Anda di halaman 1dari 38

BUKU PETUNJUK

PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN
SEMESTER I 2021/2022

LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
PETUNJUK PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN

Prof. Dr. Erny Poedjirahajoe, MP.


Ni Putu Diana Mahayani, S.Hut., M.For. Ph.D.
Frita Kusuma Wardhani, S.Hut., M.Sc.
Ryan Adi Satria, S.Hut., M.Sc.

LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021
i
KATA PENGANTAR

Buku Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan diterbitkan guna mempermudah


pelaksanaan praktikum bagi para mahasiswa. Para mahasiswa diharapkan dapat
mempersiapkan diri sebelum praktikum dimulai sehingga praktikum dapat berjalan
dengan lancar. Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan pula dapat mengenal dan
mendeskripsikan komponen-komponen ekosistem perairan seperti plankton, nekton,
dan benthos serta vegetasi yang sifatnya makroskopis. Dari pemahaman tersebut dan
melalui berbagai analisis, maka berbagai aspek mengenai ekosistem perairan dapat
diketahui dan pengelolaan terhadap sumberdaya alam perairan dapat dilakukan dengan
baik. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan dapat benar-benar mengerti manfaat
praktikum sebagai wujud aplikasi teori.
Buku petunjuk ini terbit dalam bentuk softfile dan masih sederhana sehingga
sangat terbuka untuk menerima usulan dari siapapun baik berupa tambahan acara
praktikum atau perbaikan isi materi demi sempurnanya pelaksanaan praktikum ini. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sangat membantu
terwujudnya buku petunjuk praktikum ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pengguna.

Yogyakarta, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................................................. iii
Tata Tertib Praktikum ...................................................................................................................... iv
Jadwal Praktikum ................................................................................................................................ viii
Kalender Praktikum ........................................................................................................................... ix

ACARA I Pengenalan Alat ................................................................................................... 1


ACARA II Pengukuran Produktivitas Primer Perairan .......................................... 8
ACARA III Pengamatan Kualitas Fisik dan Kimia Perairan .................................... 10
ACARA IV Pengamatan Kelimpahan Plankton ............................................................ 13
ACARA V & VI Pengamatan Vegetasi Pantai dan Formasi Dune................................... 17

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

A. Kehadiran
Dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19, pelaksanaan praktikum
dilaksanakan melalui daring dan luring. Untuk menunjang proses pembelajaran,
praktikan wajib mendaftarkan diri ke eLOK dan masuk pada mata kuliah Praktikum
Ekologi Perairan. Penyelenggaraan secara daring dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Sebelum mengikuti kegiatan secara daring, praktikan diwajibkan mencermati
video dan bahan pembelajaran serta tugas yang diunggah melalui eLOK.
2. Pelaksanaan daring menggunakan platform Webex Meeting/Zoom/Gmeet dengan
tautan yang akan diinfokan melalui Simaster dan WhatsApp Group.
3. Terdapat 2 shift praktikum dengan pelaksanaan waktu yang sama tetapi dalam
room meeting yang berbeda (kelas paralel). Room meeting akan dibuka 30 menit
sebelum praktikum dimulai. Diharapkan seluruh praktikan hadir tepat pada
waktunya.
4. Pada saat daring berlangsung, setiap praktikan wajib mematikan microphone dan
dianjurkan mengaktifkan video. Microphone diaktifkan jika ingin mengajukan
pertanyaan dan atau dilakukan proses pemantauan kehadiran oleh Co.Assisten.
5. Praktikan diperbolehkan mengajukan permohonan daring kepada Co.Assisten
masing-masing diluar waktu praktikum yang telah ditentukan jika diperlukan.
Penyelenggaraan secara luring dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Praktikan wajib hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal masing-masing.
2. Pelaksanaan praktik lapangan ini dilakukan fullday sehingga diharapkan setiap
praktikan mempersiapkan segala keperluan pribadi dengan lengkap.
3. Bagi praktikan yang berhalangan hadir pada shiftnya harus segera melapor pada
penyelenggara praktikum (Co.Assisten dan atau dosen pengampu) dan membuat
surat izin. Bila memungkinkan dapat mengikuti praktik di jadwal lainnya.
Berhalangan hadir praktikum yang diperkenankan meliputi, sakit dan terkena
musibah. Namun jika tidak dapat mengikuti kegiatan secara luring, akan diberikan
nilai TL pada yang bersangkutan.
4. Seluruh praktikan, Co.Assisten, dosen, dan laboran yang mendampingi diwajibkan
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yang terdiri atas:
a. Masker, setiap 4 jam dan atau saat masker sudah basah harap untuk diganti
b. Face shield
c. Sarung tangan lateks
d. Jas lab (jika melakukan pengamatan di laboratorium)
Keterangan: praktikan menyiapkan sendiri APD yang diperlukan
5. Seluruh praktikan, Co.Assisten, dosen, dan laboran yang mendampingi diwajibkan
menerapkan protokol kesehatan, yaitu:

iv
a. Protokol kesehatan sebelum berangkat ke kampus
1) Memastikan kondisi badan sehat, dan tidak menunjukan gejala sakit seperti
batuk, pilek, demam (suhu > 38 oC) dan sesak napas. Melaporkan secara jujur
kondisi kesehatan, jika kondisi tidak sehat tidak dapat mengikuti praktik
lapangan.
2) Mempersiapkan perlengkapan pribadi diantaranya alat tulis, perlengkapan
makan dan minum, serta perlengkapan ibadah.
3) Mempersiapkan untuk membawa surat izin beraktivitas di kampus yang
dikeluarkan Ditmawa UGM atau Fakultas Kehutanan UGM.
4) Memakai baju atau kaos berkerah dengan lengan panjang, memakai masker
dan face shield bila memungkinkan.
5) Untuk yang berambut panjang wajib menguncir rambut kebelakang.
6) Mengusahakan untuk tidak menggunakan transportasi umum. Bila terpaksa
menggunakan transportasi umum maka harus mematuhi protokol di
transportasi umum tersebut seperti menjaga jarak, menggunakan masker,
menghindari berhadapan langsung dengan penumpang lain, dan sebagainya.
Tidak menyentuh benda apapun dan fasilitas umum di dalam transportasi
umum dan tidak menyentuh wajah sampai tangan benar-benar bersih.
7) Menghindari penggunaan tangan untuk membuka atau menutup pintu.
8) Mencuci tangan dengan sabun dan atau membasuh tangan dengan hand-
sanitizer untuk memastikan kebersihan tangan setelah menyentuh benda
apapun.
9) Jika batuk/bersin, lakukan dengan etika yang benar (gunakan siku).
b. Protokol kesehatan saat praktik lapangan dan di laboratorium
1) Wajib melakukan pengecekan suhu badan (setiap datang dan pulang) di
gerbang fakultas (di Lobi Gedung D dan C) (akan ditentukan lebih lanjut).
2) Membawa surat izin dari orangtua, surat keterangan/sertifikat bukti telah
divaksin, dan surat hasil tes Antigen/Antibodi/Genose/PCR yang
menyatakan non reaktif atau negative COVID-19.
3) Wajib melakukan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau dengan
hand-sanitizer yang telah disediakan setelah menyentuh benda apapun.
4) Wajib menggunakan masker dan face shield selama beraktivitas di lapangan.
5) Wajib menggunakan sarung tangan lateks saat menyentuh alat-alat untuk
pengambilan data dan menggunakan jas lab jika beraktivitas di dalam
laboratorium serta disarankan menggunakan double masker.
6) Mengisi daftar hadir praktik lapangan/laboratorium secara daring dengan
memindai barcode yang telah disediakan atau melalui tautan yang akan
diinfokan kemudian.
7) Menggunakan alat tulis, perlengkapan ibadah, perlengkapan makan dan
minum milik pribadi. Dilarang untuk saling meminjamkan perlengkapan
tersebut.

