PENDAHULUAN
1
Carolina Ratri, Sukses Membangun Toko Online, Diandra Primamitra Media,
Yogyakarta, h.1.
1
2
tersebut dikenal dengan nama Ekonomi Islam dan sebagai ilmu disebut ilmu
ekonomi Islam. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Kegiatan jual beli dengan
sistem online pada masa sekarang, biasa disebut dengan belanja online. Belanja
online merupakan kegiatan pembelian barang dan jasa melalui media internet.
Seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu barang yang akan dibeli melalui
web yang dipromosikan oleh penjual. kegiatan ini merupakan bentuk komunikasi
baru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung, melainkan
dapat dilakukan secara terpisah ke seluruh dunia melalui media notebook,
komputer, ataupun handphone yang tersambung dengan layanan akses internet
toko online atau media online-nya, seperti website, marketplace, whatsapps,
BBM, dan lain sebagainya. Kedua, konsumen membeli barang dari toko
dropshiper dan mentransfer sejumlah uang (harga barang ditambah ongkos kirim).
Ketiga, dropshiper membeli atau mentransfer sejumlah uang kepada supplier dan
memberikan data pengiriman berupa, nama dropshiper dan no hp, nama
konsumen, alamat lengkap, dan nomor hp konsumen. Pada tahap ini dropshipper
telah mendapatkan keuntungan bersih meski barang belum dikirim oleh supplier.
Keempat, barang dikirim kepada konsumen oleh produsen atau supplier.2 Atau
lebih dikenal sebagai transaksi elektonik dengan istilah e-commerce. E-commerce
merupakan transaksi jual beli melalui media elektronik dengan akses intermet,
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan perniagaan atau perdagangan via
elektronik. Secara definisi e-commerce adalah suatu aktifitas perniagaan seperti
layaknya perniagaan atau perdagangan pada umumnya hanya saja dikategorikan
sebagai bagian dari aktifitas bisnis yang memiliki cakupan yang lebih luas
jangkauannya.3
Dalam ekonomi Islam juga terdapat kegiatan muamalah, yaitu tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan,
2
Wikipedia, Belanja daring, https://id.wikipedia.org/wiki/Belanja_daring diakses pada
tanggal 24 Februari 2022 pukul 16.00 WIB.
3
Eka wijaya, pengertian e-commerce, http://www.patartambunan.com/pengertian
ecommercemanfaat-serta-keuntungan-e-commerce/, (diakses pada tanggal 24 Februari 2022 pukul
16.00 WIB).
3
قَي َِذيقَي ُ و وَ وّ يُط مُامقَي ََ ييُْٰ ممقَي َْ ومقَي ََ وّ ْذ ٰ ۗقَي ِ ْ و َ ْ وقَي َهي مُقَي قَي ََربَُ وقَي َلقَي ُ و مُْ مَُ ونقَي َْ يَل و وقَي
ْ قَي َكقَي ُ و مُْ ما ي ْ وَ ي ِْذي ومقَي ُوأْ م مُكُ ون ذ
قَي ََربَُٰقَي َو وّمقَي وج ۤن وء ٗهقَي وَُ ْع وظ ٌةقَي ْذَقَي م يقَي َّبذ ْاقَي َونَْو قَي ْ قونَم َُْٓقَي َْن ي وّنقَي ََ وُطٰ معقَي َْث مل ذ
قَي ََربُ َۘ وقَي و وَ وح يل ذ م
ْ قَي َّللقَي ََ وُطٰ وع وقَي و وح ير وا ذ
٢٧٥ قَي َّللقَي ٰ وقَي و وَمقَي عون ودقَي َو منوَۤى وكقَي وَْص مبقَي ََنين َّْقَي ۚ مقَي ُهقَي َْْيونقَي خ ْ مِلو ونقَي –قَي ْ َو و َٗلقَي وَن وقَي سلو و ٰف وقَي و وََ مقَي ر ٗهٓٗقَي َْ وَل ذ
ِٕ
Artinya : Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan
dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu
menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Jual beli merupakan satu jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan atas dasar suka sama suka. Kegiatan
jual beli merupakan suatu kegiatan rutin yang terjadi pada setiap harinya.
