OLEH:
MALANG
2021
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan yaitu
keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara
1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme
haus (Abdul H, 2008).
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya (Tarwoto &
Wartonah, 2004).
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu (Abdul H, 2008) :
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water [TBW]). CIS merupakan
media tempat terjadinya aktivitas kimia sel. Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar
40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70 kg CIS 25liter. Sedangkan
pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler (Taylor, 1989).
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20%
berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu:
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan
pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.
Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation (Abdul , 2008).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain (Abdul , 2008) :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu (Obet, 2010) :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outputurine sekitar 1400-
1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar
300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL
dapat meningkat.
c. Keringat
4
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
1) Difusi
1) Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik
tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur
cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang
memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
2) Transport Aktif
3) Osmosis
Kebutuhan Cairan Sesuai Umur dan Berat Badan menurut Abdul, (2008) :
1 3 hari 3 250-300
4 6 tahun 20 1800-2000
6 14 tahunn 45 2200-2700
7 18 tahun 54 220-2700
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama
ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air
tetap sama (Brunner & suddarth, 2002)
Etiologi :
- Penurunan masukkan
- Perdarahan.
Patofisiologi:
Manifestasi klinis :
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan
cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit.
Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme
kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang
sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung)
dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan
pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal
akut.
Penatalaksanaan
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan
oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama
dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada
peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
Etiologi :
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
8
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan
asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat
menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan
disfungsi kardiovaskuler.
1. Hyponatremia
Etiologi
-Sirosis
-Masaalah ginjal
-Muntah kronis/diare
-Dehidrasi
Manifestasi klinis
-Kram otot
-Perasaan Kelelahan
-Anoreksia
Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia adalah pemberian natrium yang
hati-hati. Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada pasien dengan volume
cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya adalah pembatasan air. Hal
ini jauh lebih aman dibandingkan dengan pemberian natrium .
2. Hipokalemia
Etiologi
Disfungsi ginjal
Manifestasi klinis
10
Penatalaksanaan
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari
Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol
infus
Pada situasi kriitis larutan yang lebih pekat (20 mEq) dapat diberikan
melalui jalur sentral bahkan pada hipoklemia yang sangat berat.
3. Hiperkalemia
Hiperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang
terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.
Etiologi
-Gagal ginjal
-Berbagai kondisi yang membuat pelepasan kalium yang berlebihan dari dalam
sel, misalnya pada cedera yang membuat banyak jaringan otot hancur, luka bakar
hebat atau overdosis kokain.
Manifestasi klinis
Penatalaksanaan
Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan. Kalium dapat
dibuang dengan meransang diare, sehingga keluar melalui tinja.
4. Hipokalsemia
Etiologi
-Kekurangan vitamin D
-Kerusakan ginjal
Manifestasi klinis
-Serangan akut
-Neuro,uskuler
-Cemas
-Gagal nafas
5. Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium dalam darah lebih dari 10,5 mg/dL darah. Hiperkalsemia
12
didefinisikan sebagai kadar kalsium serum > 10,6 mg/dL atau ketika kalsium ion >
1,38 mmol/L.
Etiologi
-Hiperparatiroid
-Imobilisasi lama
-Kelebihan vitamin D
Manifestasi Klinis
-Nyeri epigastrik
-Kelemahan otot
-Anoreksia
-Mual/muntah
-Konstipasi
-Gangguan mental
Penatalaksanaan
1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat
kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang,
terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan peningkatan [H+]. Tanda
dan gejala klinisnya meliputi :
2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda dan
gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing
difokuskan pada:
6) B6 Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah sel darah merah
hemoglobin (HB),dan hematrokit (HT).
16
A. RUMUS KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT
1. Jumlah/kebutuhan cairan
atau
10 kgBB I = 4 ml/kg/jam
10 kgBB II = 2 ml/kg/jam
2. Kebutuhan Na+
B. PENGHITUNGAN TETESAN
a. Cara otsuka
60 mnt x jam
b. Cara Terumo
60 mnt x jam
2. Mikro (anak dgn BB<6kg)
C. JENIS-JENIS CAIRAN
1. Cairan Hipotonik.
2. Cairan Isotonik.
3. Cairan Hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya koloid,
Dextrose 5%, produk darah (darah), dan albumin
MK: gangguan
MK: Risiko pertukaran gas
Ketidakseimbangan
Cairan dan
Elektrolit
E. PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
Asupancairan dan makanan (oral dan Parental).
Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
Pengukuran Klinik
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
20
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
3). Muntah
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap yaitu Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah,
hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
Diagnosa Keperawatan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
i. Haus, mual/anoreksia
22
Faktor yang berhubungan :
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut.
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
d. Sesak napas
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan malnutrisi.
