Anda di halaman 1dari 24

DEPRESSI AND

SCHIZOPHRENIA
JAMILAH 2004019004

NANDHARY FITRIANA PRIYONI 2004019005


Depressi!
DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI
Depresi adalah terganggunya fungsi normal manusia yang berhubungan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan polatidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
Definisi kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri (Sadock &
Sadock, 2010).Gangguan depresi mayor (MDD) adalah perjalanan klinis
yang ditandai dengan satu atau lebih episode depresi mayor tanpa riwayat
episode manik atau hipomanik.

Depresi adalah ganguan yang umum terjadi di semua negara. Prevalensi


lamanya hidup penderita depresi sangat bervariasi antar negara. Prevalensi
terjadinya depresi lebih tinggi di negara berpenghasilan tinggi dibandingkan
Epidemiologi dengan negara berpenghasilan rendah. Usia yang memiliki resiko terkena
depresi terbanyak adalah usia awal dewasa. Jika dibandingkan wanita dan
pria, wanita di seluruh dunia menunjukkan nilai konsisten memiliki resiko
depresi kira kira dua kali dari pria. Korelasi sosio-demografi lainnya tidak
menunjukkan nilai konsisten (Kessler and Evelyn, 2013).
PATOFISIOLOGI DEPRESI
Hipotesis amina biogenik
Depresi disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter (NE), serotonin (5-HT) berperan mempengaruhi suasana hati
seperti emosi, kecemasan, atau dopamin dalam otak.

Hipotesis sensitivitas reseptor


Perubahan sensitivitas reseptor NE dan 5-HT berpengaruh pada awal munculnya depresi. Pemberian obat AD secara
kronik pada hewan menyebabkan desensitisasi dan downregulation reseptor NE atau 5-HT.

Hipotesis deregulasi
Kegagalan regulasi homeostatik sistem neurotransmiter akan berdampak pada aktivitas neurotransmiter.

Hipotesis hubungan 5-HT/NE


Tidak cukup teori neurotransmiter tunggal yang berkaitan dengan depresi. Hipotesis ini mempertahankan bahwa
sistem serotonin dan noradrenergik kedua-duanya berfungsi untuk memperbaiki keadaan depresi.

Peran Dopamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan neurotransmisi dopamin pada jalur mesolimbik terkait dengan
mekanisme kerja antidepresan
Neurotransmiter

Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus


yang mengantarkan sinyal dari neuron ke neuron
lainnya. Neurotransmiter berada dalam gelembung
(vesikel) presynaptic dan akan dilepaskan dari akson
terminal melalui eksositosis ke dalam celah sinaptik,
melalui membran pada sisi postsynaptic dari neuron
terdekat dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Pelepasan neurotransmiter mengikuti adanya potensial
aksi (electrical signaling) pada sinapsis. Jadi perantaran
sinyal dalam neuron dapat melalui chemical signaling
dan electrical signaling. Neurotransmiter tidak saja
bekerja pada neuron tetapi juga pada organ tubuh yang
lainnya.
Serotonin (5-HT)

Serotonin diproduksi di saluran pencernaan, kelenjar


pineal, sistem saraf pusat, dan platelet. Serotonin
sering juga disebut 5-HT atau 5-hydroxytryptamines
(serotonin) adalah neurotransmiter monoamine,
bertugas sebagai penenang sehingga sangat
dibutuhkan untuk menjaga stabilitas emosi dan
membuat kita tidur. Serotonin berperan dalam
mengontrol berbagai tingakatan emosional. Serotonin
juga berperan dalam mengendalikan mood,
kegelisahan, depresi, dan lain sebagainya.
Dopamin

Dopamin diproduksi di beberapa daerah otak


terutama di hipoalamus, substantia nigra dan
daerah tegmental ventral, dopamin juga
merupakan neurohormon. Dopamin
menghantarkan sinyal antar sel saraf atau
dengan sel lainnya. Di dalam susunan saraf
pusat, dopamine memiliki peran dalam mengatur
pergerakan, pembelajaran, daya ingat, emosi,
rasa senang, tidur, dan kognisi
GEJALA KLINIS

Gejala emosional: berkurangnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kehilangan


minat aktivitas biasa, kesedihan, pesimisme, tangisan, keputusasaan, kecemasan, rasa
bersalah dan psikotik (misalnya halusinasi dan delusi pendengaran).

Gejala fisik: kelelahan, nyeri (terutama sakit kepala), gangguan tidur, menuru atau
peningkatan nafsu makan, kehilangan minat seksual, dan gastrointestinal (GI) dan keluhan
kardiovaskular (terutama jantung berdebar).

Gejala intelektual atau kognitif: penurunan kemampuan konsentrasi, daya ingat buruk
kejadian baru-baru ini, kebingungan, dan keraguan.