Kegiatan jual beli tersebut akan terlaksana apabila terjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran barang ataupun jasa dengan
uang.6 Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, sarana yang dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan jual beli pun berkembang menjadi lebih
modern.
4
Sayyid Sabiq, syariat Islam, 1988. h.47.
5
https://quran.kemenag.go.id/sura/2/275. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022 pukul
16.00 WIB).
6
Siddiqi, Muhammad Nejatullah (kegiatan Ekonomi dalam Islam).h.21.
4
Kegiatan jual beli tidak mengharuskan penjual dan pembeli bertemu secara
langsung untuk melakukan sebuah transaksi. Penjual dapat menjual atau
menawarkan produk melalui website e-commerce, forum-forum jual beli maupun
melalui sarana jual beli online yang lainnya sedangkan calon pembeli dapat
melihat produk maupun jasa yang penjual tawarkan melalui sarana-sarana
tersebut. Dari perkembangan bentuk transaksi jual beli dan pemasaran inilah
kemudian kita mengenal istilah online shop.
Online shop merupakan proses pembelian barang atau jasa dari mereka yang
menjual barang atau jasa melalui internet dimana antara penjual dan pembeli tidak
pernah bertemu atau melakukan kontak secara fisik yang dimana barang yang
diperjualbelikan ditawarkan melalui gambar yang ada di suatu website atau toko
maya.7 Bentuk kegiatan jual beli ini tentu mempunyai banyak nilai positif,
diantaranya kemudahan dalam melakukan transaksi karena penjual dan pembeli
tak perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi. Salah satu toko yang
menggunakan sistem jual beli online yaitu nissa collection. Di nissa collection
terdapat beragam macam barang yang dijual, seperti tas, pakaian, produk
kosmetik, dan masih banyak lagi. Nissa collection biasanya menawarkan barang,
harga, dan gambar. Dari situ pembeli memilih dan kemudian memesan barang
yang biasanya akan dikirim setelah pembeli mentransfer uang,
Berdasarkan observasi awal, penulis mendapatkan informasi dari owner
(pemilik) nissa collection bahwa para konsumen lebih banyak menggunakan
aplikasi sosial media untuk membeli produk yang ada di nissa collection, tetapi
juga ada konsumen yang bertempat tinggal di Kecamatan Cisoka Kabupaten
Tangerang mereka langsung datang ke toko untuk membeli dan juga melihat
detail produk.
Dapat disimpulkan bahwa memasarkan produk ataupun jasa secara online
merupakan suatu kesempatan yang baik untuk melakukan promosi atau
penawaran produk maupun jasa. Popularitas e-commerce didukung oleh
7
https://www.hestanto.web.id/online-shop Diakses pada tanggal 25 Februari 2022 pukul
10.00 WIB).
5
langsung.
Dalam jual beli terdapat syarat dan rukun, yaitu sebagai berikut:
a. Pernyataan (sigat) serah terima (ijab dan qabul) yang jelas tidak
membutuhkan penafsiran lagi.
b. Membuat perjanjian antara penjual dan pembeli (aqid) dengan syarat
keduanya harus balig dan berakal sehingga mengerti benar hakikat jual beli.
c. Barang yang dijualbelikan (ma‟qud „alaih) barangnya harus jelas dan tidak
semu. Barang itu harus bermanfaat, karena diharamkan jual beli khimar,
daging babi, dan lain-lain yang masuk dalam hukum haram.8
1. Ditinjau dari hukum
a. Jual beli sah (halal)
Jual beli sah atau shahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan
syariat. Hukumnya, sesuatu yang diperjualbelikan menjadi milik yang
melakukan akad.
b. Jual beli fasid (rusak)
Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat
pada asalnya tetapi tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya, seperti
jual beli yang dilakukan oleh orang yang mumayyiz tetapi bodoh
sehingga menimbulkan pertentangan.
c. Jual beli batal (haram)
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
a) Jual beli dengan cara inah dan tawaruq
8
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah (klasik dan kontemporer), h. 83.
