3832 ID Clinic Management in Term of Preparing Cooperation With Social Health Insurance
3832 ID Clinic Management in Term of Preparing Cooperation With Social Health Insurance
Tito Yustiawan
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
E-mail: titoyustiawan@fkm.unair.ac.id
Abstract
Indonesia’s preparing for social insurance system that govern and operate by “BPJS” (Badan Pelaksana
Jaminan Sosial). One of the areas that covered by “BPJS” is Health Insurance Program, which is call as “BPJS
Kesehatan”. “BPJS Kesehatan” will need an aggreement and cooperation with primary healthcare facility such as
Doctor’s Private Practice, Clinic or “Puskesmas” (Public Health Centre) in legal contract. In Indonesia, clinic is
usually run by the private sectors and it’s quite different to private practice facility which is run by individual an
also “Puskesmas” which is run by the disctrict or local government. Clinic must have its own legal status, pay
salary from their own revenue, etc. That is why a clinic as an organization must be well-prepare and well-manage
before they put their signature on a contract with “BPJS Kesehatan”. At least, there are 7 main aspects that must
be prepare by a clinic which are: (1) Legal Status, (2) Human Resources, (3) Facility, (4) Standardization, (5)
Marketing, (6) Price, (7) Information System. A clinic shouldn’t be worry or feel purturbed to have a deal with
“BPJS Kesehatan” when these 7 main aspects are well-prepared, and even more are well-managed.
Permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini pun kesehatan saat ini tidak hanya terkait dengan
juga penuh permasalahan baik dari mutu pelayanan, masalah kedokteran (medis teknis) serta kesehatan
SDM pemberi pelayanan, manajemen pelayanan. saja namun juga masalah hukum (kebijakan),
Pelayanan kesehatan di masa depan mendapatkan ekonomi dan sosial. Penyedia jasa pelayanan
tantangan yang tidak ringan, termasuk di Indonesia. kesehatan saat ini harus memahami berbagai
Tantangan yang pertama, pelayanan macam aturan atau kebijakan baik dalam bentuk
dengan biaya yang rendah (baca: murah)namun penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Penyedia
harus memberikan pelayanan yang bermutu jasa pelayanan kesehatan harus memahami konsep
tinggi.Pemberian pelayanan kesehatan harus dan kaidah di bidang ekonomi termasuk manajemen
dilakukan dengan penuh perhitungan dan kaidah keuangan, akuntansi, perpajakan. Penyedia jasa
ekonomi yang benar sehingga upaya yang pelayanan kesehatan juga harus memahami kondisi
dikeluarkan oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan serta karakteristik sosial masyarakat di wilayah kerja
menjadi efisien. Penyedia jasa pelayanan kesehatan pemberian pelayanan sehingga pemberian
dituntut untuk terus meningkatkan mutu pelayanan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari norma, nilai
baik dari aspek kepuasan, kenyamanan serta serta budaya yang berlaku di masyarakat setempat.
Tantangan yang ketiga, pembiayaan 19 menyebutkan, salah satu jaminan sosial yang
pelayanan kesehatan dilakukan dengan sistem diamanahkan adalah jaminan kesehatan, yang harus
peningkatanbiaya kesehatan yang ditanggung prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Pasal 22
pemerintah dan masyarakat mendorong kebutuhan menyebutkan, manfaat jaminan kesehatan bersifat
semesta (universal health coverage). Artinya, tidak kesehatan yang mencakup pelayanan promotif,
satu pun jiwa di dunia ini yang tidak terjamin biaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pasal 24
Indonesia telah menargetkan pemberlakuan fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan
health coverage) di mulai tahun 2014. Diharapkan Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas
pada tahun 2019 seluruh jiwa penduduk di Indonesia kesehatan di wilayah tersebut.
telah ternaungi sistem pembiayaan kesehatan Undang-undang no. 24 tahun 2011 tentang
semesta. Pemberlakuan sistem pembiayaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 6 ayat
kesehatan semesta membutuhkan persiapan baik (1) dan Pasal 9 ayat (1) menyebutkan bahwa BPJS
kesehatan semesta (universal health coverage) di membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan
Indonesia dipayungi beberapa kebijakan utama yaitu mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan
1) Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan 2) Undang- oleh Pemerintah. Selain itu dalam Pasal 11 butir d
undang no. 24 Tahun 2011 tentang Badan menyebutkan, BPJS berwenangn membuat atau
no. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Peraturan Menteri Kesehatan no. 001 tahun
KEBIJAKAN SJSN, BPJS DAN SISTEM RUJUKAN tingkat kedua dan tingkat ketiga. Pasal 4 (1)
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), telah secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai
mengatur penyelenggaraan SJSN harus dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Berikut
memperhatikan asas, tujuan dan prinsip yang adalah gambar jenjang sistem pelayanan kesehatan
Berdasarkan Pasal 5, ayat 1 menyebutkan bahwa yang dibutuhkan dalam mempersiapkan kliniknya
sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang guna menghadapi era BPJS.
