Anda di halaman 1dari 25

A.

JUDUL PENELITIAN : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli


Arisan Uang Melalui Sosial Media Facebook (Studi Kasus Pada Pemilik
Akun Facebook Erma Awahid).
B. KONTEKS PENELITIAN
Secara garis besar, ajaran Islam terbagi dalam tiga yaitu akidah,
syari’ah dan akhlak. Syari’ah sendiri terbagi menjadi dua kerangka besar
yaitu bidang mu’amalah dan ibadah. Bidang mu’amalah dapat dibagi menjadi
tiga bagian yaitu politik, ekonomi dan budaya. 1Manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT. adalah makhluk sosial, maksudnya manusia tidak bisa
berdiri sendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain yang kemudian disebut
dengan hidup bermasyarakat.2 Kegiatan ekonomi merupakan suatu aspek
dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh, disamping aspek sosial,
budaya, hukum, politik dan lainnya.3
Masalah mu’amalah merupakan masalah yang melibatkan banyak
anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pedoman-
pedoman tatanannya pun perlu dipelajari dan diketahui dengan baik sehingga
tidak terjadi penyimpangan dan pelanggaran yang merusak ekonomi serta
kehidupan sesama manusia.
Salah satu bentuk mu’amalah yang syari’atkan oleh Allah adalah jual
beli. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surah
Al-Baqarah ayat 275:

       … 


Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.4

1
Zakkyah Darajat, Ilmu Fiqh (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf,1996), hlm. 8.
2
Masduha Abdurrahman, Pengantar dan Asas-asas Hukum Perdata Islam, (Fiqh
Mu’amalah), cet. Ke-1, (Surabaya: Central Media, 1992), hlm. 74.
3
Abdullah Siddik Al-Haji, Inti Dasar Dalam Hukum Islam, cet. Ke-1, (Jakarta: Balai Pustaka,
1993), hlm. 2.
4
QS. Al-Baqarah [2]: 275

1
Jual beli atau dikenal dengan perdagangan sudah lama dipraktikan
oleh manusia bahkan sudah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW. Selain
melakukan kegiatan perekonomian umat juga sebagai salah satu bentuk
muamalah yang kegiatannya bertujuan untuk mendapatkan hasil guna
memenuhi kebutuhan manusia.
Didalam jual beli ada aturan-aturan serta tata cara yang sah menurut
hukum Islam. Jual beli dikatakan sah manakala telah memenuhi rukun dan
syarat dalam jual beli. Seiring dengan tingkat mobilitas para pedagang,
fenomena yang ada dimasyarakat dalam aktivitas jual beli yang beraneka
ragam jenis dan bentuknya, sampai pada objek jual beli pun hampir sudah
tidak ada batas barang-barang yang diperjual belikan. Artinya bahwa objek
jual beli mana yang dilarang dan objek jual beli yang dibolehkan oleh syara’
belum jelas. Sehingga tidak jarang dari sesama saudara Muslim saling
memakan harta dengan cara batil. Dunia perdagangan semakin gesit untuk
mencari pasar yang strategis, tentunya dengan berbagai formulasi produk
yang bervariasi. Diantara sarana muamalat dalam memenuhi kebutuhan
materi, dewasa ini banyak masyarakat menggunakan arisan .
Dalam pengertian umum arisan atau tabungan bersama (company
saving) merupakan perkumpulan uang untuk diundi secara berkala. Dalam
perkumpulan itu semua anggota dalam setiap waktu tertentu mengadakan
pertemuan dan pada saat itu anggota diwajibkan menyetor uang sejumlah
uang tertentu. Jumlah uang yang terkumpul kemudian diberikan kepada
anggota yang mendapatkan undian berikutnya.5
Arisan merupakan salah satu bagian muamalat yang sebagian dari kita
pasti pernah mengenal kegiatan semacam itu, meskipun bentuk kegiatannya
bermacam-macam seperti arisan uang, barang, haji dan lain-lain baik secara
langsung maupun arisan online. Karena kebanyakan saat ini zaman semakin
5
Irma Prihantari, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Arisan Sepeda Motor Paguyuban
Agung Rezeki, di Kabupaten Kulon Progo” (Skripsi, Program S1 UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2009).