6
قَي َِذي ومقَي َ وَنمَُ وقَي َلقَي توأْ م مُك َُْٓقَي وََ وََُو مُكقَي بوينو مُك ْقَي ََ وُطن ْط ْلقَي َْ يَلٓٗقَي وَنقَي تو مكُ ون ْ و
قَي ِت ونَّ ًةقَي وعمقَي تو ور ٍَضقَي ْذَن مُكقَي ٰ وقَي و وَلقَي ْ ٓٗ وٰيُّيه ون ي
9
Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid alsyari’ah, Kencana, Jakarta, h.256.
10
10
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/29. Diakses pada tanggal 25 Februari 2022 pukul
10.00 WIB).
11
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, h.117.
11
pembeli. (6) Kekhususan barang yang dijual belikan harus diketahui. (7)
Penunjukkan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang dijualbelikan
jika barang itu (8) Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli
tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. (9) Barang yang dijual harus ditentukan
secara pasti pada waktu akad.12 Media sosial dijadikan tempat melakukan
kegiatan jual beli karena media sosial memiliki fasilitas yang sangat mendukung
kegiatan jual beli tersebut. Kegiatan jual beli online di media sosial yang
dilakukan oleh berbagai kalangan memang memperjualbelikan berbagai macam
barang seperti, busana, produk kesehatan, produk kecantikan, aksesoris gawai,
hijab dan juga peralatan ibu rumah tangga, property dan masih banyak lagi yang
ditawarkan.
Untuk itu, penulis mengangkat judul “Sistem Jual Beli Online Menurut
Ekonomi Islam Pada Toko Nissa collection”. Agar diharapkan para pengguna
online shop dapat lebih memahami lagi dalam melakukan transaksi secara online
menurut hukum Islam sehingga tidak merugikan pihak manapun.
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya perbedaan pengetahuan yang dimiliki penjual yang masih awam
akan produk maupun jasa yang ditawarkan.
2. Adanya pembeli yang masih merasa dirugikan karena barang yang diterima
tidak sesuai dengan gambar atau barang yang diterima juga ternyata cacat
atau juga barang tidak sampai kepada pembeli.
3. Barang yang dijual masih berupa foto dan gambar.
4. Proses transaksi tanpa tanggung jawab.
5. Sejauh mana cara menentukan supplier yang baik dan supplier yang buruk
bagi seorang calon droppshiper.
12
Abdul Rahman Gazali, Fiqh Muamalat, Kencana, Bandung , Cet Ke-2 h.98.
12
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah penulisan ini adalah :
1. Bagaimana tinjauan hukum Islam pada transaski jual beli online?
2. Bagaimana jual beli dengan model periklanan di E-Commerce?
3. Bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap sistem jual beli online ?
4. Bagaimana dampak sistem jual beli online terhadap pelanggan Toko Nissa
collection?
5. Bagaimana sistem jual beli online pada Toko Nissa Collection?
D. Pembatasan Masalah
Dalam setiap sistem tentu saja terdapat kekurangan maupun kelebihannya
masing-masing. Namun, untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis
membatasi masalah-masalah agar jelas, terarah dan tidak meluas. Penulis
membatasi penulisan dengan cara hanya membahas bagaimana sistem jual beli
online menurut ekonomi Islam di Toko Nisa Collection. Adapun pembatasan
masalah yang akan diteliti pada transaksi jual beli (tukar-menukar) barang yang
dilakukan secara online dalam pandangan hukum Islam.
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sistem jual beli online pada Toko Nissa collection.
b. Untuk mengetahui dampak sistem jual beli online.
c. Untuk mengetahui sistem jual beli online menurut ekonomi islam.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh, khususnya dalam bidang
sistem jual beli online.
b. Bagi Lokasi Penelitian
Secara praktis penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi online shop dalam menjalankan sistem jual beli online sesuai
syari‟at Islam dan juga untuk meningkatkan kualitas barang dan
menjaga kepercayaan konsumen.
