Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“HUKUM ISLAM”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Bapak Drs. Ramli, M.A

Di Susun Oleh

Kelompok 3 :

1. Febi Ridhanisa : 4183331005


2. Ilmita Azimah : 4181131007
3. Jefri Damaiyansah Nasution : 4183331035
4. Laras Armadita : 4181131018
5. Lili Lestari : 4182131005

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Hukum” ini tepat pada waktunya. Dalam
penyusunannya mungkin makalah ini sangat jauh sekali dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat berharap saran dan kritik yang sifatnya membangun sebagai bahan perbaikan
bagi penulis di masa yang akan datang. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini. Terutama kepada Bapak Drs. Ramli, M.A selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.Mudah-mudahan makalah
yang penulis buat dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan , 10 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Batasan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...............................................................................2

BAB II ISI......................................................................................................3

A. Konsep Hukum Islam..........................................................................3


B. Sumber- sumber Hukum Islam............................................................4
C. Tujuan Hukum Islam..........................................................................10
D. Pembagian Hukum Islam....................................................................11
E. Kontribusi Umat Islam Indonesia dalam Perumusan Hukum……….15

BAB III PENUTUP.......................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................19

B. Saran...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, hukum
sendiri dibuat adalah untuk mengatur tata kehidupan manusia, baik dalam masalah duniawi
maupun ukhrawi. Jika dipandang secara umum ketika berbicara tentang hukum yang
terlintas dalam pikiran kita adalah peraturan- peraturan atau seperangkat norma yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh
manusia itu sendiri, contohnya hukum adat, hukum pidana .Namun dalam konsep Islam
hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan
manusia disuatu tempat, tetapi dasarnya telah ditetapkan oleh Allah Swt melalui wahyunya
yang terdapat dalam Al-quran dan hadist.Fungsi hukum Islam dinyatakan secara tegas
dalam Q.S An-Nisa’ ayat 105 yang berarti “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu dapat hukum kepada manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu”.Pembagian hukum Islam secara takhlifi dibagi
menjadi empat yaitu wajib, mandub, haram, dan makhruh.

Hukum Islam merupakan hukum yang bersifat statis dan sekaligus dinamis.Statis
berarti suatu hal yang tetap bersumberkan pada Al-quran dan hadist dalam setiap aspek
kehidupan. Dinamis artinya mampu menjawab segala persoalan hukum sesuai dengan
perekembangan zaman.Seiring pesatnya perkembangan zaman banyak sekali umat Islam
yang mengenyampingkan hukum Islam dalam kehidupan sehari- hari. Beberapa contohnya
adalah dalam hukum jual beli, hukum ahli waris, hukum peminjaman uang dan lain
sebagainya . Permasalahan yang terjadi dikehidupan sekitar lingkungan kita mulai dari jual
beli dimana para pedagang sekarang hanya memikirkan untuk dapat memperoleh banyak
keuntungan, sementara dalam hukum Islam telah diatur dan dijelaskan dalam Q.S Al-
Baqarah:130 yang berarti “ Hai orang- orang yangberiman janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda”. Lalu dalam pembagian hak waris juga banyak permasalahan
misalnya dalam keluarga terdapat 1 orang ibu, 1 orang ayah , dan 3 orang anak perempuan,
ketika ayah dari anak- anak tersebut meninggal , harta peninggalan ayah tersebut hanya
diberikan kepada saudara laki- laki ayah tersebut, karena masyarakat awam banyak
menganggap bahwa anak perempuan tidak memiliki hak waris dari ayahnya, padahal dalam
Q.S An-Nisa’ ayat 11 dijelaskan bahwa anak perempuan memiliki hak 2/3 dari harta
ayahnya apabila anak perempuan tersebut berjumlah dua orang atau lebih. Kemudian ada
pula hukum pada kegiatan pinjam meminjam uang, dimana banyak kita temui sekarang
banyak perseorangan yang berprofesi untuk meminjamkan uang dengan bunga yang tidak
wajar .Sedangkan didalam Al-quran bunga yang tidak wajar itu dapat dikatakan sebagai riba
dan riba adalah diharamkan.

Oleh karena permasalahan- permasalahan diatas, pemakalah akan menyajikan sebuah


tulisan mengenai penerapan hukum Islam di kehidupan sehari- sehari di era globalisasi ini
dengan judul umum “Hukum Islam”.