2
canggih dengan adanya media yang sangat beragam seperti: Facebook,
twitter, instagram, whatsaap, line dan sebagainya. Pemanfaatanya tidak hanya
berhubungan dengan orang jarak jauh agar mendekatkan silaturrahmi, tetapi
juga media sosial dimanfaatkan sebagai sarana-sarana bisnis lainya seperti
jual pakaian, jual elektronik, jual peralatan rumah tangga termasuk jual beli
arisan uang secara online di media sosial facebook.
Jual beli arisan online adalah transaksi jual beli uang hasil arisan yang
dijualkan oleh peserta arisan, dinamakan jual beli arisan online karena
dilakukan di sosial media yang mana membutuh koneksi internet untuk dapat
melakukannya, objek yang diperjual belikan dalam arisan tersebut adalah
uang. Uang hasil arisan oleh sekelompok anggota arisan yang kemudian dijual
kepada orang selain dari peserta arisan tersebut, khususnya para pengguna
facebook atas perantara admin arisan yang berperan mempromosikan jual beli
arisan.6 Peserta arisan menjual uang arisannya karena kendala kekurangan
uang (dana) untuk mengumpulkan uang ketika masa penarikan sudah
mendekati, karena arisan ini diikuti oleh berbagai kalangan, kebanyakan
peserta yang mengikutinya berasal dari kalangan menengah kebawah.
Sehingga banyak dari peserta yang ingin menjual arisan uang tersebut,
sebelum mendapatkan giliran atau mendapatkan uang arisan. Dengan tujuan
peserta mendapatkan uang untuk dana pengumupulan kepada admin arisan.
Penjualan arisan uang ini biasa dipromosikan di media Facebook oleh akun
atas nama Erma Awahid. Penjualan arisan itu tergantung pada waktu baru
dan lamanya arisan itu dilaksanakan. Apabila arisan itu dilaksanakan beberapa
kali maka penjualan arisannya lebih murah. Sebaliknya apabila arisan uang itu
dijual ketika giliran arisan sudah mendekati selesai, maka harga jual arisan
lebih mahal dibanding masih baru.Arisan uang yang dijual masih tahap baru
dijual dengan harga lebih murah karena ada kemungkinan akan menunggu
mendapatkan uang arisannya lebih lama. Sedangkan arisan yang dijual ketika
6
Yuliana, Wawancara, Mataram, 10 Januari 2019.

3
giliran arisan sudah mendekati selesai, dapat dijual dengan harga yang lebih
mahal karena kemungkinan untuk menunggu mendapatkan uang arisan lebih
cepat. Hasil dari arisan atau perolehan dari arisan sudah ditententukan
kejelasan waktu, jumlah harga serta berapa hasil yang akan didapati dari
pembelian tersebut, karena kesepaktan waktu pengundian arisan antara admin
dengan anggota arisan sudah ditentukan diawal dengan cara mengundi nama
dan nomor urut kapan mendapatkan giliran.
Contoh: dalam proses penjualan arisan uang secara online penjual atau
admin arisan mempromosikan arisan uang dengan memaparkan harga arisan,
jumlah uang yang akan didapatkan dan ketenrangan waktu kapan si pembeli
akan mendapatkan uang biasanya redaksi promosinya seperti “dijual cepat
arisan 7.000.000 dapat 10.000.000 tanggal 18 bulan Desember (iklan ini
disebarkan pada tanggal 15 November)” sehingga rentan waktu menunggu
selama kurang lebih 23 hari. Dan ada beragam waktu dan jumlah uang yang
telahkan ditentukan si penjual tergantung pada nomor urut mana yang
membutuhkan uang untuk setoran arisan dan mau menjualkan arisannya.
Apabila sampai waktu yang telah ditentukan admin langsung mentransfer
uang via rekening kepada si pembeli, dalam hal ini antara penjual dan
pembeli tidak bertemu secara langsung serta objek transaksi (uang) tidak
didiserahkan langsung saat akad melainkan ditangguhkan selama beberapa
hari bahkan hitungan bulan.7

Berdasarkan dari apa yang dipaparkan di atas, banyak dijumpai para


pengguna sosial media melakukan transaksi dengan penangguhan barang, jual
beli barang yang sejenis (menjual uang untuk mendapatkan uang) dan
adannya kelebihan uang dengan jumlah yang lumayan besar, dan jual beli
arisan ini hanya dilakukan secara online di sosial media facebook. Inilah
alasan objektif penyusun tertarik untuk meneliti masalah jual beli arisan uang

7
Erma Ekawati, Wawancara, Mataram, 25 November 2018.

4
karena disinilah potensi timbulnya masalah sehingga karena adanya
penangguhan waktu penyerahan uang arisan oleh penjual kepada pembeli dan
tambahan jumlah uang akibatnya jatuh pada hukum riba. Sedangkan alasan
memilih akun facebook Erma Awahid karena pemilik akun ini merupakan
admin arisan, penjual arisan dan bahkan pernah menjadi bagian dari peserta
arisan, sehingga dirasa dari akun facebook Erma Awahid ini akan lebih
mempermudah untuk mendapatkan data seputar jual beli arisan uang secara
online.

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang


Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Arisan Uang Melalui
Sosial Media Facebook (Studi Kasus Pada Pemilik Akun Facebook Erma
Awahid).

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pelaksanaan Jual Beli Arisan Uang Melalui Sosial Media
Facebook (Studi Kasus Pada Pemilik Akun Facebook Erma Awahid)?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Arisan
Uang Melalui Sosial Media Facebook (Studi Kasus Pada Pemilik
Akun Facebook Erma Awahid)?

D. TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN


1. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk menjelaskan Pelaksanaan Jual Beli Arisan Uang Melalui
Sosial Media Facebook (Studi Kasus Pada Pemilik Akun
Facebook Erma Awahid).
b. Untuk menganalisis Praktik Jual Beli Arisan Uang Melalui
Sosial Media Facebook (Studi Kasus Pada Pemilik Akun
Facebook Erma Awahid) dari perspektif hukum Islam.

