Anda di halaman 1dari 15

Critical Journal Review

BERBAGAI JENIS JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu : Drs. Ramli, MA.

DISUSUN OLEH :

NAMA : Jefri Damaiyansah Nasution

NIM : 4183331035

PRODI : Pendidikan Kimia B 2018

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Kelompok : III (TIGA)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
1. Judul - Jurnal 1 (Utama) : Jual Beli dalam Perspektif
Islam : Salam dan Istisna’
- Jurnal 2 (Pembanding) : Bisnis Jual Beli Online
(Online Shop) dalam Hukum Islam dan Hukum
Negara
2. Jurnal - Jurnal 1 (Utama) : Jurnal Riset Akutansi dan
Bisnis
- Jurnal 2 (Pembanding) : Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam
3. Download  Jurnal 1 (Utama) :
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/akuntan/article/view/1
49
- Jurnal 2 (Pembanding) :
https://www.researchgate.net/publication/320950526_BIS
NIS_JUAL_BELI_ONLINE_ONLINE_SHOP_DALAM_HUKUM_I
SLAM_DAN_HUKUM_NEGARA
4. Volume dan - Jurnal 1 (Utama) : 13 (2)
Halaman - Jurnal 2 (Pembanding) : 3 (1)
5. Tahun - Jurnal 1 (Utama) : 2013
- Jurnal 2 (Pembanding) : 2017
6. Penulis - Jurnal 1 (Utama) : Siti Mujiatun
- Jurnal 2 (Pembanding) : Tira Nur Fitria
7. Reviewer Kelompok III (Pendidikan Kimia B 2018) :
- Febi Ridhanisa
- Ilmita Azimah
- Jefri Damaiyansyah Nasution
- Laras Arma Dita
- Lili Lestari
8. Tanggal 17 Mei 2020
9. Abstrak Penelitian
 Tujuan - Jurnal 1 (Utama) : Penelitian ini bertujuan
Penelitian untuk mengetahui jual beli Salam dan Istishna’.
- Jurnal 2 (Pembanding) : Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hukum bisnis jual beli online
(online shop) dalam Hukum Islam
 Subjek - Jurnal 1 (Utama) :-
Penelitian - Jurnal 2 (Pembanding) : Subjek pada penelitian ini
yaitu teks-teks atau tulisan-tulisan yang
menggambarkan dan memaparkan tentang
bisnis/usaha online shop (shopping online) yang
sedang menjamur di Indonesia.
 Assement Data - Jurnal 1 (Utama) :-
- Jurnal 2 (Pembanding) : assement data untuk
mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan
metode deskriftif kualitatif.
 Kata Kunci - Jurnal 1 (Utama) : -
- Jurnal 2 (Pembanding) : Jual-Beli, online, Ekonomi
Islam
10. Pendahuluan
 Latar - Jurnal 1 (Utama) :
Belakang dan Jual beli merupakan salah satu aktivitas bisnis yang
Teori sudah berlangsung cukup lama dalam masyarakat. Dahulu,
masyarakat melakukan aktivitas jual beli dalam bentuk tukar
menukar barang dengan barang lain. Misalnya, padi ditukar
dengan jagung, atau ditukar dengan garam, bawang dan lain-
lain.
Dalam Islam, ada beberapa jenis jual beli yang
dibolehkan. Di antaranya adalah jual beli salam (Bay’ as-
Salam). Jual beli ini dilakukan dengan cara memesan barang
lebih dahulu dengan memberikan uang muka. Pelunasannya
dilakukan oleh pembeli setelah barang pesanan diterima
secara penuh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Bentuk lainnya adalah Bay’ al-Muqayyadah, (barter) yaitu
jual beli dengan cara menukar satu barang dengan barang lain.
Misalnya, menukar beras dengan gandum, atau menukar rotan
dengan minyak tanah dan lain-lain. Jual beli yang cukup
populer adalah Bay’ al-Mutlaq, yaitu jual beli barang dengan
alat tukar yang telah disepakati seperti membeli tanah dengan
mata uang rupiah, ringgit, dolar, yen dan lain-lain.
Ada lagi Bay’ al-Musawah, yaitu jual beli yang
dilakukan dengan cara pihak penjual menyembunyikan atau
tidak menjelaskan harga modalnya. Namun demikian, pihak
pembeli rela dan tidak ada unsur pemaksaan di dalamnya. Jual
beli dalam bentuk ini cukup berkembang pesat dewasa ini dan
dibenarkan menurut ketentuan bisnis syariah. Alasannya
karena terdapat unsur suka rela di antara penjual dan pembeli.
Kebanyakan jual beli yang berlaku sekarang adalah jual beli
dalam bentuk ini. Jenis lainnya adalah Bay’ bisamail ajil,
yaitu jual beli dengan sistem cicilan atau kredit. Biasanya
dalam jual beli bentuk ini ada penambahan harga dari harga
kontan (cash) jika disepakati oleh pihak penjual dan pembeli.
Ketentuan ini sesuai dengan pendapat mazhab Hanafi, Syafi’i,
Zaid bin Ali, al-Muayyad Billah dan Jumhur Ahli Fikih dan
pendapat ini dikuatkan oleh Imam Syaukani.
Aktivitas bisnis dalam bentuk bay’ Istishna’ yaitu
akad jual barang pesanan di antara dua belah pihak dengan
spesifikasi dan pembayaran tertentu. Barang yang dipesan
belum diproduksi atau tidak tersedia di pasaran.
Pembayarannya dapat secara kontan atau dengan cicilan
tergantung kesepakatan kedua belah pihak.