komersial mengikuti aturan yang berlaku sesuai Penyelenggaraan klinik di Indonesia telah
dengan ketentuan dalam polis asuransi dengan tetap diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)
mengikuti pelayanan kesehatan yang berjenjang. No. 28 tahun 2011 tentang Klinik. Definisi Klinik
Ayat 3 menyebutkan, Setiap orang yang bukan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
sosial, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat perorangan yang menyediakan pelayanan medis
Dengan demikian, di era BPJS tahun 2014 yang lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin
ketiga kebijakan ini akan mengubah sistem dan sebuah klinik harus menentukan pelayanan yang
mekanisme pemberian pelayanan di Indonesia. Hal akan disediakan, karena bisa terbatas pada
penyedia pelayanan kesehatan, salah satunya atau keduanya. Keputusan ini akan mempengaruhi
adalah klinik. Manajemen sebagai pengelola sebuah strata sebuah klinik yang diselenggarakan.
Terdapat dua strata penyelenggaraan klinik Selain bangunan dan ruangan, unsur
yaitu: 1) Klinik Pratama dan 2) Klinik Utama. Klinik sarana, prasarana termasuk peralatan di suatu klinik
Pratama adalah strata klinik yang terbatas juga harus diperhatikan dan dipersiapkan antara lain:
menyelenggarakan pelayanan medis dasar. Klinik 1) instalasi air; 2) instalasi listrik; 3) instalasi sirkulasi
Utama adalah strata klinik yang dapat udara; 4) instalasi pengolahan limbah (padat dan
saja, atau juga sekaligus menyelenggarakan kebakaran. Seluruh sarana prasarana tersebut
pelayanan medis dasar. Penyelenggaraan klinik tentunya harus berfungsi dengan baik, termasuk
harus memperhatikan beberapa persyaratan dilakukan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala.
meliputi: 1) Syarat Lokasi; 2) Syarat Bangunan dan Sebagai contoh, instalasi pencegahan dan
Lokasi klinik yang akan didirikan harus diperiksa dan ditera ulang secara rutin.
sesuai dengan rencana tata ruang dan tata wilayah Persyaratan ketenagaan di suatu klinik
(RTRW) di suatu wilayah (kota atau kabupaten). disesuaikan dengan strata dan jenis pelayanan yang
Persyaratan ini perlu perhatian dari pihak diselenggarakan oleh sebuah klinik. Ketenagaan
pemrakarsa pendirian klinik karena sangat berisiko klinik terdiri dari tenaga medis, tenaga kesehatan
sebuah klinik terlanjur didirikan di lokasi yang tidak dan tenaga non kesehatan. Semua tenaga
sesuai dengan peruntukan RTRW harus dipindahkan kesehatan di sebuah klinik harus melengkapi dirinya
secara paksa. Risiko ini tentunya akan berdampak dengan Surat Tanda Registrasi, bagi tenaga medis
besar pada operasional suatu klinik. harus dilengkapi dengan Surat Ijin Praktek (SIP),
Bangunan dan ruangan klinik bagi tenaga kesehatan lain harus dilengkapi dengan
dipersyaratkan harus permanen dan tidak bergabung Surat Ijin Kerja (SIK). Sebuah klinik tidak
dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya. diperbolehkan mempekerjakan tenaga kesehatan
akses, keamanan dan keselamatan bagi semua terlepas dari sejumlah kewajiban yang mengikat.
orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan Kewajiban klinik diatur dalam Pasal 25 diantaranya:
orang usia lanjut. Penyediaan ruangan di sebuah 1) memberikan pelayanan yang aman, bermutu
pelayanan namun paling tidak terdapat ruang admisi, sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang tindakan, dan standar prosedur operasional; 2)
ruang farmasi, ruang administrasi serta beberapa menyelenggarakan rekam medis; 3) melaksanakan
ruangan sesuai kebutuhan pelayanan. sistem rujukan; 4) memiliki peraturan internal dan
(termasuk tenaga kerjanya) mempunyai kewajiban perjanjian kerjasama antara BPJS dengan fasilitas
untuk memenuhinya agar tidak bermasalah secara pelayanan kesehatan masih belum diketahui secara
PERSIAPAN KERJASAMA DENGAN BPJS kesehatan yang juga diakui secara hukum. Sangat
KESEHATAN
dimungkinkan BPJS tidak bekerjasama dengan
Era BPJS 2014 merupakan kondisi yang
fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak berbadan
tidak dapat dihindari oleh semua fasilitas pelayanan
hukum atau berbadan usaha, sehingga akan lebih
kesehatan di Indonesia. Penataan dan persiapan
baik bila kepemilikan sebuah klinik berbentuk badan
yang matang harus terus dilakukan, juga harus
usaha.
dilakukan secara lebih cepat karena waktu yang
Selain aspek kepemilikan, klinik juga
semakin pendek. Minimal terdapat 7 (tujuh) unsur
mempunyai kewajiban memiliki dokumen peraturan
yang harus ditata dan dipersiapkan sebuah Klinik
internal (Corporate Bylaws). Bentuk dokumen
dalam rangka menyongsong era BPJS tahun 2014
peraturan internal sebuah klinik sangat dipengaruhi
antara lain: 1) Legalitas, 2) Sumber Daya Manusia,
oleh badan usaha yang menaungi. Dokumen
3) Fasilitas, Sarana dan Prasarana, 4) Standarisasi,
peraturan internal klinik mengatur hubungan antara
5) Pemasaran, 6) Tarif, dan 7) Sistem Informasi.
pemilik dan pengelola klinik terutama dalam hal
1. Legalitas
kewajiban, tanggung jawab, wewenang dan peran
Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa
masing-masing. Dokumen corporate bylaws sangat
bidang kesehatan tidak hanya bersinggungan dan
berbeda dengan dokumen AD/ART dan akte notaris
berurusan dengan aspek teknis kedokteran saja,
pembentukan badan usaha, namun dapat digunakan
namun juga tetap harus memperhatikan aspek
sebagai acuan.
hukum (legalitas). Sesuai dengan amanah dalam
2. Sumber Daya Manusia
Permenkes 28 tahun 2011 tentang Klinik, maka
Kesiapan SDM, utamanya SDM (tenaga)
sebuah klinik dapat berupa badan usaha. Bentuk
kesehatan baik tenaga medis, tenaga keperawatan
badan usaha yang diakui antara lain Perseroan,
dan tenaga non medis merupakan unsur yang
Yayasan atau CV. Khusus untuk klinik utama yang
penting untuk diperhatikan dalam penyelenggaraan
hanya menyelenggarakan pelayanan rawat jalan,
klinik. Kesiapan SDM yang paling utama adalah
kepemilikan klinik dapat secara perorangan saja
aspek kompetensi meliputi: 1) pengetahuan, 2)
tanpa harus berbentuk badan usaha.
kemampuan, 3) ketrampilan dan 4) legalitas.
BPJS sebagai sebuah badan hukum dalam
Tenaga kesehatan khususnya tenaga medis harus
menjalankan amanah sebagai pengelola jaminan
memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik
sosial akan bekerjasama dengan sejumlah fasilitas
antara faktor biologis, sosial dan emosional dengan
penyakit yang dihadapi (Keputusan Menteri maka seharusnya mematuhi peruntukan RTRW
Kesehatan No. 039 Tahun 2007). sebagai area usaha. Lokasi klinik yang tidak sesuai
Oleh karena itu, dalam memberikan peruntukan RTRW-nya akan berisiko untuk
pelayanan harus memanfaatkan pendekatan dipindahkan lokasinya oleh pemerintah daerah atau
menyeluruh (holistic approach). Selain itu, tenaga minimal tidak akan diberikan izin mendirikan klinik.
ketrampilan diagnosis, serta kemampuan merujuk permanen dan tidak boleh bergabung dengan tempat
yang handal (Keputusan Menteri Kesehatan No. 039 tinggal serta memenuhi syarat lingkungan sehat.