13
c. Bagi Fakultas
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk
penelitian selanjutnya, khususnya yang memiliki topik relatif sama.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Diharapkan dari tulisan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi
dan masukkan bagi para calon pengusaha baru, terutama bagi mahasiswa
untuk berani mengambil tindakan wirausaha mandiri sehingga dapat dapat
menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru tanpa harus memikirkan
keterbatasan terhadap jarak, waktu ataupu modal.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan bagi masyarakat agar mampu memanfaatkan kegunaan
internet dengan maksimal hal yang lebih penting, dalam hal ini
melakukan jual beli online dari pada sekedar untuk bersosialisasi
secara maya.
b. Diharapkan sebagai penulis agar hasil tulisan ini dapat dipergunakan
dan dikaji lebih lanjut pada periode berikutnya jika terus mengalami
perkembangan.
G. Penelitian Terdahulu
Dalam tinjaun pustaka ini, penulis melakukan penelaahan terhadap
hasilhasil karya ilmiah yang berkaitan dengan tema ini guna menghindari
terjadinya penulisan ulang dan duplikasi penelitian.
Skripsi yang dilakukan oleh M. Aziz Zakiruddin mahasiswa jurusan
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Bengkulu 2017 yang berjudul
“Jual beli Dengan sistem Dropshipping Dalam Prespektif Imam Mazhab”.
Hasil penelitian di atas yaitu dalam jual beli sistem dropshipping apabila
pelaksanaan kerjasama antara dropshipping dan supplier jelas maka
diperbolehkan. pada dasarnya ada perbedaan pendapat antara kedua Imam
Mazhab, secara mutlak Imam Maliki memperbolehkan mekanisme
dropshipping namun bertolak belakang dengan Imam Mazhab Syafi‟i.
Persamaan skripsi diatas terhadap yang penulis teliti yakni keduanya
14
skripsi diatas terhadap yang penulis teliti yakni keduanya membahas mengenai
jual beli menggunakan akad As-salam, Perbedaan skripsi pertama membahas
jual beli mengunakan akad As-salam dengan menggunakan prinsip tabadul
manafi, Sedangkan penulis melakukan penelitian jual beli dengan sistem
dropshiping ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran dan memudahkan pembahasan dalam skripsi
ini, maka akan disajikan sistematika penulisan yang merupakan garis besar dari
skripsi ini, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka
teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Pada bab ini akan berisi tentang penelitian terdahulu dan landasan
teori tentang pengertian ekonomi Islam, pengertian jual beli online,
dampak jual beli online dan sistem jual beli online menurut ekonomi
Islam.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan tentang objek penelitian yaitu profil atau
gambaran umum mengenai Toko Nissa collection. struktur organisasi,
alasan membuka toko, media promosi, serta jenis produk yang dijual.
Bab IV :Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini menjelaskan tentang sistem jual beli online di Toko
Ninshop Prabumulih, dampak jual beli online, dan sistem jual beli
online menurut ekonomi Islam.
Bab V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS
13
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah, h.27.
17
Jual Beli Online yang terjadi pada umumnya termasuk ke dalam B2C
(Business to Consumer). B2C Bisnis menawarkan untuk menjual atau membeli
barang dan jasa kepada konsumen. Menurut Prihatna (2005: 19) dalam transaksi
14
Ashabul Fadhli, “Tinjauan Hukum Islam terhadap penerapan akad As-Salam dalam
transaksi e-Commerce”, dalam Mazahib Vol. XV, No.1 h. 5.
15
Wicaksono Febriantoro, “Kajian dan Strategi Pendukung Perkembangan E-commerce
Bagi UMKM di Indonesia”, dalam Manajerial, Juni 2018, Vol.3 No.5, h.186-187.
18
16
Shabur Miftah Maulana, “Implementasi e-commerce Sebagai Media Penjualan
Online(Studi Kasus Pada Toko Pastbrik Kota Malang)”, dalam Jurnal Administrasi Bisnis Vol.29
No.1h.4.
17
Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 12, Kuwait: Dār al-Bayan, h. 45.