- Jurnal 2 (Pembanding) :
Muamalat adalah tukar menukar barang, jasa atau
sesuatu yang memberi manfaat dengan tata cara yang
ditentukan. Termasuk dalam muamalat yakni jual beli. Jual
beli adalah bentuk dasar dari kegiatan ekonomi manusia dan
merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran
Islam. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan
bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang
(al-hadits). Artinya, melalui jalan perdagangan (jual beli)
inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia
Allah terpancar daripadanya. Jual beli merupakan sesuatu
yang diperbolehkan.
Dalam Qur’an Surat Al Baqoroh ayat 275, Allah
menegaskan bahwa: “...Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba...”. Hal yang menarik dari ayat tersebut
adalah adanya pelarangan riba yang didahului oleh
penghalalan jual beli, dengan catatanselama dilakukan dengan
benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Dalil di atas dimaksudkan untuk transaksi offline.
Sekarang bagaimana dengan transaksi online di saat sekarang
ini? Ketika kita bicara tentang bisnis online, banyak sekali
macam dan jenisnya. Namun demikian secara garis besar bisa
di artikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media
elektronik, khususnya melalui internet atau secara online.
Salah satu contoh adalah penjualan produk/barang
secara online melalui internet seperti yang dilakukan Lazada,
Tokopedia, Buka Lapak, Blibli, Elevania, Shopee dll.
Dewasa ini, kita tak dapat mengelak bahwa fenomena
jual beli online telah tumbuh dan menjamur ditengah-tengah
kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari penjualan pakaian jadi,
sepatu, tas, buku, dll. Lantas bagaimanakah hukum jual beli
online dalam perspektif islam? Dan bagaimanakah jual beli
online yang diperbolehkan (halal) dalam perspektif islam?
11 Metode Penelitian
 Langkah  Jurnal 1 (Utama) :-
Penelitian - Jurnal 2 (Pembanding) :
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif.
Tujuan penelitian ini dalah menafsirkan dan menuturkan data
yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi,
sikap/pandangan yang terjadi didalam masyarakat,
pertentangan 2 keadaaan atau lebih, pengaruh terhadap suatu
kondisi dll. Didalam penelitian deskriptif kualitatif ini,
peneliti disini menggunakan kajian studi pustaka mencari
informasi lewat buku, majalah, koran, dan literature lainnya
untuk membentu sebuah landasan teori (Arikunto, 2006).
Penelitian ini juga untuk menelaah sumber-sumber
tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referesni, literature,
ensiklopedia, karangan ilmiah, karya ilmiah serta
sumbersumber lain baik dalam bentuk tulisanatau dalam
format digital yang relevan dan berhubungan dengan objek
yang sedang diteliti.
 Hasil - Jurnal 1 (Utama) :
Penelitian Jual beli Salam (Jual beli Pembayaran di Muka)
Kata as-salam disebut juga dengan as-salaf. Maknanya,
adalah menjual sesuatu dengan sifat-sifat tertentu, masih
dalam tanggung jawab pihak penjual tetapi pembayaran
segera atau tunai. Para ulama fikih menamakannya dengan
istilah al-Mahawi’ij. Artinya, adalah sesuatu yang mendesak,
karena jual beli tersebut barangnya tidak ada di tempat,
sementara dua belah pihak yang melakukan jual beli dalam
keadaan terdesak. Pihak pemilik uang membutuhkan barang,
dan pemilik barang memerlukan uang, sebelum barang berada
di tempat. Uang dimaksud untuk memenuhi kebutuhannya.
Ada pendapat yang mengartikan jual beli salam adalah
pembiayaan terkait dengan jual beli yang pembayarannya
dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang. Jual beli
salam ini, biasanya berlaku untuk jual beli yang objeknya
adalah agrobisnis. Misalnya, gandum, padi, tebu dan
sebagainya.
Dasar Hukum Jual beli Salam
- Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 282
- Hadis riwayat Ibn Majah :
Dengan dasar dua dalil ini, maka transaksi atau jual beli
dengan salam dibolehkan. Tujuannya adalah memperoleh
kemudahan dalam menjalankan bisnis, karena barangnya
boleh dikirim belakangan. Jika terjadi penipuan atau barang
tidak sesuai dengan pesanan, maka nasabah atau pengusaha
mempunyai hak khiyar yaitu berhak membatalkannya atau
meneruskannya dengan konpensasi seperti mengurangi
harganya.
Rukun-rukun Jual beli Salam
Adapun rukun salam adalah;
- Pembeli (muslam);
- Penjual (muslam ilahi);
- Modal uang (annuqud);
- Barang (muslam fihi);
- Serah terima barang (Ijab qabul).
Syarat-syarat Jual Beli Salam
Pihak yang berakad :
- Ada kerelaan di antara dua belah pihak dan tidak
ingkar janji
- Cakap dalam bertindak
Jual beli Istishna’

