Anda di halaman 1dari 3

Seperti Pasangan, Virus Corona Juga Ingin Dimengerti dan Dipahami

Entah dari mana datangnya, dunia yang saat ini kita tempati diserang partikel kecil tak kasat
mata yang disebut dengan Novel Coronavirus (2019-nCoV). Virus ini berhasil
melululantahkan kondisi kesehatan dan ekonomi di seluruh dunia. Dalam bidang kesehatan,
untuk di Indonesia sendiri, sampai tulisan ini ditulis jumlah korban meninggal di Indonesia
akibat virus tak kasat mata ini sudah mencapai 6.858 jiwa, sementara kasus positif
menyentuh angka 157.859 orang. Untuk di skala global, kasus terkonfirmasi positf sebanyak
17.660. 523, dan angka korban meninggal yakni 680.894 jiwa.

Sementara itu di bidang ekonomi, hampir di seluruh dunia mengalami PHK massal, untuk di
Indonesia sendiri, dilansir dari CNBC Indonesia, Sekretaris Kemenko Perekonomian
Susiwijono Moegiarso mengatakan, sudah sebanyak 3,05 juta orang pekerja di Indonesia
yang terdampak (PHK dan dirumahkan) virus corona. Hal ini terjadi semenjak
pandemi corona di Indonesia sejak 3 Maret 2020 lalu.

Hampir seluruh negara di seluruh dunia termasuk Indonesia menerapkan kebijakan new
normal, yang bisa dimaknai sebagai melakukan kegiatan-kegaiatan seperti sebelum
pandemi, tetapi ditambah dengan protokol kesehatan, memakai masker dan menjaga jarak
adalah contohnya. Alasan ini menurut saya dilakukan hanya karena satu tujuan, yakni
bagaimana untuk tetap menjalankan roda perekonomian sekaligus untuk menyelamatkan
nyawa akibat pandemi Covid-19 ini.

Kebiasaan Kalangan Elit

Pemerintah Indonesia sendiri menekankan bahwa untuk masyarakat Indonesia harusnya


tetap dirumah saja jika tidak ada kegiatan-kegiatan yang memaksakan masyarakat untuk
meninggalkan rumahnya. Tentu saja himbauan pemerintah Indonesia ini tidak relevan
dengan orang-orang miskin yang harus meninggalkan rumahnya untuk bekerja agar tetap
bisa mempertahankan hidupnya.

Kondisi ini tentu sangat berbanding terbalik dengan orang-orang kaya, saya sebut saja
dengan kalangan elit. Sekumpulan kalangan elit ini sebenarnya tidak harus keluar rumah
untuk bertahan hidup, karena diam dirumah saja bagi mereka tetap akan mendapatkan
keuntungan setiap harinya, pengusaha kaya bisa dijadikan salah satu contohnya.

Tetapi fakta dilapangan tentu tidak demikian, beberapa kali ketika saya keluar rumah untuk
membeli kebutuhan pokok, saya melihat cafe dan rumah makan mewah dipadati oleh
masyarakat. Tentu saja dalam hati saya berkata bahwa pastinya orang-orang didalam ini
berasal dari kalangan elit dengan berjejerannya mobil mewah di tepat parkiran cafe dan
rumah makan yang saya lewati itu.

Melihat fenomena itu saya teringat dengan satu tulisan yang diterbitkan di Warstek.com,(
https://warstek.com/2018/10/02/bosan/) dalam tulisan itu ada satu penelitian yang
diterbitkan oleh Association for Psychological Science pada jurnal Perspectives on
Physchological Science edisi September 2012. Dalam penelitian itu didapatkan suatu fakta
bahwa kebosanan adalah kombinasi dari kurangnya hormon kegembiraan dan juga adanya
kondisi ketidakpuasan, frustasi, atau tidak tertarik akan suatu hal, yang semuanya
disebabkan oleh kurangnya sesuatu yang dapat menghibur diri.

