0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut berisi ringkasan 8 kasus pasien yang dirawat di RSUD M, meliputi kasus bronkopneumonia pada bayi, GEA pada anak, DHF pada anak, kejang demam pada anak, typhoid pada anak, stroke pada lansia, luka gangrene pada pasien diabetes, dan kanker payudara pada wanita.
Dokumen tersebut berisi ringkasan 8 kasus pasien yang dirawat di RSUD M, meliputi kasus bronkopneumonia pada bayi, GEA pada anak, DHF pada anak, kejang demam pada anak, typhoid pada anak, stroke pada lansia, luka gangrene pada pasien diabetes, dan kanker payudara pada wanita.
Dokumen tersebut berisi ringkasan 8 kasus pasien yang dirawat di RSUD M, meliputi kasus bronkopneumonia pada bayi, GEA pada anak, DHF pada anak, kejang demam pada anak, typhoid pada anak, stroke pada lansia, luka gangrene pada pasien diabetes, dan kanker payudara pada wanita.
MAHASISWA 1 Bronchopneumonia ‘Bayi A, seorang pasien bayi laki-laki, berusia 8 1-2 bulan, baru saja masuk ruang perawatan anak Anyelir 1 RSUD M. Saat datang ke IGD, bayi datang dengan sesak napas yang tidak disertai suara mengi, sesak didahului oleh batuk, pilek, serta demam, sesak tidak dipengaruhi cuaca atau udara dingin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sesak napas, kesadaran composmentis, nadi 130x/menit, pernapasan 51x/menit, suhu 38,3⁰ C, tidak tampak napas cuping hidung, bibir tidak sianosis, pada thoraks tampak retraksi subcostal (+/+), suara napas terdengar vesikuler (+/+) dan ronkhi basah halus (+/+), jantung dalam batas normal. Pada ekstremitas superior dan inferior teraba akral hangat. Pasien didiagnosis bronkopneumonia, dengan penatalaksanaan yaitu infus RL 7gtt/menit dan oksigenasi nasal kanul 0,5-1L/menit, ampicillin 300mg/8jam, gentamicin 20mg/12jam, serta ambroxol 3x½cth. 2 GEA Anak D, laki-laki berusia 1 tahun, baru dirawat di 3-4 ruang Anyelir I RSUD M, anak mengalami mencret disertai muntah. Sebelum masuk RS anak mengalami keluhan panas lebih dari lima hari, mencret-mencret encer ±4x dalam sehari, sudah berlangsung selama 2 hari dan disertai adanya muntah. Anak tampak nyeri ringan, tidak ada tanda-tanda dehidrasi berat. Suhu tubuh 37,7ºC, frekuensi Nadi98 x/menit, frekuensi napas 35 x/menit. Hasil Lab: Hb: 10,4 G/dl, Leukosit 18.800 µL, Ht 32 %, Trombosit 481.000 µ. Elektrolit: Na 131 mmol/L, K 8,3 mmol/mL, Cl 112 mmol/mL. Terapi yang diberikan: Infus KA EN 3B + KCl 10 cc, Lacto B 2 x 1, Pct 3 x ½ sendok teh, Zink Syrp 3 x 1, dan Cefotaxim 2 x 800 gram disuntikan. 3 DHF An.D seorang anak laki laki berusia 12 tahun, 5-6 tengah dirawat di ruang Anyelir RSUD M. Keluarga klien mengatakan sejak 5 hari yang lalu pasien panas naik turun, mual dan muntah. Hari ke 4 dan 5 muntahnya sudah berkurang, namun anaknya mengalami keringat dingin kemudian ibunya membawa ke IGD RSUD M dengan keluhan panas naik turun selama 5 hari disertai dengan mual dan muntah serta keringat dingin, hasil menunjukkan anakn a positif dan disa ankan oleh dokte untuk a at inap di uang anak hasil peme iksaan : uhu 38, C, adi 9 x/mnt, Respirasi 20x/mnt, Tekanan Darah 110/80mmHg. Hasil laboratorium Leukosit 3,6 10 ³μ l, Hemoglobin 12,60 g/dl, Hematocrit 34,55 %, Trombosit 78. Terapi yang