v
8) Menerapkan etika batuk yang benar dan menjaga jarak selama di lapangan,
serta tidak berkerumun dan tidak bersalaman.

B. Pretest dan Post test


1. Dalam setiap pertemuan akan dilakukan pretest dan posttest melalui platform
Quizziz dengan tautan yang akan diinfokan kemudian.
2. Pretest dan posttest diselenggakan pada jadwal yang telah ditentukan (tanggal dan
jam pelaksanaan dapat dilihat pada Kalender Praktikum Ekologi Perairan
Semester I 2021/2022). Jika praktikan terlambat mengikuti pre dan atau posttest
maka nilai 0 (tidak ada inhal untuk pre dan posttest).
3. Saat mengikuti pre dan posttest, praktikan WAJIB menuliskan nama dengan format
sebagai berikut: Ekper(nomor kelompok)_NIU contohnya kelompok 5 dengan NIU
444333 maka ditulis Ekper5_444333

C. Laporan
1. Laporan tiap acara dibuat secara individu dengan diketik dan dikirim/diunggah ke
E-Lok dan atau ke alamat E-mail masing-masing Co.Assisten dalam format dokumen
(Ms. Word) serta melampirkan hasil perhitungan (jika ada) menggunakan Ms. Excel
dan melampirkan tallysheet pengamatan lapangan. Jadwal pengumpulan laporan
disajikan dalam Kalender Praktikum Ekologi Perairan Semester I 2021/2022).
Jika terlambat mengumpulkan laporan maka nilai akan dikurangi 10 poin/hari.

2. Skema susunan laporan untuk setiap acara:


a. Judul Latihan
b. Tujuan Praktikum
c. Dasar Teori
d. Alat dan Bahan
e. Cara Pelaksanaan
f. Hasil Pengamatan
g. Pembahasan
h. Kesimpulan
i. Daftar Pustaka
Pembahasan hendaknya dibuat berdasarkan hasil pengamatan yang dikaji dengan
dasar teori yang terkait dengan topik praktikum.

3. Dalam laporan praktikum, segala dasar teori dan pembahasan harus disertai acuan
dan dicantumkan pada daftar pustaka minimal 6 sumber pustaka yang terdiri atas
3 buku (tidak termasuk buku petunjuk praktikum) dan 3 jurnal (5 tahun terakhir,
2016 – 2021). Tidak diperkenankan mengambil acuan dari website dengan sumber
yang tidak jelas. Penulisan daftar pustaka secara sistematis adalah sebagai berikut:
a. Buku: Nama penulis, tahun terbit, judul buku, edisi ke-, nomor halaman yang
dituju (kecuali kalau seluruh buku), nama penerbit, kota penerbit, dan jumlah
halaman. Huruf pertama semua kata pokok dalam judul ditulis huruf kapital.

vi
b. Majalah, jurnal, prosiding: nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama
majalah dengan singkatan resminya, jilid, nomor halaman yang diacu.

D. Penilaian
1. Komponen penilaian laporan meliputi:
a. Sistematika (judul, pendahuluan, dll.) dan kerapian (5%)
b. Isi (kebenaran) (90%)
c. Ketepatan waktu (5%)

2. Penilaian Praktikum dilakukan dengan proporsi nilai sebagai berikut:


a. Pretest & posttest : 10%
b. Presensi dan keaktifan : 10%
c. Laporan : 40%
d. Responsi dan Pertanggungjawaban (PJ) : 40%
3. Nilai akhir adalah sebagai berikut:
Nilai Bobot Nilai Bobot
A 3.75 - 4 C+ 2 - 2.25
A- 3.5 - 3.75 C 1.75 – 2
A/B 3.25 - 3.5 C- 1.5 - 1.75
B+ 3 - 3.25 C/D 1.25 - 1.5
B 2.75 – 3 D+ 1 - 1.25
B- 2.5 - 2.75 D 0–1
B/C 2.5 - 2.25

E. Aturan Tambahan
1. Dalam melakukan perhitungan diperkenankan menggunakan Ms. Excel.
2. Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara daring/luring kepada masing-masing
Co.Ass dengan jadwal sesuai kesepakatan antara Co.Ass dan praktikan.
3. Pada saat responsi, praktikan wajib mengikuti tepat waktu dan mengirimkan 1
bendel laporan resmi yang berisi laporan seluruh acara praktikum. Laporan resmi
dikirim/diunggah ke E-Lok dan atau alamat E-mail masing-masing Co.Assisten
selambat-lambatnya H-1 dari jadwal responsi yang telah ditentukan dalam format
pdf.
4. Responsi diselenggarakan secara daring dengan jadwal yang telah ditentukan.

vii
JADWAL PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
SEMESTER I 2021/2022