5
2. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang kami harapkan dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritik, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan
ilmu pengetahuan tentang hukum pada umumnya dan Hukum
Islam pada khususnya kepada peneliti maupun pembaca
mengenai jual beli arisan uang melalui sosial media Facebook
sehingga menjadikan kontribusi yang positif bagi masyarakat
luas, khususnya kalangan mahasiswa syari’ah.
b. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
setiap masyarakat, khususnya yang terlibat dalam praktik jual
beli arisan uang melalui sosial media facebook untuk lebih
berhati-hati dalam bertransaksi sehingga apa yang
ditransaksikan tidak keluar dari koridor atau melanggar
norma-norma syari’ah. Dan sangat diharapkan hasil penelitian
ini bisa dijadikan bahan masukan (referensi) bagi siapapun
yang akan melakukan penelitian dimasa yang akan datang.

E. RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN


Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya berkisar pada
pelaksanaan jual beli arisan uang secara online. Hal ini dimaksudkan agar
pembahasan dalam laporan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang
menjadi fokus kajian yang ditetapkan peneliti.
Adapun sasaran atau ranah penelitian ini ditetapkan pada admin arisan
dan beberapa anggota sebagai penjual serta para pembeli arisan uang di sosial
media Facebook karena menurut pandangan penliti setiap orang-orang yang
terlibat dalam transaksi ini belum benar-benar memahami bagaimana Islam
memandang riba.

6
F. TELAAH PUSTAKA
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi atau karya-karya
terdahulu yang terkait, dengan tujuan menghindari duplikasi, plagiasi, serta
menjamin keabsahan dan keahlian serta keaslian hasil peneliti yang telah
dilakukan. Diantara penelitian yang terkait adalah:
1. Nurjanah, Analisis Hukum Islam tentang Praktik Jual Beli Nomor
Urut Arisan (Studi Kasus di Kelurahan Jatimulya Kecamatan Tambun
Selatan Kabupaten Bekasi). Skripsi tersebut hanya mendeskripsikan
tentang:
a. Tentang bagaimana proses terjadi praktik jual beli Nomor Urut
Arisan (Studi Kasus di Kelurahan Jatimulya Kecamatan Tambun
Selatan Kabupaten Bekasi).
b. Analisis Hukum Islam tentang Praktik Jual Beli Nomor Urut
Arisan (Studi Kasus di Kelurahan Jatimulya Kecamatan Tambun
Selatan Kabupaten Bekasi)8.
Perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan penelitian
yang peneliti akan lakukan adalah penelitian tersebut
menggambarkan tentang mekanisme jual beli nomor urut arisan
mulai dari cara mendaftar, waktu pengundian dan besar
keuntungan dari penjualan, objek jual beli antara nomor urut arisan
dan jual beli arisan uang, cara pelaksanaannya juga berbeda yakni
penelitian yang akan peniliti lakukan adalah melalui sosial media
sedangkan penelitian ini dilakukan secara langsung dengan
bertemu.
Sedangkan penelitian yang peneliti akan telaah dan kaji disini
terkait tentang praktik jual beli arisan uang melalui media facebook

8
Nurjanah, “Analisis Hukum Islam tentang Praktik Jual Beli Nomor Urut
Arisan (Studi Kasus di Kelurahan Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten
Bekasi”, (Skripsi, FS UIN Walisongo, SEMARANG, 2015).

7
pada akun Facebook Erma Awahid. Di dalam tema penelitian ini
peneliti akan lebih cenderung mengkaji masalah bagaimana praktik
jual beli arisan uang secara online dan tinjauan hukum Islam
terhadap praktik jual beli arisan uang. Namun dalam penelitian ini
ada persamaan dari yang dikaji oleh peneliti terdahulu yakni sama-
sama ingin menganalisa bagaimana pandangan hukum Islam dan
pelaksanaan arisan.
2. Muji Wahyu Setianingsih, Jual beli arisan uang dalam perspektif
hukum Islam (Studi Kasus Arisan uang Wagean di Desa Cikidang
kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas). Skripsi tersebut
mendeskripsikan tentang:
a. Ketentuan-ketentuan mengenai jual beli arisan uang ditinjau dari
hukum Islam.
b. Praktik jual beli arisan uang di Desa Cikidang Kecamatan
Cilongok ditinjau dari hukum Islam.9

Di dalam skripsi di atas ada persamaan dan perbedaan dalam


penelitian yang peneliti akan lakukan. Adapun persamaannya adalah
terkait tentang praktik jual beli arisan uang, pandangan hukum Islam
serta objek arisan yang diperjual belikan yaitu uang.

Sedangkan perbedaannya adalah dalam hal jalur pelaksanaanya.


