Anda di halaman 1dari 15

HUKUM JUAL BELI ONLINE DALAM AGAMA ISLAM

NAMA
UNIVERSITAS

Abstrak
Dalam setiap kegiatan jual beli pasti ada interaksi antara penjual dan pembeli
yang mana tidak lepas dari pertukarang barang atau jasa dimana pertukaran
tersebut berada dalam suatu lingkup tanggung jawabnya. Jual Beli merupakan
salah satu tuntunan Rasulullah SAW untuk mencari nafkah dan rizky demi
melanjutkan kehidupan sekaligus menjalankan kodrat manusia sebagai khalifah
di muka bumi ini yang tak lain adalah sebagai ciptaan Allah yang ditakdirkan
untuk memanfaatkan kekayaan yang ada di alam semesta ini demi melangsungkan
kehidupannya. Nabi Muhammad SAW yang sejatinya lebih dikenal sebagai
seorang Rasul, pemimpin masyarakat dan pendakwah ternyata sangat ulung
sebagai “Tajirr” atau pedagang
1. Latar Belakang Masalah
Setiap muamalah pasti terjadi di antara dua orang (pihak), tidak lepas dari
kemungkinan berupa pertukaran barang dengan barang; atau barang dengan
sesuatu yang berada dalam tanggungan; atau tanggungan dengan tanggungan.1
Jual Beli merupakan salah satu tuntunan Rasulullah SAW untuk mencari
nafkah dan rizky demi melanjutkan kehidupan sekaligus menjalankan kodrat
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini yang tak lain adalah sebagai ciptaan
Allah yang ditakdirkan untuk memanfaatkan kekayaan yang ada di alam semesta
ini demi melangsungkan kehidupannya. Nabi Muhammad SAW yang sejatinya
lebih dikenal sebagai seorang Rasul, pemimpin masyarakat dan pendakwah
ternyata sangat ulung sebagai “Tajirr” atau pedagang2. Itu tercatat di berbagai
literatur-literatur sejarah kebudayaan Islam yang pernah kita pelajari di sekolah
maupun di perkuliahan.
Aktifitas jual beli sudah menjadi pokok utama dalam peradaban ekonomi
manusia yang ada di dunia, analoginya adalah pondasi sebuah bangunan, apabila
pondasinya rapuh maka bangunannya pun pula rapuh, apabila aktifitas jual beli ini
menurun maka peradaban ekonomi manusia pun terhambat atau tidak
berkembang.
Sifat manusia yang pada dasarnya serakah dan selalu mengikuti hawa
nafsunya mengarahkan kepada macam-macam praktek yang tidak baik bahkan
diharamkan seperti penipuan, praktek gharar dan riba’. Oleh karena itu agama

1
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu Muqtasid, Terj Abu Usamah Fakhtur,
Mukhlis Mukti (Jakarta, Pustaka Azzam, 2007) hlm 249
2
Muhammad Syafi’I Antonio, Muhammad SAW The Super Leader Super Manager
(Jakarta; Tazkia Multimedia & Pro LM Centre, 2007), hlm 77
Islam melalui produk fiqh muamalahnya mencoba memecahkan permasalahan
mengenai isu-isu degradasi moral dalam jual beli ini.
Di era perkembangan teknologi yang semakin pesat ini, tentunya banyak
perusahaan-perusahaan marketplace yang mulai tumbuh berkembang, oleh karena
itu praktek jual beli secara online sudah mulai dilakukan oleh masyarakat dan
tentunya muncul resiko akan ada benih-benih kejahatan dalam bermuamalah,
seperti penipuan.
Akad dalam fiqh muamalah yang berhubungan dengan jual beli online
adalah Akad Salam. Salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana uang harga
barang dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya
sifat-sifat, jenis dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian dibuat3
Hasil penelitian Kaspersky Lab dan B2B International, sebanyak 26 persen
konsumen Indonesia kehilangan uang karena menjadi sasaran tindak penipuan
online. Indonesia menjadi negara dengan korban tertinggi disusul Vietnam 26
persen dan India 24 persen. Ros Horgan (Pimpinan Global Divisi Pencegahan
Penipuan Kapersky Lab) mengatakan bahwa bentuk ancaman keuangan online
terhadap konsumen semakin berkembang. Selain penipuan online dengan gaya
tradisional terdapat pula para penjahat siber yang mengeksploitasi serta mencari
cara baru untuk menipu konsumen.4
Oleh karena itu pada makalah ini akan dijelaskan salah satu dari beberapa
degradasi moral yang ada pada jual-beli yaitu jual beli yang dilarang karena
kerugian yang disebabkannya yakni penipuan.5 Dan permasalahan-permasalahan
yang diangkat adalah dari isu-isu kontemporer.

