Jika
ditemukan atau diasumsikan ada blok cabang berkas kiri baru dan disertai
ketidaknyamanan iskemik pada dada, maka kelola pasien seperti layaknya pasien
STEMI.
- Jika pemeriksaan awal tidak diagnosa ulangi pemeriksaan EKG 12 lead dalam 1
jam: jika pasien tetpa merasakan gejala atau mengalami gejala baru, ulangi
kembali pemeriksaan EKG dalam interval 5-10 menit atau mulai lakukan
monitoring EKG secara continue.
Jika infark miokard inferior ditemukan, lakukan pemeriksaan sisi kanan V-lead untuk
mendeteksi kemungkinan infark ventrikel kanan.
- Pasien yang mengalami infark ventrikel kanan dikatakan ketergantungan preload.
- Pemberian nitrogliserin harus dilakukan dengan hati-hati karna dapat
memperburuk hipotensi.
- Mungkin juga membutuhkan pemberian cairan.
Trias klasik untuk kegagalan ventrikel kanan akibat infark ventrikel kanan.
- Hipotensi sistemik parah
- Tidak adanya kongesti pulmonal
- Peningkatan sentral venous pressure (CVP) dan distensi vena jugular
Jika infark miokard inferior berhubungan dengan ST depresidi V2 dan gel R lebih
besar dibandingkan gelombang S di lead V1 dan V2, lakukan pemeriksaan EKG area
posterior untuk mendeteksi kemungkinan infark miokard posterior.
Cardiac Biomarkers
- Troponin 1 meningkat 3-12 jam setelah infark dan levelnya mencapai puncak
antara 10-24 jam
- Kreatini kinase-MB 4-12 jam paska infark, level mencapai puncaknya mencapai
10-24 jam
Rontgen dada dilakukan untuk mendeteksi kongesti pulmonal atau pembesaran
jantung
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, tes darah rutin, gula darah sewaktu,
koagulasi darah, status elektrolit, dan panel lipid (Irmalita, 2015, p. 11).
Tindakan dan terapi awal
Terapi awal yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja kemungkinan SKA atau
SKA dengan keluhan angina diruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG
adalah morfin, oksigen, nitrat, aspirin, yang tidak harus diberikan semua atau bersamaan
(Irmalita, 2015, p. 11).:
1. Tirah baring
2. Oksigen harus diberikan segera untuk mereka dengan saturasi o2 arteri <95% atau
yang mengalami distress respirasi
3. Suplemen oksien dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa
mempertimbangkan saturasi O2 arteri
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
intoleransinya terhadap aspirin. Aspirin tidak bersalut lebih terpilih mengingat
absorpsi sublingual atau dibawah lidah yang lebih cepat.
5. Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
a. Dosis awal tricagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada sistem STEMI yang direncanakan untuk
reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, atau
b. Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75
mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi reperfusi menggunakan agen
fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel).
6. Nitrogliserin (NTG) spray/ tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang
masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat. Jika nyeri dada tidak hilang
dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali.
Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak responsive dengan terapi tiga
dosis NTG sublingual. Jika NTG tidak tersedia dapat menggunakan isosorbid dinitrat
(ISDN) dapat dipakai sebagai pengganti.
7. Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak
responsive dengan terapi 3 dosis NTG sublingual.
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian data subyektif, data obyektif. Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik klien SKA berupa pemeriksaan
airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
- Pemeriksaan airway dilakukan untuk melihat apakah klien mengalami sumbatan atau
tidak, aada perdarahan atau tidak, apakah klien mengalami bunyi napas tambahan atau
tidak.
- Pemeriksaan breathing untuk melihat apakah ada gerakan dada klien simetris atau
tidak, apakah klien menggunakan otot bantu napas atau tidak, bunyi napas klien
normal atau tidak, respiratory rate normal atau tidak.
- Pemeriksaan circulation untuk melihat tanda-tanda vital meliputi TD, nadi, suhu,
SPO2, CRT.