TANGGAL
NO KEGIATAN TEMPAT
PELAKSANAAN
1 ASISTENSI 5 Oktober 2021 Secara Daring
2 ACARA I: Pengenalan Alat Fakultas Kehutanan
ACARA II: Pengukuran Produktivitas Shift 1: UGM & Ekosistem
3
Primer Perairan 30 Oktober 2021 Perairan Sekitar
Kampus UGM
ACARA III: Pengamatan Kualitas Shift 2: 1. Lembah UGM
4
Fisik-Kimia Perairan 31 Oktober 2021 2. Sungai depan FEB
3. Selokan mataram
ACARA IV: Pengamatan Kelimpahan 1 – 5 November
5 Lab Ekologi Hutan
Plankton 2021
ACARA V: Pengamatan Vegetasi Shift 2:
6
Pantai 6 November 2021
Vegetasi Pantai di
ACARA VI: Pengamatan Formasi DIY
7 Shift 1:
Dune
7 November 2021
22 – 26 November
8 Pertanggungjawaban Secara Daring
2021
9 RESPONSI 25 November 2021 Secara Daring

viii
KALENDER PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
SEMESTER I T.A 2021/2022

Bulan Oktober 2021


5 : Asistensi praktikum
25 : Teknis lapangan Acara I – III
30 – 31 : Praktikum luring Acara I - III

Bulan November 2021


1 – 5 : Praktikum Acara IV (pilih salah 1 hari)
1 : Diskusi analisis Acara IV
Persiapan Acara V dan VI
2 – 3 : Pengumpulan Laporan Acara I
4 – 5 : Pengumpulan Laporan Acara II
6 – 7 : Praktikum luring acara V dan VI
8 : Diskusi analisis Acara V dan VI
9 – 10 : Pengumpulan Laporan Acara III
12 : Pengumpulan Laporan Acara IV
20 – 21 : Pengumpulan 1 bendel laporan resmi
(Acara I – VI)
22 – 26 : Pertanggungjawaban dengan Co.Ass
25 : Responsi (daring)

Hari, Tanggal Jam Acara


Senin, 25 Oktober 2021 14.30 – 15.30 WIB Pretest Acara I - III
Sabtu/Minggu, 30/31 Oktober 2021 15.00 – 21.00 WIB Posttest Acara I – III
Senin, 1 Oktober 2021 14.30 – 15.30 WIB Pretest Acara IV – VI
Senin, 8 Oktober 15.00 – 21.00 WIB Posttest Acara IV – VI

Catatan:
Pelaksanaan praktikum secara daring dimulai tanggal 25 Oktober 2021 jam 15.30 WIB.

ix
ACARA I
PENGENALAN ALAT

A. PENDAHULUAN
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekologi Perairan mempunyai
kespesifikan masing-masing. Laboratorium Ekologi Hutan telah lama meninggalkan
alat manual yang prosesnya bertahap dan membutuhkan waktu lama untuk
memperoleh satu hasil pengamatan. Sebagai gantinya, Laboratorium Ekologi Hutan
menggunakan alat sistematis berupa digital, dimana alat-alat tersebut sebagian besar
digunakan untuk mengukur faktor fisik, biotik, dan kimia di perairan. Penggunaan alat
yang benar selalu diharapkan demi terpeliharanya alat dengan baik sehingga biaya
hanya ada pada penggantian baterai saja dan pada akhirnya mampu mengurangi biaya
operasionalnya.
Faktor fisik dan kimia air dari suatu ekosistem perairan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan biotanya. Sebagai contoh dalam pembagian stratifikasi khususnya
arah vertikal, jika terjadi perubahan yang sedikit saja terhadap faktor fisik dan kimia
air maka akan mengganggu fungsi metabolisme biota yang ada di perairan tersebut.
Oleh sebab itu, masing-masing jenis biota perairan akan mendominasi pada zona
vertikal tertentu yang habitatnya sesuai. Misalnya pada zona eufotik didominasi oleh
biota epipelagik, zona disfotik didominasi oleh biota mesopelagik, dan seterusnya.
Faktor fisik dan kimia perairan juga menentukan kondisi habitat ekosistem.
Kandungan oksigen yang rendah sering menyebabkan perairan dalam keadaan
anoksik, yaitu keadaan yang ditunjukkan dengan banyaknya biota yang mati akibat
kekurangan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya cahaya matahari yang
menembus dasar habitat sehingga proses fotosintesis terganggu. Akibatnya, oksidasi
meningkat sehingga kadar CO2 juga meningkat. Pada akhirnya terjadi kelimpahan yang
tinggi pada bakteri air dimana hal ini dapat menyebabkan kematian biota.
Dengan mengetahui kondisi fisik dan kimia air, maka mahasiswa dapat
mengetahui sedini mungkin gangguan terhadap ekosistem perairan karena data
mengenai faktor fisik dan kimia dapat digunakan sebagai tolok ukur atau kontrol
dalam melakukan pengelolaan kawasan ekosistem perairan.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 1


B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengenal alat-alat pengukur kualitas fisik, kimia, dan biologi perairan.
2. Mengetahui cara pengukuran dan pengambilan data kualitas fisik, kimia, dan
biologi perairan dengan menggunakan alat-alat yang ada.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan praktikum acara ini yaitu:
1. Oxygen meter/DO meter 9. Ember takar
2. Thermometer stick 10. Karet
3. pH stick dan pH meter 11. Haemacytometer
4. Salt meter digital 12. Mikroskop
5. Secchi disc 13. Pipet tetes
6. Current meter 14. Sampel air
7. Plankton net 15. Tisu
8. Botol flakon 16. Aquadest

D. CARA PENGAMATAN
1. Pengukuran oksigen terlarut
Untuk mengukur kadar oksigen terlarut di dalam air digunakan Oxygen
meter atau DO meter. DO meter yang digunakan dalam praktikum ini merupakan
produksi Lutron dengan tipe PDO-520. Dalam praktikum terdahulu, cara
pengukuran kadar oksigen terlarut masih menggunakan metode titrasi dari Micro-
Winkler yang tidak efisien dalam hal waktu.
Pengukuran dilakukan dengan cara menyediakan air 500
ml, kemudian ujung sensoris DO meter dicelupkan pada air, tombol
”power” ditekan, maka akan terbaca jumlah oksigen terlarut dalam
air tersebut dengan satuan mg/L atau ppm. Jika dilakukan
pengukuran di lapangan, pada setiap lokasi dilakukan pengukuran
ulangan sebanyak minimal 3 kali. Setelah alat ini selesai digunakan,
tekan tombol ”power” selama beberapa detik kemudian
dibersihkan dengan menggunakan aquadest. Jika selama sekitar 2
DO meter
bulan alat ini tidak terpakai, maka untuk pemakaian berikutnya Lutron PDO-
520
harus ada penggantian baterai dan dilakukan kalibrasi. Alat

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 2


dengan merk dan spesifikasi berbeda, dapat memiliki perbedaan dalam hal
pengoperasian alat.