Tahun 2007). Keberadaan Peraturan Menteri Persyaratan ini memang baik tujuannya, namun
Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem membawa konsekuensi biaya yang besar bagi
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan hanya pengelola klinik terutama terkait biaya pajak dan
akan berhasil bila didukung tenaga medis dengan utilitas (air, listrik, telepon).
kemampuan merujuk yang handal. Tanpa Infrastruktur (prasarana) klinik harus berada
kemampuan merujuk yang handal akan berdampak dalam kondisi layak guna dan berfungsi baik. Klinik
pada mekanisme pembayaran klaim dari BPJS. pun harus dilengkapi dengan prasarana untuk
Pemberian pelayanan yang tidak memenuhi mencegah terjadinya risiko kebakaran serta
rujukan tidak akan diverifikasi oleh pihak BPJS dan pemenuhan persyaratan lingkungan sehat, maka
tidak akan ditanggung. Kebijakan tentang sistem suatu klinik harus menyediakan instalasi pengolahan
rujukan pelayanan kesehatan perorangan harus limbah yang sesuai dengan standar nasional.
dipahami dengan baik oleh tenaga kesehatan yang Prasarana pendukung yang juga harus diperhatikan
dipekerjakan oleh klinik agar tidak merugikan pihak adalah ketersediaan air bersih dan listrik yang stabil,
manajemen klinik. Diperlukan komunikasi yang sehingga klinik harus memiliki cadangan air bersih
intens agar pelaksanaan sistem rujukan pelayanan dan daya listrik yang cukup sesuai dengan
pelayanan (klinik dan tenaga kesehatannya) maupun Seluruh fasilitas, sarana dan prasarana
pengguna pelayanan (pasien dan masyarakat). yang dimiliki klinik seharusnya dilengkapi dengan ijin
3. Fasilitas (Sarana dan Prasarana) dan standar yang telah ditetapkan oleh pihak
Sesuai dengan Peraturan Menteri berwenang. Standar yang harus diperhatikan antara
Kesehatan No. 28 tahun 2011 tentang Klinik, lain adalah standar mutu, standar keamanan dan
persyaratan lokasi klinik harus mengikuti Rencana keselamatan serta standar kelaikan. Penyediaan
Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang diatur oleh fasilitas, sarana dan prasarana yang terstandarisasi
pemerintah daerah setempat. Lokasi klinik sebagai akan meningkatkan “nilai tawar” dengan pihak BPJS
unit usaha (karena statusnya sebagai badan usaha) pada saat menegosiasikan kontrak kerjasama.
Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki Untuk mencapai standarisasi pelayanan
klinik merupakan salah satu upaya fasilitas maka harus didukung dengan Standar Pelayanan
kesehatan dalam mencapai standarisasi pelayanan. Minimal (selanjutnya disebut SPM) dan Standar
Klinik sebagai fasilitas penyedia pelayanan Klinik harus memiliki indikator pelayanan sebagai
kesehatan harus menyediakan pelayanan yang alat bantu kendali mutu pelayanan yang diberikan
terstandarisasi. Pelayanan kedokteran merupakan kepada pasien. Untuk dapat mencapai indikator
salah satu pelayanan yang diberikan oleh klinik. (SPM) yang telah ditetapkan, dibutuhkan SPO
Pemberian pelayanan kedokteran di Indonesia diatur sebagai operasionalisasi langkah dan aktivitas para
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1438 pemberi pelayanan. Secara umum, dokumen SPO
tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Kedokteran. dapat meliputi: 1) SPO Pelayanan, 2) SPO
yang ditetapkan di suatu fasilitas pelayanan Ruang lingkup manajemen klinik yang
kesehatan. Klinik harus segera menyusun dokumen penting untuk disiapkan adalah pemasaran. Fungsi
PPK sebagai pedoman pelayanan antara lain: pemasaran memegang peran penting dalam industri
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Clinical Pathways, pelayanan kesehatan. Fungsi pemasaran yang harus
serta Formularium. Demi standarisasi yang lebih dijalankan oleh klinik tidak sekedar melakukan
baik, akan lebih efisien bila seluruh klinik yang ada di promosi serta iklan.
satu wilayah membahas bersama PPK tersebut Menurut Kotler et al (2001), marketing as:
sehingga pemberian pelayanan kedokteran di klinik “A social and managerial process by which
yang ada di suatu wilayah menjadi semakin individuals and groups obtain what they need and
Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja value with each other”. Mengacu definisi tersebut
dan memberikan pelayanan di klinik harus bekerja maka klinik harus dapat menciptakan sekaligus
sesuai kewenangan dan standar profesi yang telah menyampaikan produk serta nilai dari produk
ditetapkan. Pada era BPJS 2014, sistem rujukan tersebut. Dengan demikian, klinik harus melakukan
dengan kepatuhan terhadap standar profesi. Sistem Klinik harus memiliki gambaran tentang
rujukan yang tidak sesuai dengan kewenangan pasar yang ada di wilayahnya (area bisnis), baik dari
profesinya akan menyebabkan pihak BPJS atau aspek geografis, demografis maupun psikografis.