Menurut para ulama bay’ Istishna’ (jual beli dengan


pesanan) merupakan suatu jenis khusus dari akad bay’ as-
salam (jual beli salam). Jenis jual beli ini dipergunakan dalam
bidang manufaktur. Pengertian bay’ Istishna’ adalah akad
jual barang pesanan di antara dua belah pihak dengan
spesifikasi dan pembayaran tertentu. Barang yang dipesan
belum diproduksi atau tidak tersedia di pasaran.
Pembayarannya dapat secara kontan atau dengan cicilan
tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Jual beli al
istishna’ dapat dilakukan dengan cara membuat kontrak baru
dengan pihak lain. Kontrak baru tersebut dengan konsep
istishna’ paralel.

Dasar Hukum Jual beli Istishna’

Sebagai dasar hukum jual beli istishna’ adalah sama


dengan jual beli salam, karena ia merupakan bagian pada jual
beli salam. Pada jual beli salam barang-barang yang akan
dibeli sudah ada, tetapi belum berada di tempat. Pada jual beli
istishna’ barangnya belum ada dan masih akan dibuat atau
diproduksi. Atas dasar ini, maka menurut mazhab Hanafi pada
prinsipnya jual beli istishna’ itu tidak boleh. Akan tetapi
dibolehkan karena prakteknya dalam masyarakad sudah
menjadi budaya dan di dalamnya tidak terdapat gharar atau
tipu daya.

Rukun-rukun Jual Beli Istishna’

Adapun rukun-rukun istishna’ adalah sebagai berikut :

- Produsen / pembuat barang (shaani’) yang


menyediakan bahan bakunya
- Pemesan / pembeli barang (Mustashni)
- Proyek / usaha barang / jasa yang dipesan (mashnu')
- Harga (saman)
- Serah terima / Ijab Qabul .