2. Pengukuran suhu perairan


Suhu perairan berkaitan erat dengan faktor lingkungan lain, misalnya
kandungan oksigen terlarut, aktivitas bakteri pengurai dan lain-lain. Pengukuran
suhu perairan dilakukan dengan menggunakan thermometer stick yang ujungnya
berlubang untuk mengaitkan tali. Pada saat pengukuran, tangan memegang alat
pada tali yang dikaitkan pada ujung alat, bukan pada badan thermometer stick
secara langsung karena suhu tubuh akan memengaruhi hasil pengukuran.
Thermometer stick dicelupkan sampai pada batas garis
merah yang terlihat pada dalam kaca thermometer stick,
diamkan beberapa saat sampai pengukuran konstan,
kurang lebih 5 menit. Setelah itu, hasil pengukuran suhu
perairan akan ditunjukkan oleh air raksa dan dapat dibaca
pada skala thermometer yang ada pada badan
Thermometer stick
thermometer stick. Satuan suhu adalah ºCelcius.

3. Pengukuran derajad keasaman (pH) di perairan


Sama halnya deng an suhu perairan, pH juga
sangat berkaitan erat dengan aktivitas dekomposer. pH
yang terlalu tinggi dapat sangat mengha mbat aktivitas
biota perairan sehingga menyebabkan terhambatnya
aktivitas lainnya dalam ekosistem. Pengukuran pH
dilakukan dengan menggunakan pH stick atau pH meter
digital. Dalam praktikum ini, kedua jenis alat tersebut
pH stick
akan diperkenalkan.
Penggunaan pH stick sebenarnya lebih mudah dibandingkan dengan pH
meter, yaitu dengan mencelupkan pH stick ke dalam perairan selama 3 menit
kemudian mencocokkan warnanya dengan warna pH standart yang berada pada
kotak pH. pH meter yang digunakan dalam praktikum ini merupakan produksi
Lutron dengan tipe pH 220. Cara penggunaan pH meter adalah dengan
mencelupkan alat tersebut ke dalam perairan sampai pada batas yang tertera pada

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 3


alat. Kemudian, tombol On/Off yang terletak di bagian atas
ditekan ke depan, maka angka digit akan nampak pada layar pH
meter. Setelah alat ini selesai digunakan, tekan tombol ”power”
selama beberapa detik kemudian dibersihkan dengan
menggunakan aquadest. Jika selama sekitar 2 bulan alat ini tidak
terpakai, maka untuk pemakaian berikutnya harus ada
penggantian baterai dan dilakukan kalibrasi. pH meter dengan
merk dan spesifikasi berbeda, dapat memiliki perbedaan dalam
pH meter Lutron pH-
220 hal pengoperasian alat.

4. Pengukuran salinitas perairan


Salinitas perairan diukur dengan
menggunakan salt meter digital. Kelebihan alat ini
adalah praktis dalam pengukuran dengan biaya yang
murah (hanya mengganti baterai pada jangka waktu
tertentu). Alat ini juga merupakan produk ATAGO
ES-421. Cara pengukuran adalah dengan meneteskan
sampel air sebatas wadah sampel, kemudian tombol Salt meter digital
ATAGO ES-421
’start’ ditekan, maka angka salinitas akan muncul
pada display alat tersebut dengan satuan %. Nilai salinitas tersebut dapat dikonversi
ke dalam satuan permill (‰).
Setelah alat ini selesai digunakan kemudian dibersihkan dengan
menggunakan aquadest. Salt meter digital dengan merk tersebut, tidak perlu
menekan tombol tertentu untuk mematikan alat. Alat tersebut akan otomatis mati
jika tidak digunakan. Salt meter dengan merk dan spesifikasi berbeda, dapat
memiliki perbedaan dalam hal pengoperasian alat.

5. Pengukuran kejernihan air


Kejernihan air dapat diukur dengan cakram secchi atau secchi disk. Cakram
ini berdiameter 20 cm dan terbagi dalam 4 bagian, dua bagian berwarna putih dan
dua bagian lainnya berwarna hitam. Pengukuran tingkat kejernihan air dengan
cakram secchi ini dilakukan dengan menurunkan alat ini dari permukaan air sampai
ke kedalaman air dimana penampakan cakram ini mulai menghilang. Kedalaman

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 4


cakram secchi sampai penampakannya menghilang
kemudian diukur dan angka yang dihasilkan
menunjukkan tingkat kejernihan air. Naikkan alat ini
sampai ke permukaan air dan ulangi percobaan ini
sampai 3 kali. Ambil rata-rata dari hasil ketiga
pengukuran itu untuk memperoleh tingkat kejernihan air
Secchi disk
di suatu perairan.

6. Pengukuran kecepatan aliran


Penelitian mengenai populasi tidaklah lengkap jika tidak menentukan faktor
kecepatan aliran. Kecepatan aliran dapat memengaruhi konsentrasi oksigen
terlarut, konsentrasi CO2, dan suhu. Untuk menentukan tempat pengukuran
kecepatan aliran air, hindari lokasi yang merupakan putaran arus, arus bawah, dan
lokasi bertemunya anak sungai dengan sungai utama. Kecepatan aliran air diukur
pada beberapa titik, bisa dengan interval jarak 1 – 2 meter dari pematang sungai
dan/atau beberapa interval kedalaman air yang disesuaikan dengan kedalaman
sungai. Pada aliran air yang cepat, titik pengukuran sebaiknya pada pusat atas
bagian tengah sungai dan pada kedalaman 20% dari permukaan air. Jika hanya
dengan pertimbangan kedalaman, titik pengukuran pada 60% kedalaman dari
permukaan air umumnya menunjukkan kecepatan rata-rata dari aliran sungai
tersebut. Waktu untuk mengukur kecepatan aliran sungai antara 20 – 40 detik.
Sebelum penentuan titik-titik
pengambilan data aliran air,
kedalaman sungai terlebih dahulu
diukur. Kemudian, jumlah putaran
pada alat diatur; stopwach untuk
mengukur waktu dan counter untuk
menghitung banyaknya putaran
Current meter
dipersiapkan. Kecepatan aliran diukur
pada satu titik yaitu pada bagian tengah
sungai. Current meter kemudian
dimasukkan sampai kedalaman 60% dari permukaan air. Pada praktikum ini,
current meter yang digunakan adalah tipe F 03-06.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 5