Dari alasan itu saya meyakini bahwa mereka semua kalangan elit yang berada disana
bukan karena keterpaksaan, tetapi lebih tepatnya karena rasa bosan yang hadir dalam diri
mereka semua. Kondisi ini tentu tidak mengherankan karena pastinya mereka semua sudah
tidak tahan lagi berbulan-bulan untuk tetap tinggal dirumah.

Tapi apakah mereka tidak mengetahui, jika kondisi saat ini adalah pandemi, dimana virus ini
tidak seperti mereka yang punya rasa bosan, seperti kata zizek dalam bukunya “Pandemik!
Covid-19 Mengguncang Dunia, Zizek mengatakan karena virus tidak berada dalam domain
pengetahuan, partikel kecil itu adalah musuh yang menyerang dengan mereproduksi diri
seperti otomatisme buta.

Untuk alasan itu, perlu juga menjadi catatan bahwa karena partikel kecil ini tidak punya
pengetahuan sama sekali, maka ia akan menyerang siapa saja yang bisa diserang oleh
meraka, tentu mereka tidak mengenal identitas apapun dari musuhnya. Entah musuhnya
berasal dari Amerika, Inggris ataupun Indonesia, dan juga pastinya virus ini tidak memilih
berdasarkan seberapa banyak kekayaan yang dipunyai manusia yang diserangnya.

Berhentilah untuk Mengerjakan yang Tidak Perlu di Masa Pandemi

Menurut hemat saya, perilaku-perilaku kalangan elit ini, hanya menjadi salah satu penyebab
masifnya penyebaran virus corona itu sendiri. Tidak hanya itu, kelakuan mereka juga sangat
menampilkan tidak menghargainya nilai-nilai kemanusiaan. Bagaimana bisa ketika di satu
sisi berapa banyak orang yang sebenarnya ingin tinggal dirumah, tetapi karena
keterpaksaan mereka harus pergi keluar tempat tinggalnya untuk melanjutkan hidupnya,
tetapi di sisi lain adalah segerombolan orang yang hanya karena rasa bosan dalam dirinya
pergi berkumpul dalam keramaian di tempat-tempat yang saya yakin tidak semua
masyarakat bisa untuk masuk di tempat itu.
Saran saya, dibanding mengeluarkan uang hanya untuk meminum segelas kopi yang mahal
di dalam cafe yang mewah, sebaiknya uang itu diberikan ke orang-orang, yang untuk
kebutuhan hidupnya saja sudah sulit untuk dipenuhi.

Sudah Saatnya Memahami Virus Corona

Menutup tulisan saya, kita selayaknya bijak dalam memperlakukan virus corona yang telah
menjadi pandemi in. Kita sebagai manusia yang punya pengetahuan dan pemahaman akan
cara bekerjanya partikel ini harusnya bisa mengerti bahwa virus ini memang ada dan
potensial membunuh setiap manusia dengan menyerang organ dalam yang penting bagi
keberlanjutan hidup kita.

Berarti sudah saatnya kita memahami virus corona seperti halnya menngerti dan
memahami kekurangan-kekurangan yang ada di pasangan kita. Kita tahu bahwa virus
corona tidak punya pengetahuan apalagi persoalan moral dalam proses bekerjanya. Karena
hal itulah tidak ada alasan lagi untuk tidak mempedulikan bahkan menganggap remeh hal
ini. Kita wajib mengerti dan memahami gerak virus berikut akibat yang ditimbulkan.

Terakhir mungkin saja memang sebagian orang mengganggap virus ini tidak berbahaya,
perilaku-perilaku masyarakat elit adalah contohnya. Untuk itu kita hanya perlu
memperlakukan virus ini selayaknya pasangan, memahami kekurangannya dengan
menutupinya dengan kelebihan-kelebihan kita.

Jangan membenci virus, pahami dan mengerti dirinya, yah sama halnya dengan pasangan
kita, bedanya jika pasangan kita harus berkomitmen untuk selalu bersama, untuk virus
corona ini kita pahami lalu setelah itu meninggalkannya.

Anda mungkin juga menyukai