Setelah sekian lama penulis tidak menyempatkan waktu untuk menyumbangkan tulisan di
Komunal Nokturnal setelah yang terakhir dalam tulisan ini. Penulis tertarik mengangkat satu
tema yang coba di diskusikan perihal yang saat ini ramai dibicarakan entah di media sosial,
pasar, kampus dan tempat-tempat akumulasi kapital dan penghisapan nilai lebih lainnya,
sebuah kenyataan ketakutan yang anomali bagi penulis yaitu ketakukan mengenai apa yang
disebut dengan Coronavirus dan juga membahas persoalan sistem Kapitalisme.Sebelum
memperbincangkan lebih jauh persoalan tema diatas penting untuk memaknai dua kata
yang sarat makna tetapi dengan respon yang berbeda dan inilah yang bagi penulis sebuah
bentuk anomali respon terhadap Coronavirus dan Kapitalisme.
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
Novel Coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia) Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS CoV dari unta ke manusia.Beberapa coronavirus yang dikenal
beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia1.
1
Fathiyah Isbaniah dkk, Padoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV),
Kementrian Kesehatan RI dan Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Rakyat (P2P),Januari 2020
tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus,
pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan
satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok2 .
Setelah membahas singkat yang dimaksud dengan Coronavirus,kali ini penulis mencoba
sedikit membahas perihal kapitalisme yang penulis pernah singgung di tulisan ini.
Kapitalisme, yang dalam 300 tahun terakhir menjadi mode produksi dominan yang
berkembang di seluruh dunia atau biasa disebut dengan capitalist mode of production.
Kapitalisme bisa dimaknai sebagai sistem ekonomi sosial yang bercirikan profit motive dan
kontrol terhadap sarana produksi,distribusi,dan pertukaran oleh kepemilikan pribadi,dan
sistem inilah yang bagi mayoritas masyarakat menjadi sistem yang akan selalu ada dan
tidak ada ruang bagi modus produksi alternatid lain untuk memproduksi dan mereproduksi
syarat-syarat hidup yang tidak sesuai dengan yang dominan di era saat ini3
Kapitalisme juga bisa dimaknai sebagai produksi komoditi, yang menurut marx produksi
komoditi hanya eksis dalam sistem kapitalisme sementara produksi barang dagangan atau
barang yang diperdagangkan eksis didalam semua bentuk masyarakat. Produksi komoditi
bagi marx bermakna sebuah sistem dimana aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh agen-agen
independen atau bebas tapi dikoordinasikan oleh pasar pertukaran, walaupun kata marx hal
itu tidak mencukupi untuk menggambarkan kapiatalisme, kemudian Marx berbicara tentang
aspek tenaga kerja manusia yang menjadi komoditi. Disinilah munculnya sistem kerja
upahan dimana tenaga kerja menjual kerja yang dimilikinya, hubungan inilah yang menjadi
fondasi produksi sistem kapitalisme4
Berikut ini formulasi yang diberikan oleh Marx misalkan “M” adalah uang,”C” adalah
kumpulan dari sebuh jenis komoditas tertentu yang oleh Marx disebut sebagai “nilai guna”
(use value) sesuai dengan yang dicetuskan Adam Smith,yaitu semua kursi,roti, dan barang-
barang lain yang ada didalam masyarakat). Dalam pandangan neoklasik,individu memegang
uang hanya agar bisa membeli komoditas yang berguna bagi mereka. Agar bisa
mendapatkan uang untuk membeli komoditas yang mereka inginkan, individu menjual
komoditas lain (baik satu ataupun lebih dari satu jenis) Misalnya:ada individu yang memiliki
kemampuan kerja tapi ingin membeli rumah, makanan, dan pakaian,maka ia akan menjual
kemampuan kerjanya itu untuk mendapatkan uang dalam bentuk upah dan kemudian
setelah mendapatkan uang,ia pergi membeli apa yang dibutuhkannya. Kegiatan semacam
inu digambarkan oleh Marx sebagai berikut
2 Erlina Burhan dkk, Pneumonia Covid-19 Diagnosis dan penatalaksaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, Jakarta 2020