Data jumlah putaran setiap detik (N) dimasukkan ke dalam rumus dibawah
ini untuk mengetahui kecepatan aliran pada lokasi tersebut.
V = 0,161 N + 0,006
Keterangan:
V = kecepatan aliran per detik
N = jumlah putaran per detik

7. Penyaringan plankton
Ukuran plankton yang mikroskopis menyebabkan jenis dan kelimpahan
plankton tidak dapat diamati dan dihitung dengan mudah. Untuk itu, plankton yang
terdapat di perairan dapat dipadatkan dan disaring dengan menggunakan plankton
net dan beberapa alat tambahan seperti botol
flakon, karet, dan ember takar. Caranya adalah
dengan mengikatkan ujung plankton net dengan
ujung botol flakon. Setelah itu, air diambil dengan
ember yang sudah diketahui volumenya dan
kemudian dituangkan ke dalam botol flakon dan
disaring dengan plankton net untuk memadatkan
plankton yang ada di suatu perairan. Hasil dari
Botol flakon dan plankton net plankton yang sudah dipadatkan ini kemudian bawa
ke laboratorium untuk diamati kelimpahannya.

8. Pengamatan plankton di laboratorium


Pengamatan plankton dilakukan di dalam laboratorium. Peralatan yang
diperlukan adalah haemacytometer, coverglass/deckglass, pipet tetes, dan
mikroskop. Prosedur pengamatan akan dijelaskan secara detail pada praktikum
Acara IV.

Mikroskop Haemacytometer

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 6


Setelah mempraktekkan penggunaan alat tersebut, dokumentasikan alat-alat
pengukur kualitas fisik, kimia, dan biologi perairan. Dalam laporan, foto alat
dimasukkan dalam hasil pengamatan dan dilengkapi dengan nama bagian tiap alat
beserta fungsinya serta spesifikasi alat yang digunakan dalam praktikum. Lengkapi
pula dengan prosedur untuk kalibrasi alat, khusus untuk alat-alat yang diperlukan
kalibrasi dalam persiapan alatnya. Pembahasan menjawab tujuan praktikum yang
telah disebutkan sebelumnya.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 7


ACARA II
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN

A. PENDAHULUAN
Produktivitas primer suatu ekosistem perairan didefinisikan sebagai laju
penggunaan energi lingkungan (sinar matahari) untuk membentuk senyawa organik
melalui proses fotosintesis.
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Produktivitas primer seringkali diwujudkan dalam suatu nilai, yaitu Indeks
Produktivitas (IP) yang dicerminkan dalam jumlah oksigen yang diproduksi oleh
bagian dari sistem tersebut. Fotosintesis sebanding dengan laju respirasi organisme,
intensitas cahaya, fotoperiodisitas (periode penyinaran), tutupan kabut, musim,
turbiditas, suhu serta faktor lingkungan lain.
Metode yang sering digunakan untuk mengukur Produktivitas Primer adalah
metode botol terang-gelap (Dwidjoseputro, 1982). Metode ini merupakan metode
termudah untuk menentukan kandungan oksigen terlarut dari botol terang yang
mengandung fitoplankton atau diisi tanaman air dan botol yang berisi sama tetapi
warna botol gelap atau tidak bisa tertembus cahaya.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum acara ini adalah untuk mengetahui Indeks Produktivitas (IP)
primer perairan dari berbagai tipe ekosistem.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Botol dengan ukuran 600 ml sebanyak 2 buah (terang dan gelap)
2. Kertas aluminium foil
3. Oxygen meter/DO meter
4. Thermometer stick
5. Tanaman air
6. Air sampel yang berasal dari sawah, sungai, sumur, danau, atau kolam.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 8


D. CARA PENGAMATAN
1. Ukur kadar oksigen terlarut dari setiap sampel air.
2. Tuangkan sampel air ke dalam 2 botol yang tersedia dan tambahkan tanaman air
di dalamnya (hydrilla, teratai, atau yang lain). Usahakan agar tanaman air yang
ditambahkan besarnya sama. Tutup semua botol.
3. Bungkuslah salah satu botol dengan aluminium foil dengan harapan sinar
matahari tidak masuk menyinari botol tersebut.
4. Letakkan setiap pasangan botol pada lokasi asal sampel air. Dalam botol yang
tidak dibungkus kertas aluminium foil akan terjadi respirasi dan fotosintesis.
Dalam botol yang dibungkus aluminium foil hanya terjadi respirasi.
5. Setelah periode tertentu, ukurlah kembali kandungan oksigen terlarut masing-
masing air dengan DO meter.
Perhitungan :
Pada botol yang tidak ditutup (Produksi Primer Bersih)
DO akhir = ............................ppm
DO awal = ............................ppm -
Produksi oksigen = ............................ppm (I)

Pada botol yang tertutup (Respirasi):


DO awal = .............................ppm
DO akhir = .............................ppm -
Produksi oksigen = ..............................ppm ( II )

Produksi O2 total (Produksi Primer Kotor) = I + II

IP = Produksi O2 total
Satuan waktu
IP = Indeks Produktivitas

6. Hasil dari pengukuran dari Indeks Produktivitas (IP) diatas kemudian ditabulasi
dan selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai dengan sampel jenis air yang akan
diukur dibandingkan dengan sampel air dari sumber lain.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 9


ACARA III
PENGAMATAN KUALITAS FISIK DAN KIMIA PERAIRAN

A. PENDAHULUAN
Pengamatan kualitas fisik dan kimia perairan sangat penting untuk dilakukan.
Dengan mengetahui kondisi fisik dan kimia perairan, maka akan dapat diketahui sedini
mungkin gangguan yang terjadi dalam ekosistem perairan karena data mengenai
faktor fisik dan kimia dapat digunakan sebagai tolok ukur atau kontrol dalam
melakukan pengelolaan kawasan ekosistem perairan. Dalam pengamatan kualitas fisik
dan kimia perairan terdapat berbagai parameter yang dapat digunakan, diantaranya
yaitu suhu, kecerahan perairan, kecepatan arus, kandungan oksigen terlarut, kadar pH,
salinitas, dan lain sebagainya.
Faktor fisik dan kimia air dari suatu ekosistem perairan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan biotanya dan juga dapat menentukan kondisi habitat ekosistem.
Sebagai contoh, kandungan oksigen yang rendah sering menyebabkan perairan dalam
keadaan anoksik, yaitu keadaan yang ditunjukkan dengan banyaknya biota yang mati
akibat kekurangan oksigen. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya cahaya matahari
yang menembus dasar habitat sehingga proses fotosintesis terganggu. Akibatnya,
oksidasi meningkat sehingga kadar CO 2 juga meningkat. Pada akhirnya terjadi
kelimpahan yang tinggi pada bakteri air dimana hal ini dapat menyebabkan kematian
biota.
Kualitas fisik dan kimia perairan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah adanya aktivitas manusia baik didalam maupun disekitar
ekosistem perairan. Sebagai contoh, aktivitas masyarakat berupa mandi, cuci, dan
kakus (MCK) dalam suatu ekosistem sungai tentu akan dapat menimbulkan dampak
negatif yaitu tercemarnya ekosistem sungai tersebut karena dalam melakukan
aktivitas MCK, masyarakat tentu menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat
mencemari air dalam ekosistem tersebut.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 10


B. TUJUAN
Tujuan praktikum acara ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik dan kimia
ekosistem perairan yang diamati serta aktivitas masyarakat yang dilakukan di sekitar
ekosistem tersebut.