Peneliti terdahulu melakukan praktik jual beli arisan uang secara
langsung di Desa Cikidang Kecamatan Cilongok sehinnga pembelinya
pun orang-orang yang berada di desa tersebut. Sedangkan
penulis/peneliti mengkaji tentang jual beli arisan uang yang dilakukan
secara online jadi antara penjual dan pembeli arisan uang tidak berada
ditempat yang sama.
9
Muji Wahyu Setianingsih,” Jual Beli Arisan Uang dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus Arisan Uang Wagean di Desa Cikidang Kecamatan Cilongok Kabupaten
Banyumas)”, (Skripsi, FSEI STAIN, PURWEKERTO, 2015).

8
3. Sarah Yusmiarosa, Tinjauan Hukum Islam tentang jual beli Nomor
Urut Arisan (Studi di RT 024 Kelurahan Bumi Waras Bandar
Lampung) Skripsi tersebut hanya mendeskripsikan tentang:
a. Tentang bagaimana proses terjadinya jual beli Nomor Urut Arisan
(Studi di RT 024 Kelurahan Bumi Waras Bandar Lampung).
b. Tinjauan Hukum Islam Tentang jual beli Nomor Urut Arisan
(Studi di RT 024 Kelurahan Bumi Waras Bandar Lampung).
Pada skripsi ini disebutkan mekanisme arisan dengan cara
melakukan pengocokan diawal untuk menentukan urutan
mendapatkan giliran. Sehingga setiap peserta arisan mengetahui
siapa yang menjadi pemenang undian pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya hingga sampai pada pemenang terakhir.
Akan tetapi meski sudah ditentukan urutan mendapatkan
undian dikarena kebutuhan masing-masing orang berbeda-beda
dan dapat berubah sewaktu-waktu sehingga adanya praktik peserta
yang mendapatkan giliran lebih awal menjual nomor urutnya
kepada yang mendapatkan undian yang belakangan karena
membutuhkan uang cepat dengan memberi imbalan kepada
pemiliki nomor urut lebih awal, misalnya si A mendapatkan
nomor urut lima sedangkan si B nomor urut satu karena masalah
keuangan si A bertukar nomor dengan si B dengan transaksi jual
beli. Apabila arisannya lima ratus dua puluh ribu rupiah, akan
mendapatkan empat ratus ribu rupiah. Dengan kompensasi si A
memberikan imbalan kepada si B sebesar Rp.120.000; dari jumlah
arisan yang semestinya didapatkan.10

10
Sarah Yusmiarosa,“Tinjauan Hukum Islam tentang jual beli Nomor Urut Arisan (Studi di

RT 024 Kelurahan Bumi Waras Bandar Lampung)”, (Skripsi, FSH UIN RADEN INTAN, LAMPUNG

2017).

9
Perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan penelitian
yang peneliti akan lakukan adalah penelitian tersebut
menggambarkan tentang pandangan Hukum Islam tentang jual beli
Nomor Urut Arisan (Studi di RT 024 Kelurahan Bumi Waras
Bandar Lampung) mulai dari penentuan nomor urut pengundian,
kesepakatan jumlah imbalan dari jual beli nomor urut arisan.
Sedangkan penelitian yang peneliti akan telaah dan kaji disini
terkait tentang praktik jual beli arisan uang melalui media
facebook pada akun Facebook Erma Awahid. Di dalam tema
penelitian ini peneliti akan lebih cenderung mengkaji masalah
bagaimana praktik jual beli arisan uang secara online. Dalam
penelitian ini ada persamaan dari yang dikaji oleh peneliti
terdahulu yakni dalam hal pandangan hukum Islam dan
pelaksanaan arisan, walaupun ada persamaan dalam hal pengkajian
namun jelas objek dan studi kasusnya berbeda yaitu terkait tentang
pelaksanaan jual beli arisan uang secara online, sedangkan objek
penelitian yang dikaji oleh peneliti terdahulu tentang pelaksanaan
Tentang jual beli Nomor Urut Arisan (Studi di RT 024 Kelurahan
Bumi Waras Bandar Lampung) . Selain jenis objek yang berbeda
antara jual beli uang dan nomor urut undian arisan, media yang
digunakan juga berbeda yakni antara media Facebook dan secara
langsung.
G. KERANGKA TEORITIK
1. JUAL BELI
a. Pengertian jual beli
Transaksi jual beli adalah suatu perjanjian pertukaran benda atau
barang yang memiliki nilai secara sukarela diantara kedua pihak atau
lebih, yang satu menerima barang,dan pihak yang lain menerimanya

10
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yng telah dibenarkan syara’
dan telah disepakati.11 Sedangkan jual beli online (bai’ salam) menurut
bahasa, menyegerakan atau mendahulukan modal. Secara istilah
adalah jual beli sesuatu disebutkan sifatnya pada suatu perjanjian
dengan membayar dimuka dan pemberian barang diserahkan
dikemudian hari.
b. Rukun dan Syarat Jual beli
Menurut ijma’ para ulama rukun jual beli dibagi menjadi empat,
yaitu: Bai’ (Penjual), Musytari’ (Pemebeli), Mau’qud ’alaih (barang
yang dijual), Shigat (pernyataan) yaitu ijab dan qabul
Adapun syarat sah jual beli antara lain:
1) Syarat sah akid (penjual dan pembeli) adalah berakal, dengan
kehendak sendiri, tidak mubazir, baligh.
2) Uang dan benda yang dibeli yaitu harus suci atau halal,
bermanfaat, barang dapat diserahkan, barang tersebut
kepunyaan si penjual, kepunyaan yang mewakilinya, atau yang
mengusahakan serta barang tersebut diketahui oleh si penjual
dan pembeli baik dari zat, bentuk, ukuran dan sifat-sifatnya
jelas agar tidak ada kecurangan atau saling mengecoh.12

Arisan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mengumpulkan uang


atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi
di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya,
undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai
semua anggota memperolehnya.13

11
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2005) hlm.68.
12
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2012), hlm.283.
13
KBBI Online.

