Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan sesama manusia dalam bermuamalah salah satunya dengan cara
jual beli. Jual beli secara bahasa merupakan proses memiliki, membeli atau
menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga tertentu. Jual beli bisa disebut
juga sebagai persetujuan saling mengikat antara penjual sebagai pihak yang
menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang
yang dijual. Dengan ikatan saling menukar (pertukaran) diantaranya. Istilah jual
beli yaitu berasal dari kata al bai’ dan Asy Syiraa (beli) biasanya dipergunakan
dalam pengertian yang sama jual beli merupakan salah satu aktivitas yang sering
dilakukan manusia. Dalam perkembangannya jual beli terbagi menjadi dua
system. Ada jual beli yang dilakukan dengan system offline dan online. Terutama
saat memasuki abad ke-21, khususnya saat ditemukanya internet. Jual beli yang
dilakukan dengan sistem offline maupun online, keduanya memiliki kesamaan
yang terletak dalam objek yang diperjual belikan dapat berupa produk atau jasa.
Perbedaannya terletak pada proses penyerahan barang dan uang, offline diserah
terimakan secara langsung dengan bertatap muka. Sedangkan online tidak
demikian. Dimana pembeli dan penjual tidak bertatap muka secara langsung. Dan
komunikasi semata-mata mengandalkan teknologi berupa media sosial.1 Islam
sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia, tentu sangat
berpengaruh terhadap pola hidup bangasa Indonesia. Perilaku pemeluknya tidak
lepas dari syari’at dalam agama Islam. Dengan demikian, pelaksanaan syari’at
agama yang berupa hukum-hukum merupakan salah satu parameter ketaatan
seseorang dalam menjalankan agamanya. Oleh karena itu dalam hal ekonomi pun
harus berlandaskan Syari’at Islam. Guna memahami pengertian hukum ekonomi
syari’ah, maka diperlukan pemahaman terhadap ekonomi Islam. Istilah ekonomi
syari’ah hanya dikenal di Indonesia, sementara di negara-negara lain istilah

1
Carolina Ratri, Sukses Membangun Toko Online, Diandra Primamitra Media,
Yogyakarta, h.1.

1
2

tersebut dikenal dengan nama Ekonomi Islam dan sebagai ilmu disebut ilmu
ekonomi Islam. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi yang di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Kegiatan jual beli dengan
sistem online pada masa sekarang, biasa disebut dengan belanja online. Belanja
online merupakan kegiatan pembelian barang dan jasa melalui media internet.
Seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu barang yang akan dibeli melalui
web yang dipromosikan oleh penjual. kegiatan ini merupakan bentuk komunikasi
baru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung, melainkan
dapat dilakukan secara terpisah ke seluruh dunia melalui media notebook,
komputer, ataupun handphone yang tersambung dengan layanan akses internet
toko online atau media online-nya, seperti website, marketplace, whatsapps,
BBM, dan lain sebagainya. Kedua, konsumen membeli barang dari toko
dropshiper dan mentransfer sejumlah uang (harga barang ditambah ongkos kirim).
Ketiga, dropshiper membeli atau mentransfer sejumlah uang kepada supplier dan
memberikan data pengiriman berupa, nama dropshiper dan no hp, nama
konsumen, alamat lengkap, dan nomor hp konsumen. Pada tahap ini dropshipper
telah mendapatkan keuntungan bersih meski barang belum dikirim oleh supplier.
Keempat, barang dikirim kepada konsumen oleh produsen atau supplier.2 Atau
lebih dikenal sebagai transaksi elektonik dengan istilah e-commerce. E-commerce
merupakan transaksi jual beli melalui media elektronik dengan akses intermet,
yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan perniagaan atau perdagangan via
elektronik. Secara definisi e-commerce adalah suatu aktifitas perniagaan seperti
layaknya perniagaan atau perdagangan pada umumnya hanya saja dikategorikan
sebagai bagian dari aktifitas bisnis yang memiliki cakupan yang lebih luas
jangkauannya.3
Dalam ekonomi Islam juga terdapat kegiatan muamalah, yaitu tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan,

2
Wikipedia, Belanja daring, https://id.wikipedia.org/wiki/Belanja_daring diakses pada
tanggal 24 Februari 2022 pukul 16.00 WIB.
3
Eka wijaya, pengertian e-commerce, http://www.patartambunan.com/pengertian
ecommercemanfaat-serta-keuntungan-e-commerce/, (diakses pada tanggal 24 Februari 2022 pukul
16.00 WIB).
3

seperti jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan


bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya. Agama telah memberikan aturan
terhadap masalah muamalah ini untuk kemaslahatan umum.4 Dengan teraturnya
muamalah, maka kehidupan manusia jadi terjamin dengan sebaik-baiknya dan
teratur tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan yang merugikannya. Salah
satu bentuk kegiatan yang muamalah yang dibolehkan oleh Allah swt adalah jual
beli, sebagaimana dalam firmanNya dalam Q.S AlBaqarah ayat 275 : 5

‫قَي َِذيقَي ُ و وَ وّ يُط مُامقَي ََ ييُْٰ ممقَي َْ ومقَي ََ وّ ْذ ٰ ۗقَي ِ ْ و َ ْ وقَي َهي مُقَي‬ ‫قَي ََربَُ وقَي َلقَي ُ و مُْ مَُ ونقَي َْ يَل و وقَي‬
ْ ‫قَي َكقَي ُ و مُْ ما ي‬ ْ ‫وَ ي ِْذي ومقَي ُوأْ م مُكُ ون ذ‬
‫قَي ََربَُٰقَي َو وّمقَي وج ۤن وء ٗهقَي وَُ ْع وظ ٌةقَي ْذَقَي م يقَي َّبذ ْاقَي َونَْو قَي‬ ْ ‫قونَم َُْٓقَي َْن ي وّنقَي ََ وُطٰ معقَي َْث مل ذ‬
‫قَي ََربُ َۘ وقَي و وَ وح يل ذ م‬
ْ ‫قَي َّللقَي ََ وُطٰ وع وقَي و وح ير وا ذ‬
٢٧٥ ‫قَي َّللقَي ٰ وقَي و وَمقَي عون ودقَي َو منوَۤى وكقَي وَْص مبقَي ََنين َّْقَي ۚ مقَي ُهقَي َْْيونقَي خ ْ مِلو ونقَي –قَي‬ ْ ‫َو و َٗلقَي وَن وقَي سلو و ٰف وقَي و وََ مقَي ر ٗهٓٗقَي َْ وَل ذ‬
ِٕ
Artinya : Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan
dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu
menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Jual beli merupakan satu jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia
dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan atas dasar suka sama suka. Kegiatan
jual beli merupakan suatu kegiatan rutin yang terjadi pada setiap harinya.
Kegiatan jual beli tersebut akan terlaksana apabila terjadi kesepakatan antara
kedua belah pihak untuk melakukan pertukaran barang ataupun jasa dengan
uang.6 Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, sarana yang dapat
digunakan untuk melakukan kegiatan jual beli pun berkembang menjadi lebih
modern.

4
Sayyid Sabiq, syariat Islam, 1988. h.47.
5
https://quran.kemenag.go.id/sura/2/275. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022 pukul
16.00 WIB).
6
Siddiqi, Muhammad Nejatullah (kegiatan Ekonomi dalam Islam).h.21.
4

Kegiatan jual beli tidak mengharuskan penjual dan pembeli bertemu secara
langsung untuk melakukan sebuah transaksi. Penjual dapat menjual atau
menawarkan produk melalui website e-commerce, forum-forum jual beli maupun
melalui sarana jual beli online yang lainnya sedangkan calon pembeli dapat
melihat produk maupun jasa yang penjual tawarkan melalui sarana-sarana
tersebut. Dari perkembangan bentuk transaksi jual beli dan pemasaran inilah
kemudian kita mengenal istilah online shop.
Online shop merupakan proses pembelian barang atau jasa dari mereka yang
menjual barang atau jasa melalui internet dimana antara penjual dan pembeli tidak
pernah bertemu atau melakukan kontak secara fisik yang dimana barang yang
diperjualbelikan ditawarkan melalui gambar yang ada di suatu website atau toko
maya.7 Bentuk kegiatan jual beli ini tentu mempunyai banyak nilai positif,
diantaranya kemudahan dalam melakukan transaksi karena penjual dan pembeli
tak perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi. Salah satu toko yang
menggunakan sistem jual beli online yaitu nissa collection. Di nissa collection
terdapat beragam macam barang yang dijual, seperti tas, pakaian, produk
kosmetik, dan masih banyak lagi. Nissa collection biasanya menawarkan barang,
harga, dan gambar. Dari situ pembeli memilih dan kemudian memesan barang
yang biasanya akan dikirim setelah pembeli mentransfer uang,
Berdasarkan observasi awal, penulis mendapatkan informasi dari owner
(pemilik) nissa collection bahwa para konsumen lebih banyak menggunakan
aplikasi sosial media untuk membeli produk yang ada di nissa collection, tetapi
juga ada konsumen yang bertempat tinggal di Kecamatan Cisoka Kabupaten
Tangerang mereka langsung datang ke toko untuk membeli dan juga melihat
detail produk.
Dapat disimpulkan bahwa memasarkan produk ataupun jasa secara online
merupakan suatu kesempatan yang baik untuk melakukan promosi atau
penawaran produk maupun jasa. Popularitas e-commerce didukung oleh

7
https://www.hestanto.web.id/online-shop Diakses pada tanggal 25 Februari 2022 pukul
10.00 WIB).
5

keuntungan-keuntungan yang didapatkan oleh kedua belah pihak yaitu penjual


dan pembeli dalam melakukan transaksi secara online, diantaranya:
1. Konsumen dapat melakukan transaksi dalam waktu yang singkat sehingga

menjadi lebih efisien dibandingkan dengan berbelanja di toko secara

langsung.