C. ALAT DAN BAHAN


1. pH stick/pH meter 8. Roll meter
2. Thermometer stick 9. Pipet
3. Secchi disk 10. Counter
4. Arloji 11. Tisu
5. Current meter 12. Aquadest
6. Oxymeter/DO meter 13. Buku catatan
7. Salt meter digital

D. CARA PENGAMATAN
1. Pergilah ke beberapa ekosistem perairan yang ada disekitar anda dan lakukan
pengamatan terhadap kondisi masing-masing ekosistem tersebut.
2. Amati dan catat warna air, bau, benda-benda yang terapung di permukaan
sungai (misalnya sampah kebun, botol/gelas plastik, tas kresek, bangkai
binatang, kotoran manusia, dsb.).
3. Amati dan catat binatang dan tumbuhan yang ada di permukaan air atau di
bantaran sungai.
4. Amati dan catat kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan ekosistem
perairan.
5. Ukur lebar bantaran sungai atau ekosistem yang tidak digunakan untuk
pemukiman.
6. Ukur suhu, pH, kejernihan, kecepatan aliran, salinitas, dan oksigen terlarut
dalam air.

E. ANALISIS DATA
1. Hasil pengamatan kualitas fisik dan kimia perairan ditabulasi dan disajikan
dalam bentuk tabel. Jelaskan kualitas fisik dan kimia ekosistem perairan yang
anda amati!

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 11


2. Jelaskan secara deskriptif tentang kondisi di sekitar ekosistem perairan yang
anda amati (binatang dan tumbuhan yang berada baik di dalam maupun disekitar
ekosistem serta aktivitas masyarakat di kawasan tersebut).
3. Carilah pustaka/teori yang mengemukakan tentang kualitas fisik dan kimia
perairan yang baik. Kemudian bandingkan teori tersebut dengan hasil
pengamatan yang anda peroleh.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 12


ACARA IV
KELIMPAHAN PLANKTON

A. PENDAHULUAN
Plankton adalah kelompok organisme yang hanyut bebas dalam perairan
mengikuti gerakan gelombang air dan bersifat mikroskopis. Ukuran plankton berkisar
antara 5-12µ. Plankton merupakan penyumbang energi terbesar dalam ekosistem
perairan. Peran plankton yang begitu besar ini membuatnya sebagai pengendali
ekosistem perairan. Plankton terdiri dari 2 jenis yaitu Fitoplankton dan Zooplankton.
Fitoplankton adalah plankton yang bersifat seperti tumbuhan, mengandung
klorofil sehingga dapat melakukan proses fotosintesis. Fitoplankton menempati zona
lapisan atas mengapung di permukaan air dan terpengaruh oleh arus air. Karena
melakukan fotosintesis, maka zona yang menjadi habitatnya disebut zona eufotik
(cahaya yang melimpah). Oleh sebab itu, Fitoplankton menjadi produsen primer bagi
perairan. Jenis yang dominan adalah dari Klas Diatomae, Anabaena dan Dinoflagelatta.
Zooplankton adalah plankton yang bersifat sebagai hewan. Merupakan
pemanfaat langsung fitoplankton atau sebagai konsumen tingkat I (herbivora) di
dalam rantai makanan ekosistem perairan. Hidupnya pada lapisan dibawah
fitoplankton pada kedalaman kurang dari 100 meter. Jenis yang dominan adalah
Arcela, monostyla, dan difflugia.
Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan menghitung kepadatan
plankton pada mikrokop adalah haemocytometer. Haemocytometer merupakan alat
yang terbuat dari dari gelas yang dibagi menjadi kotak-kotak pada dua tempat bidang
pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 mm dan tinggi 0,1 mm
sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang terdapat di atas
bidang bergaris adalah 0,1 mm3 atau 10-4 ml. Kepadatan plankton dari pengamatan
pada haemocytometer dinyatakan dalam N x 104 individu/ml.

B. TUJUAN
Tujuan praktikum acara ini adalah sebagai berikut,
1. Mengenal jenis-jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 13


2. Mengetahui hubungan kelimpahan plankton terhadap kualitas fisik dan kimia
perairan.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat untuk pengambilan sampel Alat dan bahan untuk pengamatan
plankton: plankton di laboratorium:
1. Plankton net 1. Mikroskop
2. Botol flakon 2. Haemacytometer
3. Formalin 4% 3. Coverglass/deckglass
4. Ember takar 4. Pipet
5. Karet 5. Counter
6. Kertas label 6. Buku catatan
7. Pipet 7. Sampel air
8. Plastik 8. Tisu

D. CARA PENGAMATAN
D.1. PENGAMBILAN SAMPEL PLANKTON
1. Pergilah ke beberapa ekosistem perairan yang ada disekitar anda dan lakukan
pengamatan terhadap kondisi masing-masing ekosistem tersebut. Pengambilan
sampel plankton ini dilakukan di lokasi yang sama dengan Acara III.
2. Ambil sampel air dari suatu ekosistem perairan (sungai, danau, laut, payau,
sawah, dll.) dengan ember ukuran 5 liter.
3. Botol flakon diikat pada bagian bawah plankton net.
4. Saring dan padatkan plankton yang terdapat dalam air tersebut dengan
menggunakan plankton net ke dalam botol flakon berukuran 10 ml.
5. Lepaskan botol flakon dari plankton net.
6. Untuk mengawetkan plankton, pada setiap botol flakon ditetesi formalin 4%
sebanyak 3 tetes.
7. Tutup botol flakon dengan penutupnya, jika diperlukan dapat ditambah dengan
penutup plastik agar tidak tumpah.
8. Beri label pada botol yang meliputi tanggal, jam, dan sumber air.
9. Bawa sampel air tersebut ke laboratorium untuk diamati jenis dan kepadatan
planktonnya dengan menggunakan mikroskop.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 14