Syarat-syarat Jual Beli Istishna’

Syarat-syarat jual beli istishna’ adalah sebagai berikut :

- Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai


kekuasaan untuk melakukan jual beli
- Ridha / keralaan dua belah pihak dan tidak ingkar
janji.
- Apabila isi akad disyaratkan Shani' hanya bekerja saja,
maka akad ini bukan lagi istishna’, tetapi berubah
menjadi akad ijarah
- Pihak yang membuat barang menyatakan kesanggupan
untuk mengadakan / membuat barang itu
- Mashnu' (barang / obyek pesanan) mempunyai kriteria
yang jelas seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan
jumlahnya
- Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang
dilarang syara' (najis, haram, samar/ tidak jelas) atau
menimbulkan kemudratan.

Konsekuensi Jual Beli Istishna’ Paralel

Pihak Bank Syari’ah boleh menggunakan jual beli


istishna’ paralel, namun demikian mempunyai konsekuensi
sebagai berikut :

- Bank Syari’ah sebagai kontrak pertama, tetap


bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
kewajibannya. Artinya, pihak Bank Syariah tetap
bertanggung jawab atas kesalahan, kelalaian atau
pelanggaran yang berasal dari sub kontrak yang
disetujui.
- Pihak yang menjadi sub kontrak hanya bertanggung
jawab kepada pihak Bank Syariah sebagai pemesan
barang. Dia tidak mempunyai hubungan hukum
dengan nasabah atau pengusaha yang memesan barang
kepada pihak Bank Syariah.
- Pihak Bank Syariah dan sub kontraktor bertanggung
jawab terhadap nasabah atau pengusaha atas kesalahan
atau kelalaian yang terjadi.

Contoh Jual Beli Istishna’

Sebuah CV Utama yang menangani bisnis mubiler


mengajukan pembiayaan 10 set perabot rumah tangga kepada
Bank Syariah seharga Rp 200.000.000. Produksi tersebut
akan dibayar oleh pihak CV Utama 3 bulan yang akan datang.
Harga satu set perabot di pasaran Rp 20.000.000. Dalam
kaitan ini, pihak Bankdapat memesan barang tersebut kepada
pihak lain dengan harga Rp 18.000.000 satu set. Kedua belah
pihak yaitu pihak Bank Syariah dan Produsen wajib
bertanggung jawab kepada CV Utama. Antara Produsen
dengan CV Utama tidak ada hubungan hukum dan tidak
boleh campur tangan dengan soal harga dari pihak Bank
Syariah. Pihak Produsen juga tidak perlu memberitahu kepada
pihak lain tentang modal yang dikeluarkan untuk satu set
perabot.
- Jurnal 2 (Pembanding) :
Jual Beli Online (Bisnis Online)
Menurut Suherman (2002: 179), jual beli via internet
yaitu” (sebuah akad jual beli yang dilakukan dengan
menggunakan sarana eletronik (internet) baik berupa barang
maupun berupa jasa)”.
Karakteristik bisnis online, yaitu:
- Terjadinya transaksi antara dua belah pihak;
- Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi;
- Internet merupakan media utama dalam proses atau
mekanisme akad tersebut.
Dari karakteristik di atas, bisa di lihat bahwa yang
membedakan bisnis online dengan bisnis offline yaitu proses
transaksi (akad) dan media utama dalam proses tersebut. Akad
merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Secara umum,
bisnis dalam Islam menjelaskan adanya transaksi yang bersifat
fisik, dengan menghadirkan benda tersebut ketika transaksi,
atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan
ketentuan harus dinyatakan sifat benda secara konkret, baik
diserahkan langsung atau diserahkan kemudian sampai batas
waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam dan transaksi
al-istishna’.
Sama seperti bisnis pada umumnya, bisnis online
dalam ekonomi syariah juga terbagi dalam yang halal dan
haram, legal atau illegal. Bisnis online yang diharamkan yaitu
bisnis judi online, perdagangan barangbarang terlarang seperti
narkoba, video porno, barang yang melanggar hak cipta,
senjata dan benda lain yang tidak memiliki manfaat. Intinya,
bisnis online adalah bisnis berdasarkan muamalah. Bisnis
online diizinkan (Ibahah) selama bisnis tersebut tidak
mengandung elemen yang dilarang. Transaksi penjualan
online dimana barang hanya berdasar pada deskripsi yang
disediakan oleh penjual dianggap sah, namun jika deskripsi
barang tidak sesuai maka pembeli memiliki hak khiyar yang
memperbolehkan pembeli untuk meneruskan pembelian atau
membatalkannya.