2. Aturan keamanan yang ditawarkan oleh masing-masing e-commerce.

Dalam jual beli terdapat syarat dan rukun, yaitu sebagai berikut:
a. Pernyataan (sigat) serah terima (ijab dan qabul) yang jelas tidak
membutuhkan penafsiran lagi.
b. Membuat perjanjian antara penjual dan pembeli (aqid) dengan syarat
keduanya harus balig dan berakal sehingga mengerti benar hakikat jual beli.
c. Barang yang dijualbelikan (ma‟qud „alaih) barangnya harus jelas dan tidak
semu. Barang itu harus bermanfaat, karena diharamkan jual beli khimar,
daging babi, dan lain-lain yang masuk dalam hukum haram.8
1. Ditinjau dari hukum
a. Jual beli sah (halal)
Jual beli sah atau shahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan
syariat. Hukumnya, sesuatu yang diperjualbelikan menjadi milik yang
melakukan akad.
b. Jual beli fasid (rusak)
Jual beli fasid adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat
pada asalnya tetapi tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya, seperti
jual beli yang dilakukan oleh orang yang mumayyiz tetapi bodoh
sehingga menimbulkan pertentangan.
c. Jual beli batal (haram)
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
a) Jual beli dengan cara inah dan tawaruq

8
Ismail Nawawi, Fiqh Muamalah (klasik dan kontemporer), h. 83.
6

Artinya seseorang menjual barang kepada orang lain dengan


pembayaran bertempo, lalu barang itu diserahkan kepada pembeli,
kemudian penjual itu membeli kembali barangnya sebelum uangnya
lunas dengan harga lebih rendah dari harga pertama.
b) Jual beli sistem salam
Beda dengan kredit, kalau salam barangnya yang diakhirkan
uangnya didepan.
c) Jual beli secara paksa
d) Jual beli sesuatu yang tidak dimiliki dan menjual sesuatu yang
sudah dibeli dan belum diterima
e) Jual beli yang dapat menjauhkan dari ibadah
f) Menjual barang-barang yang diharamkan
g) Menjual sesuatu yang tidak dimiliki
h) Jual beli najasy
Jual beli najasy adalah menawar suatu barang dagangan dengan
menambah harga secara terbuka, ketika datang seorang pembeli
dia menawar lebih tinggi barang itu padahal dia tidak akan
membelinya.
i) Jual beli secara gharar
Jual beli gharar adalah apabila seorang penjual menipu saudara
semuslim dengan cara menjual kepadanya barang dagangan yang
didalamnya terdapat cacat.
2. Ditinjau dari benda (objek)
a. Bendanya kelihatan
Artinya pada waktu melakukan akad jual beli, barang yang
diperjualbelikan ada didepan penjual dan pembeli.
b. Sifat-sifat bendanya disebutkan dalam janji
Yaitu jual beli salam (pesanan), salam jual beli yang tidak tunai.
c. Bendanya tidak ada
3. Ditinjau dari subjek (pelaku)
a. Dengan lisan
7

b. Dengan perantara (tulisan atau surat-menyurat)


c. Dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah
mu‟athah, yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab qabul
secara lisan.
4. Ditinjau dari harga
a) Jual beli yang menguntungkan
b) Jual beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual dengan harga
aslinya.
c) Jual beli rugi
d) Jual beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya
tetapi kedua orang yang akad saling meridhai.
5. Ditinjau dari pembayaran
1. Al-Murabahah (jual beli dengan pembayaran di muka)
2. Bai‟as Salam (jual beli dengan pembayaran tangguh)
3. Bai‟ al-Istishna (jual beli berdasarkan pesanan)
Ada juga manfaat dari jual beli online, yaitu:
a. Praktis dan menghemat waktu
Dengan duduk atau tiduran didepan komputer atau gadget kita sudah bisa
berbelanja berbagai macam barang baik pakaian, alat elektronik, alat
kesehatan dan sebagainya.
b. Banyak pilihan barang
Toko online menyediakan apa yang kita butuhkan, semuanya hampir ada.
Dari sekedar barang sederhana dan murah sampai barang yang berharga
mahal.
c. Harga relative lebih murah
Pemilik toko online biasanya tidak perlu menyediakan kios khusus sehingga
mereka mampu menghemat biaya operasional dan lainnya, sehingga toko
online biasanya bisa menjual barang lebih murah daripada di pasaran.
Kerugian belanja online, yaitu:
1. Barang tidak bisa dicoba
2. Kualitas barang tidak sesuai
8

3. Ongkos kirim mahal


4. Resiko penipuan
Jual beli diklasifikasikan menjadi jual beli yang benar (sahih), jual beli
yang (batil), dan jual beli yang rusak (fasid). Secara umum, jual beli sahih
dimaknai dengan jual beli yang telah memenuhi syarat dan rukun akad. Adapun
jual beli yang tidak benar (gayru sahih) adalah yang tidak terpenuhi syarat dan
rukunnya. Toko online menyediakan apa yang kita butuhkan, semuanya hampir
ada. Dari sekedar barang sederhana dan murah sampai barang yang berharga
mahal.
Kebanyakan problem sosial dan ekonomi yang mengakibatkan
perselisihan disebabkan oleh tidak dijalankannya undang-undang syari’ah yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam jual beli. Padahal, ketentuan hukum
tersebut berfungsi sebagai pengemban bagi kebaikan muamalah namun dalam
proses transaksi, penjual seringkali terkendala dalam menentukan harga produk
yang ditawarkan. Berdasarkan teori Asymmetric Information, adanya perbedaan
pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan yang berinteraksi dalam kegiatan jual
beli menyebabkan penjual yang masih awam akan produk yang maupun jasa yang
ditawarkan mengalami kebingungan dalam menentukan harga untuk produk
ataupun jasa yang akan ditawarkan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat yang
menyediakan informasi tambahan bagi penjual dalam menentukan suatu
keputusan pada sebuah transaksi sehingga mendapat keuntungan yang optimal,
misalnya fitur Forecasting.
Namun ada juga dampak dari online shop ini, seperti banyak pembeli yang
merasa dirugikan karena barang yang diterima tidak sesuai dengan gambar atau
barang yang diterima juga ternyata cacat atau juga barang tidak sampai kepada
pembeli, dan masih banyak lagi kasus yang lainnya. Hal ini tentu saja tidak serta
merta menjadi kesalahan yang dibebankan kepada pihak penjual karena pembeli
sebagai pelaku ekonomi juga punya kewajiban untuk menjaga hak-haknya sendiri
9

sebagai konsumen dengan berhati-hati ketika melakukan transaksi sesuai yang


dituangkan di dalam undang-undang perlindungan konsumen.9
Dengan kemudahan yang ditawarkan dan peluang yang cukup
menggiurkan ini, banyak orang yang mulai menggelutinya. Karena cukup dengan
bermodalkan smartphone, laptop, dan koneksi internet setiap orang bisa
melakukan kegiatan ini. Dalam kenyataan yang dialami penulis, ternyata dropship
sendiri memiliki berbagai aturan main atau sistem yang berbeda. (1) Ada yang
melakukan dropship dengan membeli barang yang dijadikan objek transaksi
dengan harga tertentu, yang dengan itu mendapatkan fasilitas name dropshipper
dan barang yang akan dijual. Dan keuntungannya berupa potongan harga dari
produsen atau supplier. (2) Ada yang melakukan dropship dengan membayar ke
member-an untuk mendapatkan fasilitas tertentu salah satunya name dropshipper,
namun tanpa mendapatkan barang yang akan dijual. Hanya saja mendapatkan
potongan tertentu untuk barang yang dijual dan harga jual sendiri dapat di up
(naikkan) oleh dropshiper. (3) Ada yang dropship tanpa membeli barang yang
akan dijual dan tanpa membayar ke-member-an, tapi mendapatkan name
dropshipper. Dan untuk keuntungan sendiri itu di up sesuai dengan harga yang
ditentukan oleh penjual terakhir.
Dalam mu’amalah sendiri prinsip umumnya adalah boleh hingga ada dalil
yang mengharamkan. Selain itu, jual beli baru dikatakan sah apabila memenuhi
syarat dan rukunnya. Tidak memakan harta orang lain dengan jalan bathil dan
mengedepankan suka sama suka dalam perniagaan merupakan bukti kasih sayang
Allah kepada hamba-Nya agar senantiasa berada dalam jalan yang diridhai-Nya.
Seperti yang termaktub dalam surat al-Nisa [4] ayat 29, yang berbunyi:

‫قَي َِذي ومقَي َ وَنمَُ وقَي َلقَي توأْ م مُك َُْٓقَي وََ وََُو مُكقَي بوينو مُك ْقَي ََ وُطن ْط ْلقَي َْ يَلٓٗقَي وَنقَي تو مكُ ون ْ و‬
‫قَي ِت ونَّ ًةقَي وعمقَي تو ور ٍَضقَي ْذَن مُكقَي ٰ وقَي و وَلقَي‬ ْ ‫ٓٗ وٰيُّيه ون ي‬

٢٩ - ‫قَي َّلل وقَي َك ونقَي ْب مقَي ُك وقَي َّ ْحي ًّنقَي‬


‫توْ متلم َُْٓقَي وَن مف وس مُكقَي ٰقَي َْ ين ذ و‬

9
Ika Yunia Fauzia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid alsyari’ah, Kencana, Jakarta, h.256.
10

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali atas dasar
suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepadamu.10
Kata Dropship memang sesuatu yang baru dalam muamalah. Dan pada
dasarnya beberapa model dropship yang dipaparkan sebelumnya bukanlah
syariah. Penulis mempunyai keinginan untuk menjadikan alternatif model syariah
dalam dropship jual beli online. Karena hakikatnya muamalah itu merupakan ilmu
aplikatif. Adapun teknis dalam menjalankannya akan terus berkembang seiring
perkembangan zaman. Tujuan yang paling penting dari muamalah dilakukan
sesuai dengan syariah agar semuanya tetap bernilai ibadah.
Di sisi lain sistem ini mendapat berbagai respon dari masyarakat, baik
yang pro maupun kontra, mereka memiliki alasan tersendiri. Hal yang paling
disoroti dalam hal ini terkait dengan kepemilikan barang yang menjadi objek jual
beli. Karena dropshiper tidak memiliki barang tersebut, padahal dalam salah satu
syarat sahnya jual beli adalah terpenuhinya syarat-syarat bagi para pihak yang
bertransaksi. Salah satunya ialah memenuhi ahliyah dan wilayah.
Ahliyah berarti, pembeli dan penjual memiliki kecakapan dan kepatutan
untuk melakukan transaksi. Dalam hal ini keduanya telah baligh dan berakal.
Sedangkan wilayah diartikan sebagai hak atau kewenangan seseorang yang
mendapat legalitas syar’i untuk melakukan transaksi atas suatu objek tertentu.
Setiap transaksi tidak dibenarkan oleh syara’ kecuali telah terpenuhinya ahliyah
dan wilayah bagi aqid. Wilayah tidak akan aa tanpa adanya kepemilikan atau
mendapat izin mandat yang sah. 11
Selain itu, dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah buku II bab IV
tentang jual beli bagain keenam pasal 76, disebutkan bahwa syarat obyek yang
diperjualbelikan adalah (1) Barang yang dijual belikan harus sudah ada; (2)
Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan. (3) Barang yang dijualbelikan
harus berupa barang yang memiliki nilai/harga tertentu. (4) Barang yang
dijualbelikan harus halal. (5) Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh

10
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/29. Diakses pada tanggal 25 Februari 2022 pukul
10.00 WIB).
11
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, h.117.
11

pembeli. (6) Kekhususan barang yang dijual belikan harus diketahui. (7)
Penunjukkan dianggap memenuhi syarat kekhususan barang yang dijualbelikan
jika barang itu (8) Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli
tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut. (9) Barang yang dijual harus ditentukan
secara pasti pada waktu akad.12 Media sosial dijadikan tempat melakukan
kegiatan jual beli karena media sosial memiliki fasilitas yang sangat mendukung
kegiatan jual beli tersebut. Kegiatan jual beli online di media sosial yang
dilakukan oleh berbagai kalangan memang memperjualbelikan berbagai macam
barang seperti, busana, produk kesehatan, produk kecantikan, aksesoris gawai,
hijab dan juga peralatan ibu rumah tangga, property dan masih banyak lagi yang
ditawarkan.
Untuk itu, penulis mengangkat judul “Sistem Jual Beli Online Menurut
Ekonomi Islam Pada Toko Nissa collection”. Agar diharapkan para pengguna
online shop dapat lebih memahami lagi dalam melakukan transaksi secara online
menurut hukum Islam sehingga tidak merugikan pihak manapun.
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya perbedaan pengetahuan yang dimiliki penjual yang masih awam
akan produk maupun jasa yang ditawarkan.
2. Adanya pembeli yang masih merasa dirugikan karena barang yang diterima
tidak sesuai dengan gambar atau barang yang diterima juga ternyata cacat
atau juga barang tidak sampai kepada pembeli.
3. Barang yang dijual masih berupa foto dan gambar.
4. Proses transaksi tanpa tanggung jawab.
5. Sejauh mana cara menentukan supplier yang baik dan supplier yang buruk
bagi seorang calon droppshiper.

12
Abdul Rahman Gazali, Fiqh Muamalat, Kencana, Bandung , Cet Ke-2 h.98.
12

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah penulisan ini adalah :
1. Bagaimana tinjauan hukum Islam pada transaski jual beli online?
2. Bagaimana jual beli dengan model periklanan di E-Commerce?
3. Bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap sistem jual beli online ?
4. Bagaimana dampak sistem jual beli online terhadap pelanggan Toko Nissa
collection?
5. Bagaimana sistem jual beli online pada Toko Nissa Collection?
D. Pembatasan Masalah
Dalam setiap sistem tentu saja terdapat kekurangan maupun kelebihannya
masing-masing. Namun, untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis
membatasi masalah-masalah agar jelas, terarah dan tidak meluas. Penulis
membatasi penulisan dengan cara hanya membahas bagaimana sistem jual beli
online menurut ekonomi Islam di Toko Nisa Collection. Adapun pembatasan
masalah yang akan diteliti pada transaksi jual beli (tukar-menukar) barang yang
dilakukan secara online dalam pandangan hukum Islam.
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sistem jual beli online pada Toko Nissa collection.
b. Untuk mengetahui dampak sistem jual beli online.
c. Untuk mengetahui sistem jual beli online menurut ekonomi islam.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh, khususnya dalam bidang
sistem jual beli online.
b. Bagi Lokasi Penelitian
Secara praktis penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi online shop dalam menjalankan sistem jual beli online sesuai
syari‟at Islam dan juga untuk meningkatkan kualitas barang dan
menjaga kepercayaan konsumen.
13

c. Bagi Fakultas
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk
penelitian selanjutnya, khususnya yang memiliki topik relatif sama.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Diharapkan dari tulisan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi
dan masukkan bagi para calon pengusaha baru, terutama bagi mahasiswa
untuk berani mengambil tindakan wirausaha mandiri sehingga dapat dapat
menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru tanpa harus memikirkan
keterbatasan terhadap jarak, waktu ataupu modal.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan bagi masyarakat agar mampu memanfaatkan kegunaan
internet dengan maksimal hal yang lebih penting, dalam hal ini
melakukan jual beli online dari pada sekedar untuk bersosialisasi
secara maya.
b. Diharapkan sebagai penulis agar hasil tulisan ini dapat dipergunakan
dan dikaji lebih lanjut pada periode berikutnya jika terus mengalami
perkembangan.
G. Penelitian Terdahulu
Dalam tinjaun pustaka ini, penulis melakukan penelaahan terhadap
hasilhasil karya ilmiah yang berkaitan dengan tema ini guna menghindari
terjadinya penulisan ulang dan duplikasi penelitian.
Skripsi yang dilakukan oleh M. Aziz Zakiruddin mahasiswa jurusan
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Bengkulu 2017 yang berjudul
“Jual beli Dengan sistem Dropshipping Dalam Prespektif Imam Mazhab”.
Hasil penelitian di atas yaitu dalam jual beli sistem dropshipping apabila
pelaksanaan kerjasama antara dropshipping dan supplier jelas maka
diperbolehkan. pada dasarnya ada perbedaan pendapat antara kedua Imam
Mazhab, secara mutlak Imam Maliki memperbolehkan mekanisme
dropshipping namun bertolak belakang dengan Imam Mazhab Syafi‟i.
Persamaan skripsi diatas terhadap yang penulis teliti yakni keduanya
14

membahas mengenai jual beli dengan sistem dropshipping, Perbedaan skripsi


pertama membahas jual beli dalam sistem dropshipping ditinjau dari perspektif
imam mazhab dan melakukan dengan jenis penelitiannya pustaka (library
research), sedangkan penulis melakukan penelitian jual beli dengan sistem
Dropshiping ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dengan
jenis penelitian lapangan (field research).
Ditemukan juga oleh Kukuh Bagus Budi Irawan mahasiswa Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum Prodi Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam
Negeri Tulung agung 2018 dengan judul “Praktek jual beli dengan sistem
dropship ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Hukum
Perlindungan Konsumen dan Hukum Sistem Kerjasama Dropship”, hasil dari
skripsi diatas bahwa terkait dengan produk yang dipesan tidak sesuai dengan
produk yang ditawarkan, kesalahan dalam pembayaran ketidaktepatan waktu
menyerahkan barang atau penyerahan barang dalam hal yang tidak sesuai
dengan kesepakatanan dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen salah satu tujuannya yaitu untuk memberikan hak-hak
kepada konsumen pada pelaku usaha wanprestasi.
Persamaan skripsi diatas terhadap yang penulis teliti yakni keduanya
membahas mengenai jual beli dengan sistem dropshipping, Perbedaan skripsi
pertama membahas jual beli dalam sitem dropshipping ditinjau dari undang-
undang nomor 8 tahun 1999, Sedangkan penulis melakukan penelitian jual beli
dengan sistem dropshiping ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
(KHES).
Ditemukan juga oleh Abdul Haris Simal mahasiswa jurusan Hukum
Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2019
yang berjudul “Pelaksanaan Jual Beli Dengan Menggunakan Akad As-salam
Ditinjau Dari Prinsip Tabadul Al-Manafi”, hasil skripsi diatas menyatakan
bahwa jual beli dengan menggunakan akad As-salam pada prinsipnya harus
memperhatikan unsur suka sama suka, akan tetapi berbagai prinsip yang ada
dalam tabadul manafi harus diutamakan agar tidak terjadi penipuan yang
menimbulkan ketidakpercayaan dalam setiap transaksi salam. Persamaan
15

skripsi diatas terhadap yang penulis teliti yakni keduanya membahas mengenai
jual beli menggunakan akad As-salam, Perbedaan skripsi pertama membahas
jual beli mengunakan akad As-salam dengan menggunakan prinsip tabadul
manafi, Sedangkan penulis melakukan penelitian jual beli dengan sistem
dropshiping ditinjau dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran dan memudahkan pembahasan dalam skripsi
ini, maka akan disajikan sistematika penulisan yang merupakan garis besar dari
skripsi ini, sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I: Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka
teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Pada bab ini akan berisi tentang penelitian terdahulu dan landasan
teori tentang pengertian ekonomi Islam, pengertian jual beli online,
dampak jual beli online dan sistem jual beli online menurut ekonomi
Islam.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan tentang objek penelitian yaitu profil atau
gambaran umum mengenai Toko Nissa collection. struktur organisasi,
alasan membuka toko, media promosi, serta jenis produk yang dijual.
Bab IV :Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini menjelaskan tentang sistem jual beli online di Toko
Ninshop Prabumulih, dampak jual beli online, dan sistem jual beli
online menurut ekonomi Islam.
Bab V : Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
16

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Jual Beli Online


1. Pengertian Transaksi Online
Jual beli online merupakan peluang baru dalam pemasaran dikarenakan
banyaknya kemudahan-kemudahan yang bisa dijumpai seorang penjual dalam
memasarkan produk atau jasa yang dimilikinya. Dalam bisnis online seorang
penjual dan pembeli tidak harus bertemu di suatu tempat untuk bertransaksi, dan
dalam hitungan detik transaksi bisa langsung. Transaksi jual beli di dunia maya
atau e-commerce merupakan salah satu produk dari internet yang merupakan
sebuah jaringan komputer yang saling terhubung antara satu dengan yang lain
melalui media komunikasi, seperti kabel telepon, serat optic, stelait, atau
gelombang frekuensi.13
E-commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang dilakukan
menggunakan sistem informasi. E-commerce adalah kegiatankegiatan bisnis yang
menyangkut konsumen, manufaktur, service provider, dan pedagang penata
dengan menggunakan jaringan-jarinngan komputer yaitu internet. E-commerce
sudah meliputi spektrum kegiatan komersial. Istilah e-commerce mengacu pada
sebuah transaksi yang dilakukan melalui sebuah media elektronika seperti
internet, yang meliputi web, internet, dan ekstranet.
Model transaksi jual beli di dunia maya saat ini berkembang sangat pesat.
Transaksi di dunia maya umumnya menggunakan media sosial, seperti twitter,
facebook, BBM, dan media sosial lainnya. Dalam transaksi dunia maya, antara
pihak penjual dan pembeli tidak perlu bertemu langsung, akan tetapi dapat
berkomunikasi secara audio maupun video visual, serta melalui tulisan via pesan
online. Apabila transaksi sepenuhnya dilakukan melalui internet, biasanya
terdapat beberapa elemen yang hadir dalam transaksi e-commerce yaitu penjual,