18
Hasby As-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam; Tinjauan Antara Madzhab,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, h. 328.
19
R. Subekti S.H.R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Edisi Revisi,
Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 2010, h. 366.
19
orang lain yang memiliki alat tukar (uang) secara langsung maupun tidak
langsung atas dasar suka sama suka.20
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan syara yang disepakati. Yang dimaksud sesuai ketetapan syara adalah
memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lainnya yang ada
kaitannya dengan jual beli. Maka bila syarat-syarat dan rukun-rukunnya tidak
terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟, sedangkan yang dimaksud
dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan uang. Kemudian sifat
benda tersebut harus dapat dinilai yakni benda-benda yang berharga dan dapat
dibenarkan penggunaannya menurut syara. Benda itu adakalanya bergerak
(dipindahkan) dan ada kalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), yang dapat dibagi-
bagi adakalanya tidak dapat dibagi-bagi, penggunaan harta tersebut dibolehkan
sepanjang tidak dilarang syara.21
Adapun pengertian jual beli yang menyatakan bahwa jual beli adalah
pertukaran harta benda atas saling rela, atau memindahkan hak milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah).22 Definisi tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa jual beli dapat terjadi dengan cara:
1. Penukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela,
2. Memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa
alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
Dalam cara pertama yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Yang
dimaksud dengan harta disini adalah semua yang dimiliki dan dimanfaatkan.
Dalam istilah lain dapat disebutkan bahwa yang dimaksud harta disini semua
sama pengertiannya dengan obyek hukum, yaitu meliputi segala benda, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud yang dapat bermanfaat atau berguna bagi
20
Nazar Bakry, Problematika Pelaksana Fiqh Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004, h. 58.
21
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, h. 67-69.
22
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, h. 128.
20
subyek hukum. Pertukaran harta atas dasar saling rela itu dapat dikemukakan
bahwa jual beli yang dilakukan adalah dalam bentuk barter atau pertukaran barang
(dapat dikatakan bahwa jual beli ini adalah dalam bentuk pasar tradisional).
Sedangkan cara yang kedua yaitu memindahkan milik dengan ganti yang
dapat dibenarkan, berarti barang tersebut dipertukarkan dengan alat ganti yang
dapat dibenarkan. Adapun yang dimaksud dengan ganti yang dapat dibenarkan
disini berarti milik atau harta tersebut dipertukarkan dengan alat pembayaran yang
sah dan diakui keberadaannya, misalnya uang rupiah dan mata uang lainnya.
2. Definisi Online
Online adalah satu kata yang sangat berkaitan dengan dunia maya atau
lebih tepatnya internet. Online adalah istilah saat kita terhubung dengan internet
atau dunia maya, baik itu terhubung dengan akun media sosial kita, e-mail dan
berbagai jenis akun lainnya yang kita pakai atau gunakan lewat internet.23
Di zaman serba modern ini, segala sesuatunya bisa dilakukan dengan
mudah melalui internet atau online. Tidak hanya saling bertukar informasi atau
berkomunikasi lewat akun media sosial, tetapi kita juga bertransaksi lewat internet
atau online. Contohnya, yang sedang marak dilakukakan oleh masyarakat kita
adalah transaksi jual beli online. Lewat online transaksi bisa dilakukan dengan
mudah dan tidak ribet. Maka dari masyarakat lebih memilih transaksi jual beli
online. Banyak situs yang menawarkan jual beli online contohnya, blibli.com,
tokopedia.com, olx.com, dan masih banyak yang lainnya. Bukan hanya
bertransaksi saja, tapi juga proses transportasi pun bisa dilakukan dengan online.
Seperti perusahaan gojek yang menyediakan transportasi ojek masyarakat secara
online. Dengan itu, semua menjadi mudah dan cepat. Dengan internet atau online
segala sesuatunya terasa mudah dan tidak susah karena internet membuka dunia
dan tidak ada batas.