11
Arisan di sosial media facebook adalah arisan yang bersifat
online yang diikuti oleh kebanyakan pengguna facebook dalam hal ini
peserta arisan tidak mesti bertemu satu sama lain melainkan hanya
perlu mentransfer uang via rekening saat waktu pengumpulan dana
arisan tiba. Dalam praktik arisan online ini terjadi juga transaksi jual
beli uang hasil arisan. Yang mana hasil dari arisan tersebut akan
diperjual belikan kembali dengan harga yang lebih tinggi.

2. RIBA
a. Pengertian Riba

Riba dalam bahasa adalah Bertambah, karena salah satu perbuatan


riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan.
Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah
membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada
orang lain. Berlebihan atau menggelembung.14

Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba menurut


Al Mali ialah: “Akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang
tidak diketahui pertimbangannya menurut ukuran syara‟, ketika
berakad atau dengan mengakhirkan tukaran kedua belah pihak salah
satu keduanya”.15

Dengan demikian, riba menurut istilah ahli fiqih adalah


penambahan pada salah satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada
ganti dari tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena
tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak
ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang diistilahkan dengan

14
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,. h 57.

15
Ibid., hlm.57

12
nama riba dan Al-Quran datang menerangkan pengharamannya adalah
tambahan tempo.16

b. Macam-macam Riba

Riba bisa diklasifikasikan menjadi empat:

1) Riba Al-Fadhl
Riba Al-Fadhl adalah kelebihan yang terdapat dalam
tukar menukar antara tukar menukar benda-benda sejenis
dengan tidak sama ukurannya, seperti satu gram emas
dengan seperempat gram emas, maupun perak dengan
perak.17
Hal ini sesuai dengan hadist nabi saw. sebagai berikut:
َّ َّ َ َّ
‫ص لى الل ُه‬ ‫ول الل ِه‬ ُ ‫الل ُه َع ْن ُه َع ْن َر‬
‫س‬
َّ َ َ ّ ْ ُ ْ
‫ي‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫د‬ ‫خ‬ ‫ال‬ ‫يد‬ ‫ع‬ َ ‫َع ْن َأ بى‬
‫س‬
ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
ْ َّ ‫ض ُة ب ْالف‬َّ ‫ َو ْالف‬، ‫الذ َهب‬ َّ ُ َ َّ َ ‫َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬
‫ َوال ُب ُّر‬، ‫ض ِة‬ ِ ِ ِ ِ ‫ ” الذهب ِب‬: ‫ال‬
ْ ْ ‫مْل ْ مْل‬ َّ ‫الت ْم ُر ب‬ َّ ‫ َو‬، ‫الش عير‬ َّ ‫الش ع ُير ب‬ َّ ‫ َو‬، ‫ب ْال ُب ّر‬
‫ ِمثال‬، ‫ َوا ِ ل ُح ِب ا ِ ل ِح‬، ‫الت ْم ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ُ مْل‬
‫اآلخ ذ َوا ْع ِطي‬ ، ‫ى‬ َ ‫اس َت َز َاد َف َق ْد َأ ْر‬
‫ب‬ ْ ‫ َف َم ْن َز َاد َأ و‬، ‫ َي ًدا ب َي ٍد‬، ‫بم ْث ل‬
ِ ِ ِ ٍ ِِ
١٢١١ / ٣ ( ‫ِف ِيه َس َو ٌاء “(أخرجه مسلم‬
Artinya : Dari Abu Sa’id al Hudriyi dari Rasulullsh
s.a.w. Beliau bersabda: Emas dengan emas, perak dengan
perak, gandum dengan gandum, jawawut/gandum dengan
jawawut/gandum, kurma dengan kurma, dan garam
dengan garam semisal dengan semisal, kontan dengan
kontan, maka barang siapa yang menambah atau minta
tambahan sungguh dia telah melakukan riba, orang yang

16
Abdul Aziz Muhammad Azim, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010). hlm. 216

17
Ibid., hlm. 217

13
mengambil dan orang yang memberi di dalam riba itu
sama saja. (HR Muslim dari Abu Hurairah).