13
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah, h.27.
17

konsumen, payment ghateway, pihak pengelola, perusahaan yang menerbitkan


kartu kredit, dan pihak perantara atau perwakilan.14
Klarifikasi e-commerce dapat dilihat pada tabel di bawah ini:15
Seller / Buyer Business Consumer Govermant
Business B2B B2C
B2G
(Bisnis (Bisnis
(Bisnis
menawarkan menawarkan
menawarkan untuk
untuk menjual untuk menjual
Business menjual atau
atau membeli atau membeli
membeli barang
barang dan jasa barang dan jasa
dan jasa kepada
kepada entitas kepada
pemerintah)
bisnis lainnya) konsumen)
C2C
Consumer C2B C2G
(Konsumen
(Konsumen (Konsumen
menawarkan
menawarkan menawarkan untuk
untuk menjual
Consumer untuk menjual menjual atau
atau membeli
atau membeli membeli barang
barang dan jasa
barang dan jasa dan jasa kepada
kepada konsumen
kepada bisnis) pemerintah)
lainnya)
G2C G2G
Goverment G2B
(Pemerintah (Pemerintah
(Pemerintah
menawarkan menawarkan untuk
menawarkan
untuk menjual menjual atau
Govermant untuk menjual
atau membeli membeli barang
atau membeli
barang dan jasa dan jasa kepada
barang dan jasa
kepada entitas pemerintah
kepada bisnis)
konsumen) lainnya.

Jual Beli Online yang terjadi pada umumnya termasuk ke dalam B2C
(Business to Consumer). B2C Bisnis menawarkan untuk menjual atau membeli
barang dan jasa kepada konsumen. Menurut Prihatna (2005: 19) dalam transaksi

14
Ashabul Fadhli, “Tinjauan Hukum Islam terhadap penerapan akad As-Salam dalam
transaksi e-Commerce”, dalam Mazahib Vol. XV, No.1 h. 5.
15
Wicaksono Febriantoro, “Kajian dan Strategi Pendukung Perkembangan E-commerce
Bagi UMKM di Indonesia”, dalam Manajerial, Juni 2018, Vol.3 No.5, h.186-187.
18

yang menggunakan e-commerce terdapat 3 metode pembayaran yang dapat


digunakan :16
a. Online Procesing Credit Card. Metode ini digunakan untuk produk yang
bersifat retail dimana mencakup pasar yang sangat luas yaitu seluruh
dunia. Pembayaran dilakukan secara langsung atau saat itu juga.
b. Money Transfer. Pembayaran dalam metode ini lebih aman namun
membutuhkan biaya fee bagi pihak penyedia jasa money transfer untuk
mengirim sejumlah uang ke Negara lain.
c. Cash on Delivery. Pembayaran dengan bayar di tempat ini hanya bisa
dilakukan jika konsumen langsung datang ke toko tempat produsen
menjual produknya atau berada dalam satu wilayah yang sama dengan
penyedia jasa.
Menurut Sayyid Sabiq jual beli adalah penukaran benda dengan benda lain
dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada
penggantinya dengan cara yang dibolehkan.17 Hasby As-Shiddieqy jual beli
adalah “Mengalihkan hak kepemilikan sesuatu barang kepada orang lain dengan
menerima harga, atas dasar kerelaan kedua belah pihak.18
Jual beli menurut KUH Perdata adalah suatu perjanjian dengan pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan, dan jual beli itu telah terjadi
antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat
tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan ini belum
diserahkan, maupun harganya belum dibayar.19 Lebih sederhana lagi didefinisikan
oleh Nazar Bakry, dimana jual beli merupakan suatu proses tukar menukar dengan

16
Shabur Miftah Maulana, “Implementasi e-commerce Sebagai Media Penjualan
Online(Studi Kasus Pada Toko Pastbrik Kota Malang)”, dalam Jurnal Administrasi Bisnis Vol.29
No.1h.4.
17
Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 12, Kuwait: Dār al-Bayan, h. 45.
18
Hasby As-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqih Islam; Tinjauan Antara Madzhab,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, h. 328.
19
R. Subekti S.H.R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Edisi Revisi,
Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 2010, h. 366.
19

orang lain yang memiliki alat tukar (uang) secara langsung maupun tidak
langsung atas dasar suka sama suka.20
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah
suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak
lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
dibenarkan syara yang disepakati. Yang dimaksud sesuai ketetapan syara adalah
memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lainnya yang ada
kaitannya dengan jual beli. Maka bila syarat-syarat dan rukun-rukunnya tidak
terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟, sedangkan yang dimaksud
dengan benda dapat mencakup pada pengertian barang dan uang. Kemudian sifat
benda tersebut harus dapat dinilai yakni benda-benda yang berharga dan dapat
dibenarkan penggunaannya menurut syara. Benda itu adakalanya bergerak
(dipindahkan) dan ada kalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), yang dapat dibagi-
bagi adakalanya tidak dapat dibagi-bagi, penggunaan harta tersebut dibolehkan
sepanjang tidak dilarang syara.21
Adapun pengertian jual beli yang menyatakan bahwa jual beli adalah
pertukaran harta benda atas saling rela, atau memindahkan hak milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah).22 Definisi tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa jual beli dapat terjadi dengan cara:
1. Penukaran harta antara dua pihak atas dasar saling rela,
2. Memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa
alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan.
Dalam cara pertama yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Yang
dimaksud dengan harta disini adalah semua yang dimiliki dan dimanfaatkan.
Dalam istilah lain dapat disebutkan bahwa yang dimaksud harta disini semua
sama pengertiannya dengan obyek hukum, yaitu meliputi segala benda, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud yang dapat bermanfaat atau berguna bagi

20
Nazar Bakry, Problematika Pelaksana Fiqh Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004, h. 58.
21
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, h. 67-69.
22
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, h. 128.
20

subyek hukum. Pertukaran harta atas dasar saling rela itu dapat dikemukakan
bahwa jual beli yang dilakukan adalah dalam bentuk barter atau pertukaran barang
(dapat dikatakan bahwa jual beli ini adalah dalam bentuk pasar tradisional).
Sedangkan cara yang kedua yaitu memindahkan milik dengan ganti yang
dapat dibenarkan, berarti barang tersebut dipertukarkan dengan alat ganti yang
dapat dibenarkan. Adapun yang dimaksud dengan ganti yang dapat dibenarkan
disini berarti milik atau harta tersebut dipertukarkan dengan alat pembayaran yang
sah dan diakui keberadaannya, misalnya uang rupiah dan mata uang lainnya.
2. Definisi Online
Online adalah satu kata yang sangat berkaitan dengan dunia maya atau
lebih tepatnya internet. Online adalah istilah saat kita terhubung dengan internet
atau dunia maya, baik itu terhubung dengan akun media sosial kita, e-mail dan
berbagai jenis akun lainnya yang kita pakai atau gunakan lewat internet.23
Di zaman serba modern ini, segala sesuatunya bisa dilakukan dengan
mudah melalui internet atau online. Tidak hanya saling bertukar informasi atau
berkomunikasi lewat akun media sosial, tetapi kita juga bertransaksi lewat internet
atau online. Contohnya, yang sedang marak dilakukakan oleh masyarakat kita
adalah transaksi jual beli online. Lewat online transaksi bisa dilakukan dengan
mudah dan tidak ribet. Maka dari masyarakat lebih memilih transaksi jual beli
online. Banyak situs yang menawarkan jual beli online contohnya, blibli.com,
tokopedia.com, olx.com, dan masih banyak yang lainnya. Bukan hanya
bertransaksi saja, tapi juga proses transportasi pun bisa dilakukan dengan online.
Seperti perusahaan gojek yang menyediakan transportasi ojek masyarakat secara
online. Dengan itu, semua menjadi mudah dan cepat. Dengan internet atau online
segala sesuatunya terasa mudah dan tidak susah karena internet membuka dunia
dan tidak ada batas.
3. Dasar Hukum Jual Beli Online
Selain dalam hukum Islam, dasar hukum transaksi elektronik juga diatur
dalam hukum positif yaitu:

23
http://www.pengertianku.net/2022/03/pengertian-online-dan-offline-secara-lebih-jelas-
html. Diakses pada tanggal diakses tanggal 26 Februari 2022.
21

a. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)