Batasan Karakteristik :
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
24
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Intervensi (Perencanaan)
Diagnosa
Tujuan dan kriteria Intervensi
No keperawata Rasional
hasil keperawatan
n
1. Kekurangan Tujuan :
volume
Menyeimbangkan
cairan
volume cairan sesuai
dengan kebutuhan
tubuh
Kriteria Hasil:
b. Menjelaskan perlu-
nya meningkatkan
b. Rencanakan target
asupan cairan pada
pemberian asupan
saat stress/cuaca
panas. cairan untuk setiap b. Mempermudah untuk
sif, mis : siang 1000 memantauan kondisi
ml, sore 800 ml dan klien.
dehidrasi. haluaran.
d. Untuk mengontrol
e. Pantau asupan per
asupan klien.
oral, min. 1500 ml/
24 jam.
e. Untuk mengetahui
prkembangan status
f. Pantau haluaran
kesehatan klien.
cairan 1000-
1500ml /24jam.
Pantau beratjenis
urine.
2. Kelebihan Tujuan:
volume
Kebutuhan cairan klien
cairan
dapat terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan
tubuh klien.
Kriteria hasil:
b. Konsumsi garam
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan klien untuk
yang berlebihan me-
penurunan edema menurunkan
ningktkan tekanan
konsumsi garam.
darah.
c. Makanan yg meng-
c. Anjurkan klien gunakan penyedap
untuk: rasa dan pengawet.
1) Menghindari
makanan gurih,
makanan kaleng
dan makanan
beku.
2) Mengkonsumsi
mkann tnpa garam
dan menambahkan
bumbu aroma.
3) Mggunakan cuka
pengganti garam
utk penyedap rasa
sop, rebusan dll.
d. Na+mengikat air,jadi
d. Kaji adanya tanda
tubuhakan
venostasis dan
lebihmerasa
bendungan vena pada
lebihcepat haus.
bagian tubuh yang
mengantung.
f. Guna memperlancar
sirkulasi.
f. Tinggikan
ekstremitas dengan
mnggunakn bantal,
imobilitas, bidai/
balutan yang kuat,
serta berdiri/duduk
dlm waktu yg lama.
g. Perlukaan pada
g. Jangan memberikan daerah yang sakit
suntikan/infuse pada menyebabkan kurang
lengan yang sakit. lancarnya sirkulasi
peredaran darah di
daerah tsb.
h. Semua kegiataan
tersebut
memperparah
h. Tingatkan klien
keadaan klien
untuk menghindari
detergen yang keras,
membawa beban
berat, memegang
rokok, mencabut
kutikula/ bintil kuku,
me-nyentuh kompor
gas, memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
i. Lindungi kulit yg
28
edema dari cidera.
i. Untuk mepercepat
perbaikan jaringan
tubuh.
untuk peristaltik,
g. Encerkan suplemen
kalium per oral
30
sedikitnya dalam
113,2 gram air/sari
h. S
buah utk
treoid kortison
mengurangi resiko
dapat menyebabkan
iritasi mukosa
retensi natrium dan
lambung.
ekresi kalium.
h. Pantau nilai kalium
i. N
serum pada klien
ilai kalium yang
yang mendapat obat
rendah dapat me-
diuretic dan steroid.
ningkatkan kerja
digitalis.
d. Untuk melihat
b. Kaji haluaran urin. adanya pelebaran
Sedikitnya 25ml/jam kompleks QRS dan
atau 600 ml/ hari. gelombang T tggi
yg merupkan tanda
hiperkalemia.
c. Laporkan nilai
kalium serum yang
melebihi 5mEq/l
batasi asupan kalium
jika perlu.
d. Pantau EKG
Implementasi (Perencanaan)
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan.
32
1) Menghindari makanangurih,makanankalengdan makananbeku.
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari (haluaran urin yang
sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium jika
perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T
tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.
34
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).
Abdul, Azis. 2006. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Anggriyana dan Saryono. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Yogyakarta: Nuha Medik
Faqih, Moh. Ubaidillah. 2009. ”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”.
(http://www.scribd.com/ diakses 23 Maret 2016)
Nursing interventions classification (NIC) / editors, Gloria M. Bulechek... [et al.].- 6th
ed.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi
4. Jakarta: Salemba Medika
36
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
2 hari SMRS : Ibu An. A mengatakan badan An.A panas dan batuk secara
bersamaan tetapi tidak dibawa kemana-mana.
38
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : ibu mengatakan tidak pernah jatuh sebelumnya ....................
b. Operasi (jenis & waktu) : ibu mengatakan anak belum pernah melakukan oprasi..........
c. Penyakit:
d. Terakhir masuki RS : ibu mengatakan anak terakhir MRS setelah lahiran ...............