didapat: Infus. Asering 1500/24 jam, Inj. Antrain : 2 x 500 g, Inj. Ranitidin : 2 x 50 mg. 4 Kejang Demam An.G, laki-laki berusia 4 tahun, tengah dirawat di 7-8 ruang anyelir 1 RSUD M. Saat dilakukan pengkajian, orangtua An.G mengatakan badan An.G panas namun pagi ini sudah tidak kejang. Kemarin Klien dibawa ke IGD dengan keluhan demam Sejak 2hari disertai kejang 1 kali berdurasi ± 5 menit. Hasil pemeriksaan tanda- tandavital di dapat Nadi 100X/menit, pe napasan 4x/menit, suhu 38,3⁰C Terpasang infus RL 1000 cc/24 jam. Therapy yang didapat yaitu Oral: Salbutamolsirup 3x1mg , paracetamol sirup 3x110mg, Terapi Injeksi : Diazepam3x1mg diberikan jika An, N > 38oC, Ondancentron1x1mg, Cefotaxim 3x325mg/8 jam. 5 Typhoid An.M berusia 5 Tahun, datang ke IGD RSUD M 9-10 dengan diantar oleh kedua orangtuanya, masuk dengan keluhan panas tinggi, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, suhu tubuh 40⁰C, HR: 100x/mnt, RR: 22x/mnt, SPO2: 98%. Di rumah klien mengalami mual muntah, mengeluh nyeri perut, dan nafsu makannya menurun. Klien kemudian diberikan obat paracetamol 250mg dan diberi Infus RL 20 tpm. Klien tampak lemas, pucat, keadaan lidah kotor (terdapat warna putih). Dokter menyarankan agar klien melaksanakan tes widal. 6 Stroke Tn.R 65 tahun, tengah dirawat di ruang Alamanda 11-12 III RSUD M. Kurang lebih 4 jam sebelum masuk RS, pasien ditemukan oleh istri terjatuh dalam posisi terlentang di sawah. Pasien ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Kemudian langsung dibawa ke RSUD M, Kurang lebih 1 jam SMRS dalam perjalanan ke RSUD pasien sadarkan diri dan mengalami muntah secara tiba- tiba sebanyak satu kali. Didapatkan pasien mengalami bicara pelo / berbicara tidak jelas dan terdapat kelemahan pada anggota gerak kanan. Tidak disertai dengan keluhan kejang. Diakui mempunyai riwayat hipertensi dikeluarga. Hasil Lab: emoglobin: 14,9, ekosit: 11,7 ↑, E it osit : 4,8, Hematokrit : 42, Trombosit: 253, MCV : 87, MCH: 31, MCHC : 36, imfosit%: 18,5 ↓, Monosit% : 3,4, Eusinofil % : 3,0%, Basofil % : 0,2%, Netrofil %: 74,9%, LED I : 9, II : 1 ↑. Gula Darah Sewaktu : 135, Ureum : 44, Creatinin : 1,0, Kolesterol: 160, Treigliserida : 183 ↑, sam u at : 6,4 asil pengkajian, tidak terdapat nyeri kepala, terjadi muntah proyektil 1 x, terjadi penurunan kesadaran, kaku kuduk (–), terjadi kelumpuhan cepat hemipharese dekstra, tidak terjadi kejang, terdapat reflex patologis positif, terdapat riwayat hipertensi. Hasil Head CT-scan tampak lesi hiperdens dengan edema perifokal pada daerah putamen, capsula externa sampai corona radiate kiri. Berdasarkan gejala dan hasil CT-scan menunjukkan pasien ini mengalami perdarahan intraserebral. Rencana terapi: Infus RL 20 tpm, Urin Cateter, Citicolin 2 x 500 mg, Piracetam 3x 3 gr, Ranitidin 2×1, Metilcobalamin 1×1, Manitol 4|3|2|2|1 x 125 mg, Ceftriakson 2 x 1 gr, Furosemid 1×1. Rencana rawat Intensif di ICU. 7 Luka Gangrene Tn.M usia 47 tahun, dirawat di ruang Alamanda 13-14 III RSUD M. Keluhan Utama Nyeri pada luka di kaki. Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya yang di alaminya 2 minggu ini. Luka yang dialaminya diakibatkan oleh gesekan sepatu boat. Semula luka yang dialaminya kecil dan semakin hari semakin membesar. Pasien juga mengeluh luka tersebut berwarna kehitaman dan menjalar ke bagian atas serta berbau. Pasien mengeluh nyeri pada luka yang dialaminya tersebut seperti perasaan terbakar/panas. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK di malam hari, banyak makan, banyak minum dan terjadi penurunan berat badan yang cukup drastic, awalnya 58 kg menjadi 46 kg. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas. Riwayat penyakit dahulu, Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan artritis reumatoid 4 tahun yang lalu. Hasil Lab: Hb: 12,8 gr%, Leukosit: 21,3x103/mm3, Eritrosit: x106/mm3, Trombosit: x103/mm3, Glukosa sewaktu: 690 mg/dl. Diagnosis Kerja Diabetes mellitus tipe II + gangren diabetikum et regio pedis dextra. Pengobatan: NaCl 10 gtt, Cefotaxim 1gr/12 jam, Ranitidin 1 amp/8 jam, Ondansetron 1 amp/8 jam, Kalnex 1 amp/8 jam, Vitamin K 1 amp/ hari, Spironolakton 2x1. 8 Cancer Mammae Ny.E 56 tahun dirawat di ruang Alamanda III 15-16 RSUD M. Saat dikaji, pasien mengeluh nyeri karena ada benjolan di payudara kirinya. Benjolan pada payudara kirinya berdiameter kira-kira 10cm dan sudah mengalami luka terbuka. Pasien sudah menjalani pengobatan alternatif selama 3 tahun, namun tidak membuahkan hasil. Pasien merasa cemas dengan penyakitnya. Pasien direncanakan untuk operasi mastektomi radikal payudara sebelah kiri. 9 Ca Colon Ny.Y 52 tahun, dirawat di ruang Alamanda III 17-18 RSUD M. Klien masuk ke IGD dengan alasan perut sakit yang berkepanjangan, perut bengkak sebelah kiri bawah, dan BAB encer berwarna hitam kadang BAB darah berwarna merah segar, berat badan turun secara drastic dalam 3 bulan terakhir dari 68 kg turun menjadi 48 kg, klien sering sulit tidur dan klien mengatakan susah makan sejak 3 bulan ini. Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi laparatomi dan kolostomi karena baru POD ke 3. Klien merasakan tidak nafsu makan, klien juga susah bergerak akibat nyeri bekas insisi pembedahan, klien mengatakan tidak nyaman dan gelisah dengan kolostominya. Klien mengatakan cemas, khawatir penyakitnya tidak akan sembuh. Hasil Lab: Hemoglobin 11.9 (g/dl), Eritrosit 4.62(10ᶺ6/ul), Hematokrit 36.6(%), Leukosit 10.71 (10ᶺ3/ul), NEUT 76.5 %, LYMPH 16.7%, PLT 457(10ᶺ3/ul). Terapi: Ceftiaxon 2 x 1 hari /mg, Metronidazole 3 x 1 hari /mg, Omeperazole 1 x40 mg, Keterolak 3 x 30 mg, Infus RL 500 cc 20 tts. 10 Anemia Ny. R masuk RSUD M pada malam hari tanggal 19-20 20 Mei 2021 melalui ruang IGD, lalu masuk ruang rawat inap bedah Alamanda III. Keesokan harinya ketika dikaji oleh perawat pada pukul 10.30 WIB klien mengeluh pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya terasa lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral dingin, keluar keringat dingin, HB awal 6,1 gr/dl, CTR >3dtk, klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60 mmHg, N: 110 x/menit, RR: 22x/menit, S: 36,5°C. Saat di timbang berat badannya 62kg, klien mengatakan berat badan menurun karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan muntah. Diagnosa Anemia. 