Perkembangan Bisnis Online di Indonesia


Di Indonesia sendiri, keberadaan bisnis online syariah
(bisnis berbasis syariat) bisa dikatakan mulai berkembang.
Kini semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya
bisnis yang bersih, jujur dan sesuai dengan hukum Islam.
Keberadaan bisnis online syariah ini juga tak terlepas dari
peran perbankan syariah yang tumbuh secara positif di
Indonesia. Sistem ekonomi syariah yang kini tengah populer
di masyarakat membuat banyak orang beralih ke bisnis online
yang sesuai dengan aturan Islam ini.
Kelebihan dan Kekurangan Jual Beli Online (Bisnis
Online)
- Pembeli tidak perlu mendatangi toko untuk
mendapatkan barang, cukup terkoneksi dengan
Internet, pilih barang dan selanjutnya melakukan
pemesanan barang, dan barang akan di antar kerumah.
- Menghemat waktu dan biaya transportasi berbelanja,
karena semua barang belanjaan bisa dipesan melalui
perantara media internet khususnya situs yang menjual
belikan barang apa yang ingin di beli.
- Pilihan yang ditawarkan sangat beragam, sehingga
sebelum melakukan pemesanan kita dapat
membandingkan semua produk dan harga yang
ditawarkan oleh perusahaan.
- Dengan perantara via internet pembeli dapat membeli
barang di Negara lain secara online.
- Harga yang ditawarkan sangat komfetitif, karena
tingkat persaingan dari pelaku usaha melalui media
internet sehingga mereka bersaing untuk menarik
perhatian dengan cara menawarkan harga serendah-
rendahnya (Sunarto, 2009 : 9)
Menurut, Sofie (2002 : 76), disamping keuntungan
yang didapat penjual dan pembeli, adapun kerugianya adalah
sebagai berikut:
- Produk tidak dapat dicoba.
- Standart dari barang tidak sesuai.
- Pengiriman mahal.
- Resiko penipuan.
12. Analisis Jurnal
 Kelebihan - Jurnal 1 (Utama) :
Jurnal - Hasil pembahasan pada jurnal ini tidak ada.
Karena jurnal ini buka termasuk ke dalam jurnal
penelitian. Namun, penulis menuliskan hasil
pembahasan yang diambil dari teori yang terdapat
pada jurnal, dimana pada teori yang ada dijelaskan
dengan sangatlah lengkap, dan rinci mulai dari
pengertian jual beli salam maupun istishna’,
hukum, rukun serta syrata-syarat jual beli tersebut.
- Bahasa yang digunakan juga mudah dimengerti,
sehingga memudahkan pembaca memahami isi
dari jurnal.
- Pada jurnal ini juga terdapat data berupa bagan
yang menjelaskan mengenai alur terjadinya
interaksi antara penjual dan pembeli. Sehingga
pembaca dapat lebih mudah untuk mengerti
perbedaan antara kedua jenis jual beli tersebut.
- Pada jurnal ini didukung oleh ayat al-Quran serta
hadis yang menjelaskan tentang jual beli salam
serta istishna’.
- Masing-masing jenis jual beli diserta dengan
beberapa contoh penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
- Jurnal 2 (Pembanding) :
- Kutipan pada jurnal ini juga banyak diambil dari
beberapa pendapat para ahli, sehingga memperkuat
isi dari konten jurnal tersebut.
- Jurnal ini merupakan jurnal penelitian yang
membahas tentang jual beli Online. Hasil
pembahasan pada jurnal ini sendiri lebih berfokus
pada data yang terdapat dari berbagai sumber
seperti literature, jurnal, buku dan lain sebagainya.
- Bahasa yang digunakan mudah dimengerti.
- Pada jurnal ini didukung oleh ayat al-Quran serta
hadis yang menjelaskan tentang jual beli online.
 Kekurangan - Jurnal 1 (Utama) :
Jurnal - Pada jurnal pertama ini tidak dijelaskan siapa yang
menjadi subjek penelitian, dan juga tidak ada
metode penelitian.
- Kesimpulan jurna ini juga terlalu singkat, hanya
sebatas pengertian jual beli secara umum tanpa
memaparkan topic yang dikaji yaitu jual beli
salam dan istishna’.
- Tidak terdapat kata kunci yang biasa selalu
menjadi bagian penting dari jurnal.