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): ibu mengatkan anak tidak memiliki alergi obat
3. Imunisasi:
4. Kebiasaan:
5. Obat-obatan yg digunakan:
D. Riwayat Perinatal
1. Antenatal
Ibu An. A mengatakan “saat hamil An. A saya rutin memeriksakan kehamilan saya
setiap bulan di bidan desa, saat usia kehamilan 1-4 bulan saya memiliki keluhan mual
muntah sehingga saya tidak makan nasi, saya hanya minum susu dan makan buah-
buahan. Dari bidan saya mendapat vitamin untuk menambah darah dan agar saya tidak
lemas”.
2. Intra natal
Ibu An. A mengatakan “saya melahirkan An.A di bidan desa dengan usia kehamilan 9
bulan, setelah lahir An. A tidak langsung menangis, ± 3 menit setelah ditepuk-tepuk dan
dibersihkan hidungnya oleh bidan An.A menangis, kemudian An.A diletakkan di atas
perut saya kira-kira selama 30 menit. BB An. A saat lahir 3200 gr dengan panjang
badan 45 cm.”
Ibu An. A mengatakan “7 hari setelah melahirkan, bidan desa datang ke rumah saya
untuk melihat kondisi An.A dan An.A di suntik pada paha kanan dan kirinya.”.
E. Riwayat Keluarga
Ibu An. A mengatakan “biasanya saya dan anggota keluarga lainnya jika sakit hanya sakit
batuk, pilek dan pusing biasa yang sembuh dengan diobati dari obat yang dibeli diwarung
ataupun yang didapat dari bidan desa.
40
GENOGRAM
keterangan :
Positif
Makan sendiri
Positif
Tepuk tangan
Positif
Menyatakan keinginan
Positif
Daa-daa dengan tangan
Tidak terkaji
Main bola dengan
pemeriksa Tidak terkaji
Positif
Memegang icik-icik
Positif
Tangan bersentuhan
Tidak terkaji
Meraih mainan
Tidak terkaji
Memindahkan 2 kubus
Positif
Mengambil 2 kubus
Positif
42
Memegang jari dengan Positif
ibu jari
Membenturkan dua
kubus
Mencorat-coret
Membalik
Positif
Bangkit kepala tegak
Positif
Duduk tanpa
pegangan Positif
Oooo/aak Positif
Tertawa Positif
Berteriak Positif
Positif
Mengoceh
Positif
Papa mama spesifik
Positif
1 kata
Positif
2 kata
Positif
3 kata
5 kata
Perkembangan An. A:
Miring 3 bulan
Duduk 7 bulan
Merangkak 8 bulan
Berdiri 10 bulan
44
F. Riwayat Lingkungan
G. Pola Aktifitas-Latihan
I. Pola Eliminasi
BAB:
46
- Kesulitan ...................................................... ............................................
BAK:
J. Pola Tidur-Istirahat
- Kenyamanan stlh. tidur anak terlihat segar dan ceria.. anak terlihat segar dan
ceria
- Kesulitan ...............................................
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):........
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: anak ketika tidak nyaman akan
menangis.......................................................................................................................................
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: anak kurang aktif dan ........................................................
M. Konsep Diri
48
3. Harga diri: tidak terkaji.................................................................................................................
4. Peran:.........................................................................................................................tidak terkaji
................................................................................................................................................
......
( ) Lain-lain sebutkan,...................................................................
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak terkaji.........
.......................................................................................................................................................
O. Pola Komunikasi
( ) Kos/asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu:..........................................................................
3. Kehidupan keluarga
P. Pola Seksualitas
.......................................................................................................................................................
R. Pemeriksaan Fisik
.......................................................................................................................................................
50
.......................................................................................................................................................
Kesadaran: composmetis..........................................................................................................
Lingkarkepala : 48cm
BB/umur< -1SD
BBI = (n: 2) + 4
Berat badan ideal : BBI = (11 :2) + 4
BBI = 9,5 kg
BB ideal
: 7,4 kg x 100%
9,5 kg
a. Kepala:
I : Bentuk kepala normochepal, rambut tipis, warna rambut hitam, distribusi rambut
merata, tidak terdapat benjolan, tidak ada lesi, tidak ada jejas pada kulit kepala, kul
kepala tampak bersih.
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
b. Mata:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Hidung:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
52
muda, terdapat 6 gigi, tidak ada kelainan konginetal seperti
labiopalatoskisis
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
e. Telinga:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
f. Leher:
P : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk, vena
karotid teraba kuat.
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Jantung
- Inspeksi: Bentuk dada simetris, iktus kordis tidak tampak, tidak ada luka, dan tidak
ada jejas...............................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
Paru
- Inspeksi: Bentuk dada simetris dengan pengembangan dada seimbang antara kanan
dan kiri, tidak ada retraksi dada dan penggunaan otot-otot bantu pernafasan.....................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
- Perkusi: Sonor pada lapang paru ICS 2 sampai ICS 4 paru kiri dan ICS 2 sampai
ICS 5 paru – paru kanan.