Menurut pasal 1 ayat 2 UU ITE, transaksi elektronik, yaitu:
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jaringan komputer, dan atau media elektronik lainnya.24
Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa : Pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum,
manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral
teknologi.
Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi
elektronik yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik
dilaksanakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai
bagian dari masyarakat informasi dunia.
4. Jual Beli Online dalam Ekonomi Islam
Akad dalam transaksi elektronik di dunia maya berbeda dengan akad
secara langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis
(e-mail, SMS, BBM dan sejenisnya) atau menggunakan lisan (via telepon). Jual
beli melalui media elektronik adalah transaksi jual beli yang dilakukan via
teknologi modern sebagaimana disebutkan keabsahannya tergantung pada
terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam jual beli. apanila
rukun dan syarat terpenuhi, maka transaksi semacam ini sah.25
Beberapa syarat yang terkait dengan pembahasan transaksi elektronik
dalam jual beli dijelaskan dalam sebuah permyataan yang mana Ulama
mensyaratkan satu majelis dalam sebuah transaksi kecuali dalam hibah, makalah,
dan wasiat. Selain itu disyaratkan pula keberlangsungan antara ijab dan qabul
dengan mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik dilakukan
secara tertulis, dimana suatu barang dipajang di laman internet dengan dilabeli
harga tertentu. Kemudian bagi konsumenatau pembeli yang menghendaki maka
mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos
24
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik bab
1 pasal 1 angka 2.
25
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah, h.29.
22

pengiriman. Transaksi elektronik penjualan barang yang ditawarkan melalui


internet merupakan transaksi tertulis. Jual beli dapat menggunakan transaksi
secara lisan dan tulisan. Keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama.
Akad jual beli yang dilakukan secara tertulis sama hukumnya dengan akad
yang dilakukan secara lisan. Berkaitan dengan kaidah ini al Dasuqi mengatakan,
“Sah hukumnya akad dengan tulisan dari kedua belah pihak atau salah satu dari
mereka menggunakan ucapan sementara yang lain menggunakan tulisan.”
Kalangan Malikiyah, Hanbaliyah dan sebagian Syafi’iyah berpendapat
bahwa tulisan sama dengan lisan dalam segala hal sebagai indikasi kesukarelaan,
baik saat para pihakyang melakukan akad ada maupun tidak. Namun demikian,
hal ini tidak berlaku untuk akad nikah.
Bila mengacu pada tinjauan dan pendekatan fiqih, maka sah tidaknya suatu
akad harus ditinjau dari sisi syarat dan rukunnya. Berbagai rukun dan persyaratan
dapat terpenuhi dalam sebuah transaksi elektronik via internet atau media online
lainnya. Hanya saja permasalahan pada syarat akad atau transaksi harus satu
majelis.
Mengenai syarat adanya barang dan uang sebagai pengganti harga barang,
maka dalam transaksi jual beli via elektronik tidak dilakukan secara langsung
dalam dunia nyata. Dalam hal bentuk dan wujud barang yang menjadi obyek
transaksi, dalam jual beli online biasanya hanya berupa gambar (foto atau video)
yang menunjukkan barang aslinya kemudian dijelaskan spesifikasi sifat dan
jenisnya. Pembeli dapat dengan bebas memilih barang sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan. Barang akan dikirim setelah uang dibayarkan. Mengenai sistem
pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang, maka umumnya adalah
dilakukan dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku seperti ini, maka pada
dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli memilih barang dengan
spesifikasi tertentu kemudian membayarnya, setelah itu barang akan diserahkan
atau dikirim kepada pembeli.
Apabila sistem salam yang dilaksanakan dalam jual beli via media
elektronik, maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam.
Rukun salam yaitu:
23

a. Muslim (pembeli atau pemesan),


b. Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan),
c. Muslam fih (Barang yang dipesan),
d. Ra’sul mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)
e. Shighat ijab-qabul (ucapan serah terima)
Adapun mengenai syarat salam, secara umum sama dengan syarat akad
jual beli, yaitu: barang yang dipesan merupakan sepenuhnya milik penjual, bukan
barang najis dan bisa diserahterimakan. Hanya saja dalam akad salam tidak ada
syarat bagi pemesan untuk melihat barang yang dipean, ia hanya disyaratkan
menentukan sifat-sifat dan jenis atau spesifikasi barang yang dipesan secara jelas.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka cukup jelas bahwa transaksi
perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik hukumnya sah.
Kecanggihan media elektronik dapat membuat suasana dalam dunia maya menjadi
seolah nyata. Namun demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebagai transaksi
kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama dengan transaksi yang
dilakukan secara langsung.
5. Rukun dan Syarat Jual Beli
a. Rukun Jual Beli
Rukun jual beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan sikap saling
tukar-menukar, atau saling memberi. Atau dengan redaksi yang lain, ijab
qabul adalah perbuatan yang menunjukkan kesediaan dua pihak untuk
menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain, dengan menggunakan
perkataan atau perbuatan.26
Yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan kedua belah
pihak untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur
kerelaan itu merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak
kelihatan, maka diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari
kedua belah pihak. Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak
yang melakukan transaksi jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam

26
Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017), h. 179.
24

ijab dan kabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga
barang (ta‟athi).27
Sedangkan menurut Jumhur Ulama rukun jual beli itu ada empat yaitu:
Penjual, Pembeli, Shighat (ijab dan qabul), Ma’qud a’layah (objek akad).
1. Akad (Ijab qobul)
Akad adalah salah satu bentuk indikasi yang menyakinkan tentang
adanya rasa suka sama suka. Bila pada waktu ini kita dapat menemukan
cara lain yang dapat ditempatkan sebagai indikasi seperti saling
mengangguk atau saling menanda tangani suatu dokumen, maka yang
demikian telah memenuhi unsur suatu transaksi. Umpamanya transaksi jual
beli di supermarket, pembeli telah menyerahkan uang dan penjual melalui
petugasnya di counter telah memberikan slip tanda terima, sahlah jual beli
itu.28
2. Penjual dan Pembeli (Aqid)
Rukun jual beli yang kedua adalah aqid atau orang yang melakukan
akad, yaitu penjual dan pembeli. Orang yang melakukan akad harus
berbilang tidak sendirian. Dengan demikian, akad yang dilakukan oleh satu
orang yang mewakili dua pihak hukumnya tidak sah, kecuali apabila
dilakukan oleh ayah yang membeli barang dari anaknya yang masih di
bawah umur dengan harga pasaran. Hal ini oleh karena dalam jual beli
terdapat dua hak yang berlawanan, yaitu menerima dan menyerahkan. Dan
merupakan hal yang mustahil, pada saat yang sama satu orang bertindak
sebagai penjual yang menyerahkan barang dan sekaligus menjadi pembeli
yang menerima barang.29
3. Objek Akad (Ma‟qud Alaih)
Objek akad jual beli adalah barang yang dijual dan harga atau uang.
Objek akad harus memenuhi syarat: barang yang dijual harus ada, oleh
karena itu tidak sah jual beli barang yang tidak ada. Barang harus kuat,

27
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 71.
28
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 195.
29
Ahmad Wardi, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah,2017), h. 188.
25

tetap, dan bernilai, bermanfaat. Barang tersebut milik sendiri. Barang yang
dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli.
4. Nilai tukar pengganti barang
Nilai tukar pengganti barang yaitu sesuatu yang memenuhi tiga syarat;
bisa menyimpan nilai (store of value), bisa menilai atau menghargakan
suatu barang (unit of account) dan bisa dijadikan alat tukar (medium of
exchange). Suci, najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk
dibelikan, seperti kulit binatang/bangkai yang belum disamak.30
6. Syarat Jual Beli
Adapun syarat-syarat jual beli yang harus dipenuhi:
1. Syarat terjadinya Akad
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual
beli itu harus memenuhi syarat:
a. Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang
belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah. Adapun anak
kecil yang telah mumayiz, menurut ulama Hanafiyah, apabila akad
yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti
menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya sah. Apabila
transaksi yang dilakukan anak kecil yang telah mumayiz
mengandung manfaat dan mudarat sekaligus, seperti jual beli, sewa
menyewa, dan perserikatan dagang, maka transaksi ini hukumnya
sah jika walinya mengizinkan.
b. Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya,
seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan
sebagai penjual sekaligus sebagai pembeli. Misalnya, Ahmad
menjual sekaligus membeli barangnya sendiri, maka jual belinya
tidak sah.31
2. Syarat-syarat yang terkait dengan Ijab Kabul (Sighat al-Aqd)

30
Diah Ayu Wulandari, Fiqh Muamalah Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam Islam,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Jurai Siwo Metro. 2016, h. 7.
31
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada, 2010), h. 71.
26

Sighat al-„aqd adalah suatu ungkapan para pihak yang melakukan


akad berupa ijab dan kabul. Ijab adalah sesuatu pernyataan janji atau
penawaran dari pihak pertama untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Kabul adalah suatu pernyataan menerima dari pihak kedua atas
penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama. Ijab dan kabul dapat
dilakukan dengan empat cara berikut ini:
a. Lisan. Para pihak mengungkapkan kehendaknya dalam bentuk
perkataan secaa jelas. Dalam hal ini akan sangat jelas bentuk ijab dan
kabul yang dilakukan oleh para pihak.
b. Tulisan. Adakalanya, suatu perikatan dilakukan secara tertulis. Hal
ini dapat dilakukan oleh para pihak yang tidak dapat bertemu
langsung dalam melakukan perikatan, atau untuk perikatan-perikatan
yang sifatnya lebih sulit, seperti perikatan yang dilakukan oleh suatu
badan hukum. Akan ditemui kesulitan apabila suatu badan hukum
melakukan perikatan tidak dalam bentuk tertulis, karena diperlukan
alat bukti dan tanggung jawab terhadap orang-orang yang bergabung
dalam satu badan hukum tersebut.
c. Isyarat. Suatu perikatan tidaklah hanya dilakukan oleh orang normal,
orang cacat pun dapat melakukan suatu perikatan. Apabila cacatnya
adalah berupa tunawicara, maka dimungkinkan akad dilakukan
dengan isyarat, asalkan para pihak yang melakukan perikatan
tersebut memiliki pemahaman yang sama.
d. Perbuatan. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat,
kini perikatandapat pula dilakukan dengan cara perbuatan saja, tanpa
secara lisan, tertulis, ataupun isyarat. Hal inni dapat disebut dengan
ta‟athi atau mu‟athah (saling memberi dan menerima). Hal ini sering
terjadi pada proses jual beli di supermarket yang tidak ada proses
tawar-menawar. Pembeli telah mengetahui harga. barang yang secara
tertulis dicamtumkan pada barang tersebut.32
3. Syarat Nilai Tukar (Harga Barang)

32
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 63.
27

Termasuk unsur terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari
barang yang dijual untuk zaman sekarang adalah uang, Menurut
mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah-tengah
masyarakat secara aktual, sedangkan al-si‟r adalah modal barang yang
seharusnya diterima para pedagang sebelum di jual ke konsumen. Para
ulama fiqh mengemukakan syarat-syarat al-tsaman sebagai berikut:
a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas
jumlahnya.
b. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan
barang (al-muqayadhah) maka barang yang dijadikan nilai tukar
bukan barang yang diharamkan oleh syara.
c. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum
seperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit.
4. Syarat yang berkaitan dengan objek akad (ma‟qud alayh)
Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad ialah sebagai
berikut:
a. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah
penjualan benda-benda najis seperti anjing, babi.
b. Memberi manfaat syara, maka dilarang jual beli bendabenda yang
tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara‟, seperti menjual
babi, kala, cicak.
c. Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal
lain, seperti jika ayahku pergi, kujual motor ini padamu.
d. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak
se-izin pemiliknya atau barang-brang yang baru akan menjadi
miliknya.
e. Diketahui (dilihat), barang yang diperjualbelikan harus dapat
diketahui banyaknya, beratnya, takaranya, atau ukuranukuran yang
lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan
salah stau pihak.
7. Macam-macam Jual Beli
28