- Jurnal 2 (Pembanding) :
- Peletakkan posisi metode penelitian dan
pembahasan terbalik. Dalam suatu jurnal,
seharusnya metode penelitian dipaparkan terlebih
dahulu sebelum hasil pembahasan.
13. Kesimpulan - Jurnal 1 (Utama) :
Jual beli salam adalah pembiayaan terkait dengan jual
beli yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan
pemesanan barang. Jual beli salam ini, biasanya berlaku untuk
jual beli yang objeknya adalah agrobisnis. Misalnya, gandum,
padi, tebu dan sebagainya.
Menurut para ulama bay’ Istishna’ (jual beli dengan
pesanan) merupakan suatu jenis khusus dari akad bay’ as-
salam (jual beli salam). Jenis jual beli ini dipergunakan dalam
bidang manufaktur. Pengertian bay’ Istishna’ adalah akad
jual barang pesanan di antara dua belah pihak dengan
spesifikasi dan pembayaran tertentu. Barang yang dipesan
belum diproduksi atau tidak tersedia di pasaran
- Jurnal 2 (Pembanding) :
Berbisnis melalui online satu sisi dapat memberi
kemudahan dan menguntungkan bagi masyarakat. Namun
kemudahan dan keuntungan itu jika tidak diiringi dengan etika
budaya dan hukum yang tegas akan mudah terjebak dalam
tipu muslihat, saling mencurangi dan saling menzalimi.
Disinilah Islam bertujuan untuk melindungi umat manusia
sampai kapanpun agar adanya aturan-aturan hukum jual beli
dalam Islam yang sesuai dengan ketentuan syari’at agar tidak
terjebak dengan keserakahan dan kezaliman yang meraja lela.
Transaksi bisnis lewat online jika sesuai dengan aturan-aturan
yang telah disebut di atas akan membawa kemajuan bagi
masyarakat dan negara.
Sebagaima telah disebutkan di atas, hukum asal
mu’amalah adalah al-ibaahah (boleh) selama tidak ada dalil
yang melarangnya. Namun demikian, bukan berarti tidak ada
rambu-rambu yang mengaturnya. Transaksi online
diperbolehkan menurut Islam selama tidak mengandung
unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman,
penipuan, kecurangan dan yang sejenisnya serta memenuhi
rukun-rukun dan syarat-syarat didalam jual belinya. Transaksi
online dibolehkan menurut Islam berdasarkan prinsip-prinsip
yang ada dalam perdagangan menurut Islam, khususnya
dianalogikan dengan prinsip transaksi as-salam, kecuali pada
barang/jasa yang tidak boleh untuk diperdagangkan sesuai
syariat Islam.
14. Saran Penulisan dan isi dari kedua jurnal tersebut sudah
sangat baik, namun tidak ada salahnya jika beberapa
kekurangan yang terdapat dalam jurnal tersebut dapat
diperbaiki sehingga menghasilkan jurnal yang dapat
dimengerti oleh masyarakat umum, terkhusus untuk para
pembeli agar bisa mengerti jenis jual beli mana yang
diperbolehkan dalam Islam sehingga tidak menghadirkan
kemudaradan bagi diri sendiri.
15. Referensi - Jurnal 1 (Utama) :
Mujiatun, S. 2013. Jual Beli dalam Perspektif Islam :
Salam dan Istishna’. Jurnal Riset Akutansi dan
Bisnis. 13 (2) : 202-2017.
- Jurnal 2 (Pembanding) :
Fitria, T. N. 2017. Bisnis Jual Beli Online (Online
Shop) Dalam Hukum Islam dan Hukum Negara.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. 3 (1) : 52-62.

Anda mungkin juga menyukai