- RH - WH (-)......................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
- Auskultasi: - - ....................................................................................................
- -
54
tidak ada benjolan dan bersih...............................................................................................
6. Abdomen
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Palpasi: supel, tidak ada nyeri tekan pada seluruh region abdomen........................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
8. Ekstermitas
Atas: Kekuatan otot 4/4 kekuatan otot pasien sedikit berkurang, mampu melawan
gravitasi sesaat lalu jatuh, terdapat luka bekas tusukan infus, akral teraba dingin,
terpasang infuse RA 20 tetes/menit pada tangan kanan
Bawah: Kekuatan otot 4/4 kekuatan otot pasien sedikit berkurang, mampu melawan
gravitasi sesaat lalu jatuh, persebaran warna kulit merata dan tidak gatal
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
9. Sistem Neurologi
Nervus trokhlearis : pasien dapat melirikan mata kebawah dan kearah hidung
Nervus trigeminus : pasien dapat membuka dan menutup mulut dengan baik, pasien
mampu mengunyah makanan.
Nervus fasialis : wajah simetris, pasien dapat mengangkat alis mata dan mengerutkan
dahi
Nervus akustikus : pasien tidak dapat mendengarkan suara dengan jelas bila dari
kejauhan
Nervus vagus : pasien dan menelan dan berbicara dengan artikulasi bahasa yang jelas
Nervus aksesorius : pasien dapat mengerakan kepala dengan baik, tidak tampak
adanya kelemahan
Nervus hipoglosus : lidah tampak simetris dan tidak tampak miring saat dijulurkan
keluar
Kulit: akral hangat, lembab, tidak ada jejas, ulkus, lesi ataupun oedema
Hematologi
FACES
Makros
Micros
B. Terapi
Tanggal Terapi
Cairan
Diit
Oral
L- Bio 3x1
Diit
58
A. ANALISA DATA
Nama Pasien :
Umur :
Mata cekung
Diare
DO:
Reaksi
TTV
suhu = 38OC
Pelepasan
mediator kimia:
prostaglandin
set point
hipotalamus
Suhu tubuh
Demam
Hipertermi
Masuk
62
Do kesaluran cerna
Mengiritasi
saluran cerna
Dinding usus
terangsang
dengan adanya
iritasi
Peristaltik usus
Gangguan
absorbsi
Volume rongga
usus
Respon : BAB
lebih dari 3x
Diare
Resiko
gangguan
integritas kulit
pada perianal
64
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERDASARKAN PRIORITAS
66
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran
Intervensi Utama
1 Kekurangan volume cairan Setelah di lakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi 1. Menentukan intervensi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 selanjutnya
2. Ukur TTV setiap 8 jam
kehilangan cairan aktif jam,kebutuhan cairan
2. Kekurangan cairan akan
akibat diare adekuat dengan kriteria 3. Observasi intake dan output
mempengaruhi TTV pasien
hasil:
cairan setiap 8 jam
3. Mengetahui keseimbangan
1. TTV dalam batas
normal 4. Anjurkan keluarga untuk cairan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3 Resiko gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan kulit daerah perianal 1. Untuk mengetahui kondisi
kulit : perianal berhubungan keperawatan selama 2 x 24 dan tingkat keparahan kulit
2. Anjurkan keluarga untuk menjaga
dengan frekuensi BAB jam, integritas kulit 2. Mencegah timbulnya
kebersihan kulit anak khususnya daerah
(Diare) perianal baik, dengan penyakit kulit
perianal
kriteria hasil:
70
2. Tujuan, Kriteria Standar, Interensi, Rasional
IMPLEMENTASI
5. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan menginjeksikan terapi obat antrain 100 mg,
72
Hasil: pasien dikompres menggunakan air dingin
10. Menganjurkan keluarga untuk tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal
13. Menganjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan kulit anak khususnya daerah perianal
Fp = 32x/menit
3. Melaksanakan hasil kolaborasi dengan menginjeksikan terapi obat antrain 100 mg,
Hasil :
Intake
- pasien terpasang infus dengan terapi cairan WIDA D5 ¼ NS dengan 740 cc/24 jam
- ASI
- Air putih
Output
- BAB 3x /hari
- BAK ± 5x/hari
IMPLEMENTASI
Hasil intake : pasien terpasang infus dengan cairan WIDA D51/4NS dengan 740cc/24 jam
5. output
BAB 2x /hari
BAK ± 5x/hari
76
E. EVALUASI
suhu = 37.2OC
Leokosit = 11,6
suhu = 36.2OC
Leokosit = 11,6
Fp = 32x/menit
suhu = 36.5OC
Leokosit = 11,6
A : Masalah teratasi
80
P : Hentikan Intervensi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
82