3 Swanvri dkk, Pengantar Ekonomi Politik, Resist Book,Yogyakarta,2011.
4 Coen Husein Puntoh, Kapitalisme, https://indoprogress.com/2008/04/kapitalisme/ diakses pada tanggal 3 maret
Contoh lainnya adalah orang yang menjual mobil lama dan kemudian menggunakan
uangnya untuk membli komputer baru
Marx menyebut proses ini sebagai “sirkulasi komoditas sederhana” dan mengatakan bahwa
pola seperti ini adalah pola khas dari sistem-sistem pasar non kapitalis dan bahwa pola ini
juga terjadi secara eksplisit dan implisit didalam sebuah perekonomian kapitalis
Marx memandang bahwa kapitalisme memiliki sifat dan fondasi khusus yaitu bahwa selain
dari sirkulasi komoditas sederhana ini, kapitalis mengadakan satu jalur sirkulasi lain yang
polanya terbalik dari sirkulasi komoditas sederhana diatas yaitu sirkulasi kapital sebagai
berikut:
M C M’
Berbeda dengan sirkulasi komoditas tadi,sirkulasi kapital ini bertujuan untuk mendapatkan
uang dan bukan untuk mendapatkan barang yang berguna. Sang kapital mengeluarkan
uang (M) dengan harapan bahwa investasi bisa menghasilkan laba (yaitu sebesar M’
dikurangi M) yang oleh Marx disebut sebagai “nilai surplus” (surplus value). Maka dalam
pandangan Marx, pasar kapitalis memiliki dua fungsi, yaitu sebagai mekanisme untuk
mensirkulasikan komoditas agar komoditas-komoditas itu dapat sampai kepada mereka
yang memerlukannya (yaitu C-M-C) dan yang kedua sebagai mekanisme untuk
mendapatkan uang atau mengumpulkan kapital (M-C-M)5.
Setelah membahas secara singkat mengenai Coronavirus dan Kapitalisme, kali ini penulis
coba membahas persoalan Marxisme yang oleh Hugo mengatakan bahwa marxisme bisa
digunakan sebagai mantra dan membahas juga persoalan esensi marxisme yang terletak
pada dimensi Ontologis yang terjelaskan lewat Materialisme Historis dan pada dimensi
Epistemologis yang terjelaskan lewat Materialisme Dialektika6.
Meminjam Pembedaan yang ditulis oleh Martin Suryajaya dalam dimensi ontologis metode
Marx dinamakan Histomat yang mengandung dua arti: sebagai teori tentang kenyataan
sosial secara umum (ontologi umum) dan teori tentang kenyataan sosial secara spesifik
(ontologi spesifik). Sebagai ontologi umum, histomat adalah hipotesis tentang hukum gerak
realitas sosial yang terangkum dalam tesis ‘basis mengkondisikan superstruktur’ dan
5 James A.Caporaso dan David P.Levine, Teori-Teori Ekonomi Politik, Pustaka Pelajar,Yogyakarta,Cetakan
Kedua 2015.
6 Francesco Hugo, Menjawab Tantangan Libertarianhttps://indoprogress.com/2020/02/menjawab-kawan-
Karena tadi pembahasan kita mengenai metode marxisme dalam pembacaan realitas yang
menganut realisme, maka penting untuk melihat persoalan Coronavirus dan Kapitalisme
dalam konteks material sekarang. Hingga saat ini total jumlah kasus mencapai 92 ribu dan
total kematian akibat coronavirus disease telah menyentuh angka lebih dari 3.200 orang
dengan catatan jumlah kasus dan kematian menurun di Tiongkok tetapi melonjak di negara
lain terutama iran dan korea selatan8,belum lagi dalam konteks indonesia sudah terdapat 2
orang menjadi kasus yang positif terkena penyakit ini dan ini membuat di masyarakat ada
ketakutan yang berlebihan atau paranoid walaupun Menteri Kesehatran RI, Terawan Agus
Putranto,sudah mengimbau kepada masyatakat untuk tetap tenang dan tidak perlu
paranoid dengan virus corona COVID-19 yang mulai masuk di Indonesia9.Dampak akibat
ketakutakan yang berlebihan itu adalah dengan terjadinya disorganisasi dan disfungsi sosial
di dalam masyarakat khususnya indonesia yang sudah terjangkit virus corona ini yang
membuat ketakutan di masyakarat sudah menjadi alasan rasional karena telah terbukti ada
di Indonesia. Contoh konkritnya ketika masyarakat mulai membatasi kontak sosialnya untuk
tidak menggunakan angkutan umum, transportasi online,dan menghindari berinteraksi
diruang sosial tertentu (seperti pasar dan mall) karena kuatir tertular virus corona. Ini
memiliki alasan logis. Sebab dalam perspektif epidemiologi, terjadinya suatu penyakit dan
atau masalah kesehatan tertentu disebabkan karena adanya keterhubungan antara pejamu
7 Martin Suryajaya, “Dialectical Materialism Strikes Back,” IndoPROGRESS, 30 Agustus 2012,
https://indoprogress.com/2012/08/dialectical-materialism-strikes-back/.diakses pada tanggal 3 November 2020
pukul 16:11
8 https://katadata.co.id/berita/2020/03/04/korban-tewas-virus-corona-3200-kasus-di-iran-korsel-terus-menanjak
Selain dampak diatas juga terjadi yang disebut dengan diskriminasi rasial dalam kasus ini
