumah Sakit.
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
Dari pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti pasien
karena DHF bukan termasuk penyakit degenerative sepetri DM, hipertensi
dan tidak ada riwayat penyakit menular, seperti TBC dan hepatitis

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Di isi tentang data-data tanda vital, tingkat kesadaran dan antropometri
A. TTV
TD/BP : 130/80 mmHg
P : 82x/memit

22
RR : 21x/menit
T : 37 oC
B. Tingkat kesadaran :
Composmentis
PB/TB : 165 cm
BB : 50 (sebelum di RS)
: 45 (sesudah di RS)

Berat Badan ( kg )
IMT= x Tinggi Badan ( m )
Tinggi Badan ( m )

45 kg
IMT= x 1,65 m=16,5
1,65 m
2. Kulit
Keadaan umum kulit bersih, kulit warna pasien berwarna sawo matang,
tugor kulit kembali <2 detik

3. Kepala dan Leher


Bentuk kepala simetris, pasien tampak meringis kesakitan, rambut bewarna
hitam dan bersih tidak terdapat masa. Pada pengkajian leher tidak terdapat
pembesaran vena jugularis, tidak dapat pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe serta tidak ada keterbatasan gerak leher dan tidak terdapat kelainan.
4. Penglihatan dan Mata
Mata simetris konjungtiva normal, sclera tidak ikterik, pasien tampak pucat,
pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
5. Penciuman dan Hidung
Hidung normal berbentuk simetris, tidak terdapat nafas cuping hidung,
tidak terdapat sumbatan pada hidung, tidak ada kesulitan bernafas, tidak
terdapat adanya sekret , tidak ada perdarahan dan tidak ada kesulitan/
kelainan pada sistem penciuman.
6. Pendengaran dan Telinga

23
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat kelainan pada sistem pendengaran,
tidak ada gangguan saat mendengar dan tidak terdapat alat bantu
pendengaran serta tidak ada kelainan.
7. Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut pada saat dirumah sakit bersih, mukosa bibir kering, gigi
tampak masih utuh tidak terdapat gigi palsu. Tidak ada gangguan saat
menelan dan tidak ada peradangan pada mulut.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Dada/ jantung:
Inspeksi : bentuk dada simetris dan pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : teraba namun tidak kuat angkat
Perkusi : terdengar suara sonor saat diketuk
Auskultasi : terdengar suara nafas vesikuler

Pernafasan/ paru:
Inspeksi :bentuk thorax normo chest tidak ada otot bantu nafas
Palpasi : perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri samataktil
premitus
Perkusi : terdengar suara sonor saat diketuk
Auskultasi : suara nafas vesikuler
9. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak simetris kiri dan kanan tidak terdapat masa
dan kelainan pada daerah abdomen
Auskultasi : terdengar bising usus normal 8x/menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian bawah abdomen
Perkusi : ketika diperkusi terdengar timpani
Skala Nyeri :
P : Bekas luka operasi Ket : 1. Tidak ada nyeri
Q : Seperti di tusuk-tusuk 2. Nyeri ringan
R : Bagian bawah abdomen 3. Nyeri sedang
S : 5 (Sangat Nyeri) 4. Nyeri berat
T : Menetap 5. Sangat Nyeri

10. Genetalia dan Reproduksi

24
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan terpasang kateter
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Pasien terpasang infus pada ekstremitas atas sebelah kanan

D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : Aktivitas sehari-hari serta istirahat normal
Di RS : Aktivitas dibantu keluarga
2. Personal Hygine
Di rumah : Pasien mandi 2 x sehari, gosok 2 x secara mandiri
Di RS : Pasien tidak mandi, tidak ada gosok gigi
3. Nutrisi
Di rumah : Pasien makan 2 x sehari
Di RS : Pasien hanya makan beberapa sendok makanan yang di sediakan
RS
4. Eliminasi
Di rumah : BAB dan BAK normal
Di RS : BAB tidak ada BAK menggunakan kateter

25
5. Seksualitas
Pasien berjenis kelamin laki-laki
6. Psikologi
Hubungan pasien dengan keluarga baik, dengan petugas kesehatan juga baik,
pasien ingin sembuh dan ingin cepat pulang
7. Spritual
Spritual terganggu tidak bisa sholat lima waktu tetapi masih berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya

E. DATA FOKUS
DS :
- Pasien mengatakan nyeri di bagian kanan bawah perut
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga

DO :
T : 38,6°C
Trombosit : 6000 u/l
Hematokrtit : 32,8%
- Mukosa bibir kering
- Warna kulit pasien kemerahan
- Pasien tampak pucat
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak berbaring di bed
- Pasien tampak cuma menghabiskan seperempat porsi makanan yang di berikan
rumah sakit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
16/01/2016 17/01/2016 18/01/2016
Pemeriksaan Pemeriksaan lab di Pemeriksaan lab di Pemeriksaan lab
bumi mas RS. Sari Mulia di RS. Sari Mulia

