Anda di halaman 1dari 5

Nama (NIM) : Diannisa Mahiru Suryani (2005114296)

Kelas : 3B Pendidikan Kimia


Resume Kimia Analitik
Titrasi Redoks
Pengertian dan Prinsip dari Titrasi Redoks
Titrasi redoks merupakan metode analisa reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi antara
titran (zat yang konsentrasinya sudah diketahui) dan titrat (zat yang konsentrasinya akan
diungkap melalui titrasi). Titrasi redoks merupakan kependekan dari titrasi reduksi dan oksidasi.
Reduksi adalah proses pengambilan elektron dalam sebuah atom, ion, maupun molekul.
Sebaliknya, oksidasi adalah proses pembebasan elektron dari sebuah atom, ion, atau molekul.
Faktanya, oksidasi selalu dilanjutkan dengan reduksi, sehingga terjadilah reaksi redoks. 
Dalam reaksi redoks, jumlah elektron yang dibebaskan selalu sama dengan jumlah
elektron yang diambil. Bila dibandingkan dengan reaksi asam basa, konsepnya cukup mirip di
mana jumlah proton yang dibebaskan oleh asam selalu sama dengan jumlah proton yang diambil
oleh basa. Titrasi redoks terjadi saat ada perpindahan elektron di antara titran dan titrat. Karena
reaksi redoks umumnya terjadi di dalam air, maka diperlukan penyetaraan koefisien terhadap
reaksi air menggunakan H+ atau OH-. 
Reaksi redoks baru bisa dijadikan sebagai dasar titrasi apabila sudah memenuhi persyaratan
berikut ini:
1. Reaksi redoks harus berlangsung secara cepat dan nyaris sempurna (kesuksesan <99% tidak
bisa ditolerir).
2. Titik akhir harus bisa diukur atau dideteksi, baik itu dengan menggunakan indikator warna
maupun potensiometri.
3. Proses terjadinya pertukaran elektron harus bersifat stoikiometri, artinya pasangan sistem
redoks (oksidator dan reduktor) sudah sesuai dan setara.

Jenis Titrasi Redoks


Dalam pelaksanaannya, titrasi redoks dilakukan melakukan analisis kuantitatif terhadap reaksi
antara senyawa yang sifatnya oksidator dan senyawa yang sifatnya reduktor. Karena itu, titrasi
redoks juga dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan sifat larutan bakunya, yaitu :

1) Permanganometri
Sesuai namanya, jenis titrasi redoks ini menggunakan kalium permanganat (KMnO4)
sebagai titran dan oksidator. Untuk permanganometri, Anda bisa menggunakan asam
seperti H2SO4 yang encer atau HClO4 namun Cl- berpotensi teroksidasi dan
kestabilannya pun terbatas. Bila menggunakan larutan tidak berwarna, titrasi
permanganometri tidak membutuhkan indikator karena setetes 0,1 N permanganat
menunjukkan warna pink keunguan dalam 100 ml larutan.

2) Dikromatometri
Dikromatometri menggunakan dikromat (Cr2O7) yang merupakan oksidator yang kuat,
namun masih berada di bawah permanganat. Dalam prosesnya, ion dikromat kemudian
tereduksi menjadi Cr3+ yang memiliki warna hijau. Dikromat dipilih karena kestabilan
yang baik dan bentuknya yang murni. Sayangnya, dikromat memiliki reaksi yang cukup
lambat.

3) Iodometri dan iodimetri


Titrasi Iodometri dan iodimetri merupakan titrasi redoks yang menggunakan iodium.
Iodometri adalah titrasi tidak langsung yang menggunakan iodium sebagai reduktor, di
mana iodium yang dilepas akan dititrasi menggunakan larutan tiosulfat. Sementara itu,
iodimetri adalah titrasi langsung yang dilakukan dalam kondisi pH netral atau sedikit
asam, di mana iodium digunakan sebagai oksidator.