disebut dengan sinophobia atau ketidaksukaan terhadap cina dan dalam hal ini
penyebabnya adalah coronavirus seperti yang terjadi di klinik Berlin, Jerman, seorang
pasien yang bernama Sammi merasakan hal aneh kita mengunjungi dokter di Berlin,
Sammy yang pekerjaannhya menjadi seorang perias wajah yang berasal dari China harus
menunggu di luar klinik saat cuaca di bulan Januarii yang dingin di saat pasien lain
dipersilahkan masuk melalui pintu masuk klinik, lalu yang membuat kita terkejut adalah
perkataan doker yang mengatakan” Kami sedang tidak menerima pasien asal China saat ini
karena virus China, dan lebih tragisnya lagi Sammy tidak sempat memberi penjelasan
mengenai dirinya dan mengatakan bahwa ia sehata dan tidak mengunjungi China dalam
waktu dekat11
Dalam penjelasan tadi kita melihat bahwa ada ketakutan yang berlebihan di masyakarat
dengan adanya Coronavirus, sekarang penulis akan melanjutkan tulisan ini
mempertanyakan persoalan yang lebih sublim bagaimana masyarakat melihat sistem
Kapitalisme pada saat ini? Apakah ketakutan ataukah merasa biasa saja dan menganggap
sistem kapitalisme saat ini adalah hal Normal dan akan berlangsung sampai kapanpun di
setiap epos sejarah? Disinilah bentuk Anomali-nya. Masyarakat umum hari-hari ini
menganggap bahwa sistem kapitalisme dengan corak produksi yang telah dijelaskan diatas
dengan berbasis pada relasi upahan yang murni adalah bentuk eksploitasi tenaga kerja
atau pengambilan nilai lebih dalam tubuh pekerja yang dalam terminologi Marx dimaknai
sebagai kapital konstan adalah sesuatu hal yang baik-baik saja dalam penilaian mayoritas
mayarakat dengan argumentasi khas pemuka agama dan seorang libertarian bahwa
dampak-dampak yang terjadi saat ini yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme seperti
perburuhan, kemiskinan, perubahan iklim yang tidak menentu dan kesenjangan sosial
lainnya adalah murni pemberian Tuhan atau takdir Tuhan atau argumentasi lainnya bahwa
dampak itu terjadi karena kesalahan pada individu-nya yang malas bekerja,argumentasi
khas seorang libertarian,seakan-seakan permasalahan ini bukan permasalahan struktural
Untuk lebih teoritis penulis meminjam argumentasi Andre Gorz dalam bukunya Ecology as
Politics, ia mengatakan bahwa yang menjadi masalah struktural dasar ekonomi kapitalis
ialah bagaimana mempertahankan tingkat pengembalian investasi per unit dalam ekonomi
padat dan luas yang meningkat pesat. Gorz menunjukkan bahwa perusahaan yang
menghadapi dilema semacam itu dapat menjual lebih banyak produk atau menghasilkan
produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Pada titik inilah dinamika pertumbuhan dan
rasionalitas ekonomi yang berlaku menabrak batas-batas fisik dunia alam, strategi untuk
sementara menghiraukan kerusakan lingkungan yang tinggi. Lebih banyak produk dapat
dijual, mislanya jika daya tahan,keandalan, dan ketahanan dibatasi. Dengan demikian
mereka harus diganti lebih sering meningkatkan volume penjualan. Walhasil, penggunaan
sumber daya alam,modal,dan tenaga kerja semua diintensifkan, tanpa benar-benar
meningkatkan kesejahteraan umat manusia12
Dari titik inilah penulis melihat ada suatu bentuk anomali dalam masyakarat dalam melihat
permasalahan yang coba penulis angkat dalam tulisan diatas dan untuk itu sampai saat ini
dari bukti-bukti yang penulis ajukan membuktikan bahwa teori yang dibuat Marx sampai saat
ini masih kontekstual bahkan adalah suatu keharusan untuk membacanya karena saat
konteks waktu hidup Marx sistem produksinya tetap sama yaitu sistem dengan corak
kapitalistik dengan segala konsekuensi yang kita rasakan secara langsung sampai saat ini,
berangkat dari itu penulis berimajinasi akan satu hal seandainya sistem yang sekarang telah
berubah bukan lagi sistem dengan corak produksi kapitalistik tetapi dengan corak produksi
yang Marx harapkan. Itu berarti bahwa tidak ada lagi terjadi dampak coronavirus pada hari
ini soal kenaikan harga masker akibat barang langkah bahkan kenaikannya di salah satu
kota di indonesia kendari mencapai 10 kali lipat13,karena menurut pelajaran yang penulis
dapatkan dalam kelas bahwa semakin sedikit barang yang beredar di pasaran berarti
semakin tinggi harga barang tersebut, kenapa itu tidak terjadi karena di sistem diinginkan
Marx yang dimaknai sebagai negasi atas negasi semua sarana produksi telah dimiliki oleh
kepentingan publik termasuk sarana produksi menghasilkan masker.
Akhir kata selamat sore para Penakut yang berlebihan CoronaVirus dan merasa biasa
saja bahkan mendukung sistem dengan corak kapitalistik.