2. Pembahasan
A. Latar Belakang Jual Beli Online
Pada dasarnya, sistem jual beli telah diterapkan sejak masa Rasulullah SAW. Pada
umumnya, orang memerlukan benda yang ada pada orang lain (pemiliknya) dapat
dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya terkadang tidak mau memberikannya.
Terdapat beberapa pengertian mengenai jual beli, yang menurut bahasa jual beli
(al-ba’i) merupakan menukar kepemilikan barang dengan barang 6 atau saling
tukar menukar. Secara istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian jual beli,
diantaranya yakni:

3
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2010) hlm 243
4
Tekno tempo, “Penipuan Online di Indonesia Tertinggi”, diakses dari tekno.tempo.co
pada tanggal 24 Oktober 2018 pukul 00.21 WIB
5
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatu Muqtasid, Terj Abu Usamah Fakhtur,
Mukhlis Mukti (Jakarta, Pustaka Azzam, 2007) hlm 294
6
Moh. Thalib, Tuntunan Berjual Beli menurut Hadis Nabi, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1977), hlm. 7.
3. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang yang dilakukan
dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas
dasar saling merelakan.
4. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai dengan
aturan syara.
5. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab
dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syarat.
6. Tukar-menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus
(dibolehkan).
7. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau
memindahkan hak milik denga nada penggantinya dengan cara yang
diperbolehkan.
8. Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka jadilah
penukaran hak milik secara tetap. 7
9. Menurut Ibnu Qadamah, jual beli adalah pertukaran harta dengan harta
umtuk menjadikan miliknya.
10. Nawawi, jual beli adalah pemilikan harta benda secara tukar menukar yang
sesuai dengan ketentuan syariah.
11. Menurut Al-Hasani, mengemukakan bahwa jual beli adalah pertkaran
harta dengan harta melalui sistem yang menggunakan cara tertentu. 8
Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan kebudayaan dan teknologi, jual
beli yang semula menggunakan sistem barter yaitu pertukaran barang satu dengan
barang yang lainnya, lalu berubah dengan alat transaksi jual beli dengan uang,
maka transaksi jual beli mulai dilaksanakan dengan adanya uang dengan barang.
Beberapa dekade setelah itu manusia menemukan teknologi kartu kredit sebagai
pengganti uang real dan kemudia pada masa kini kebiasaan jual beli dengan
melalui online. Dengan kemajuan komunikasi dan informasi, telah membawa
dampak pada kemajuan dalam dunia bisnis. Jual beli jarak jauh sudah merupakan
kebiasaan yang berlaku di dunia bisnis pada saai ini. Dalam hal ini penjual dan
pembeli tidak memperhatikan lagi masala hijab qabul secara lisan, tetapi cukup
dengan perantara seperti kertas berharga, cek, wesel, dan sebagainya.9
Begitu juga dengan perkembangan pemasaran barang yang diperjual belikan,
media pemasaran yang awalnya hanya dilaksanakan dengan saling bertemu antara
pihak penjual dan pembeli, namun sekarang hal-hal ini sudah dapat dilakukan
tanpa harus bertemu langsung dengan adanya perkembangan alat telekomunikasi
7
Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
hlm. 66.
8
Ismail Nawawi,Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2012), hlm. 75.
9
Sofyan AP. Kau, Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Via Telepon dan Internet, (Al-
Mizan, 2007), hal. 11.
berupa jaringan internet. Dari perkembangan bentuk transaksi jual beli pemasaran
inilah kita mengenal dengan nama online shop.  
Sejarah jual beli online:
a. Belanja online pertama kali dilakukan di Inggris pada tahun 1979 oleh
Michael Aldrich dari Redifon Computers. Ia menyambungkan televisi
berwarna dengan komputer yang mampu memproses transaksi secara
realtime melalui sarana kabel telepon.
b. Sejak tahun 1980, ia menjual sistem belanja daring yang ia temukan di
berbagai penjuru Inggris.
c. Pada tahun 1980, belanja online secara luas digunakan di Inggris dan
beberapa negara di daratan Eropa seperti Perancis yang menggunakan fitur
belanja online untuk memasarkan Peugeot, Nissan, dan General Motors.
d. Pada tahun 1992, Charles Stack membuat toko buku daring pertamanya
yang bernama Book Stacks Unlimited yang berkembang menjadi
Books.com yang kemudian diikuti oleh Jeff Bezos dalam membuat situs
web Amazon.com dua tahun kemudian.
e. Pada tahun 1994, Netscape memperkenalkan SSL encryption of data
transferred online karena dianggap hal yang paling penting dari belanja
daring adalah media untuk transaksi daringnya yang aman dan bebas dari
pembobolan.
f. Pada tahun 1996, eBay situs belanja daring lahir dan kemudian
berkembang menjadi salah satu situs transaksi daring terbesar hingga saat
ini.
Toko online di Indonesia baru mulai populer di tahun 2006. Pada akhir
tahun 2008 jumlah toko online di Indonesia meningkat puluhan hingga ratusan
persen dari tahun sebelumnya. Faktor pendukungnya adalah makin banyaknya
pengguna internet di Indonesia, yang tadinya hanya sekitar 2.000.000 orang pada
tahun 2000 menjadi 25.000.000 pengguna pada tahun
2008 (internetworldstats.com, data hingga Juni 2008). Faktor kedua yang
menyebabkan hal tersebut, karena semakin mudah dan murahnya koneksi internet
di Indonesia, ketiga semakin banyak pendidikan dan pelatihan pembuatan toko
online dengan harga sangat terjangkau. Bentuk kegiatan jual beli ini tentu
memiliki banyak nilai positif, diantaranya kemudahan dalam melakukan transaksi
karena penjual dan pembeli tidak perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi.
Dalam online shop, biasanya menawarkan barang, harga, dan juga gambar. Dari
situlah pembeli memilih dan kemudian memesan barang yang biasanya akan
dikirim setelah pembeli mentransfer uangnya.
Dalam Islam berbisnis mealui online diperbolehkan selagi tidak terdapat
unsur-unsur riba, kezaliman, menopoli dan penipuan. Adapun beberapa syarat
yang mendasar diperbolehkannya jual beli lewat online, yakni:
1) Tidak melanggar ketentuan syari’at Agama, seperti transaksi bisnis yang
diharamkan, terjadinya kecurangan, penipuan dan menopoli.
2) Adanya kesepakatan perjanjian diantara dua belah pihak (penjual dan pembeli)
jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat (Alimdha’) atau
pembatalan (Fasakh). Sebagaimana yang telah diatur didalam Fikih tentang
bentuk-bentuk option atau alternative dalam akad jual beli (Alkhiarat) seperti
Khiar Almajlis (hak pembatalan di tempat jika terjadi ketidak sesuaian), Khiar
Al’aib (hak pembatalan jika terdapat cacat), Khiar As-syarath (hak pembatalan
jika tidak memenuhi syarat), Khiar At-Taghrir/Attadlis (hak pembatalan jika
terjadi kecurangan), Khiar Alghubun (hak pembatalan jika terjadi penipuan),
Khiar Tafriq As-Shafqah (hak pembatalan karena salah satu diantara duabelah
pihak terputus sebelum atau sesudah transaksi), Khiar Ar-Rukyah (hak
pembatalan adanya kekurangan setelah dilihat) dan Khiar Fawat Alwashaf (hak
pembatalan jika tidak sesuai sifatnya).
3) Adanya kontrol, sangsi dan aturan hukum yang tegas dan jelas dari pemerintah
(lembaga yang berkompeten) untuk menjamin bolehnya berbisnis yang
dilakukan transaksinya melalui online bagi masyarakat. Jika bisnis lewat online
tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang telah dijelaskan di atas,
maka hukumnya adalah “Haram” tidak diperbolehkan. Kemaslahatan dan
perlindungan terhadap umat dalam berbisnis dan usaha harus dalam
perlindungan negara atau lembaga yang berkompeten. Agar tidak terjadi hal-
hal yang membawa kemudratan, penipuan dan kehancuran bagi masyarakat
dan negaranya.