B. Batasan Masalah

Agar makalah ini dapat dijelaskan secara focus maka penulis memandang
permasalahan makalah tentang hukum Islam ini berkaitan dengan penerapan hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam hukum jual beli dan hukum pernikahan.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Konsep dan tujuan hukum Islam


2. Untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian hukum Islam dikehidupan sehari- hari
3. Untuk memperjelas dan memberikan pemahaman tentang pentingnya hukum Islam.

D. Manfaat

Manfaat dari makalah ini ialah agar dapat memberikan suatu wacana bagi kita agar
dapat mengenal berbagai macam konsep dan pembagian hukum Islam serta
pengaplikasiannya didalam kehidupan.

2
BAB II

ISI

A. Konsep Hukum Islam

Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang mengatur tingkah laku manusia
dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyrakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu
dan ditegakkan oleh penguasa.

Hukum Islam adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang
dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).Setiap apapun yang
disyariatkan oleh Allah bagi manusia, maka hal itu akan menuntun kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Dengan demikian, menaati ketentuan-ketentuan hukum syariat itu, tidak
lain adalah untuk memashlahatan manusia itu sendiri di manapun ia berada. Dengan adanya
hukum dalam Islam berarti ada batasan-batasan yang harus dipatuhi dalam kehidupan.
Karena tidak bisa dibayangkan jika tanpa adanya hukum, seseorang akan semaunya
melakukan sesuatu perbuatan termasuk perbuatan maksiat.

Fungsi hukum Islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-Nisa’ayat 105 :

Artinya :“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”.1

1
Husnel Anwar Matondang, Islam Kaffah, ( Medan: Perdana Publishing, 2017). Hal 69.

3
B. Sumber-sumber Hukum Islam

Hukum Islam secara garis besar mengenal dua macam sumber hukum, pertama
sumber hukum yang bersifat “naqliy” dan sumber hukum yang bersifat “aqliy”. Sumber
hukum naqliy ialah Al-Quran dan As-sunah atau hadis, sedangkan sumber hukum aqliy ialah
hasil usaha menemukan hukum dengan mengutamakan olah pikir dengan beragam
metode.1Berikut penjelasan sumber hukum Islam yang bersifat naqliy:

a. Al-Quran

Al-Quran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para
Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan suratAl-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-
Naas. Dan menurut para ulama klasik, Al-Quran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada
Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta
membacanya adalah ibadah.

Allah SWT. Menurunkan Al-Quran itu, gunanya untuk dijadikan dasar hukum, dan
disampaikan kepada ummat manusia untuk diamalkan segala perintahnya dan ditinggalkan
segala larangannya, sebagaimana firman Allah :
Artinya :
“ maka berpeganglah kepada apa diwahyukan kepadamu”. (Az-Zukhruf ayat 43)
Al-Quran sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih.Al-Quran juga
membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung
dalam sebagian ayat-ayatnya.
Al-Quran juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia
dengan alam.
Hukum yang  di kandung oleh Al Quran  ada 3 macam, yaitu:
1. Hukum-hukum akidah (keimanan), yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus di
percayai oleh setiap mukallaf, tentang malaikat-Nya, kitab-Nya, para rasul-Nya.
2. Hukum-hukum Allah , yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus di jadikan
perhiasan oleh setiap mukallaf.
3. Hukum-hukum amaliyah, yang bersangkut paut dengan hal-hal tindakan setiap mukallaf,
meliputi masalah ucapan, perbuatan, akad (contract), dan pembelanjaan (pengelolaan
harta benda).

4
Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah. Sedangkan
menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang sesuai dengan hal-hal yang
berhubungan dengan muamalah manusia yakni :
1. Hukum badan pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai dari pemulaan
berdirinya. Contohnya: mengatur hubungan anak dengan orang tua, suami  istri, dan
kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini dalam Al-Quran  sekitar 70 ayat.
2. Hukum perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara perorangan
,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-menyewa , gadai-menggadai,
dll. Dalam Al Quran  ada 70 ayat.
3. Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah
pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al-Quran  terdapat sekitar 30 ayat.
4. Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan sumpah.
Dalam Al-Quran  terdapat sekitar 13 ayat
5. Hukum ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan pemerintahan dan
dasar-dasarnya. Dalam Al-Quran  tercatat sekitar 13 ayat .
6. Hukum internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan antar
negara-negara islam dengan bukan negara Islam,dan tata cara pergaulan selain muslim di
negara Islam. Dalam Al-Quran  tercatat sekitar 25 ayat.
7. Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya. Dalam Al-
Quran  tercatat sekitar 10 ayat.

b. As-sunnah atau Hadis

Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah menurut
istilah syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw., perbuatannya, dan keterangannya yaitu
sesuatu yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan oleh nabi, tiada ditegurnya
sebagai bukti bahwa perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.

Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam.Sebagai sumber agama dan
ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-Quran.Al-Quran sebagai kitab
suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu
dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.

5
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, yakni sebagai berikut :
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara
rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan
jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan
perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas
bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara
dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.

Ada lagi peristiwa-peristiwa yang datang dari Rasul saw.yang didasarkan atas
pengalamannya dalam soal-soal penghidupan dunia, seperti perdagangan, cocok tanam,
kemiliteran, dan sebagainya. Demikian juga terhadap kasus potong tangan yang dilakukan
Rasul saw. terhadap pencuri, yaitu sampai pergelangan tangan saja.

Artinya : “Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan hendaklah kamu potong tangannya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Al-Maidah ayat 38).

Selain kasus pencurian, Rasulullah saw.juga ada menyinggung mengenai hukum jual
beli. Jual beli dalam bahasa Arabnya disebut dengan al-bay’. Artinya,tukarmenukar atau
saling menukar. Menurut terminologi adalah “ tukar menukar harta atas dasar suka sama
suka”.

6
Menurut Ibn Qudamah yang dikutip oleh Rahmad Syafei pengertian jual beli adalah “
tukar menukar harta untuk saling dijadikan hak milik”. Dapat disimpulkan, bahwa pengertian
jual beli menurut bisnis syariah adalah tukar menukar barang antara dua orang atau lebih
dengan dasar suka sama suka, untuk saling memiliki.

Dalam Islam, ada beberapa jenis jual beli yang dibolehkan. Di antaranya adalah jual
beli salam (Bay’ as-Salam). Jual beli ini dilakukan dengan cara memesan barang lebih dahulu
dengan memberikan uang muka. Pelunasannya dilakukan oleh pembeli setelah barang
pesanan diterima secara penuh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Bentuk lainnya
adalah Bay’ al-Muqayyadah, (barter) yaitu jual beli dengan cara menukar satu barang dengan
barang lain.Misalnya, menukar beras dengan gandum, atau menukar rotan dengan minyak
tanah dan lain-lain.Jual beli yang cukup populer adalah Bay’ al-Mutlaq, yaitu jual beli barang
dengan alat tukaryang telah disepakati seperti membeli tanah dengan mata uang rupiah,
ringgit, dolar, yen dan lain-lain.

Ada lagi Bay’ al-Musawah, yaitu jual beli yang dilakukan dengan cara pihak penjual
menyembunyikan atau tidak menjelaskan harga modalnya. Namun demikian,pihak pembeli
rela dan tidak ada unsur pemaksaan di dalamnya. Jual beli dalam bentuk ini cukup
berkembang pesat dewasa ini dan dibenarkan menurut ketentuan bisnis syariah. Alasannya
karena terdapat unsur suka rela di antara penjual dan pembeli. Kebanyakan jual beli yang
berlaku sekarang adalah jual beli dalam bentuk ini.Jenis lainnya adalah Bay’ bisamail ajil, yaitu jual
beli dengan sistem cicilan atau kredit.Biasanya dalam jual beli bentuk ini ada penambahan
harga dari harga kontan (cash) jika disepakati oleh pihak penjual dan pembeli. Ketentuan ini
sesuai dengan pendapat mazhab Hanafi, Syafi’i, Zaid bin Ali, al-Muayyad Billah dan Jumhur
Ahli Fikih dan pendapat ini dikuatkan oleh Imam Syaukani. 2

Dalam Al-Quran Surat Al Baqoroh ayat 275, Allah menegaskan bahwa: “...Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”.Hal yang menarik dari ayat tersebut
adalah adanya pelarangan riba yang didahului oleh penghalalan jual beli, dengan
catatanselama dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.Dalil tersbut
dimaksudkan untuk transaksi offline.