11 Penyakit Jantung Bayi Ny.B usia 19 hari, tengah dirawat di ruang 21-22 Kongenital Alamanda II RSUD M. Pada saat pengkajian ibu mengatakan anaknya sesak napas dan tidak dapat mengisap ASI sejak lahir. Klien terpasang oksigen, terpasang OGT, muntah tidak ada, kebiruan tidak ada, kejang tidak ada. Bayi direncanakan dilakukan pemeriksaan jantung dengan ekokardiogram dan direncanakan dirawat di ruang NICU. 12 Hipertensi Tn. H usia 60 tahun, datang ke poli klinik RSUD 23-24 M dengan mengeluh nyeri kepala, tengkuk terasa berat dan kaku, dan tangan terasa kesemutan. Hasil pemeriksaan TTV: TD 170/110 mmHg, HR 98 x/menit, 4x/menit, suhu 36,9˚C Klien memiliki riwayat hipertensi dari 5 tahun yang lalu, namun tidak teratur dalam memeriksakan tekanan darah dan tidak teratur dalam mengkonsumsi amlodipine. 13 Status Asmatikus Seorang bayi laki-laki usia 14 bulan dirujuk 25-26 dengan status asmatikus dan respiratory failure untuk dirawat di Unit Perawatan Intensif RSUP HS. Aloanamnesis dari ibu pasien diketahui bahwa 5 hari sebelum dirawat, pasien mengalami batuk dan pilek, tanpa demam, saat itu ibu pasien juga sedang menderita batuk. Asupan oral masih baik. Satu hari sebelum masuk RS batuk semakin sering, sehingga asupan oral kurang. Batuk terutama pada malam hari sehingga pasien sering terbangun. Sepuluh jam sebelum masuk rumah sakit, batuk makin sering disertai dengan dahak yang bertambah banyak. Pasien kemudian dibawa ke fisioterapis dan mendapat terapi inhalasi, namun batuk tidak berhenti dan pasien bertambah rewel. Enam jam sebelum masuk rumah sakit pasien tampak sesak dan napas berbunyi ngik- ngik. Kemudian diberi cairan infus, steroid intravena, serta inhalasi dua kali. Saat itu hasil analisis gas darah menunjukkan pH 7,281, pCO2 49,9 mmHg, pO2 71,9 mmHg, HCO3 - 23,1 meq/L, base excess -3,8 meq/L, saturasi O2 92,9%. Saat dikaji, didapatkan kesadaran pasien kompos mentis, tampak sesak, nafas cuping hidung, tidak pucat maupun sianosis. Laju nadi 136 kali per menit, teratur, isi cukup, laju napas 60 kali per menit, suhu (aksila) 37,8°C. 14 Tb Paru Tn. K, 50 tahun, seorang petani, datang dengan 27-28 keluhan batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan. Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk. Pasien juga mempunyai riwayat kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Hasil pengkajian: Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0oC. Konjungtiva mata anemis. Di RSUD M pasien telah dilakukan pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pengambilan dahak. Pengambilan dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil yang pertama negatif kemudian diulangi dan didapatkan hasilnya +2. Pasien diberikan obat paket berupa Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, Etambutol 275 mg. Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan. 15 Sepsis Seorang wanita, usia 50 tahun, masuk ke ruang 29-30 resusitasi Instalasi Gawat Darurat RSUD M dengan keluhan utama penurunan kesadaran suspek appendicitis perforasi. Awalnya 2 minggu sebelumnya pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah seperti ditarik/turun berok, 2 hari kemudian pasien mengeluh demam, menggigil, mengalami mual muntah, dan tidak nafsu makan. Hasil pengkajian Suhu 39⁰C, TD 130/90mmHg, RR 24x/mnt, HR 100x/mnt, terdapat tanda-tanda pasien dalam kondisi sepsis yaitu didapatkan adanya takikardia, takipnea, penurunan kesadaran, leukositosis. Pasien lalu dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan apendikogram, dinyatakan appendicitis perforasi, disarankan operasi namun keluarga pasien menolak, 2 hari terakhir kondisi kesehatan pasien semakin menurun. 