2) Riba Al-Yadd
Riba Al-Yadd, yaitu riba dengan berpisah dari tempat
akad jual beli sebelum serah terima antara penjual dan
pembeli. Misalnya, seseorang membeli satu kuintal beras.
Setelah dibayar, si Penjual langsung pergi sedangkan
berasnya dalam karung belum ditimbang apakah cukup
atau tidak.
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan
kontan, gandum dengan gandum riba kecuali dengan
dibayarkan kontan; kurma dengan
kurma riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kismis
dengan kismis riba, kecuali dengan dibayarkan kontan (HR
al-Bukhari dari Umar bin
al-Khaththab)

3) Riba An-Nasi’ah
Riba Nasi’ah adalah tambahan yang disyaratkan
oleh orang yang mengutangi dari orang yang berutang
sebagai imbalan atas penangguhan (penundaan)
pembayaran utangnya. Misalnya si A meminjam uang
Rp. 1.000.000,- kepada si B dengan perjanjian waktu
mengembalikannya satu bulan, setelah jatuh tempo si A
belum dapat mengembalikan utangnya. Untuk itu, si A
menyanggupi memberi tambahan pembayaran jika si B
mau menunda jangka waktunya. Contoh lain, si B
menawarkan kepada si A untuk membayar utangnya
sekarang atau minta ditunda dengan memberikan
tambahan. Mengenai hal ini Rasulullah SAW.
Menegaskan bahwa:

14
“Dari Samrah bin Jundub, sesungguhnya Nabi
Muhammad saw. Telah melarang jual beli hewan
dengan hewan dengan bertenggang waktu.” (Riwayat
Imam Lima dan dishahihkan oleh Turmudzi dan Ibnu
Jarud)”

4) Riba Qardhi
Riba yang muncul akibat adanya tambahan atas pokok
pinjaman yang dipersyaratkan di muka oleh kreditur
atau shahibul maal kepada pihak yang berutang (debitur),
yang diambil sebagai keuntungan.
Contoh: Shahibul maal memberi pinjaman uang kepada
debitur Rp.10.000.000 dengan syarat debitur wajib
mengembalikan pinjaman tersebut sebesar Rp. 18.000.000
pada saat jatuh tempo.
Artinya: Dari Usamah bin Zaid, sesungguhnya Rasululah
saw bersabda: ”Sesungguhnya riba berada pada utang.”
Abdillah berkata: yang dimaksud Nabi yaitu satu dirham
(dibayar) dua dirham.
c. Dasar-dasar Hukum Riba

Dalam surat Ar-Ruum ayat 39:

        


         

    

Artinya: Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk

15
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim secara jelas
riba adalah perbuatan haram, termasuk salah satu dari lima dosa besar yang
membinasakan. Dalam hadist lain keharaman riba bukan hanya kepada
pelakunya, tetapi semua pihak yang membantu terlaksananya perbuatan riba
sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Muslim:

“Rasulullah saw melaknat orang memakan riba, yang memberi makan riba,
penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda; Mereka semua sama”.
(HR Muslim).

d. Perbedaan Riba Dengan Jual Beli

Di antara perbedaan jual beli dengan riba adalah adanya


sesuatu tambahan pada suatu akad yang tidak sesuai dengan syara’, karena
bisa memberatkan salah satu pihak,dan agama Islam melarang hal
semacam ini. Sedangkan tambahan atau laba dalam jual-beli yang di
sahkan adalah dengan cara yang telah ditentukan syara’.18

3. Gharar dalam Islam


a. Pengertian Gharar
Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan
untuk merugikan pihak lain. Suatu akad mengandung unsur
penipuan, karena tidak ada kepastian, baik mengenai ada atau tidak
ada objek akad, besar kecil jumlah maupun menyerahkan objek
akad tersebut. Menurut imam Nawawi, gharar merupakan unsur
akad yang dilarang dalam syari’at Islam. Imam Al-Qarafi
mengemukakan gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui
18
Abu Fajar Al Qalamidan Abdul Wahid Al Banjary, Tuntunan jalan lurus dan benar, (tanpa kota
dan tahun terbit: Gitamedia Press), hal. 379

16
dengan tegas, apakah efek akad akan terlaksana atau tidak, seperti
melakukan jual-beli ikan yang masih di dalam air (tambak).19
b. Bentuk-bentuk Jual Beli Gharar

Menurut ulama fiqih, bentuk-bentuk gharar yang dilarang adalah:

1) Tidak ada kemampuan penjual untuk menyerahkan objek


akad pada waktu terjadi akad, baik objek akad itu sudah
ada maupun belum ada.
2) Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan
penjual.
3) Tidak ada kepastian tentang jenis pembayaran atau jenis
benda yang dijual.
4) Tidak ada kepastian tentang tertentu dari barang yang
dijual.
5) Tidak ada kepastian tentang jumlah harga yang harus
dibayar.
6) Tidak ada kepastian tentang waktu penyerahan objek akad.
7) Tidak ada ketegasan bentuk transaksi, dan lain-lain.

H. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. PENDEKATAN PENELITIAN
Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karena penelitian
kualitatif menggunkan paradigm alamiah. Dalam pendekatan ini juga
berusaha menggambarkan fenomena secara holistik tanpa perlakuan
manipulatif, keaslian dan kepastian merupakan faktor yang sangat ditekankan

19
Ibid,Hal.147

17
dalam penelitian ini. Bogdan dan Taylor dalam Moleong menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.20 Di dalam pendekatan penelitian ini, kehadiran peneliti
sangat dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dari pihak yang terlibat
yakni penjual dan pembeli arisan uang secara online.
2. KEHADIRAN PENELITI
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak dibutuhkan. Oleh
karena peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam keseluruhan
penelitan di lapangan. Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk
mempengaruhi subjek penelitian, akan tetapi ditujukan untuk melakukan
upaya pencarian dan pengkajian data yang berhubungan dengan praktik
jual beli arisan uang secara online yang dilakukan oleh para pihak yang
melakukan transaksi untuk mendapat keuntungan yang sesuai dengan
tujuannya.
3. SUMBER DATA
Menurut Suharsimi, yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah “subjek darimana data dapat diperoleh”.21 Adapun
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data manusia atau
yang disebut informan, dokumen resmi baik itu yang internal maupun
eksternal. Artinya dalam hal ini peneliti menguraikan siapa-siapa yang
menjadi sumber data untuk memperoleh data yang valid, diantaranya
informan yang menjadi objek untuk diwawancarai adalah admin arisan
dan beberapa anggota arisan selaku penjual serta pembeli araisan uang
secara online pada media Facebook.

20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 4.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 129.

18
Adapun jenis data dalam penelitian ini dibagai menjadi dua macam
yaitu: data primer dan sekunder.
a. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang
biasa dilakukan oleh peneliti.22 Dalam hal ini adalah manusia atau
yang disebut informan yang diwawancarai peneliti menggunakan
sistem sampling, yaitu menentukan beberapa elemen yang terkait
seperti admin arisan yang mempromisikan jual beli arisan, pembeli
arsian secara online dan pemilik akun facebook Erma Awahid
yang berkompeten tentang fokus masalah.
b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung yang diperoleh dengan
mengutip dari data-data yang lain, seperti sumber dokumenter,
artikel dan buku-buku yang dikarang oleh para ahli.23 terkait
dengan masalah yang akan diteliti yakni jual beli arisan uang
secara online data sekundernya bisa berupa kitab-kitab hukum
tentang fiqh muamalah dan hukum Islam.

4. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.24 Berdasarkan keterlibatan pengamat dalam kegiatan
penelitian, observasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

22
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007) h. 42.
23
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 9.
24
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana. 2007), hlm. 115.

19
1) Obsevasi partisipan, yaitu observasi dimana peneliti ikut terlibat
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti
atau diamati seolah-olah bagian dari mereka.
2) Observasi nonpartisipan, yaitu observasi dimana pengamat berada
di luar subyek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan
yang mereka lakukan untuk menggali data.25
Pada penelitian yang akan diteliti peneliti menggunakan
observasi partisipan yang di mana peneliti merupakan bagian dari
keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi yakni peneliti
menjadi seorang pembeli dalam transaksi jual beli arisan uang secara
online.26
Alasan peneliti memilih observasi partisipan adalah karena
dengan menggunakan observasi partisipan peneliti akan mendapatkan
imformasi akurat dan detail mengenai apa yang akan teliti dan dengan
observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku
yang nampak karena pada saat melakukan observasi peneliti akan ikut
terjun langsung sebagai pembeli arisan sekaligus mengamati, melihat
dan mendengar bagaimana praktik jual beli arisan uang melalui sosial
media facebook apakah transaksi jual beli arisan ini sudah sesuai
dengan norma-norma syari’ah.
b. Metode Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah sesuatu bentuk komunikasi
verbal, atau percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.27

25
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Galia Indonesia,
2002),h. 87.
26
James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung:
PT Refika Aditama,1999), hlm. 289.
27
Muhammad, Metodologi Peneliian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, ( Jakarata: PT
Raja Grafindo Persada, 2008 ), hlm. 150.

20
Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan
mengungakapkan pertanyaan kepada informan. Dalam kegiatan
wawancara, peneliti telah dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan
kondisi lokasi wawancara.28

Ada dua cara membedakan tipe wawancara dalam tataran yang


luas: terstruktur dan tidak terstruktur.29 Dalam hal ini penulis
menggunakan wawancara tidak terstruktur karena wawancara tidak
terstruktur bersifat lebih luwes dan terbuka.Wawancara tidak
terstruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
wawancara terstruktur karena dalam melakukan wawancara dilakukan
secara alamiah untuk menggali ide dan gagasan imforman secara
terbuka dan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data.
Penulis hanya membuat garis-garis besar pokok permasalahan
sehingga dalam proses wawancara peneliti mengajukan pertanyaan
yang bersifat fleksibel atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
bebas, tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang telah
ditetapkan. Dengan demikian peneliti lebih leluasa untuk bertanya dan
mendalami permasalahan yang peneliti teliti, tidak terkait dengan
pertanyaan tertentu.