3. Dasar Hukum Jual Beli Online
Selain dalam hukum Islam, dasar hukum transaksi elektronik juga diatur
dalam hukum positif yaitu:
23
http://www.pengertianku.net/2022/03/pengertian-online-dan-offline-secara-lebih-jelas-
html. Diakses pada tanggal diakses tanggal 26 Februari 2022.
21
26
Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017), h. 179.
24
ijab dan kabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga
barang (ta‟athi).27
Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun jual beli itu ada empat yaitu:
Penjual, Pembeli, Shighat (ijab dan qabul), Ma’qud a’layah (objek akad).
1. Akad (Ijab qobul)
Akad adalah salah satu bentuk indikasi yang menyakinkan tentang
adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini kita dapat menemukan
cara lain yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling
mengangguk atau saling menanda tangani suatu dokumen, maka yang
demikian telah memenuhi unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi jual
beli di supermarket, pembeli telah menyerahkan uang dan penjual melalui
petugasnya di counter telah memberikan slip tanda terima, sahlah jual beli
itu.28
2. Penjual dan Pembeli (Aqid)
Rukun jual beli yang kedua adalah aqid atau orang yang melakukan
akad, yaitu penjual dan pembeli. Orang yang melakukan akad harus
berbilang tidak sendirian. Dengan demikian, akad yang dilakukan oleh satu
orang yang mewakili dua pihak hukumnya tidak sah, kecuali apabila
dilakukan oleh ayah yang membeli barang dari anaknya yang masih di
bawah umur dengan harga pasaran. Hal ini oleh karena dalam jual beli
terdapat dua hak yang berlawanan, yaitu menerima dan menyerahkan. Dan
merupakan hal yang mustahil, pada saat yang sama satu orang bertindak
sebagai penjual yang menyerahkan barang dan sekaligus menjadi pembeli
yang menerima barang.29
3. Objek Akad (Ma‟qud Alaih)
Objek akad jual beli adalah barang yang dijual dan harga atau uang.
Objek akad harus memenuhi syarat: barang yang dijual harus ada, oleh
karena itu tidak sah jual beli barang yang tidak ada. Barang harus kuat,
27
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 71.
28
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 195.
29
Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah,2017), h. 188.
25
tetap, dan bernilai, bermanfaat. Barang tersebut milik sendiri. Barang yang
dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli.
4. Nilai tukar pengganti barang
Nilai tukar pengganti barang yaitu sesuatu yang memenuhi tiga syarat;
bisa menyimpan nilai (store of value), bisa menilai atau menghargakan
suatu barang (unit of account) dan bisa dijadikan alat tukar (medium of
exchange). Suci, najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk
dibelikan, seperti kulit binatang/bangkai yang belum disamak.30
6. Syarat Jual Beli
Adapun syarat-syarat jual beli yang harus dipenuhi:
1. Syarat terjadinya Akad
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual
beli itu harus memenuhi syarat:
a. Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang
belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Adapun anak
kecil yang telah mumayiz, menurut ulama Hanafiyah, apabila akad
yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti
menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya sah. Apabila
transaksi yang dilakukan anak kecil yang telah mumayiz
mengandung manfaat dan mudarat sekaligus, seperti jual beli, sewa
menyewa, dan perserikatan dagang, maka transaksi ini hukumnya
sah jika walinya mengizinkan.
b. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya,
seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan
sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli. Misalnya, Ahmad
menjual sekaligus membeli barangnya sendiri, maka jual belinya
tidak sah.31
2. Syarat-syarat yang terkait dengan Ijab Kabul (Sighat al-Aqd)
30
Diah Ayu Wulandari, Fiqh Muamalah Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam Islam,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Jurai Siwo Metro. 2016, h. 7.
31
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada, 2010), h. 71.
26
32
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 63.
27
Termasuk unsur terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari
barang yang dijual untuk zaman sekarang adalah uang, Menurut
mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat secara aktual, sedangkan al-si‟r adalah modal barang yang
seharusnya diterima para pedagang sebelum di jual ke konsumen. Para
ulama fiqh mengemukakan syarat-syarat al-tsaman sebagai berikut:
a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas
jumlahnya.
b. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan
barang (al-muqayadhah) maka barang yang dijadikan nilai tukar
bukan barang yang diharamkan oleh syara.
c. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum
seperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit.