perusahaan asuransi menolak membayar klaim yang Setelah memiliki gambaran selanjutnya klinik akan
target pasar. Selanjutnya klinik akan memposisikan kecuali pelayanan yang tidak dikelola oleh BPJS.
dirinya melalui penyediaan pelayanan yang sesuai Klinik tidak dapat memegang kendali pentarifan
dengan kebutuhan target pasarnya. Untuk dapat secara penuh, karena harus berdasarkan
melakukan positioning dengan baik maka perlu kesepakatan dengan pihak BPJS. Oleh karena itu,
memperhatikan konsep 5-P (People, Product, Place, klinik harus segera menghitung biaya satuan (unit
Menurut Kotler (2012), konsep pemasaran perhitungan biaya satuan juga merupakan bahan
yang paling baru adalah CC-DV-TP (Creating, and negosiasi dengan BPJS untuk mencapai
to make Profit). Berdasarkan konsep pemasaran CC- Berdasarkan pasal 27 Peraturan Menteri
DV-TP maka pihak penyedia pelayanan harus Kesehatan No. 28 tahun 2011 tentang Klinik,
mampu menciptakan nilai, mengkomunikasikan nilai besaran tarif pelayanan klinik berpedoman pada
dan menyampaikan nilai dari suatu produk/jasa komponen jasa pelayanan dan jasa sarana.
pelayanan. Penyedia pelayanan seharusnya fokus Komponen jasa pelayanan meliputi: 1) jasa
dan memprioritaskan nilai produk yang akan konsultasi, 2) jasa tindakan, 3) jasa penunjang
disampaikan kepada pelanggan bukan fokus pada medik, 4) biaya pelayanan kefarmasian, 5) ruang
profit yang akan didapatkan dari pelanggan. perawatan (khusus klinik dengan rawat inap), 6)
Pada era BPJS mekanisme pentarifan di pelayanan. Komponen jasa sarana meliputi: 1) biaya
fasilitas pelayanan kesehatan juga telah diatur dalam penggunaan sarana dan fasilitas klinik, 2)
Pasal 11 Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang penggunaan sediaan farmasi (bahan medis habis
BPJS yang berbunyi “membuat kesepakatan dengan pakai), 3) biaya sarana lain yang menunjang
yang ditetapkan oleh Pemerintah”. Dalam pasal 24 Klinik dan juga tenaga medis yang bekerja
Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang SJSN di klinik diwajibkan untuk membuat pencatatan dan
juga mengatur mekanisme pembayaran yang pelaporan. Salah satu bentuk pencatatan dan
berbunyi “Besarnya pembayaran kepada fasilitas pelaporan yang dilakukan adalah dalam bentuk
kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan dokumen rekam medis. Dalam dokumen rekam
berdasarkan kesepakatan antara Badan medis terdapat banyak jumlah data dan juga
Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas informasi terkait proses pemberian pelayanan
Dengan demikian tarif pelayanan nantinya Praktik manajemen klinik yang modern
menjadi standar antara setiap klinik di suatu wilayah, harus berbasis pada bukti (evidence based practice).
Untuk dapat mengelola sejumlah data yang terekam 2. Unsur utama yang harus disiapkan klinik dalam
dalam dokumen rekam medis dibutuhkan alat bantu menghadapi era BPJS 2014 adalah: a)
berupa Sistem Informasi (SI). Oleh karena itu klinik Legalitas, b) SDM, c) Fasilitas, Sarana,
EBIS merupakan tulang punggung 3. Perlu perubahan mindset dan dan budaya
(backbone) manajemen sebagai sistem pendukung secara total oleh para pemberi pelayanan untuk
pengambilan keputusan (Decission Support System). dapat bertahan dalam era BPJS 2014, terutama
Di era teknologi informasi yang berkembang oleh tenaga kesehatan dan tenaga pengelola
modern maka manajemen klinik diharapkan akan Burke FJT., Freeman R.,2004. Preparing Dental
Practice. Oxford. London.
semakin efektif dan memudahkan proses Kotler P., 2008. Create, Communicate, Deliver The
Value to The Target market at a Profit. Diunduh dari:
manajemen. www.londonbusinessforum.com
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2011
tentang Klinik.
SIMPULAN Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438 Tahun 2011
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
Kesimpulan dari makalah ini antara lain adalah: Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
1. Era BPJS 2014 mengubah pola kehidupan Perorangan.
Undang-undang no. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang no. 24 tahun 2011 tentang Badan
Pengelola Jaminan Sosial.