D.2. PENGAMATAN PLANKTON DI LABORATORIUM
1. Haemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan kertas
tisu, kemudian bubuhkan beberapa tetes sampel air dengan pipet di atas kedua
tempat bidang pandang haemacytometer dan pasang gelas penutupnya (cover
glass). Penetesan harus hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara di bawah
gelas penutup.
2. Plankton diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400X dan
pengamatannya dilakukan pada bidang yang berkotak-kotak.
3. Kepadatan plankton diperoleh dengan cara menghitung jumlah plankton yang
terdapat pada kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. Apabila jumlah
plankton yang diamati adalah N individu, maka kepadatan planktonnya adalah
N x 104 individu/ml.
4. Nama jenis plankton yang diamati diidentifikasi menggunakan buku identifikasi
plankton, dipilih nama jenis plankton yang mempunyai kenampakan dengan
tingkat kemiripan paling tinggi dengan jenis plankton yang diamati pada
mikroskop.

E. ANALISIS DATA
1. Hasil pengamatan kualitas fisik dan kimia perairan ditabulasi dan disajikan
dalam bentuk tabel (data Acara III).
2. Hasil pengamatan kelimpahan plankton dianalisis sebagai berikut:
a. Data plankton yang telah diidentifikasi ditabulasi dengan mengelompokkan
berdasarkan jenisnya (fitoplankton atau zooplankton), kemudian disajikan
dalam tabel seperti contoh berikut,
Tabel Spesies Plankton yang Ditemukan dalam Ekosistem Perairan
Lokasi Pengamatan
No Spesies
1 2 3 4
Fitoplankton
1
Dst.
Jumlah
Zooplankton
1
Dst.
Jumlah

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 15


b. Untuk menentukan nilai keanekaragaman jenis digunakan formula indeks
diversitas Simpson (Ludwig dan Reynolds, 1998), yaitu :
𝒔
𝒏𝟏 (𝒏𝟏 − 𝟏) dengan : λ = Indeks Diversitas
ƛ=∑
𝑵(𝑵 − 𝟏) ni = Jumlah individu jenis ke-i
𝒊−𝟏
N = Jumlah individu seluruh jenis
s = Jumlah spesies
Indeks diversitas = 1 - λ

c. Hitunglah biodiversitas alfa, gamma, dan beta plankton dari berbagai tipe
ekosistem yang telah anda amati. Berikut disajikan contoh perhitungannya:

ABC BC ABC
1
DEF DEF DEFG

2 DE DGH
ABC
FG I J

3 ABC DEF GHI

Alfa Gamma Beta


(jumlah jenis setiap (jumlah jenis setiap (gamma/alfa)
ekosistem) daerah)
6 7 1.2
4 10 2.5
3 9 3.0

d. Bandingkan antara kepadatan dan keanekaragaman plankton dengan kualitas


fisik dan kimia perairan yang diamati dengan membuat grafik yang
menunjukkan hubungan plankton dengan kondisi fisik dan kimia perairan.
Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan plankton.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 16


ACARA V dan VI
PENGAMATAN VEGETASI PANTAI DAN FORMASI DUNE

A. PENDAHULUAN
Daerah tepian yang masih terkena pasang surut dikategorikan ke dalam
perairan pesisir walaupun mungkin hanya tergenang air pada waktu pasang, atau
hanya saat terjadi banjir oleh badai. Kawasan pantai atau sering disebut wilayah pesisir
merupakan peralihan dari ekosistem daratan (terestrial) ke perairan (marine)
sehingga mempunyai kekayaan sumberdaya dan habitat yang unik dan dinamis.
Daerah tepian ini pada umumnya ditutupi oleh beberapa jenis tanaman dan dihuni
beberapa jenis biota. Faktor yang memengaruhi ekosistem pantai antara lain suhu,
salinitas, hara, dan pH.
Salah satu tipe ekosistem pesisir adalah hutan pantai. Hutan pantai merupakan
bagian dari zona intertidal atau zona pesisir yang dipegaruhi oleh aktivitas pasang
surut. Umumnya, vegetasinya berupa tumbuhan bawah yang menjalar, akarnya
berkait-kait memanjang membentuk asosiasi dan formasi yang cukup jelas dari arah
laut ke darat. Ada tiga formasi penting di hutan pantai ini, yaitu :
1. Formasi Pescaprae merupakan formasi paling depan menghadap arah laut, dimana
vegetasi yang berasosiasi didominasi oleh jenis tanaman yang menjalar di
permukaan pasir.
2. Formasi Baringtonia, merupakan formasi diatas Pescaprae yang mengarah ke
daratan. Formasi ini vegetasinya didominasi oleh tingkatan pohon.
3. Formasi Dune yaitu formasi berupa perbukitan pasir.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui beberapa formasi hutan pantai yang terdapat di Pantai
Parangkusumo dan Goa Cemara.
2. Mengetahui struktur dan komposisi hutan pantai.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan terbentuknya formasi hutan pantai.
4. Mengetahui tipe-tipe dune (gumuk pasir) yang terdapat di lokasi pengamatan.
5. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhnya terbentuknya bentuk dune.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 17


C. BAHAN DAN ALAT
1. Diameter tape/pita meter 6. Anemometer
2. Roll meter 7. Termohigrometer
3. Kompas 8. Soil tester test
4. Hagameter/hypsometer 9. Alat tulis dan buku catatan
5. Roll meter 10. Kamera