B. Landasan Normatif dan Hukum Jual Beli Online


1. Al Qur’an
a. Al-Baqoroh ayat 275
‫َ)و) أَ) َ)ح) َّل) هَّللا ُ) ا) ْل) بَ) ْي) َع) َ)و) َ)ح) َّر) َم) ا)ل) ِّر) بَ) ا) ۚ) َذلِ َك بِأَنّ ُه ْم قَالُ َو ْا إِنّ َما ا ْلبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ّربَا‬
“Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”(Al-Baqoroh Ayat 275)
b. An-Nisa’ Ayat 29

ٍ ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلبَا ِط ِل إِاَّل أَنْ تَ ُكونَ تِ َجا َرةً عَنْ ت ََرا‬
َ ُ‫ض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنف‬
ۚ ‫س ُك ْم‬
‫إِنَّ هَّللا َ َكانَ ِب ُك ْم َر ِحي ًما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa’ Ayat 29)
c. Al-Baqoroh ayat 282
َ )‫يَ) ا) أَ) ُّي) َه) ا) ا)لَّ) ِذ) ي) َ)ن) آ) َم) نُ) و)ا) إِ) َذ) ا) تَ) َد) ا)يَ) ْن) تُ) ْم) بِ) َد) ْي) ٍن) إِ) لَ) ٰ)ى) أَ) َ)ج) ٍ)ل) ُم‬
)ُ‫س) ًّم) ى) فَ) ا) ْك) تُ) بُ) و)ه‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.
2. Hadist Rasulullah SAW
ُ َ‫ب أَ ْطي‬
‫ َع َم ُل‬: ‫ب ؟ قَا َل‬ ْ ‫ي ا ْل َك‬
ِ ‫س‬ ُّ َ‫ أ‬: ‫سئِ َل‬ ُ ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ { أَنَّ النَّبِ َّي‬ ِ ‫عَنْ ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع َر‬
‫ص َّح َحهُ ا ْل َحا ِك ُم‬ َ ‫ َو ُك ُّل َب ْي ٍع َم ْب ُرو ٍر } َر َواهُ ا ْلبَ َّزا ُر َو‬، ‫ال َّر ُج ِل بِيَ ِد ِه‬
Dari Rifa’ah bin Rafi’, Nabi pernah ditanya mengenai pekerjaan apa yang paling
baik. Jawaban Nabi, “Kerja dengan tangan dan semua jual beli yang mabrur”
[HR Bazzar no 3731 dan dinilai shahih oleh al Hakim. Baca Bulughul Maram no
784].10