4. Syarat yang berkaitan dengan objek akad (ma‟qud alayh)
Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah sebagai
berikut:
a. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah
penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi.
b. Memberi manfaat syara, maka dilarang jual beli bendabenda yang
tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara‟, seperti menjual
babi, kala, cicak.
c. Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal
lain, seperti jika ayahku pergi, kujual motor ini padamu.
d. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak
se-izin pemiliknya atau barang-brang yang baru akan menjadi
miliknya.
e. Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat
diketahui banyaknya, beratnya, takaranya, atau ukuranukuran yang
lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan
salah stau pihak.
7. Macam-macam Jual Beli
28
33
Diah Ayu Wulandari, Fiqh Muamalah Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam Islam,
(STAIN Jurai Siwo Metro, 2016), h. 7.
29
b. Jual beli sharf adalah tukar menukar (jual beli) emas dengan emas,
dan perak dengan perak, atau menjual salah satu dari keduanya
dengan yang lain (emas dengan perak atau perak dengan emas).
c. Jual beli salam adalah jual beli sesuatu yang disebutkan sifat-sifatnya
dalam perjanjian dengan harga (pembayaran) dipercepat (tunai).
Cara pemesanan tidak disyarakatkan harus dengan lafal salam,
melainkan cukup dan sah dengan lafal bai (jual beli). Akan tetapi,
boleh juga dengan lafal salam.34
Jual beli dari segi harga atau ukurannya terbagi menjadi empat macam,
yaitu jual beli mudarabahah, jual beli tauliyah, jual beli wadi‟ah, dan jual beli
musawamah.
a. Jual beli mudarabahah adalah menjual barang dengan harganya
semula ditambah dengan keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.
b. Jual beli tauliyah adalah jual beli barang sesuai dengan harga
pertama (pembelian) tanpa tambahan.
c. Jual beli wadi‟ah adalah jual beli barang dengan mengurangi harga
pembelian.
d. Jual beli musawamah adalah jual beli yang biasa berlaku di mana
para pihak yang melakukan akad jual beli saling menawar sehimgga
mereka berdua sepakat atas suatu harga dalam transaksi yang mereka
lakukan.35
8. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam
Jual beli dikatakan tidak Islami bila tidak memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam fiqh dan terdapat pula larangan Nabi padanya dan oleh
karenanya hukumnya haram. Jual beli yang dilarang di dalam Islam di
antaranya sebagai berikut:
1) Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun.
Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:
34
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 2002), h. 75.
35
Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2001), h. 101.
30
a. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh
diperjual belikan. Seperti babi, berhala, bangkai, khamar.
b. Jual beli yang belum jelas
Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram
untuk diperjualbelikan, karena dapat merugikan salah satu
pihak, baik penjual, maupun pembeli. Seperti jual beli buah-
buahan yang belum tampak hasilnya, jual beli ikan di kolam,
menjual ubi yang masih ditanam.
c. Jual beli muhaqallah
Muhaqallah ialah menjual tanam-tanaman yang masih di
ladang atau di sawah. Hal ini dilarang agama sebab ada
prasangka riba di dalamnya.
36
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 2002), h. 79.
31
37
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada, 2010), h. 89.
32
38
John M.Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
2003), h. 200.
33
39
Cs Bisnisku, “Dropshipping”, http://bisniskukm.com/pahami-sistem-dropshipdalam
bisnis-sampingan-toko-online.html (diakses tanggal 26 Februari 2022).
40
Cs Bisnisku, “Dropshipping”, http://bisniskukm.com/pahami-sistem-dropshipdalam-
bisnis-sampingan-toko-online.html (diakses tanggal 26 Februari 2022).
34
luar ruangan ataupun dalam ruangan dan ketika sedang hari libur pun kita
bisa melakukan bisnis dropship.