Adapun macam-macam jual beli yaitu:


1. Dilihat dari segi Sifatnya
Jual beli dari segi sifatnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu jual beli
shahih dan ghair shahih. Pengertian jual beli shahih adalah jual beli yang
disyariatkan dengan memenuhi asalnya dan sifatnya, atau dengan
ungkapan lain, jual beli ini yang tidak terjadi kerusakan, baik pada
rukunnya maupun syaratnya. Jual beli ini tidak ada hubungannya dengan
hak orang lain, apabila objek jual belinya ada kaitan dengan hak orang lain
maka hukumnya mauquf, yakni ditangguhkan menunggu persetujuan
pihak terkait. Seperti jual beli barang yang digadaikan atau disewakan.
Adapun jual beli ghair shahih yaitu jual beli yang tidak dibenarkan sama
sekali oleh syara‟, dan dinamakan jual beli batil, atau jual beli yang
disyariatkan jual beli fasid. Seperti jual beli barang yang sedang ditawar
oleh orang lain, mencegat para pedagang sebelum sampai ke pasar.33
2. Dilihat dari segi Shighatnya
Jual beli dari segi shighatnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Jual beli mutlaq adalah jual beli yang dinyatakan dengan sighat
(redaksi) yang bebas dari kaitannya dengan syarat dan sandaran
kepada masa yang akan datang.
2. Jual beli ghair mutlaq adalah jual beli yang shigatnya (redaksinya)
dikaitkan atau disertai dengan syarat atau disandarkan kepada masa
yang akan datang.
3. Dilihat dari segi Hubungannya dengan Objek Jual Beli
Jual beli dari segi objek jual beli terbagi menjadi empat bagian,
yaitu jual beli muqayadhah, jual beli sharf, jual beli salam, dan jual beli
mutlak.
a. Jual beli muqayadhah adalah jual beli barang dengan barang, seperti
jual beli binatang, beras dengan gula, atau mobil dengan mobil.

33
Diah Ayu Wulandari, Fiqh Muamalah Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam Islam,
(STAIN Jurai Siwo Metro, 2016), h. 7.
29

b. Jual beli sharf adalah tukar menukar (jual beli) emas dengan emas,
dan perak dengan perak, atau menjual salah satu dari keduanya
dengan yang lain (emas dengan perak atau perak dengan emas).
c. Jual beli salam adalah jual beli sesuatu yang disebutkan sifat-sifatnya
dalam perjanjian dengan harga (pembayaran) dipercepat (tunai).
Cara pemesanan tidak disyarakatkan harus dengan lafal salam,
melainkan cukup dan sah dengan lafal bai (jual beli). Akan tetapi,
boleh juga dengan lafal salam.34
Jual beli dari segi harga atau ukurannya terbagi menjadi empat macam,
yaitu jual beli mudarabahah, jual beli tauliyah, jual beli wadi‟ah, dan jual beli
musawamah.
a. Jual beli mudarabahah adalah menjual barang dengan harganya
semula ditambah dengan keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.
b. Jual beli tauliyah adalah jual beli barang sesuai dengan harga
pertama (pembelian) tanpa tambahan.
c. Jual beli wadi‟ah adalah jual beli barang dengan mengurangi harga
pembelian.
d. Jual beli musawamah adalah jual beli yang biasa berlaku di mana
para pihak yang melakukan akad jual beli saling menawar sehimgga
mereka berdua sepakat atas suatu harga dalam transaksi yang mereka
lakukan.35
8. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam
Jual beli dikatakan tidak Islami bila tidak memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam fiqh dan terdapat pula larangan Nabi padanya dan oleh
karenanya hukumnya haram. Jual beli yang dilarang di dalam Islam di
antaranya sebagai berikut:
1) Jual beli terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun.
Bentuk jual beli yang termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:

34
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 2002), h. 75.
35
Rachmat Syafe‟i, Fiqh Muamalah, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2001), h. 101.
30

a. Jual beli barang yang zatnya haram, najis, atau tidak boleh
diperjual belikan. Seperti babi, berhala, bangkai, khamar.
b. Jual beli yang belum jelas
Sesuatu yang bersifat spekulasi atau samar-samar haram
untuk diperjualbelikan, karena dapat merugikan salah satu
pihak, baik penjual, maupun pembeli. Seperti jual beli buah-
buahan yang belum tampak hasilnya, jual beli ikan di kolam,
menjual ubi yang masih ditanam.
c. Jual beli muhaqallah
Muhaqallah ialah menjual tanam-tanaman yang masih di
ladang atau di sawah. Hal ini dilarang agama sebab ada
prasangka riba di dalamnya.

d. Jual beli muammassah


Muamammassah yaitu jual beli scara sentuh menyentuh,
misalkan seseorang menyentuh sehelai kain dengan tangannya
di waktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh
berarti telah membeli kain tersebut.36
e. Jual beli munabadzah
Munabadzah yaitu jual beli secara lempar melempar,
seperti seseorang berkata, “lemparkan kepadaku apa yang ada
padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada
padaku”. Setelah terjadi lempar melempar, terjadilah jual beli.
f. Jual beli dengan muzabanah
Muzabanah yaitu menjual buah yang basah dengan buah
yang
kering.
g. Jual beli gharar

36
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali, 2002), h. 79.
31

Gharar yaitu jual beli yang samar sehingga ada


kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang
masih di kolam.
h. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual,
seperti seseorang menjual sesuatu dari benda itu ada yang
dikecualikan salah satu bagianya.
2) Jual beli terlarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-
pihak terkait.
a. Jual beli dari orang yang masih dalam tawar-menawar.
b. Apabila ada dua orang masih tawar-menawar atas sesuatu
barang, maka terlarang bagi orang lain memebeli barang itu,
sebelum penawar pertama diputuskan. Jual beli dengan
menghadang dagangan di luar kota/ pasar.
c. Membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian
akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.
d. Jual beli barang rampasan atau curian. Jika si pembeli telah tahu
bahwa barang itu barang curian/rampasan, maka keduanya telah
bekerja sama dalam perbuatan dosa.
e. Jual beli dengan Najasyi, ialah seseorang menambah atau
melebihi harga temannya dengan maksud memancing-mancing
orang agar orang itu mau membeli barang kawannya.37
9. Manfaat dan Hikmah Jual Beli
1. Manfaat Jual beli
a. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat
yang menghargai hak milik orang lain.
b. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar
kerelaan atau suka sama suka.
c. Masing-masing pihak merasa puas, Penjual melepas barang
dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang.
d. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan

37
Abdul Rahman, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada, 2010), h. 89.
32

2. Hikmah Jual Beli


Hikmah jual beli memberikan uang dan menerima dagangannya
dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram,
Penjual dan pembeli dapat rahmat dari Allah. Dalam garis besarnya
adalah Allah Swt mensyari‟atkan jual beli sebagai pemberian
keleluasaan kepada hamba-hambanya, karena semua manusia secara
pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan.
Dalam hubungan ini tidak ada satu pun yang lebih sempurna dari pada
saling tukar, dimana seseorang memberikan apa yang ia miliki untuk
kemudian ia memperoleh sesuatu yang beguna dari orang lain sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing.
B. Sistem Dropshipping
1. Pengertian Dropshipping
Secara bahasa dropshiping berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari
kata drop dan Shipping. Drop yang berarti menurunkan sedangkan shipping
yang berarti mengirimkan atau melayarkan. Dari pengertian dropshipping
secara bahasa di atas dapat dipahami bahwa dropshipping secara istilah
merupakan sistem jual beli yang menggunakan metode pengiriman dropship
atau drop pengiriman yaitu yang di mana pesanan akan diteruskan ke
produsen atau distributor pihak ketiga yang kemudian barang langsung
diberikan kepada konsumen melewati lokasi fisik pengecer untuk
menghemat waktu uang dan ruang.38
2. Sistem Transaksi Dropshipping
Dropshipping merupakan usaha yang Kemungkinan tidak
membutuhkan dana, tanpa harus menyetok barang dan tanpa harus punya
produk sendiri. Penjualan produk melalui sistem dropship adalah ketika
pelanggan sudah membayar untuk sebuah produk kepada penjual.
Kemudian Anda sebagai penjual sistem dropship harus membayarkanya
kepada supplier sekaligus mengirimkan rincian produk yang dipesan oleh

38
John M.Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
2003), h. 200.
33

para konsumen atau pelanggan. Selanjutnya supplier dari sebuah perusahaan


akan langsung mengirimkan produk yang dipesan pada pelanggan.
Keuntungan yang diperoleh berasal dari selisih harga antara harga yang
anda Tentukan dengan harga dari supplier.39
Penjual berhak memilih dan menentukan apa saja barang-barang yang
akan dijual dari supplier. Sebagai media promosinya, Penjual hanya
membutuhkan produk yang telah disediakan oleh supplier kemudian
menguploadnya ke sosial media yang penjual miliki. Jika ada konsumen
atau pembeli yang tertarik dengan produk yang dijual maka dari situlah
penjual akan memperoleh order dan pembayaran dari pembeli. Barang yang
di order dari para pembeli harus segera penjual teruskan kepada supplier
sekaligus dengan pembayarannya dan selisih harga jual yang penjual
tentukan kepada pembeli dengan harga dari supplier itulah yang menjadi
keuntungan bagi penjual.40
3. Kelebihan dan Kekurangan Dropshipping
Adapun yang menjadi kelebihan dropshipping antara lain:
a. Modal Sedikit
yaitu berbisnis dropship tidak memerlukan biaya yang besar karena
kita menjual barang langsung dari supplier bahkan karena sedikitnya bisa
dikatakan tanpa modal.
b. Simple
Menjadi seorang dropshipper sangat simpel karena seorang
dropshipping tidak perlu memikirkan masalah stok barang, pengemasan
barang dan pengiriman barang karena hal tersebut sudah diurusi oleh
supplier.
c. Kapanpun dan dimanapun
Berbisnis dropship seperti ini bisa dilakukan kapanpun dan
dimanapun dan dalam kondisi apapun ketika kita sedang berada ada di