- Pemeriksaan disability meliputi pemeriksaan GCS
- Pemeriksaan exposure untuk melihat atau mengetahui adanya pembengkakan , fraktur
dan perdarahan
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang biasanya klien mengeluh nyeri dada ketika
beristirahat, terasa panas di dada menjalar ke lengan dan punggung dengan skala nyeri
sedang hingga berat yang berlangsung lebih dari 20 menit dan menetap. Selain itu klien
mengeluh nyeri ulu hati, mual muntah, sesak napas, berkeringat dingin, mengeluh
gangguan pencernaan dan badan terasa lemah secara mendadak.
Pada umumnya klien mengatakan ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung, DM,
dan hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
- Ditemukan sesak nafas, sinkop, suara jantung 3 (S3), ronkhi basah halus dan hipotensi
- Selain nyeri pasien SKA juga sering mengalami kecemasan. Oleh karena itu perawat
perlu mengidentifikasi kecemasan
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan rekan jantung yang harus dilakukan dalam waktu kurang lebih 10 menit.
Hasil rekaman jantung berupa irama jantung ST elevasi persisten/menetap, ST
abnormal dan irama jantung normal atau yang tidak dapat ditentukan
- Pemeriksaan marka/ enzim jantung menunjukkan adanya peningkatan trooponin dan
CK- MB
- Tindakan noninvasif seperti foto polos dada dan invasif (coronary angiography)
(Irman et al., 2020, pp. 60–61).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas (Irman et al., 2020, p. 63)
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Batasan karakteristik :
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Menunjukkan kerusakan
Posisi untuk mengurangi nyeri
Gerakan untuk melindungi
Gangguan tidur
Perubahan dalam nafsu makan
Respon otonom perubahan otonom dalam tonus otot
NOC
NIC
1) Manajemen nyeri
Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dilmulai dari lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab nyeri
Kaji ketidaknyamanan secara non verbal
Pastikan klien mendapatkan perawatan dengan analgetik
Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari
Anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri
Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada
klien
Pilih variasi dan ukuran pengobatan
2) Pemberian analgetik
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan hebatnya nyeri sebelum mengobati
klien
Cek order mengenai obat, dosis, dan frekuensi analgesic yang diberikan
Pilih analgesic yang tepat
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat
Berikan analgesic adjuvant dan atau pengobatan ketika dibutuhkan analgesic
yang potensial
2. Ansietas
Batasan karakteristik :
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
NOC
Kriteria hasil yang disarankan :
NIC
Penurunan kecemasan
NOC
NIC
NOC
NIC
1) Manajemen energi
Observasi adanya pembatasan aktivitas klien
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor klien adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
Monitor pola tidur
2) Terapi aktivitas
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, kruk
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respons fisik, emosi, sosial, dan spiritual (Irman et al., 2020, pp.
65–72)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan alur pelaksanaan keperawatan untuk membantu
klien dalam mencapai status kesehatan yang optimal yang didasarkan pada kriteria hasil
yang diharapkan (Irman et al., 2020, p. 73).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang telah diamati dan atau kriteria hasil yang telah diamati
dan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap intervensi. Tujuan dan hasil evaluasi
tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai standar yang ditentukan, tujuan tercapai
sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan dan tujuan tidak tercapai jika
klien menunjukkan sedikit perubahan bahkan tidak ada kemajuan sama sekali dan timbul
masalah baru (Irman et al., 2020, pp. 75–76).
Daftar Pustaka
Irman, O., Nelista, Y., & Keytimu, Y. M. H. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Pasien Sindrom Koroner Akut. Qiara Media.
Kurniati, A. dkk. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. ELSEVIER.
Pusmarini, Jastria, Mustofa, dan E. D. (2015). Pengaruh Pemberian Edukasi Obat terhadap
Kepatuhan Minum Obat Warfarin pada Pasien Sindrom Koroner Akut dan Fibrilasi
Atrium di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 4(2), 257–263.