16 Diabetes Mellitus Tn.P 56 tahun, dirawat di ruang Alamanda III 31-32 RSUD M. Pasien mengeluh pusing dan kepala terasa berat. Sejak 2 bulan lalu, badan terasa sering kesemutan. Awalnya rasa kesemutan dirasakan di telapak kaki, makin lama rasa kesemutan benyebar ke bagian tubuh lainya hingga ke jari dan tangan. Selain kesemutan pasien juga mengeluhkan sering kencing sejak 4 bulan belakangan. Keluhan sering kencing dirasakan pasien terutama saat tidur dimalam hari. Setiap malam pasien bisa terbangun lebih dari 2-3 kali untuk kencing. Keluhan kecing tidak disertai nyeri saat kencing dan tidak disertai dengan perubahan warna urin. Selain sering kencing pasien juga mengeluhkan merasa sering haus sejak 4bulan terakhir. Sering haus dirasakan setiap saat sekalipun pasien sudah berkali kali minum airhingga lebih dari 8 gelas/ harinya. Nafsu makan pasien meningkat sejak sekitar kurang lebih setahun yang lalu. Pasien dikatakan sering merasa laparhingga harus memakan nasi lebih dari 3 x / harinya dengan porsi yang cukup banyak. Namun demikian pasien mengeluhkan berat badan yang menurun sejak setahun terakhir, walaupun nafsu makan pasien meningkat. Hasil pemeriksaan: Kadar GDP: 302mg/dL. Farmakologis yang diberikan: Metformin tab 3 x 500 mg (bersamaan dengan asupan makan pertama), Glibenclamid ½ (pagi hari), Vit B Kompleks 1 x 1 tab. 17 Hernia Tn.P 57 tahun tengah dirawat di ruang Alamanda 33-34 III RSUD M, mengeluh adanya benjolan pada lipatan paha dan buah zakar sebelah kanan yang hilang timbul sejak ± 4 tahun yang lalu. Menurut pasien benjolan timbul saat bekerja terlalu lama dan berat, kadang muncul juga saat pasien merasa terlalu lelah. Awalnya benjolan hanya muncul di lipatan paha kemudian turun sampai ke buah zakar sehinga buah zakar pasien terlihat membesar dan berbentuk lonjong. Benjolan tidak dapat masuk kembali sendiri, dengan menggunakan jari benjolan tersebut dapat masuk. Saat benjolan muncul pasien merasa nyeri. Kecurigaan klinis mengarah Hernia Inguinalis lateral dextra ireponibilis. Hasil pengkajian pada Inspeksi tampak benjolan berbentuk lonjong pada inguinal dextra berukuran ± 4 cm, warna seperti warna kulit sekitar, pada Palpasi dirasakan tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, serta tidak ada nyeri tekan dan pada auskultasi terdengar bising usus dalam keadaan normal. Pada Regio scrotalis dextra didapatkan Inspeksi adanya terdapat benjolan berbentuk lonjong pada scrotum dextra berukuran ± 10 cm x 4 cm, warna seperti warna kulit sekitar, pada palpasi dirasakan tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, serta tidak ada nyeri tekan. Pasien direncanakan untuk operasi.
Note: dikarenakan setiap 2 orang mahasiswa mendapat kasus yang sama, maka setiap individu mahasiswa dalam LP harus menggunakan referensi yang berbeda, dan dalam LK harus menambahkan data tambahan yang tdk tertulis di dalam kasus.