4) Bromatometri
Bromatometri menggunakan potasium bromat (KBrO3) sebagai reduktor dan titran.
Untuk mempercepat terjadinya reaksi, biasanya bromatometri dilakukan dalam suhu yang
panas dan kondisi pH asam. Kelebihan KBr akan memunculkan reaksi pada ion bromat
yang kemudian menghasilkan warna kuning pucat yang sulit untuk ditetapkan sebagai
titik akhir. 

Permanganometri
Pengertian dan Prinsip Permanganometri
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat,
yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan
oksidasi atau redoks. Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang,
nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam
menganalisa zat-zat organik. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara
meluas lebih dari 100 tahun. Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan (±
70ºC) untuk mempercepat reaksi.
Prinsip titrasi permanganometri adalah reaksi oksidasi reduksi pada suasana asam yang
melibatkan elektron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam (H2SO4) untuk mencapai
tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan bilangan oksidasi +7 menjadi +2. Pada
proses titrasi tidak dibutuhkan indicator lain. Karena KMnO4 sudah mampu memberikan
perubahan warna saat titik akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda.
Sifat dari KMnO4 ini dikenal sebagai autoindikator.
Reaksi Permanganometri

Reaksi titrasi permanganometri difokuskan pada  rekasi oksidasi  dan  reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi permanganometri dengan KMnO 4 telah
dikenal lebih dari 100 tahun. Titrasi kebanyakan dilakukan dengan secara langsung atas alat yang
bisa dioksidasi seperti garam oksalat, asam, Fe+ yang bisa larut dan sebagainya. Beberapa dari
ion logam yang tidak dioksidasi bisa ditritasi dengan cara tidak langsung dengan
permanganometri sebagai berikut ini:

 Ion-ion PB dan Ba bisa diendapkan sebagai garam khromat. Sesudah disaring, dicuci serta
dilarutkan dengan asam, ditambah juga larutan baku yaitu FeSO 4 berlebih. Sebagian
Fe2+ akan dioksidasi khormat kemudian sisanya bisa ditentukan banyaknya dengan cara
melakukan titrasi dengan KMnO4.
 Ion-ion Hg (I), Zn, Pb, Sr, Ba, Ca yang bisa diendapkan sebagai oksalat. Sesudah
diendapkan, lalu disaring dan dicucu, kemudian dilarutkan ke dalam H 2SO4 berlebih
sehingga secara kuantitatif akan terbentuk asam oksalat. Asam okalat tersebut yang akan
dititrasi kemudian hasil dari titrasi bisa dihitung berapa banyaknya ion logam yang
bersangkutan.

Iodometri Iodimetri
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan
dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stokiometri yang
sederhana pelaksanaannya, praktis dan tidak banyak masalah dan mudah. 
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak
langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar-kadar zat oksidator secara langsung,
seperti kadar yang terdapat pada serbuk vitamin C.
Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan
berdasar pada jumlah I2 (Iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi
antara sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide (I). Metode ini
tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang sama-sama menggunakan
I2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimentri termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran sepetri dalam reaksi redoks
umumnya yang harus selalu ada oksidator dam reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsure yang bilangan
oksidasinya berkurang atau turun (Menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator
atau reduktor saja. Dalam metode analisis ini analit dioksidasikan oleh I 2, sehingga I2 tereduksi
menjadi ion iodide, dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi :
I2 + 2e-        2I-
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau
amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui titik akhir titrasi akan
tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (disperse koloidal) kanji. Warna yang terjadi adalah
biru tua hasil reaksi I2 – Amilum. Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam
kisaran asam lemah dan basa lemah. pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi
disproporsionasi menjadi hipoidat.
 I2 + 2OH   -              IO3- + I- + H2O     
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri). Relatif
beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium, maka jumlah penentuan penentuan iodimetrik adalah sedikit, akan tetapi banyak
pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak
penggunaan proses iodimetrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi
yang ditentukan, dengan pembahasan iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat.
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu
kepada titrasi dengan suatu larutan ion standar. Metode titrasi tak langsung (kadang-kadang
dinamakan iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi
kimia. 

Anda mungkin juga menyukai