26
Hematologi 12,3*(-) 12,0*(-) 12,0*(-)
Leukosit 2.700*(-) 4.100 4.100
Eritrosit 4,47*(-) 4,39*(-) 4,39*(-)
Trombosit 5.700*(-) 6.000*(-) 60.000*(-)
Hematokrit 33,6*(-) 32,8*(-) 32,8*(-)
SERO IMUNOLOGI
NSI ANTI DANGUE NEGATIF NEGATIF
ANTI DENGUE lgG NEGATIF NEGATIF
ANTI DENGUE lgM NEGATIF NEGATIF

27
G. TERAPI FARMAKOLOGI

No Jenis Cara Waktu


Nama obat Dosis Efek samping Indikasi Kontra indikasi
. obat pemberian pemberian
1. Cairan RL IV 20tpm 500 cc Panas, infeksi pada Mengembalikan Hipernatremia,
Elektrolit tempat penyuntikan, keseimbangan kelainan ginjal,
trombosis vena atau elektrolit pada kerusakan sel hati,
flebitis yang meluas dehidrasi. laktat asidosis.
dari tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.

2. Sirup Kamolas PO 3x1 250 mg Ruam kulit atau Demam; Gangguan fungsi


Forte (pg-sr-ml) reaksi alergi lain. meredakan sakit, hati
(Paracetamol) nyeri, & rasa
tidak nuaman
minor yang
berhubungan
dengan selesma,
flu,
inokulasi, vaksin
asi, &
tonsilektomi.
3. Puyer Ceptik PO 2x1 100 mg Syok, Infeksi saluran Anak berusia kurang
(Cefixime) (pg-sr) hipersensitvitas, kemih dari 6 bulan,
gangguan darah, tanpa komplikasi,  hipersensitif
gangguan saluran otitis media terhadap Penicillin,
pencernaan, (radang rongga gangguan serius
kekurangan Vitamin  gendang telinga), fungsi ginjal, nutrisi
K. faringitis, per oral
tonsilitis, kurang, pasien yang
bronkhitis akut & mendapat nutrisi

28
eksaserbasi secara parenteral,
(kumatnya usia lanjut, hamil
penyakit atau dan menyusui.
gejala penyakit
secara
mendadak) akut
bronkhitis kronis.

29
H. ANALISA DATA
PENJELASAN
No. DATA MASALAH ETIOLOGI
ILMIAH
1. DS : Nyeri Akut Agen Injury Biologis
Pasien mengatakan
. nyeri dibagian bawah
kanan perut

DO :
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 82x/menit
R : 21x/menit
T:37 oC

Skala Nyeri :
P : Luka post op
Q : Seperti di tusuk-
tusuk
R : bawah kanan
abdomen
S : 5 (sangat nyeri)
T: Saat bergerak

- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak
pucat
- Pasien tampak
lemah
- Pasien tampak

30
berbaring di bed

2. DS : Pasien Ketidakseimabangan Faktor Biologis


mengatakan tidak Nutrisi Kurang dari
nafsu makan Kebutuhan

DO :
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 82x/menit
R : 21x/menit
T:37 oC

- Mukosa bibir
kering
- Pasien tampak
pucat
- Pasien tampak
pucat
- Pasien tampak
tidak
menghabiskan
makanan yang di
berikan RS
- Pasien tampak
berbaring di bed

31
DS : Hambatan Mobilitas
Pasien mengatakan Fisik
aktivitasnya dibantu
keluarga

DO :
- BB sebelum di
RS 29 kg
- BB saat di RS 26
kg
- Pasien tampak
pucat
- Pasien tampak
lemas
- Pasien tampak
berbaring di bed
- Mukusa bibir
pasien kering
- Pasien tampak
menghabiskan
seperempat porsi
makanannya
yang di berikan
RS

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan ilness
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksiaakan terjadi cyanosis,
hipoxia dan akhirnya kematian.

32
I. INTERVENSI (PERENCANAAN)
Hari/ No Diagnosa Planning (NOC) Intervensi Rasional
Tangg diagnos keperawatan (NIC)
al a
Selasa, 1 Nyeri akut Setelah dilakukan -Pain 1. untuk
14 juni tindakan manageme mengetahui
2016 keperawatan nt karakteristik
selama 1x8 jam 1. nyeri
nyeri akut Mengkaji 2.Mengalihkan
teratasi. nyeri rasa nyeri
-Pain control 2. Ajarkan 3.Membuat
-Pain level teknik pasien relax
Kriteria hasil: relaksasi terhadap
1.Mampu 3.Tingkatka penyakitnya
mengontrol nyeri, n istirahat 4.untuk
mampu 4.Berikan mengurangi
menggunakan analgetik nyeri
teknik non bila perlu 5.Mengetahui
farmakologi 5.Monitir ttv
2.Melaporkan ttv
bahwa nyeri
berkurang
3.Mampu
mengendalikan
nyeri
4. Tanda vital
dalam keadaan
normal
Selasa, 2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan -Nutrition 1. Untuk
14 juni an nutrisi kurang tindakan Manageme mengetahui
2016 dari kebutuh keperawatan nt adanya
tubuh selama 3x8 jam 1.Kaji makanan yang
Ketidakseimbang adanya tidak boleh di
an nutrisi kurang alergi makan oleh
dari kebutuh makanan pasien
tubuh teratasi : 2. Berikan 2. Agar pasien
-Nutritional informasi mengetahui
status tentang nutrisi apa