D. CARA PENGAMATAN
D1. PENGAMATAN FORMASI VEGETASI PANTAI
1. Buatlah beberapa transek pengamatan selebar 10 meter dengan panjang
sepanjang formasi hutan pantai, dari arah pesisir yang berdekatan dengan garis
pantai ke arah daratan yang berbatasan dengan perkebunan masyarakat
ataupun vegetasi dataran rendah. Amati perubahan spesies dominan yang
tumbuh di sepanjang transek pengamatan serta bentuk pertumbuhannya. Catat
perbedaan spesies dominan berdasarkan jaraknya dari bibir pantai.
2. Untuk menghitung nilai kerapatan (jumlah individu per satuan luas),
keanekaragaman jenis, dan Indeks Nilai Penting, dibuat plot ukur kuadrat
(nested plot) dengan ukuran 20 x 20 meter untuk tingkat pertumbuhan pohon,
10 x 10 meter untuk tingkat pertumbuhan tiang, 5 x 5 meter untuk tingkat
pertumbuhan sapihan, dan kuadrat ukuran 2 x 2 meter untuk tingkat
pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah. Catat jenis, diameter, tinggi, dan
jumlah individu dari setiap spesies tumbuhan yang dijumpai di dalam plot.
3. Untuk membuat profil diagram tegakan pohon, dibuat plot ukur kuadrat
berukuran 10 x 60 meter (tegak lurus pantai dengan panjang menyesuaikan
vegetasi pantai). Tegakan pohon yang diamati yaitu pohon dengan tinggi > 1,50
meter. Data yang diambil yaitu, posisi pohon dalam petak ukur (x,y) dalam
satuan meter, nama spesies pohon, diameter pohon (m), tinggi pohon (m),
tinggi batang bebas cabang atau disebut pula dengan crown depth (m) dan tinggi
tajuk pohon yang terlebar atau disebut dengan crown curve (m). Pengukuran
crown depth dan crown curve dapat dilihat pada Gambar 1.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 18


Gambar 1. Proyeksi Horizontal Pohon (Crown Depth dan Crown Curve)

4. Dokumentasikan (foto) kondisi vegetasi pantai.


5. Ukurlah kecepatan angin masing-masing transek pengamatan.
6. Catat aktivitas pemanfaatan yang telah dilakukan baik di dalam maupun
sekitar vegetasi pantai.

D2. PENGAMATAN FORMASI DUNE


1. Amati tipe-tipe gumuk pasir (dune) yang terdapat di lokasi pengamatan.
2. Amati arah datangnya angin dan kondisi topografi yang memungkinkan
terbentuknya bentuk gumuk pasir yang ada.
3. Amati dan catat kondisi vegetasi di pesisir pantai secara kualitatif yang
mendukung terbentuknya gumuk pasir di lokasi tersebut.
4. Catat aktivitas pemanfaatan yang telah dilakukan baik di dalam maupun
sekitar gumuk pasir.

D3. ANALISIS DATA


1. Gambar diagram profil formasi hutan pantai.
2. Lakukan analisis data vegetasi yang meliputi profil diagram, Indeks Diversitas,
dan Indeks Nilai Penting. Profil diagram dibuat menggunakan software
Spatially Explicit Individual-based Forest Simulator (SExI-FS). Indeks
Diversitas dihitung dengan menggunakan Indeks Diversitas Shannon dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
𝑆
𝑛𝑖 𝑛𝑖 H’ = Indeks Diversitas Shannon
𝐻′ = − ∑ [( ) 𝑙𝑛 ( )] n = Jumlah individu semua spesies
𝑛 𝑛 ni = Jumlah individu spesies ke-i
𝑖=1
ln = Logaritma alami (natural logaritma)

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 19


Indeks Nilai Penting dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝐾𝑅) = 𝑥 100
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝐷𝑅) = 𝑥 100
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐴
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝐹𝑅) = 𝑥 100
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑰𝑵𝑷 = 𝑲𝑹 + 𝑫𝑹 + 𝑭𝑹

Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Contoh tabelnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan Hasil Perhitungan INP Vegetasi Pantai
Tingkat KR FR DR
No Spesies INP
Pertumbuhan (%) (%) (%)
1
2
Semai
3
Total
1
2
Pancang
3
Total
1
2
Tiang
3
Total
1
2
Pohon
3
Total

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 20


Sajikan pula grafik indeks diversitas, rata-rata kerapatan, tinggi, dan diameter
vegetasi pantai. Kondisi fisik-kimia habitat disajikan pula dalam bentuk grafik.
3. Dari hasil pengamatan dan pengukuran, buat pembahasan dengan menjawab
tujuan praktikum dan dilengkapi dengan pembahasan yang meliputi:
a. Bagaimana perbedaan kondisi topografi dan vegetasi (struktur dan
komposisi) dari kedua lokasi pengamatan sehingga masing-masing
membentuk formasi yang berbeda.
b. Penjelasan sebab tumbuhan berkayu yang bukan merupakan spesies hutan
pantai tidak dapat atau dapat tumbuh di daerah pesisir
c. Gambaran perbedaan atau perubahan kualitas fisik lingkungan yang
terdapat di sepanjang formasi hutan pantai yang kemudian menentukan
spesies yang berasosiasi di setiap formasi.
d. Penjelasan mengapa pada bagian belakang hutan pantai (ekosistem dataran
rendah) mampu mendukung tumbuhnya tanaman berkayu pada tingkatan
pohon.
e. Penjelasan tipe-tipe dune dan faktor yang memengaruhinya.
f. Hasil pengamatan dan wawancara dengan pengelola terkait pemanfaatan
vegetasi pantai dan gumuk pasir yang telah dilakukan disajikan secara
deskriptif. Jelaskan jenis pemanfaatan tersebut dan dampaknya bagi
ekosistem. Jelaskan pula dampak secara ekologis, ekonomis, dan sosial
dengan adanya vegetasi pantai dan gumuk pasir di kawasan tersebut.

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 21


BLANGKO PENGAMATAN VEGETASI

Hari, tanggal pengamatan :


Lokasi pengamatan :

Tabel 1. Data Pengamatan Vegetasi Pantai (Diagram Profil)


Koordinat Keliling Tinggi TBBC CC LT
No Spesies
x y (cm) Pohon (m) (m) (m) (m)

Keterangan: CC (crown curve) adalah tinggi tajuk pohon yang terlebar

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 22


Tabel 2. Layout Vegetasi Pantai (perubahan spesies dominan)

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 23


Tabel 3. Data Pengamatan Vegetasi Pantai (Nested Plot)
Ukuran Keliling Tinggi Pohon
No. Spesies Jumlah
Petak Ukur (cm) (m)

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 24


Tabel 4. Hasil Pengamatan Fisik dan Kimia Habitat
Intensitas
Kelembaban Kecepatan Angin
Nomor Suhu Udara (°C) Cahaya Matahari
Udara (%) (m/s)
PU (lux)
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3

Suhu Tanah 5 cm Suhu Tanah 20 cm pH Tanah pH Tanah


Nomor
(°C) (°C) 5 cm 20 cm
PU
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3

Tabel 5. Hasil Pengamatan Fauna di dalam Ekosistem Hutan Pantai


Nomor
No Jenis Sedikit Sedang Banyak Keterangan
PU

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 25


Deskripsi Tentang Vegetasi Pantai

Bentuk Pemanfaatan Ekosistem

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 26


Deskripsi Formasi Dune

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN 27

Anda mungkin juga menyukai