3. Kaidah Ushulul-Fiqh
‫ إالّ أن يد ّل دليل على تحريمها‬,‫األصل فى المعاملة اإلباحة‬
Segala sesuatu yang berhubungan dengan muamalah itu diperbolehkan, kecuali
ada dalil yang mengharamkan
4. Fatwa DSN MUI
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
JUAL BELI SALAM
5. Hukum Undang-Undang
a. Pasal 1320 KUH Perdata (syarat-syarat terjadinya suatu persetujuan yang
sah)
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1) kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3) suatu pokok persoalan tertentu;
4) suatu sebab yang tidak terlarang.
b. Pasal 378 KUH Pidana (pelaku penipuan)
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang rnaupun
menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun”.
c. Pasal 1 ayat 2 UU ITE
“Perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya”
d. Pasal 9 UU ITE
“Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus
menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak,
produsen, dan produk yang ditawarkan”
C. Modus- Modus Penipuan Jual-Beli Online
10
Ibnu Hajar Astqolani, Bulughul Maram (Jakarta; Daar el Kutub) hlm 176
1. Penipuan Berkedok Investasi
Penipuan jenis ini dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu skema Ponzi,
skema piramida dan inventory loading.
Dalam skema Ponzi, investor dijanjikan akan memperoleh penghasilan dengan
cepat dan berlipat (quick and rich scheme) dari sejumlah uang yang
diinvestasikan. Padahal uang yang diperoleh investor tersebut berasal dari investor
lain yang baru bergabung.
Sang Bandar dalam skema ini juga menjadi pemain aktif. Ia sendiri yang
mengelola uang investasi. Investor hanya perlu duduk smabil menunggu masa
panen datang. Biasanya, uang yang terkumpul akan digunakan untuk jual beli
valuta asing.
Skema piramida hamper mirip dengan skema Ponzi. Imbalan yang
diterima berasal dari investor yang baru bergabung, hanya saja dalam skema
piramida investor juga harus aktif mencari investor lain. Jika tidak bias mencari
investor lain, ia tidak akan mendapat apa-apa.
Inventory Loading, jenis penipuan inilah yang sekarang paling sering dijumpai
didunia maya. Bagi orang awam, model ini lebih susah dibedakan dengan
investasi yang legal. Karena, dalam modus ini ada produk atau jasa lain yang
diberikan sehinga seolah-olah seperti pemasaran berjenjang. Produk yang
ditawarkan tidak hanya berupa barang, tetapi juga jasa yang nilainya sebenarnya
jauh lebih kecil dari investasi yang harus dikeluarkan.
2. Penipuan Lewat Undian Berhadiah
Modus penipuan ini sudah sering dijumpai di dunia maya, biasanya akan
ada iklan yang muncul saat mengunjungi suatu website. Aksi modus ini sangat
sederhana, yaitu dengan mengajak korban bergabung dalam situs undian online
dengan iming-iming hadiah yang besar. Kemudian korban diharuskan mengisi
data diri dan membayar sejumlah uang sebagai biaya administrasi sebelum
akhirnya mengikuti undian.
3. Penipuan Menggunakan Modus Phising (Password Harvesting Fishing)
Modus penipuan ini adalah tindakan penipuan yang menggunakan e-mail
palsu atau situs website palsu yang bertujuan untuk mengelabuhi user sehingga
pelaku bias mendapatkan user tersebut.11
Tindakan ini bisa berupa e-mail yang berasal dari lembaga resmi, misalnya bank
dengan tujuan mendapatkan data pribadi nasabahnya seperti PIN, nomor rekening
atau nomor kartu kredit.
Menurut IGN Mantra dosen peneliti cyber war dan security inspection
menjelaskan bahwa phising adalah percobaan penipuan menggunakan surel (surat
elektronik) dengan tujuan untuk mendapatkan username, password, token, dan
informasi-informasi sensitif lainnya yang dikirim melalui surel. Surel phising