Adapun yang menjadi Kekurangan dari dropshipping antara lain:
1. Tidak meng etahui kondisi barang
Karena stok barang bukan dropshipper yang pegang maka akan
kesulitan bagi dropshipper menjelaskan kondisi barang yang
diperjualbelikan.
2. Komplain pelanggan
Jika terjadi komplain dari pembeli maka dropshipper pasti akan
kesulitan untuk mengatasinya, biasanya masalah yang timbul dari
pelanggan merupakan perlambatan pengiriman barang atau kondisi
barang yang tidak sesuai karena dropshipper bukan pemilik barang
dan tidak berperan dalam pengiriman maka ini akan mempersulit
dropshipper jika terjadi masalah. 41
C. Sistem MarketPlace
Marketplace merupakan bagian dari e-commerce. Dari teori yang
dipaparkan marketplace termasuk dalam e-commerce jenis Bussiness to
Consumer (B2C). Marketplace adalah sebuah pasar elektronik tempat
terjadinya kegiatan menjual dan membeli suatu barang ataupun jasa. Pada
dasarnya marketplace tidak memiliki produk apa pun, marketplace menyajikan
produk orang lain dan tidak bertanggung jawab atas produk yang jual. Namun
di samping itu marketplace tidak hanya mempromosikan produk tetapi juga
menjembatani transaksi online antara penjual dan pembeli.42
Menurut Brunn, Jensen, & Skovgaard terdapat dua jenis e- marketplaces
yaitu:
a. E-Marketplaces Horizontal
E-Marketplaces horizontal dapat dikategorikan berdasarkan fungsi
atau produk umum yang ditawarkan perusahaan dapat diartikan pasar
yangdigunakan untuk industri umum, seperti pasar penjualan
41
Fathul Husna, Buku Pintar bisnis Online, (Jakarta: PT Gramedia, 2015), h. 2.
42
Wheny Kristianto, Totok Supriyanto, Sri Wahyuni, Sistem Informasi Manajemen
Pendekatan Sosioteknik, h. 77-78.
35
D. Ekonomi Islam
1. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti
masalah perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya.
Hanya dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar
dalam setiap aktifitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan
alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun,
definisi tersebut mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang
tidak kompatibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut mendorong
43
Richard Sandhusen, Marketing (Hauppauge New York: Barron’s Educational series,
2008), h. 101.
36
44
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 14.
45
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics, Theory and Practice, (India: Idarah
Adabiyah, 1980), h. 3.
46
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2006), h. 16.
37
47
Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),h.14.
48
Nur Rianto, Lembaga Keuangan, h. 15.
38
49
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h.28.
39
50
Ibnu Majah , Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4, h. 743.
40
51
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 2003), h. 29.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai penulis
dalam sebuah penelitian, maka tujuan penelitian adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem jual beli online tinjauan
hukum ekonomi syariah Di toko Nissa Collection.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sistem jual beli online
pada saat ini.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem jual beli online menurut
ekonomi islam
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif kualitatif dengan jenis
penelitian lapangan (field research),yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara terjun secara langsung kedaerah obyek penelitian, untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan judul. Dimana penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ingin memahami fenomena berdasarkan pandangan partispan
atau pandangan internal (perspectives emic), dan bukan pandangan peneliti
sendiri atau pandangan eksternal (Perspective etic). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermasuk untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku
C. Lokasi Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti akan dilakukan, untuk
memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan. Tempat
atau yang akan dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah Toko Nissa
Collection Di Kecamatan Cisoka Tanggerang. Penelitian ini dilaksanakan
minimal 2 bulan. Persepsi, motivasi, tindakan, dll. Seacara holistik dan dengan
cara deksripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
42
52
Lexy .J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.29, 157.
43
53
Lexy .J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.29, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), 157.
54
Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet VI, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2004), h. 204.
44
55
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet 4
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.54.
56
Lexy .J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 234.
57
Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum, Cet 2., ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.
43.
45
DAFTAR PUSTAKA
Umar, Husain, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet VI,
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004).
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik bab 1 pasal 1 angka 2.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet 4
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003).
Wardi, Ahmad, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017).
49
WEBSITE