Menurut Tho’in (2016: 64) bahwa riba telah disepakati keharamannya oleh seluruh
ulama bahkan oleh seluruh syariat langit, dengan kata lain riba tidak hanya diharamkan oleh
agama Islam saja, tetapi agama-agama samawi yang lainpun juga mengharamkannya.

2
Mujiatun, Jual Beli dalam perspektif Islam (Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis. Vol 13(2)), h. 202-216.

7
Allah swt mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan
kepada hamba-hamba-Nya, karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan
berupa sandang, pangan, dan papan.Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia
masih hidup. Tak seorang pun dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri, karena itu manusia di
tuntut berhubungan satu sama lainnya. Dalam hubungan ini, taka da satu hal pun yang lebih
sempurna daripada saling tukar, dimana seorang memberikan apa yang ia miliki untuk
kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing 3

Rukun-rukun Jual beli

Pengertian rukun adalah sesuatu yang merupakan unsur pokok pada sesuatu, dan tidak
terwujud jika ia tidak ada. Misalnya, penjual dan pembeli merupakan unsur yang harus ada
dalam jual beli.Jika penjual dan pembeli tidak ada atau hanya salah satu pihak yang ada, jual
beli tidak mungkin terwujud. Adapun rukun-rukun jual beli adalah sebagai berikut :

a. Ada Penjual
b. Ada Pembeli
c. Ada uang
d. Ada barang
e. Ijab kabul (serah terima) antara penjual dan pembeli.

Syarat-syarat Jual beli

Syarat-syarat sahnya jual beli adalah sebagai berikut :

 Penjual dan pembeli adalah orang yang sudah baligh dan berakal. Minimal sudah
mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk). Misalnya, jual beli
rumah, mobil, tanah pekarangan dan lain-lain.
 Atas kehendak sendiri, bukan karena paksanaan orang lain. Jika dipaksa oleh orang
lain , jual belinya tidak sah.
 Penjual dan pembeli haruslah minimal 2 (dua) orang, dan tidak sah jual beli
sendirian.
 Barang yang dijual haruslah milik sempurna ( milik sendiri).

3
Fitria, Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum Negara ( Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam. Vol 3(1)), h. 52-62.

8
 Barang yang dijual harus jelas wujudnya dan dapat diserahkan. Jika seseorang
menjual kepada orang lain ikan yang dalam kolamnya atau ikan yang ada dalam
sungai,hukumnya tidak sah.
 Barang yang dijual harus suci zatnya menurut syara’.Tidak sah jual beli sesuatu yang
haram zatnya. Misalnya, jual beli babi, bangkai, minuman keras, ganja dan lain-lain.
Jika sesuatu itu bermanfaat, boleh diprjualbelikan.Misalnya, jual beli kotoran binatang
untuk pupuk tanaman, bangkai hewan (hewan yang mati tidak disembelih) untuk
praktek kedokteran dan lain-lain.
 Barang yang diperjual belikan haus diperoleh dengan cara yang halal. Tidak sah jual
beli barang hasil rampokan, pencurian, korupsi dan lain-lain.4

c. Ijma’

Ijma’ menurut bahasa, artinya : sepakat, setuju, atau sependapat. Dan menurut ilmu
fikih, ijma’ artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum (ulama-ulama fikih) Islam dalam
satu masalah dalam satu masa dan wilayah tertentu.Ijma’ tidak boleh bertentangan dengan
Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.Ijma’ ada dua macam, yaitu:

1. Ijma’ bayani, adalah pendapat dari para ahli hukum (fikih) yang mengeluarkan
pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.
2. Ijma’ sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau beberapa ahli hukum, tetapi
ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah. Misalnya, semasa hidup nabi, nabi
melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat di zaman Umar Bin Khattab ra. 20 rakaat
tidak ada sahabat yang membantah, maka salat tarawih di terima dengan ijma’ sukuti.
Dalil penetapan ijma' sebagai sumber hukum Islam ini antara lain adalah Firman
Allah dalam surat An-Nisaa' ayat 59 :

…………

Artinya :"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil Amri diantara
kamu…….." (Q.S. An-Nisaa’ ayat 59).
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para
ulama.Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-dunya, yaitu

4
Mujiatun, Jual Beli dalam perspektif Islam (Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis. Vol 13(2)), h. 202-216.

9
penguasa, dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama lain menafsirkannya dengan
ulama.

Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'i, yaitu setelah Al-Quran dan
as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat dijadikan alternatif dalam
menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-Quan atau as-Sunnah tidak ada atau
kurang jelas hukumnya.
d. Qiyas

Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau mempersamakan


sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedang menurut istilah qiyas ialah
menetapkan hukum sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya dalam nash dengan
mempersamakan sesuatu yang telah ada status hukumnya dalam nash.
Berbeda dengan ijma', qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma' harus
dilakukan bersama oleh para mujtahid.
Qiyas menurut para ulama adalah hujjah syar'iyah yang keempat sesudah Al-Quran,
Hadis dan Ijma'. 

C. Tujuan Hukum Islam


a. Menjaga agama (Hifdz ad-din). Agama diturunkan Allah SWTmelalui malaikat sejak
Nabi Adamas.sampai kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat
manusia. Namun demikian, dalam penyampaiannya tidak boleh ada paksaan. Sebab
merupakan hak manusia untuk memilih atau tidak memiliki agama dan keyakinannya itu.
b. Menjaga jiwa (hifdz an-nafs). Hak hidup sangat dijamin dan dijunjung tinggi dalam
Islam. Karenanya, ada hukum qishos yang membunuh orang yang telah membunuh
orang lain, kecuali keluarganya memaafkan dan membayar denda. Untuk bisa hidup,
maka manusia harus mampu mencukupi sandang, pangan dan papan, sehingga dapat
hidup layak berkesinambungan.
c. Menjaga akal (hifdz al-aql). Hal yang membedakan manusia dengan binatang adalah
akalnya. Tanpa akal maka manusia sama saja dengan binatang. Akal harus dijaga dengan
sebaik-baiknya supaya tetap sehat dan kuat. Akal yang sehat terletak pada jiwa sehat.
Karena itu, hal0hal yang dapat merusak dan menghilangkan akal wajib dihindari, seperti
minuman keras, narkoba, perjudian dan lain-lain.
d. Menjaga keturunan (hifdzan nasb). Salah satu kebahagiaan hidup adalah manakala
memiliki keturunan dari hasil perkawinan legal/sah, baik secara hukum agama ataupun

10
hukum Negara, sehingga menjadi keturunan yang indah dipandang mata (qurrota a’yun).
Sebab ia akan menjadi generasi penerus, dan yang akan mendoakan kedua orang tuanya
setelah wafat.
e. Menjaga harta (hifdzalmaal). Harta yang kita miliki, sesungguhnya adalah milik Allah,
karena itu hanyalah titipan saja. Namun demikian, kita wajib untuk menjaganya agar
tidak hilang atau rusak, apalagi sampai menimbulkan kemudharatan. Bahkan, kalau harta
kita dirampok, kemudian melakukan perlawanan dan sampai terbunuh, maka matinya
syahid.

Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia
dan mendatangkan maslahahbagi mereka, mengarahkan kepada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, dengan perantara segala yang bermanfaat serta menolak
yang mudharat atau tidak berguna bagi kehidupan manusia.

D. Pembagian Hukum Islam

Ulama usul fiqhmembagi hukum menjadi dua bagian besar, yaitu hukum taklifi dan
hukum wad’i.Hukum taklifi adalah tuntunan Allah SWTyang berkaitan dengan perintah
melakukan atau larangan melakukan suatu perbuatan.Adapun hukum wad’I adalah perintah
Allah SWTyang mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu merupakan sebab, syarat,
atau penghalang bagi adanya sesuatu.

Hukum taklifidibagi menjadi lima yang kemudian dinamakan al-ahkam al-khamsah


(hukum yang lima), yaitu sebagai berikut :

a. Wajib
Wajib ialah aturan yang harus dikerjakan dengan ketentuan jika dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan akan mendapatkan dosa. Misalnya,
Allah SWTmewajibkan shalat fardhu dan puasa (saum) Ramadhan. Jika orang
mendirikan shalat fardhu dan saum Ramadhan, orang tersebut akan mendapat pahala.
Adapun jika tidak melaksanakan, ia akan mendapatkan dosa.
b. Sunah
Sunah ialah aturan yang bersifat anjuran. Jika orang melaksanakan anjuran tersebut, ia
mendapat pahala. Adapun jika tidak melaksanakan anjuran tersebut, ia tidak berdosa.
Misalnya, Allah menganjurkan shalat rawatibdan ouasa senin-kamis. Bagi orang yang