11
Vyctoria, Bongkar Rahasia E-Banking Security dengan Teknik Hacking dan Carding,
(Yogyakarta:CV Andi Offset, 2013), 214.
datang seolah-olah dari perusahaan/organisasi di mana user adalah
anggota/member12.
4. Penjualan Produk Dengan Harga Miring (E-buy Scam)
Salah satu platform belanja online terbesar e-Bay kerap menipu konsumen.
Namun, penipu tersebut bukan datang dari pengembang situs tersebut, melainkan
para penjual yang ada dalam e-Bay.
Beberapa penjual di e-Bay sering kali mengunggah gambar suatu produk dengan
harga yang sangat murah. Atau bisa dibilang jauh dari harga rata-rata produk
sejenis yang dijual di situs lainnya. Kalau sudah begini, dapat dipastikan penjual
tersebut “abal-abal”. Kalau pun harga yang dijual lebih murah, range harganya
pasti tidak jauh berbeda dengan pedagang lain. Sebab harga murah yang terlampir
di situs e-Bay merupakan salah satu taktik penjual untuk mendapat perhatian dari
para pengunjung.
5. Nigerian Scam
Penipuan ini menggunakan cara menghibahkan suatu barang atau harta
tertentu. Si penipu berpura-pura ingin mewariskan harta ataupun benda
kesayangannya kepada orang lain dengan berbagai macam alasan. Tujuannya
tidak lain untuk mendapatkan data diri si korban.
6. HYIP atau High Yield Investment Program
Merupakan salah satu jenis program yang menggunakan skema Ponzi.
90% dari HYIP adalah bohong dan 10% sisanya menunggu antrian untuk dicap
sebagai pembohong, mengapa? Bos HYIP biasanya menggunakan modal yang
besar untuk mendapatkan dana yang besar pula. Mereka rela membayar member
mereka selama beberapa tahun untuk meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan
calon investor, sehingga investor yang tidak berhati-hati akan langsung
melakukan investasi secara besar - besaran.

7. Money handling 
Modus jenis ini melibatkan pihak ketiga untuk menerima dana yang dicuri
melalui email scam lain ke sebuah account sebelum kemudian memindahkan uang
dari luar negeri, setelah dikurangi komisi.

8. Modus Menggunakan Cara Verification Code Scan

Bagi yang suka berbelanja online ataupun streaming film dari internet
pasti sudah tidak asing lagi dengan metode penipuan online yang satu ini.
Verification code scam merupakan penipuan dalam bentuk kode verifikasi yang
biasanya dikirimkan ke smartphone. Kode tersebut berisi 4-6 digit angka yang
harus diketik ulang ke situs yang bersangkutan untuk mendapat akses masuk ke
dalamnya. Biasanya dalam kasus ini korban diminta untuk melampirkan nomor
12
IGN Mantra, “Potensi Ancaman Keamanan Email Perusahaan”, Info Komputer, (9 September
2015), 71.
KTP ataupun nomor kartu debit, setelah korban mengetahui nomor kartu debit,
penipu mampu menguras habis isi kartu debit.

9. Program Pay To

Program ini menggunkan cara menawarkan untuk mengikuti program


yang akan membayar korban jika korban mengklik email atau banner. Di
antaranya memang penipu membayar, namun sebagian besar situs tersebut tidak
membayarnya. Biasanya penyelenggara bisnis ini akan menyaratkan korban harus
memperoleh poin sejumlah tertentu (misalnya 100 USD) sebelum penipu
membayar korban. Kenyataannya, poin yang diperoleh tidak pernah mencapai
jumlah tersebut.