33
Kriteria hasil : kebutuhan yang
1.Adanya nutrisi dibutuhkannny
peningkatan BB 3. Berikan a
sesuai dengan makanan 3. Menggugah
tujuan selagi selera
2.Mampu panas 4. agar
mengindentifikas 4. Berikan mencegah
i kebutuhan makan terjadinya
nutrisi sedikit tapi mual muntah
3.Tidak ada tanda sering 5. untuk
malnutrisi 5. Monitor mengetahui
4.Menunjukkan jumlah nutrisi dan
peningkatan nutrisi dan kalori pasien
pengecapan dari kalori
menelan 6.
5. Tidak terjadi Kolaborasi
penurunan berat dengan ahli
badan yang gizi untuk
berarti menentuka
n jumlah
kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
Selasa, 3 Hambatan Setelah dilakukan -Excercase 1.Untuk
14Juni mobilitas fisik tindakan Theraphy : mengidentifika
2016 keperawatan Ambulation si pasien
selama 3x8 jam 1.Kaji dalam
hambatan kemmpuan bermobilisasi
mobilitas fisik pasien 2.Agar pasien
teratasi : dalam dapat merubah
-Self Care :ADLs mobilisasi posisi secara
Kriteria hasil : 2.Ajarkan mandiri
1.Pasien mengerti pasien 3.Untuk
tujuan dari bagaimana membantu
peningkatan merubah pasien aman
mobilitas posisi saat
2.Pasien mampu 2.Latih bermobilisasi
memverbalisasik pasien 4.Untuk
an perasaan dalam mempermudah
dalam pemenuhan pasien dalam
meningkatkan kebutuhan bermobilisasi
kekuatan dan aktivitas 5.Untuk
kemampuan dan latihan mengetahui
berpindah 3.Dampingi tanda vital
dan bantu pasien

34
pasien saat
mobilisasi
4.Berikan
alat bantu
apabila
pasien
memerluka
n
5.Monitor
ttv

IV. IMPLEMENTASI
NO Hari/ Pukul Nomor Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal diagnosa tindakan
1 Selasa, 10.00 1 1.Memonitir ttv 1.TD :
14Juni 2.Mengkaji N:
2016 nyeri R:
3.Mengajarkan T:
teknik relaksasi 2.P : Luka
dan distraksi post op
4.Berkolaborasi Q : Seperti di
dengan dokter tusuk-tusuk
dalam R : bawah
pemberian kanan
analgetik abdomen
S : 5 (sangat
nyeri)
T: Saat
bergerak
3.Mengajarkan
pasien teknik
nafas dalam
dan
mengingatkan
pasien agar
berdoa
mengingat
kepada tuhan
10.00 2 1. mengkaji 1. Tidak ada
adanya alergi riwayat alergi
makanan makanan
2. Berikan 2. Pasien mau
makanan selagi makanan
panas selagi hangat
3. Berikan 3. Pasien mau

35
makan sedikit makanan
tapi sering sedikit tapi
sering

10.00 3

A. Saran
1. Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan pada anak dengan Hernia ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendikan dan praktik keperawatan. Dan juga makalah ini
menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
2. Dan saran penulis untuk pembaca semoga makalah ini menjadi sumber acuan untuk
tindakan proses keperawatan , serta menjadi sumber acuan oleh keluarga dalam
penanganan awal dan mengidentifikasi gejala dini Hernia.
3. Sedangkan untuk instansi kesehatan di harapkan agar penilitian ini dapat di gunakan
sebagai salah satu masukan dan bahan rujukan dalam pemberian penyuluhan kepada
masyarakat khusus nya pencegahan Hernia. Dan hasil laporan ini di harapkan juga dapat
di gunakan oleh masyarakat sebagai pengetahuan dan informasi tentang faktor faktor
yang berhubungan dengan kejadian Hernia sehingga masyarakat lebih tahu tentang
pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bull, Eleanor & Price.(2007).Simple Guide Asma.Jakarta:Penerbit Airlangga.


Doenges,EM.(2010).Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Hudack&Gallo.(2007).Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I.Jakarta:EGC.
Kaliner, MA.(2008).Astma its Pathology and Treatment Vol 49.Marylad:National Institute of
Health Bethesda.
Nanda.(2011).Nursing Diagnosis Prinsip dan Classfication 2009-2011.Philadelpia: USA.

36
Nugroho.(2011).Hernia.Jakarta:FKUI.
Smeltzer.(2009).Medical Surgical Nursing vol 2.Philadelphia:Saundres Company.
Sundaru, Heru.(2009).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.Jakarta:Balai
Penerbit FKUI.

37

Anda mungkin juga menyukai