39
Cs Bisnisku, “Dropshipping”, http://bisniskukm.com/pahami-sistem-dropshipdalam
bisnis-sampingan-toko-online.html (diakses tanggal 26 Februari 2022).
40
Cs Bisnisku, “Dropshipping”, http://bisniskukm.com/pahami-sistem-dropshipdalam-
bisnis-sampingan-toko-online.html (diakses tanggal 26 Februari 2022).
34

luar ruangan ataupun dalam ruangan dan ketika sedang hari libur pun kita
bisa melakukan bisnis dropship.
Adapun yang menjadi Kekurangan dari dropshipping antara lain:
1. Tidak meng etahui kondisi barang
Karena stok barang bukan dropshipper yang pegang maka akan
kesulitan bagi dropshipper menjelaskan kondisi barang yang
diperjualbelikan.
2. Komplain pelanggan
Jika terjadi komplain dari pembeli maka dropshipper pasti akan
kesulitan untuk mengatasinya, biasanya masalah yang timbul dari
pelanggan merupakan perlambatan pengiriman barang atau kondisi
barang yang tidak sesuai karena dropshipper bukan pemilik barang
dan tidak berperan dalam pengiriman maka ini akan mempersulit
dropshipper jika terjadi masalah. 41
C. Sistem MarketPlace
Marketplace merupakan bagian dari e-commerce. Dari teori yang
dipaparkan marketplace termasuk dalam e-commerce jenis Bussiness to
Consumer (B2C). Marketplace adalah sebuah pasar elektronik tempat
terjadinya kegiatan menjual dan membeli suatu barang ataupun jasa. Pada
dasarnya marketplace tidak memiliki produk apa pun, marketplace menyajikan
produk orang lain dan tidak bertanggung jawab atas produk yang jual. Namun
di samping itu marketplace tidak hanya mempromosikan produk tetapi juga
menjembatani transaksi online antara penjual dan pembeli.42
Menurut Brunn, Jensen, & Skovgaard terdapat dua jenis e- marketplaces
yaitu:
a. E-Marketplaces Horizontal
E-Marketplaces horizontal dapat dikategorikan berdasarkan fungsi
atau produk umum yang ditawarkan perusahaan dapat diartikan pasar
yangdigunakan untuk industri umum, seperti pasar penjualan
41
Fathul Husna, Buku Pintar bisnis Online, (Jakarta: PT Gramedia, 2015), h. 2.
42
Wheny Kristianto, Totok Supriyanto, Sri Wahyuni, Sistem Informasi Manajemen
Pendekatan Sosioteknik, h. 77-78.
35

smartphone, personal computer, baju. Biaya transaksi yang


dikeluarkan lebih rendah.
b. E-Marketplaces vertical
E-Marketplaces vertikal dapat juga diartikan sebagai pasar
yangdigunakan untuk industri yang memenuhi kebutuhan khusus pada
masing- masing industri, seperti pasar penjualan beton, baja,
dalampengaplikasiane-marketplace dibutuhkan strategi untuk
mengoptimalkan e-marketplace. Marketplace mulai ramai digunakan
sejak adanya Amazon dan E-Baysejak tahun 1995. Pada dasarnya
marketplace sama dengan pasar tradisional yaitu tempat
mempertemukan penjual dan pembeli dan sebagai fasilitasterjadinya
transaksi. Perbedaannya terletak pada sistemnya, yaitu online. Dengan
demikian konsumen dapat pergi ke “pasar” kapan saja dan di
manasaja selama ada akses untuk internet. Sehingga penjual dan
pembeli tidakperlu bertatap muka saat melakukan persetujuan jual
beli.43

D. Ekonomi Islam
1. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti
masalah perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya.
Hanya dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar
dalam setiap aktifitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan
alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun,
definisi tersebut mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang
tidak kompatibel dan tidak universal. Karena dari definisi tersebut mendorong

43
Richard Sandhusen, Marketing (Hauppauge New York: Barron’s Educational series,
2008), h. 101.
36

seseorang terperangkap dalam keputusan yang apriori (apriory judgement)


benar atau salah tetap harus diterima.44
Definisi yang lebih lengkap harus mengakomodasikan sejumlah prasyarat
yaitu karakteristik dari pandangan hidup islam. Syarat utama adalah
memasukkan nilai-nilai syariah dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi islam
adalah ilmu sosial yang tentu saja tidak bebas dari nilainilai moral. Nilai-nilai
moral merupakan aspek normatif yang harus dimasukkan dalam analisis
fenomena ekonomi serta dalam pengambilan keputusan yang dibingkai syariah.
a. Muhammad Abdul Manan
Islamic economics is a sosial science which studies the economics
problems of a people imbued with the values of Islam.45 Jadi, menurut
Abdul Manan ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam.
b. M. Umer Chapra
Islami economics was defined as that branch which helps realize
human well-being through and allocation and distribution of scarce
resources that is inconfinnity with Islamic teaching without unduly
curbing Individual fredom or creating continued macroeconomic and
ecological imbalances. Jadi, menurut Chapra ekonomi Islam adalah
sebuah pengetahuan yang membantu upaya relisasi kebahagiaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang
berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memeberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi
yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.46
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam
adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang,

44
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 14.
45
Muhammad Abdul Manan, Islamic Economics, Theory and Practice, (India: Idarah
Adabiyah, 1980), h. 3.
46
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2006), h. 16.
37

menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan


ekonomi dengan cara-cara yang Islami.
Ekonomi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-
masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilainilai Islam. Ekonomi islam
muncul sebagai suatu disiplin ilmu, setelah melalui serangkaian perjuangan
yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi pesimisme terhadap eksistensi
ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat ini.47
Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu tentang manusia yang meyakini nilai-nilai
hidup Islam. Ilmu ekonomi Islam tidak hanya mempelajari individu sosial,
melainkan juga manusia dengan bakat religius. Ilmu ekonomi Islam
dikendalikan oleh nilai-nilai dasar Islam.Ada banyak pendapat seputar
pengertian dan ruang lingkup Ekonomi Islam. Hasanuz Zaman dalam bukunya,
Economic Function of an Islamic State memberikan definisi: “Islamic
Economic is the knowledge and applications and rules of the shariah that
prevent injustice in the requisition and disposal of material resources in order
to provide satisfaction to human being and enable them to perform they
obligations to Allah and the society”.48
Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi adalah subset dari agama. Kata ekonomi Islam dipahami sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari paradigma islam yang sumbernya merujuk
pada Al-Qur’an dan Sunnah. Menurut Kahf, ekonomi Islam adalah bagian dari
ilmu ekonomi yang memiliki sifat interdisipliner dalam arti kajian ekonomi
islam tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan
mendalam terhadap ilmuilmu syariah dan ilmu pendukungnya. Pemaparan
diatas mengungkapkan bahwa ekonomi Islam merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari keadaan perilaku tiap-tiap manusia dan
keadaan kegiatan suatu usaha yang dilakukan dengan menggunakan prinsip
syari’ah Islam agar terhindar dari riba.
2. Prinsip Ekonomi Islam

47
Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),h.14.
48
Nur Rianto, Lembaga Keuangan, h. 15.
38

Seorang muslim dalam melaksanakan aktivitas bisnis harus mentaati


prinsip-prinsip yang telah digariskandalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam
ekonomi Islam, prinsip merupakan suatu mekanisme atau elemen pokok
yang menunjukkan struktur atau kelengkapan suatu kegiatan atau keadaan.49
Adapun prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam yakni sebagai berikut:
1. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Tauhid adalah asas filsafat ekonomi Islam yang menjadi orientasi
dasar dari ilmu ekonomi. Seorang muslim haruslah mentaati aturan Allah
dimanapun dan dalam keadaan apapun baik itu di masjid, di dunia kerja,
muamalah, atau aspek apapun dalam kehidupannya.
2. Keseimbangan
Prinsip keseimbangan dalam ekonomi memiliki kekuatan untuk
membentuk mozaik pemikiran seseorang bahwa sikap moderat
(keseimbangan) dapat mengantarkan manusia kepada keadaan keharusan
adanya fungsi sosial bagi harta benda. Keseimbangan yang terwujud
dalam kesederhanaan, hemat dan menjauhi sikap pemborosan.
3. Kehendak bebas
Kehendak bebas adlah prinsip yang mengantar manusia meyakini
bahwa Allah tidak hanya memiliki kebebasan mutlak, tetapi Dia juga
dengan sifat rahman dan rahim-Nya menganugerahkan manusia
kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan yang berbentang antara
kebaikan dan keburukan. Manusia memiliki kebebasan untuk membuat
suatu keputusan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
hidupnya.
Prinsip dasar dalam transaksi muamalah dan persyaratannya adalah
membolehkan selama tidak dilarang oleh syariah atau bertentangan
dengan dalil syariah. Berdasarkan prinsip kebolehan tersebut, maka Islam
memberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkannya dan
memanfaatkan internet sebagai media untuk melakukan bisnis online dan
tetap berhati-hati untuk menghindari terjadi kemungkinan-kemungkinan

49
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h.28.
39

kerugian yang ditimbulkan dari kekurangan bisnis online. tersebut, maka


Islam memberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkannya dan
memanfaatkan internet sebagai media untuk melakukan bisnis online dan
tetap berhati-hati untuk menghindari terjadi kemungkinan-kemungkinan
kerugian yang ditimbulkan dari kekurangan bisnis online.
3. Dasar Hukum Islam Ekonomi Islam
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan
sebagai sebuah bagian dari konsep pengetahuan. Demikian pula dengan
penerapan syariah di bidang ekonomi bertujuan sebagai transformasi
masyarakat yang berbudaya Islami.
Aktifitas ekonomi sering melakukan berbagai bentuk perjanjian.
Perjanjian merupakan pengikat antara individu yang melahirkan hak dan
kewajiban. Untuk mengatur hubungan antara individu yang mengandunng
unsur pemenuhan hak dan kewajiban dalam jangka waktu lama, dalam
prinsip syariah diwajibkan untuk dibuat secara tertulis yanng disebut akad.
ekonomi dalam Islam. Ada beberapa hukum yang menjadi landasan
pemikiran dan penentuan konsep ekonomi dalam Islam.50
a. Al-Qur’an
b. Hadist
c. Karakteristik Ekonomi Islam
4. Tujuan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk:
a. Memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia.
b. Nilai Islam bukan semata hanya untuk kehidupan muslim saja tetapi
seluruh makluk hidup dimuka bumi.
c. Esensi proses ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia
yang berlandaskan nilai-nlai Islam guna mencapai pada tujuan agama
(falah).
Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh
ekonomi, sosial, budaya, dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam mampu

50
Ibnu Majah , Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4, h. 743.
40

mampu menangkap nilai fenomena masyarakat sehingga dalam


51
perjalanannya tanpa meninggalkan sumber teori Ekonomi Islam.