D. Penipuan Jual Beli Online Perspektif Islam


Sistem muamalah dalam Islam mengenal bahwa segala sesuatu pada
dasarnya boleh dilakukan dengan tujuan kemaslahatan bersama. Akan tetapi
kebolehan tersebut dapat juga berubah menjadi sesuatu yang dilarang atau bentuk
hukum lainnya apabila terdapat alasan yang medukungnya.
Demikian pula dalam hal berbisnis yang disini berfokus pada jual beli
online (E-commerce) yang merupakan salah satu bentuk dari muamalah. Pada
prinsipnya kegiatan berbisnis merupakan suatu bentuk usaha yang diperbolehkan
menurut ajaran Islam. Prinsip ini ditegaskan dan didukung dalam Al-Qur’an dan
As-sunnah serta keputusan ulama mengenai hal ini sebagai sesuatu yang telah
dipraktikkan pada masa nabi SAW sampai sekarang.
Tetapi ada beberapa alasan yang dapat mengakibatkan berbisnis (E-
commerce) itu menjadi sesuatu yang terlarang, jika seandainya hal tersebut hanya
akan menyebabkan dampak yang tidak baik bagi umat. Kesepakatan dan kerelaan
(adanya unsur suka sama suka) sangat ditekankan dalam setiap bentuk bisnis.
Namun, hanya dengan kesepakatan dan kerelaan yang bermula dari suka sama
suka tersebut, tidak menjamin transaksi tersebut dapat dinyatakan sah dalam islam
yang mengatur adanya transaksi yang dibolehkan dan tidak dibolehkan.
Hal yang sering menjadi problematika dalam dunia bisnis salah satunya
adalah kesamaran. Kesamaran dalam dunia bisnis sangatlah dilarang, karena
sering melibatkan ketidakpastian (uncertainely) dan kekaburan. Kurangnya
informasi tentang segala sesuatu yang terdapat dalam transaksi jual beli akan
mendatangan sifat keraguan dan ketidakpastian, dan hal ini akan menghapuskan
keadilan dalam transaksi tersebut. Berbisnis, khususnya disini menekankan pada
bisnis online yang didalamnya mengandung unsur kesamaran (gharar) ini
mengandung permainan atau untung-untungan, meragukan, dan mengadung unsur
penipuan dilarang dalam Islam. Islam melarang jual beli tersebut sebagaimana
dikemukakan oleh Rasulullah SAW dalam hadistnya.
Dan juga, berbisnis yang mengandung unsur gharar dilarang karena hal
tersebut melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi dalam etika
Islam. Dalam hal ini akan muncul selanjutnya adalah tadlis (unknown to one
party) dimana terdapat ketidaktahuan diantara pihak-pihak yang bertransaksi
sehingga dapat menimbulkan kecurangan atau penipuan yang disebabkan hanya
salah satu pihak yang mengetahui adanya informasi (asimmetric information) atau
spesifikasi dari objek yang akan diperjual belikan. Hal ini dapat diartikan sebagai
pelanggaran terhadap prinsip kerelaan atau suka sama suka. Hal tersebut dapat
terjadi dalam 4 kategori, yaitu: kualitas, kuantitas, harga, dan waktu penyerahan.
Kemudahan dalam betransaksi yang dihadirkan melalui e-commerce justru
tidak sedikit menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan beresiko tinngi yang
menimbulkan kerugian. Resiko yang paling domina adalah kasus penipuan.
Contoh kasus penipuan yang sering terjadi adalah setelah uang ditransfer barang
tak kunjung datang, barang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah dipaparkan
dan lain-lain.
Islam memandang kasus penipuan dalam jual beli online adalah hal yang
sangat fatal karena telah melanggar asas-asas dalam Islam yang sudah tertera
sangat jelas dalam pedoman kitab suci umat Islam yakni Al-qur’an (Q.S An-Nisa
{4}:29). Kasus penipuan pada jual beli online telah melanggar asas amanah
khususnya dari pihak penjual oline, untuk menghindari pelanggaran asas amanah
tersebut penjual online harus memberikan informasi sejujurnya kepada pihak
pembeli yang tidak banyak mengetahuinya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
adanya kasus penipuan (gharar) atau kemungkinan risiko yang terjadi lainnya.
Dalam hukum Islam, tindak pidana penipuan jual beli online termasuk ke
dalam jarimah ta’zir. Jarimah ta’zir adalah perbuatan tindak pidana yang bentuk
dan ancaman hukumnya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi
pelakunya (ta’zir artinya: ajaran atau pelajaran) (Munajat Makhrus, 2009: 35).
Menurut Syarbini al-Khatib, bahwa ayat al-Qur’an yang dijadikan landasan
adanya jarimah ta’zir adalah Qur’an Surat al-Fath ayat 8-9 yang artinya:

َ ‫إنَّا أَ ْر‬
ِّ َ‫س ْلنَاكَ شَا ِهدًا َو ُمب‬
‫ش ًرا َونَ ِذي ًرا‬

ِ َ‫سبِّ ُحوهُ بُ ْك َرةً َوأ‬


‫صياًل‬ َ ُ‫سولِ ِه َوتُ َع ِّز ُروهُ َوتُ َوقِّ ُروهُ َوت‬
ُ ‫لِتُؤْ ِمنُوا ِباهَّلل ِ َو َر‬
Artinya: 8. Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, 9. supaya kamu sekalian beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
Dari terjemahan tersebut diatas, A.Hasan menterjemahkan: watu’aziruhu
dengan: dan supaya kamu teguhkan (agamanya) dan untuk mencapai tujuan ini,
satu diantaranya ialah dengan mencegah musuh-musuh Allah, sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Syarbini al-Khatib (Jaih Mubarak, 2004: 47). Adapun
Hadits yang dijadikan dasar adanya jarimah ta’zir adalah sebagai berikut:
1. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim yang artinya: “Dari
Bahz ibn Hakim dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi SAW menahan
seseorang karena disangka melakukan kejahatan;
2. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abi Burdah yang artinya: “Dari Abu
Burdah Al-Anshari RA. Bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: Tidak
boleh dijilid diatas sepuluh cambuk kecuali didalam hukuman yang telah
ditentukan oleh Allah ta’ala (Muttafaqun Alaih)”;
3. Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Aisyah yang artinya “Dari Aisyah Ra.
Bahwa nabi bersabda: Ringankanlah hukuman bagi orang-orang yang tidak
pernah melakukan kejahatan atas perbuatan mereka, kecuali dalam jarimah-
jarimah hudud”.
Secara umum ketiga hadits tersebut menjelaskan tentang eksistensi ta’zir
dalam syariat Islam. Hadits pertama menjelaskan tentang tindakan Nabi yang
menahan seseorang yang diduga melakukan tindak pidana dengan tujuan untuk
memudahkan boleh lebih dari sepuluh cambukan untuk membedakan dengan
jarimah hudud. Dengan batas hukuman ini dapatlah diketahui mana yang
termasuk jarimah hudud dan mana yang termasuk jarimah ta’zir. Menurut al-
Kahlani, para ulama sepakat bahwa yang termasuk jarimah hudud adalah zina,
pencurian, minum khamr, hirabah, qadzaf, murtad dan pembunuhan. Selain dari
jarimah-jarimah tersebut, termasuk jarimah ta’zir meskipun ada juga beberapa
jarimah yang diperselisihkan oleh para fuqaha, seperti liwath, lesbian, dan
sedangkan hadits ketiga mengatur tentang tekhnis pelaksanaan hukuman ta’zir
yang bias berbeda antara satu satu pelaku lainnya, tergantung kepada status
mereka dan kondisi-kondisi lain yang menyertainya (Ahmad Wardi, 2005: 249-
250).
Adapun pembagian jarimah ta’zir dari beberapa segi yaitu:
1. Dilihat dari segi hak yang dilanggar, jarimah ta’zir dapat dibagi menjadi
dua bagian:
a. Jarimah ta’zir yang menyinggung hal Allah. yang dimaksud dengan
Jarimah ta’zir melanggar hak Allah adalah semua perbuatan yang berkaitan
kepentingan dan kemaslahatan umum. Misalnya, penimbunan bahan-bahan
pokok, membuat kerusakan dimuka bumi (penebangan liar);
b. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu. Yang dimaksud dengan
Jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu adalah setiap perbuatan yang
mengakibatkan kerugian pada orang lain. Misalnya, penginaan, penipuan, dan lain
sebagainya (Marsum, 1988: 21).
2. Dilihat dari segi sifatnya, Jarimah ta’zir dibagi dalam tiga bagian:
a. Ta’zir karena melakukan perbuatan maksiat. Yang dimaksud dengan
maksiat adalah meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan
perbuatan yang diharamkan. Misalnya, tidak membayar utang, memanipulasi hasil
waqaf, sumpah palsu, riba, menolong pelaku kejahatan, memakai barang-barang
yang diharamkan;
b. Ta’zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan
umum perbuatan-perbuatan yang masuk dalam jarimah ini bisa ditentukan, karena
perbuatan ini tidak diharamkan karena zatnya, melainkan karena sifatnya. sifat
yang menjadi alasan dikenakan hukuman terdapat unsur merugikan kepentingan
umum;
c. Ta’zir karena melakukan pelanggaran, dalam merumuskan ta’zir karena
pelanggaran terdapat beberapa pandangan, yang pertama berpendapat bahwa
orang yang meninggalkan yang mandub (sesuatu yang diperintahkan dan dituntut
untuk dikerjakan) atau mengerjakan yang makruh (sesuatu yang dilarang dan
dituntut untuk ditinggalkan) tak dianggap melakukan maksiat, hanya saja mereka
dianggap menyimpang atau pelanggaran dapat dikenakan ta’zir. Menurut sebagian
ulama yang lain, meninggalkan mandub dan mengerjakan yang makruh tidak bisa
dikenakan hukuman ta’zir. Karena ta’zir hanya bisa dikenakan jika ada taklif
(perintah atau larangan). Apabila hukuman diterapkan maka merupakan suatu
pertanda menunjukan bahwa perbuatan itu wajib atau haram (Ahmad Wardi,
2005: 251).
3. Dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya) ta’zir juga dbagi kedalam
tiga bagian:
a. Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud atau qishash tetapi
syarat-syaratnya tidak terpenuhi atau ada syubhat, seperti pencurian yang tidak
mencapai nishab atau oleh keluarga sendiri;
b. Jarimah yang jenisnya disebutkan dalam nash syara’ tetapi hukumna
belum ditetapkan, seperti riba, suap, tipu dan mengurangi takaran atau timbangan;
c. Jarimah baik yang hukum dan jenisnya belum ditetapkan oleh syara’,
seperti pelanggaran disiplin pegawai pemerintah (H.A. Djazuli, 1996: 158-159).
Dari penjelasan yang dikemukakan diatas, ta’zir adalah suatu istilah untuk
hukum atas jarimah-jarimah yang hukumnya belum ditetapkan oleh syara’.
Dikalangan fuqaha, jarimah-jarimah yang hukumnya belum ditetapkan
oleh syara’ dinamakan jarimah ta’zir. Jadi, istilah ta’zir bisa digunakan untuk
hukuman dan bisa juga untuk jarimah (tindak pidana). Hukumannya, diserahkan
sepenuhnya kepada penguasa atau hakim. Pelaksanaan jarimah ta’zir juga harus
dipertimbangkan hal ini berarti dalam menentukan sanksi ta’zir itu harus
mempertimbangkan pelakunya karena kondisi pelakunya itu tidak selalu sama
baik motif tindakannya maupun kondisi psikisnya disamping itu untuk
menjerakan pelakunya.
Sesuai pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sanksi pidana
yang diberlakukan pada tindak pidana penipuan jual beli online dalam tinjauan
hukum Islam adalah ta’zir. Penerapan hukuman jarimah ta’zir yang sesuai untuk
pelaku penipuan jual beli online tergantung wewenang penguasa (hakim) seperti
hukuman penjara ataupun denda yang dapat membuat pelaku penipuan jual beli
online ini menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatan pidana tersebut.
Kesimpulan
1) Latar Belakang munculnya jual beli online adalah karena Seiring dengan
kemajuan jaman, perkembangan kebudayaan dan teknologi, jual beli yang
semula menggunakan sistem barter yaitu pertukaran barang satu dengan
barang yang lainnya, lalu berubah dengan alat transaksi jual beli dengan uang,
maka transaksi jual beli mulai dilaksanakan dengan adanya uang dengan
barang. Beberapa dekade setelah itu manusia menemukan teknologi kartu
kredit sebagai pengganti uang real dan kemudian pada masa kini kebiasaan
jual beli dengan melalui online. Dengan kemajuan komunikasi dan informasi,
telah membawa dampak pada kemajuan dalam dunia bisnis. Jual beli jarak
jauh sudah merupakan kebiasaan yang berlaku di dunia bisnis pada saai ini.
Dalam hal ini penjual dan pembeli tidak memperhatikan lagi masala hijab
qabul secara lisan, tetapi cukup dengan perantara seperti kertas berharga, cek,
wesel, dan sebagainya.
2) Landasan normatif jual beli online berdasarkan dari ayat 275 Surat Al-
Baqoroh, ayat 29 Surat An-Nisa’ dan ayat 282 Surat Al-Baqoroh. Ada pula
yang berdasarkan dari hadist Nabi SAW serta qaidah fiqh muamalah dan
Fatwa DSN MUI. Untuk landasan hukum jual beli online terdapat pada Pasal
1320 KUH Perdata, Pasal 378 KUH Pidana dan Pasal 1 ayat 2 UU ITE
3) Macam-macam modus penipuan jual beli online antara lain adalah Penipuan
Berkedok Investasi, Penipuan Lewat Undian Berhadiah, Penipuan
Menggunakan Modus Phising (Password Harvesting Fishing), Penjualan
Produk Dengan Harga Miring (E-buy Scam), Nigerian Scam, HYIP atau High
Yield Investment Program, Money handling, Modus Menggunakan Cara
Verification Code Scam dan Program Pay To
4) Dalam Islam penipuan jual beli online ditindak pidana dengan istilah ta’zir.
Adapun pembagian jarimah ta’zir dari beberapa segi yaitu:
a. Dilihat dari segi hak yang dilanggar: Jarimah ta’zir yang menyinggung hal
Allah dan Jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu
b. Dilihat dari segi sifatnya: Ta’zir karena melakukan perbuatan maksiat,
ta’zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum
dan ta’zir karena melakukan pelanggaran
c. Dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya): Jarimah ta’zir yang berasal
dari jarimah-jarimah hudud atau qishash, jarimah yang jenisnya disebutkan
dalam nash syara’ tetapi hukuman belum ditetapkan dan jarimah baik yang
hukum dan jenisnya belum ditetapkan oleh syara’
Sesuai pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sanksi pidana
yang diberlakukan pada tindak pidana penipuan jual beli online dalam tinjauan
hukum Islam adalah ta’zir. Penerapan hukuman jarimah ta’zir yang sesuai
untuk pelaku penipuan jual beli online tergantung wewenang penguasa (hakim)
seperti hukuman penjara ataupun denda yang dapat membuat pelaku
penipuan jual beli online ini menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatan
pidana tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Astqolani, I. H. (2002). Bulughul Marom minnal adillati wal ahkam. Jakarta:


