Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mohamad Anggi Faurahmansyah

NRP : 04211940000071

Tugas Getaran
Getaran timbul akibat transfer gaya siklik melalui elemen-elemen mesin yang ada, dimana
elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi didesipasi melalui struktur dalam
bentuk getaran. Kerusakan atau keausan serta deformasi akan merubah karakteristik dinamik
sistem dan cenderung meningkatkan energi getaran. Sedangkan gaya yang menyebabkan getaran
ini dapat ditimbulkan oleh beberapa sumber kontak/benturan antara komponen yang
bergerak/berputar, putaran dari massa yang tidak seimbang (unballance mass), missalignment dan
juga karena kerusakan bantalan (bearing fault).
Secara umum ada 2 kelompok getaran yaitu getaran bebas dan getaran paksa. Getaran
bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri
(inherent) dan jika tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergetar
pada satu atau lebih frekuensi naturalnya yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk
oleh distribusi massa dan kekakuannya. Sedangkan getaran paksa adalah getaran yang terjadi
karena rangsangan gaya luar artinya rangsangan dari luar berisolasi dengan sistem sehingga sistem
dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan. Bila sebuah sistem dipengaruhi oleh eksitasi
harmonik paksa, maka respon getarannya akan berlangsung pada frekuensi yang sama dengan
frekuensi eksitasinya. Getaran paksa biasanya terjadi pada getaran pondasi karena mesin yang
bertumpu di atasnya bergetar. Apabila frekuensi rangsangan sama dengan frekuensi natural sistem,
akan menimbulkan resonansi, dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi.
Resonansi akan terjadi pada sistem apabila besar frekuensi eksitasi sama dengan frekuensi
natural. Besarnya amplitudo eksitasi ditulis sebagai presentase dari besarnya thrust dengan
koefisien β. Semakin kecil harga ini tentu saja semakin kecil eksitasi yang terjadi. Karena itu upaya
untuk mengurangi getaran juga harus dilakukan pada sumber getaran disamping pada sistemnya
itu sendiri. Besarnya β berkisar antara 0 – 15% tergantung dari bentuk buritan (stern) dan
tergantung pada perencanaan baling-baling sendiri.
Getaran longitudinal pada sistem propulsi kapal merupakan salah satu getaran dengan
koordinat gerak sejajar dengan sumbu poros propeller. Getaran ini timbul akibat putaran propeller
serta adanya gaya radial yang ditimbulkan main engine. Gaya aksial propeller (thrust) ditahan oleh
thrust block yang kemudian diteruskan ke konstruksi kapal. Karena gaya aksial ini, maka thrust
block dan pondasinya akan mengalami pergeseran secara longitudinal. Untuk analisa getaran
longitudinal, sistem propulsi kapal dapat dimodelkan sebagai suatu sistem pegas massa, seperti
ditunjukkan pada gambar. Sistem propulsi ini akan bergetar longitudinal pada posisi thrust block.
Jika seluruh sistem dari propeller sampai mesin dianggap sebagai satu kesatuan massa tegar, maka
semua titik pada sistem tersebut akan bergetar dengan displasemen aksial yang sama sebesar x(t).
Anggapan ini berlaku untuk sistem dengan poros pendek, yang mana model sistem dengan satu
derajat kebebasan dapat dilihat pada gambar.
Untuk getaran longitudinal, propeller hampir selalu menjadi penyebab utama dari getaran
longitudinal sistem propulsi kapal. Untuk baling baling yang mempunyai N daun maka untuk
setiap putaran akan terjadi N kali kenaikan gaya dorong, karena sebanyak itu daun baling baling
akan melewati daerah dengan wake tinggi tersebut. Dari sini dapat didefinisikan besarnya
frekuensi eksitasi yang disebut blade rate frequency akibat pengaruh jumlah daun tersebut, yaitu:
𝑅𝑃𝑀
𝜔 = 2𝜋 𝑁
60
Dimana :
RPM : RPM baling baling
N : jumlah daun baling baling
Angka 60 karena 1 menit = 60 detik
Dari rumus di atas ketika propeller mulai berputar, frekuensi eksitasi propeller (f) akan
mulai muncul. Besar frekuensi eksitasi propeller dipengaruhi oleh putaran propeller (RPM) dan
jumlah daunnya (Z). Dapat dilihat ketika memilih daun propeller yang semakin banyak maka
frekuensi yang dihasilkan akan besar. Jika frekuensi besar maka getaran yang dihasilkan propeller
juga besar juga.
Frekuensi getaran pada propeller dapat diturunkan dengan menurunkan jumlah daun pada
propeller dan RPM propeller. Jika kapal yang menggunakan RPM rendah maka getaran yang
dihasilkan kecil. Dalam pemilihan daun propeller tidak disarankan menggunakan daun propeller
berjumlah 2 karena nanti masing-masing daun propeller akan menanggung beban yang besar.
Dalam pemilihan propeller tersebut dapat menggunkan metode wageningen b-series. Jumlah daun
propeller bisa menggunakan 3 atau 4 daun karena dari pemilihan jumlah daun tersebut dapat
menghasilkan efisiensi yang besar dan optimal dan dapat meminimalisir frekuensi eksitasi getaran
propeller dan hull.

Sumber :
“Analisa Getaran dan Sistem Perporosan Pada Reduction Gear KM. Kumala” (Dhani Priatmiko
dan Taufik Fajar Nugroho ST, Msc., Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Anda mungkin juga menyukai