Gangguan psikomotor: retardasi psikomotor (gerakan fisik melambat, proses berpikir, dan
ucapan) atau agitasi psikomotorik.
Diagnosa
Kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th ed.

5. dari 9 symptoms b. tekanan signifikan dalam kehidupan sehari- hari


a) depressed mood
b) decreasing interest mood or pleasure c. Bukan efek dari subtansi atau kondisi medis
c) gain weight or loss weight
d)Inability to sleep or over sleep d. Bukan riwayat episode manik atau hipomanik
e)Psychomotor augmentation sebelumnya.
f)Fatigue
g)Feeling of worthless or guilt
h) diminished concentration or indecisiveness;
i)Thought of dead or suicidality
Treatment
Tujuan pengobatan untuk mengurangi gejala depresi, meminimalkan
efek samping, memastikan kepatuhan pada rejimen obat yang
ditentukan, memfasilitasi kembali fungsi yang tidak wajar, dan
mencegah episode depresi lebih lanjut.

1. Selective serotonin
1. Psikoterapi
2. Electro Convulsive
Non reuptake inhibitors
(SSRIs)
Therapy (ECT) Farmakologi Terapi 2. Tricyclic antidepressant
3. Repetitive
transcranial
Farmakologi 3.
(TCA)
The monoamine
magnetic stimulation oxidase inhibitors
(MAOIs)
Obat Anti Depresan Yang Terdapat di Indonesia
1. The selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
Menghambat reuptake 5-HT kedalam neuron presipnatik.Merupakan terapi lini pertama pada
depresi mayor karena keamanan dan peningkatan tolerabilitas dibandingkan dengan anti
depresan generasi sebelumnya .

2. Tricyclic antidepressant (TCA)


Penggunaannya sudah mulai berkurang karena ketersediaan generasi baru yang lebih efektif.
Mekanismenya menghambat pengambilan ulang norepinefrin dan 5-HT, mereka memiliki afinitas
untuk adren- reseptor ergik, kolinergik, dan histaminergik.

3. The monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)


Meningkatkan konsentrasi norepinefrin, 5-HT, dan dopamin di dalam sinaps saraf melalui
penghambatan monoamine oksidase (MAO) .Golongan penghambat monoamine-oksidase ini
lebih jarang digunakan dibanding golongan trisiklik dan antidepresan terkait ataupun SSRI dan
anitidepresan terkait karena faktor interaksinya yang besar dengan makanan ataupun dengan obat
lain.
Schizophrenia
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Penyebab skizofrenia masih belum diketahui secara jelas. Penelitian menunjukkan adanya kelainan pada
struktur dan fungsi otak. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan berperan dalam perkembangan skizofrenia.
Faktor genetik dapat menjadi penyebab skizofrenia sekitar 0 , 6 - 1 , 9 %

Patofisiologi skizofrenia berdasarkan penyebabnya adalah:


• Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan asimetri otak. Penurunan volume hipokampus
berhubungan dengan kerusakan neuropsikologis dan penurunan respons terhadap antipsikotik tipikal

• Hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik pada area tertentu di otak serta ketidaknormalan reseptor
dopamin (DA). Hiperaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area mesocaudate berkaitan dengan munculnya
gejala positif. Hipoaktivitas reseptor dopamin (DA) pada area korteks prefrontal berkaitan dengan
munculnya gejala negatif

• Disfungsi glutam atergik.


• Kelainan serotonin ( 5- H T). Pasien skizofrenia memiliki kadar serotonin yang lebih tinggi. Hal ini juga
berkaitan dengan adanya peningkatan ukuran ventrikel
TANDA DAN GEJALA

• Delusi (keyakinan yang tidak didasarkan pada kenyataan)


• Halusinasi (melihat atau mendengarkan hal-hal yang tidak ada)
Gejala • Ucapan tidak teratur
positif • Perilaku motorik yang tidak normal

• Alogia (sulit berbicara)


• Ekspresi wajah atau berbicara dengan nada datar
Gejala • Kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari
negatif • Isolasi sosial

• Gangguan memori kerja


Disfungsi • Gangguan perhatian
kognitif
Stage 1A Stage 1B

Treatment pertama Monoterapi antipsikotik (second generation lain) kecuali clozapine


(second generation antipsikotik) bagi pasien relaps schizophrenia. Antipsikotik yang sebelumnya
Monoterapi antipsikotik kecuali clozapine. menghasilkan efikasi yang buruk tidak boleh digunakan

Stage 2

Tidak memberikan respon yang baik terhadap stage 1A atau 1B (second generation
lain atau beralih first generation)
Monoterapi antipsikotik kecuali clozapine, tidak digunakan pada stage 1A atau 1B
Clozapine dipertimbangkan pada pasien resiko bunuh diri

Gunakan antipsikotik Long Acting


Stage 3 Injectable (LAI) pada stage 2 dan 4 jika
kepatuhan pasien rendah atau jika pasien
Tidak memberikan respon yang baik terhadap stage 2. memilih LAI sebagai pengobatan
Rekomendasi monoterapi clozapine (clozapin tidak memiliki sediaan injeksi.
Contoh LAI adalah olanzapin, haloperidol
injection secara intramuscular)
Stage 4

Kurang berespon terhadap clozapine.