51
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 2003), h. 29.
41

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai penulis
dalam sebuah penelitian, maka tujuan penelitian adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem jual beli online tinjauan
hukum ekonomi syariah Di toko Nissa Collection.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sistem jual beli online
pada saat ini.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem jual beli online menurut
ekonomi islam
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan konsep deskriptif kualitatif dengan jenis
penelitian lapangan (field research),yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara terjun secara langsung kedaerah obyek penelitian, untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan judul. Dimana penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ingin memahami fenomena berdasarkan pandangan partispan
atau pandangan internal (perspectives emic), dan bukan pandangan peneliti
sendiri atau pandangan eksternal (Perspective etic). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermasuk untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku
C. Lokasi Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti akan dilakukan, untuk
memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan. Tempat
atau yang akan dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah Toko Nissa
Collection Di Kecamatan Cisoka Tanggerang. Penelitian ini dilaksanakan
minimal 2 bulan. Persepsi, motivasi, tindakan, dll. Seacara holistik dan dengan
cara deksripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
42

D. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek dalam penelitian ini adalah pemilik toko, karyawan dan pelanggan.
2. Objek dalam Penelitian ini adalah Sistem Jual Beli Online Tinjauan Hukum
Ekonomi Islam(Studi kasus di toko Nisa Collection Cisoka).
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas: subjek/objek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang dijadikan oleh peneliti untuk dipelajari
selanjutnya Dengan jumlah populasi yang tidak dapat di ketehui dan kemudian
ditarik kesimpulan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pemilik toko,
karyawan dan konsumen di toko Nisa Collection Cisoka.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel diambil sebagai dari jumlah
populasi yang berstatus sebagai penjual dan pembeli. Namun sulitnya
mengetahui jumlah penjual dan pembeli di Toko Nisa Collection secara
keseluruhan maka peneliti mengambil sampel secara purposive sampling
(pertimbangan tertentu), dimana narasumber telah ditentukan sebelumnya
untuk menghasilkan informasi. Tekni purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti
harapkan atau sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti untuk
menjelajahi objek yang diteliti. Sehingga pada penelitian ini jumlah sampel
sumber data adalah sebanyak 8 orang, yaitu pemilik toko, karyawan dan
pelanggan toko.52

52
Lexy .J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.29, 157.
43

F. Sumber Data Penelitian


Menurut lofeland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain.53
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisisan
kuesioner yang dilakukan oleh peneliti.54 Data primer diperoleh langsung
dari objek penelitian yaitu narasumber sebagai member dalam ... sekaligus
pelaku jual beli online dengan menggunakan sistem market place.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah di olah lebih lanjut dan
disajikan oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-
diagram.
G. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka ( Library Research)
Studi pustaka yang dilakukan antara lain melalui beberapa buku dan
literatur yang di pandang mewakili (resprentatif) dan berkaitan (relevan)
dengan objek penelitian. Objek penelitian yang dimaksud adalah jual beli
online dengan menggunakan sistem “market place’’ sebagai salah satu
alternatif untuk bisnis.
b. Studi Lapangan (Field Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mengunjungi objek penelitian yaitu
salah seorang pelaku usaha market place. Studi lapangan ini dapat
dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati langsung terhadap
objek penelitian. Observasi juga merupakan pengamatan dan pencatatan

53
Lexy .J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.29, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), 157.
54
Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet VI, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2004), h. 204.
44

yang sistematis terhadap gejala-gejala yang di teliti.55 Dalam hal ini


penulis melakukan pengamatan langsung terhadap situs yang melakukan
jual beli online.
2. Wawancara
Wawancara yaitu tekhnik pengumpulan data dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan yang melakasanakan
proses pemecahan permasalahan tertentu dengan tanya jawab secara
langsung yang bebas dan terbuka.56
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data diambil dari dokumentasi-dokumentasi yang
penulis dapatkan selama observasi. Mendapatkan data yang di perlukan,
mengumpulkan dan mempelajari dipandang mewakili (representatif),
relevan dan berhubungan dengan objek penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai analisa sistem jual beli online dengan sistem “Market
Place”, Maka dari hasil kajian kepustakaan akan dianalisis secara deskriptif
analisis, yaitu pengumpulan data, beberapa pendapat pakar untuk diteliti dan
dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan.
Secara detail analisis data ini memiliki langka-langkah dalam
menggambarkan tentang bagaimana jual beli online dengan sistem market
place, kemudian manfaatnya sebagai salah satu peluang usaha, serta tinjauan
hukum islam terhadap jual beli online ini dengan sistem market place.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Dengan
pengamatan terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data yang
digunakan belum ada pola yang jelas.57

55
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet 4
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.54.
56
Lexy .J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 234.
57
Zainuddin Ali, Metodologi Penelitian Hukum, Cet 2., ( Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.
43.
45

Metode yang dipakai adala metode deskriptif analisis komparatif, yakni


mendefkripsikan masalah secara utuh sebagai sebuah masalah dan
menganalisis masalah tersebut, kemudian memberikan komparasi dengan
hukum Islam dan memberikan solusi terhadap masalah tersebut.
46

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manan, Muhammad, Islamic Economics, Theory and Practice, (India:


Idarah Adabiyah, 1980).
Ali, Zainuddin. Metodologi Penelitian Hukum, Cet 2., ( Jakarta: Sinar Grafika,
2013).
As-Shiddieqy, Hasby. Hukum-Hukum Fiqih Islam; Tinjauan Antara Madzhab,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001
Ayu Wulandari, Diah, Fiqh Muamalah Rukun dan Syarat Jual Beli Dalam Islam,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Jurai Siwo Metro. 2016.
Bakry, Nazar, Problematika Pelaksana Fiqh Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Dewi, Gemala, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005).

Edwin Nasution, Mustafa, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta:


Kencana, 2006).
Fadhli Ashabul, “Tinjauan Hukum Islam terhadap penerapan akad As-Salam
dalam transaksi e-Commerce”, dalam Mazahib Vol. XV, No.1 h. 5
Fauzia, Ika Yunia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Perspektif Maqashid alsyari’ah, Kencana, Jakarta: 2015.
Febriantoro Wicaksono, “Kajian dan Strategi Pendukung Perkembangan E-
commerce Bagi UMKM di Indonesia”, dalam Manajerial, Juni 2018, Vol.3
No.5, h.186-187.
Hafidhuddin, Didin, Islam Aplikatif, (Jakarta : Gema Insani, Jakarta, 2003).

Husna, Fathul. Buku Pintar bisnis Online, (Jakarta: PT Gramedia, 2015).

J. Moloeng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Cet.29, (Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2011).
K. Lubis, Suhrawardi. Hukum Ekonomi Islam .

Kristianto, Wheny, Totok Supriyanto, Sri Wahyuni, Sistem Informasi Manajemen


Pendekatan Sosioteknik,
47

M.Echols, John, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,


2003).
Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah, Juz 2, CD. Maktabah Kutubil Mutun, Seri 4.

Miftah Maulana, Shabur, “Implementasi e-commerce Sebagai Media Penjualan


Online(Studi Kasus Pada Toko Pastbrik Kota Malang)”, dalam Jurnal
Administrasi Bisnis Vol.29 No.1h.4.
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007).

Mustofa, Imam, Fiqih Muamalah


Mustofa, Imam. Fiqih Muamalah

Nawawi Ismail, Fiqh Muamalah (klasik dan kontemporer).


Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).
Rahman Gazali, Abdul, Fiqh Muamalat, Kencana, Bandung. : 2015.
Rahman, Abdul . Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010)

Ratri Carolina, Sukses Membangun Toko Online, Diandra Primamitra Media,


Yogyakarta.
Rianto Nur , Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012).

S.H.R. Tjitrosudibio, R. Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Edisi


Revisi, Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 2010
Sabiq Sayyid, syariat Islam, 1988.
Sabiq, Sayyid, Fiqh As-Sunnah, Juz 12, Kuwait: Dār al-Bayan
Sandhusen, Richard, Marketing (Hauppauge New York: Barron’s Educational
series, 2008).
Siddiqi, Muhammad Nejatullah (kegiatan Ekonomi dalam Islam).
Suhend, Hendi. Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Syafe‟i, Rachmat, Fiqh Muamalah, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2001).

Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003)


48

Umar, Husain, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet VI,
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004).
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi
Elektronik bab 1 pasal 1 angka 2.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Cet 4
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003).
Wardi, Ahmad, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2017).
49

WEBSITE

Wikipedia, Belanja daring, https://id.wikipedia.org/wiki/Belanja_daring diakses


pada tanggal 24 Februari 2022 pukul 16.00 WIB.
ecommercemanfaat-serta-keuntungan-e-commerce/, (diakses pada tanggal 24
Februari 2022 pukul 16.00 WIB).
https://quran.kemenag.go.id/sura/2/275. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022
pukul 16.00 WIB).
https://www.hestanto.web.id/online-shop Diakses pada tanggal 25 Februari 2022
pukul 10.00 WIB).
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/29. Diakses pada tanggal 25 Februari 2022
pukul 10.00 WIB).
Cs Bisnisku, “Dropshipping”, http://bisniskukm.com/pahami-sistem-
dropshipdalam bisnis-sampingan-toko-online.html (diakses tanggal 26
Februari 2022).
http://www.pengertianku.net/2022/03/pengertian-online-dan-offline-secara-lebih-jelas-
html. Diakses pada tanggal diakses tanggal 26 Februari 2022.

Anda mungkin juga menyukai