11
melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan bagi yang tidak melaksanakan tidak
mendapatkan dosa.
c. Haram
Haram ialah aturan untuk meninggalkan suatu perbuatan karena hal tersebut dilarang.
Bagi orang yang melanggar larangan tersebut, ia akan mendapat dosa. Adapun bagi
orang yang meninggalkan akan mendapat pahala. Misalnya, Allah mengharamkan
meminum minuman keras (khamr). Bagi orang yang melakukannya akan mendapat
dosa dan bagi yang meninggalkannya akan mendapatkan pahala.
d. Makruh
Makruh ialah aturan untuk meninggalkan atau menjauhinya. Dengan ketentuan, bagi
orang yang mematuhi aturan tersebut, ia mendapat pahala. Adapun bagi yang
melanggarnya tidak berdosa.Misalnya, aturan untuk menjauhi makanan berbau keras
atau kuat misalnya (petai atau jengkol).
e. Mubah
Mubah ialah sesuatu yang boleh atau tidak boleh dikerjakan. Jika seseorang
mengerjakan perbuatan tersebut, dia tidak akan mendapat pahala dan dosa. Demikian
juga jika orang yang melakukannya, ia juga tidak akan mendapatkan pahala ataupun
dosa. Misalnya, seseorang duduk atau tidur.

E. Kontribusi Umat Islam Indonesia dalam Perumusan Hukum

Beberapa kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum indonesia,
yaitu :

1. Lahirnya UUD 1945

Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar Indonesia


Merdeka.Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi peran
kaum muslimin terutama para ulama.Mereka berkiprah dalam BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945.Lebih jelas
lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud
didirikannya negara Indonesia. Panitia terdiri dari 9 orang yang semuanya adalah muslim
atau para ulama kecuali satu orang beragama Kristen. Meski dalam persidangan-persidangan
merumuskan dasar negara Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah
Endang Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan

12
kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antara lain KH. Abdul Kahar
Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar
Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah
pimpinan Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari
agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga
melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang
berbunyi :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari
Mukaddimah UUD 1945. Jadi dengan demikian Republik Indonesia yang lahir tanggal 17
Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh
kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang Maha Esa”. Ini
sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus
Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang Maha Esa” tersebut tidak
lain adalah tauhid.

Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar.17 Agustus 1945 itu bertepatan
dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan para
ulama kepada Bung Karno.Tadinya Bung Karno tidak berani.Saat itu Bung Karno keliling
menemui para ulama misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari
Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU.Mereka mendesak agar Indonesia segera
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.

2. Lahirnya UU Perkawinan

Pengaturan perkawinan di Indonesia tidak dapat lepas dari keterlibatan tiga


pihak/kepentingan, yaitu kepentingan agama, kepentingan negara dan kepentingan

13
perempuan.M. Syura’i, S.H.I. dalam tulisannya tanggal 6 November 2010 yang berjudul
“Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan” menjelaskan bahwa Kelahiran
Undang-undang perkawinan telah mengalami rentetan sejarah yang cukup panjang. Bermula
dari kesadaran kaum perempuan Islam akan hak-haknya yang merasa dikebiri oleh dominasi
pemahaman fikih klasik atau konvensional yang telah mendapat pengakuan hukum, mereka
merefleksikan hal tersebut dalam pertemuan-pertemuan yang kelak menjadi embrio lahirnya
Undang-Undang Perkawinan.

Umat Islam waktu itu mendesak DPR agar secepatnya mengundangkan RUU tentang
Pokok-Pokok Perkawinan bagi umat Islam, namun usaha tersebut menurut Arso
Sosroatmodjo tidak berhasil.Simposium Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) pada
tanggal 1972 menyarankan agar supaya PP ISWI memperjuangkan tentang Undang-Undang
Perkawinan. Selanjutnya organisasi Mahasiswa yang ikut ambil bagian dalam perjuangan
RUU Perkawinan Umat Islam yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang telah
mengadakan diskusi panel pada tanggal 11 Februari 1973.