Darul Kutub Al-Islamiyah.
Antonio, M. S. (2007). Muhammad SAW, The Super Leader, Super Manager.
Jakarta: Tazkia Multimedia & ProL.M Centre.
AP, S. (2007). Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli via Telefon dan Internet .
Jakarta: Al-Mizan.
Desak Made Prilia Darmayanti, K. S. (2016). Kajian Terhadap Tindak Pidana
Penipuan Melalui Jual Beli Online. Jurnal Fakultas Hukum, Universitas
Udayana, 15-20.
Moh.Thalib. (1977). Tuntunan Berjual Beli Menurut Hadist Nabi. Surabaya: PT.
BIna Ilmu.
Muslich, A. W. (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.
Nawawi, I. (2012). Fiqh Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia
Indonesia .
Rusyd, I. (2007). Terjemahan Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid .
Jakarta: A&M Design.
Saharani, S. (2011). Fiqh Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Stabilitas. (2018, Oktober 23). "Awas skema phonzi berkedok bisnis diinternet".
Retrieved from Majalah manajemen resiko: www.stabilitas.co.id
Tempo, T. (2018, Oktober 24). Penipuan online di Indonesia tertinggi. Retrieved
from tekno.tempo.co: www.tekno.tempo.co

Anda mungkin juga menyukai