Dalam penelitian ini informan yang diwawancarai adalah


pihak yang terlibat dalam praktik jual beli arisan uang melalui media
sosial facebook yaitu penjual dan pembeli arisan serta anggota arisan
yang bertransaksi melalui akun facebook Erma Awahid.

28
Ibid.,hlm. 92.
29
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), hlm. 162.

21
Adapun hal yang diwawancarai adalah seputar aplikasi dan
sistem jual beli arisan uang melalui media sosial facebook pada akun
Erma Awahid.

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan-catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histori), peraturan,
kebijakan dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar, seketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.30 Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan
dokumen berupa foto, gambar, seketsa, screenshoot dari redaksi
promosi jual beli arisan uang atau profil akun Facebook Erma Awahid
untuk penelitian yang akan dilakukan.
d. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan
diinterpretrasikan dengan teliti, ulet dan kecakapan sehingga diperoleh
suatu kesimpulan yang objektif dari suatu penelitian. Bila data dan
informasi yang diperoleh itu sudah dianalisis dan diinterpretasikan,
maka akan diketahui pola pandangan menurut hukum Islam terhadap
praktik jual beli arisan uang melalui media facebook.
Berhubung penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
maka peneliti menggunakan analisis data filosofis atau logika dengan
metode induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-
peristiwa yang konkrit dari praktik jual beli arisan uang melalui media

30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 240.

22
facebook, kemudian dari fakta-fakta khusus atau peristiwa-peristiwa
yang konkrit tersebut ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Peneliti ini menggunakan analisis
data yang dirumuskan oleh Miles dan Huberman. Analisis data
dilakukan mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: Reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).31
Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan
data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan
data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu atau tidak
relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang.
Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang
disusun berdasarkan kategori atau pengelompokan-pengelompokan
yang diperlukan. Interpretasi data merupakan proses pemahaman
makna dari serangkaian data yang telah tersaji dalam wujud yang tidak
sekadar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami
mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah tersaji.
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan
makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang
singkat padat dan mudah dipahami, serta dilakukan dengan cara
berulangkali melakukan peninjuan mengenai kebenaran dari
penyimpulan, khususnya berkaitan dengan relevansi dan
konsistensinya terhadap judul, rumusan masalah dan tujuan.
Dari penjelasan di atas, dalam menganalisis data yang telah
dikumpulkan, peneliti melengkapi dan mengklasifikasikan data-data
diperoleh serta menyederhanakan data-data yang diperoleh dilapangan,
baik data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, maupun,

31
Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
209-210.

23
melalui dokumentasi. Kemudian peneliti memberikan kesimpulan
sesuai dengan data yang telah dianalisis.
e. Validitas Data
Teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah
triangulasi, dan pemerikasaan teman sejawat. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini diuraikan secara rinci sebagai berikut:32
a. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek data
tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh dengan
sumber lain.
Triangualasi yang dipergunakan adalah triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan untuk
mendapatkan informasi dari informan atau sumber lain yang
berbeda. Hal tersebut dilakukan dengan cara:33
1) Membandingkan data hasil wawancara yang satu dengan hasil
wawancara yang lain, membandingkan hasil observasi yang
satu dengan observasi yang lain, dan membandingkan hasil
dokumentasi yang satu dengan dokumentasi yang lain.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi,
membandingkan data hasil wawancara dengan data observasi,
dan membandingkan data hasil dokumentasi dengan observasi.
b. Membicarakan dengan teman sejawat bertujuan untuk
memperoleh kritik-kritik, pertanyaan-pertanyaan yang
menentang kepercayaan atau kebenaran penelitan. Dengan cara
ini peneliti dapat mencari kelemahan penafsiran yang kurang
jelas serta mendiskusikan data yang telah terkumpul. Dengan
demikian, maka data yang ditampilkan dalam laporan penelitan

32
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian, h.178.
33
Ibid. h.179.

24
benar-benar valid, karena sudah didiskusikan secara seksama
dengan orang-orang yang sudah dan sedang melakukan
penelitian yang secara rasional paham dalam masalah
penelitian.

I. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan langkah-langkah dalam menulis skripsi peneliti
menggunakan sistematika penulisan antara lain:
BAB I : Berupa pendahuluan yang berisi konteks penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah
pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : Bagian ini akan menjelaskan tentang paparan data dan temuan
tentang praktik jual beli arisan uang melalui sosial media
facebook pada pemilik akun facebook Erma Awahid.
BAB III : Pada bab ini peneliti mencoba menganalisa jual beli arisan
uang melalui sosial media facebook pada akun facebook Erma
Awahid dengan mengguanakn perspektif hukum Islam dan
bagian umum jual beli arisan uang secara online, sejarah dan
latar belakang arisan uang online, dan sistem pelaksanaan jual
beli arisan uang melalui media sosial facebook akun Erma
Awahid.
BAB IV : Untuk bab ini merupakan akhir dari penulisan yang berisikan
kesimpulan, saran, daftar pustaka, dan lampiran yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti tentang jual beli
arisan uang pada sosial media facebook pada akun facebook
Erma Awahid.

25

Anda mungkin juga menyukai