Akhirnya setelah bekerja keras, pemerintah dapat menyiapkan sebuah RUU baru.
Tanggal 31 Juli 1973 pemerintah menyampaikan RUU tentang Perkawinan yang baru kepada
DPR, yang terdiri dari 15 (lima belas) bab dan 73 (tujuh puluh tiga) pasal. RUU ini
mempunyai tiga tujuan, yaitu memberikan kepastian hukum bagi masalah-masalah
perkawinan sebab sebelum adanya undang-undang maka perkawinan hanya bersifat judge
made law, untuk melindungi hak-hak kaum wanita sekaligus memenuhi keinginan dan
harapan kaum wanita serta menciptakan Undang-undang yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Pada tanggal 17-18 September, wakil-wakil Fraksi mengadakan forum pandangan


umum atas RUU tentang Perkawinan sebagai jawaban dari pemerintah yang diberikan
Menteri Agama pada tanggal 27 September 1973.Pemerintah mengajak DPR untuk secara
bersama bisa memecahkan kebuntuan terkait dengan RUU Perkawinan tersebut.

Hasil akhir undang-undang perkawinan yang disahkan DPR terdiri dari 14 (empat
belas) bab yang dibagi dalam 67 (enam puluh tujuh) pasal, berubah dari rancangan semula
yang diajukan pemerintah ke DPR, yaitu terdiri dari 73 pasal.

3. Lahirnya Peradilan Agama

14
Peradilan Agama ada dan seiring dengan perkembangan kelompok masyarakat di kala
itu, yang kemudian memperoleh bentuk-bentuk ketatanegaraan yang sempurna dalam
kerajaan Islam.Hal ini diperoleh karena masyarakat Islam sebagai salah satu komponen
anggota masyarakat adalah orang yang paling taat hukum, baik secara perorangan maupun
secara kelompok.Lahirnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
memperkokoh keberadaan pengadilan agama.Di dalam undang-undang ini tidak ada
ketentuan yang bertentangan dengan ajaran Islam.Pasa12 ayat (1) undang-undang ini semakin
memperteguh pelaksanaan ajaran Islam (Hukum Islam).

Suasana cerah kembali mewarnai perkembangan peradilan agama di Indonesia


dengan keluarnya Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
telah memberikan landasan untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri, sederajat dan
memantapkan serta mensejajarkan kedudukan peradilan agama dengan lingkungan peradilan
lainnya.Perkembangan peradilan agama bercita-cita untuk dapat memberikan pengayoman
dan pelayanan hukum kepada masyarakat.

4. Pengelolaan Zakat

Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat menetapkan bahwa


tujuan pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah


Zakat.
b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat.

Guna untuk tercapainya tujuan yang lebih optimal bagi kesejahteraan umum untuk
seluruh lapisan masyarakat, maka UU tentang Pengelolaan zakat mencakup pula tentang
pengelolaan infaq, sodhaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat. Hanya saja sistem
pengadministrasian keuangannya dilakukan secara terpisah.Terpisah antara zakat dengan
Infaq, shodaqah, dan lain sebagainya.

BAB III

15
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum Islam
merupakan hukum- hukum yang diadakan oleh Allah Swt melalui Nabi, baik itu hukum yang
berhubungan dengan perbuatan maupun berhubungan dengan kepercayaan. Hukum Islam
sangat banyak berperan didalam kehidupan sehari- hari mulai dari jual beli, pinjam
meminjam, pernikahan semua diatur dengan baik didalam hukum Islam yang berlandaskan
Al-quran, hadist, Ijtihad & Qiyas.Dan tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk
mencegah kerusakan pada manusia dan mendatangkan maslahahbagi mereka, mengarahkan
kepada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.Mengapa dikatakan
hukum Islam itu penting karena didalam hukum Islam sangat banyak penjelasan akan setiap
kegiatan hukum yang dilakukan tiap- tiap umat manusia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai


berikut :

1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena hukum
ini mengatur berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai kemashlahatan.
2. Sebagai mahasiswa hendaklah kita memahami lebih banyak lagi tentang hukum
dalam Islam agar kita dapat menyiarkan hukum Islam kepada rekan maupun peserta
didik kita nanti.

DAFTAR PUSTAKA

16
Fitria, T., N.(2017). Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan Hukum
Negara.Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 03 (01) : 52-62.

Mujiatun, S.(2013). Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna’. Jurnal Riset
Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 13 (2) : 202-216.

Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H. Menelusuri Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah
Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta : KENCANA, 2012). Hal : 2.
Tim MPK Pendidikan Agama Islam. 2017. Islam Kaffah. Medan : Perdana Publishing.

17

Anda mungkin juga menyukai