Kombinasi antipsikotik (first generation + second generation +
mood stabilizer seperti lithium)
Antipsikotik generasi kedua
PENGOBATAN PADA WANITA HAMIL DAN MENYUSUI

Ada sedikit peningkatan risiko cacat lahir dengan FGA potensi rendah.
• Tidak ada hubungan antara penggunaan haloperidol dan teratogenisitas.
• Wanita penderita skizofrenia yang memakai FGA memiliki peningkatan risiko dua kali lipat
lebih besar kelahiran prematur dibandingkan dengan ibu yang tidak terinfeksi yang tidak
mengonsumsi antipsikotik.
• Kemungkinan diabetes gestasional hampir dua kali lipat lebih besar pada wanita yang
mengonsumsi antipsikotik selama kehamilan.
• Antipsikotik muncul dalam ASI, dengan susu: rasio plasma yaitu 0,5: 1
• Penggunaan clozapine selama menyusui tidak dianjurkan
ANTIPSIKOTIK GEN- 1
• Antipsikotik generasi pertama merupakan antipsikotik yang bekerja dengan cara memblok sekitar 6 5 %
hingga 8 0 % reseptor D2 (dopamin postsipnatik) di striatum dan saluran dopamin lain di otak . Jika
dibandingkan dengan antipsikotik generasi kedua, antipsikotik ini memiliki tingkat afinitas, risiko efek
samping ekstrapiramidal dan hiperprolaktinemia yang lebih besar.
• Antipsikotik generasi pertama efektif dalam menangani gejala positif dan mengurangi kejadian relaps.
• Antipsikotik generasi pertama menimbulkan berbagai efek samping, termasuk ekstrapiramidal akut,
hiperprolaktinemia serta tardive dyskinesia. Efek samping tersebut disebabkan oleh blokade pada jalur
nigrostriatal dopamine dalam jangka waktu lama.
• Antipsikotik generasi pertama memiliki afinitas yang rendah terhadap reseptor muskarinik M1 Ach,
histaminergik H1 dan norepinefrin a1 yang memicu timbulnya efek samping berupa penurunan fungsi
kognitif dan sedasi secara bersamaan
ANTIPSIKOTIK GEN- 2
• Agen pilihan pertama untuk schizophrenia (clozapine, olanzapine, risperidone dan lain-lain
• Sebagian besar antipsikotik generasi kedua menyebabkan efek samping berupa kenaikan berat badan dan
metabolisme lemak
• Menyebabkan sedikit atau tidak ada efek samping ekstrapiramidal yang terjadi secara akut, minimal atau
tidak ada kecenderungan menyebabkan tardive dyskinesia (TD), dan lebih sedikit efeknya pada serum
prolaktin dibandingkan antipsikotik generasi pertama (FGA)
• Klozapin merupakan antipsikotik generasi kedua yang efektif dan tidak menimbulkan efek samping
ekstrapiramidal. Namun, klozapin dikaitkan dengan peningkatan risiko hematotoksis yang dapat
menyebabkan kematian (agranulositosis). Beberapa antipsikotik generasi kedua (risperidone, olanzapine,
quetiapine dan ziprasidone) digunakan sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan khasiat klozapin tanpa
diskrasia darah (kelainan pada sel plasma darah)

• Lurasidone diketahui memiliki afinitas (ketertarikan) yang lebih tinggi pada reseptor 5 - H T (serotonin).
• Aripiprazole merupakan satu-satunya antipsikotik dengan aktivitas agonis parsial terhadap dopamin D2
(dopamin postsipnatik). Aripiprazole diketahui memiliki risiko efek samping ekstrapiramidal yang rendah
DAFTAR PUSTAKA SCHIZOPHRENIA

• Dipiro, et al. 2011. Pharmacotherapi: A pathophysiologic approach 8th Edition. New York.
McGraw-Hill.
• Wells, et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9t h Edition. New York: McGraw-Hill.
• https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia
• Auliani, et al. 2018. Farmakoterapi dan Rehabilitasi Psikososial Pada Skizofrenia. Bandung:
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.
• Ajeng Ratna Ningtyas, et al.2018. Farmakoterapi depresi dan Pengaruh Jenis Kelamin
Terhadap Efikasi Antidepresan. Bandung: Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.
• http://pionas.pom.go.id/
• Made Wardhana, et al. 2018. Role of Neurotransmitter in Skin Immunity.
Psychoneuroimmunology in Dermatology . Denpasar
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai