Anda di halaman 1dari 4

Pandemi Lemahkan Semangat Pendidikan, Mahasiswa Bisa Apa?

Oleh : Elma Nur Hafizah

Merebaknya pandemi COVID-19 di sebagian besar wilayah di seluruh dunia memberikan


dampak buruk kepada setiap aspek kehidupan, dimana semua kegiatan diberikan batasan dan hal
itu tentunya membuat perubahan pada setiap kebiasaan yang ada di dalam kehidupan
masyarakat. Aspek-aspek yang terkena pengaruh besar diantaranya terdapat pada bidang
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Dalam hal ini, bidang pendidikan yang mengalami
perubahan drastis pada bagian pelaksanaan nya, kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya
dilakukan secara tatap muka di dalam ruang kelas atau ruang perkuliahan kini berubah menjadi
pembelajaran jarak jauh.

Di Negara Indonesia, Pemerintah membuat keputusan darurat dengan menutup segala


macam kegiatan di sekolah, termasuk kegiatan pembelajaran dan kemudian memberikan
alternatifnya yaitu belajar di rumah melalui sistem pembelajaran jarak jauh atau PJJ (Nahdi &
Jatisunda, 2020). Pembelajaran jarak jauh disebut juga pembelajaran daring sebagai
penyampaian instruksi formal di mana waktu dan lokasi geografis memisahkan pelajar dengan
pendidiknya. Pembelajaran ini melalui virtual classroom yang menjadi alternatif agar aktivitas
pembelajaran tetap dapat berjalan selama pandemi COVID-19 ini (Y.-M. Ng & Peggy, 2020).

Pandemi menyebabkan kegiatan pembelajaran yang sebelumnya terbiasa dilakukan


dengan cara tatap muka di dalam ruang kelas menjadi tergantikan dengan sistem kelas online
yang mengharuskan setiap pelajar untuk mengakses internet guna mengikuti kegiatan
pembelajaran daring. Perubahan mendadak yang dirasakan mengakibatkan banyaknya problema
yang dialami oleh sebagian besar pelajar.

Pada pelaksanaan di lapangan, sistem PJJ atau pembelajaran jarak jauh, terdapat beberapa
kendala diantaranya adalah

a. Pelajar terpaksa belajar dengan sistem jarak jauh tanpa adanya fasilitas yang memadai di
rumah masing-masing, hal ini sangat terasa bagi mereka yang tempat tinggalnya berada
di daerah pedesaan dengan akses internet yang cukup sulit. Padahal seperti yang selama
ini kita ketahui, fasilitas sangat diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar.
b. Pelajar belum pernah merasakan kegiatan belajar jarak jauh karena selama ini sistem
belajar biasanya dilaksanakan melalui tatap muka, tentunya kegiatan pembelajaran jarak
jauh merupakan hal yang baru bagi mereka. Dengan diadakannya kegiatan pembelajaran
secara daring membuat para pelajar memerlukan waktu untuk mulai beradaptasi agar
mampu menghadapi perubahan baru yang secara tidak langsung mempengaruhi daya
serap belajar mereka. Maka tidaklah heran jika sering kita temui dimana terjadi
penurunan prestasi akademik sebagian besar pelajar.
c. Suasana lingkungan yang kurang mendukung, tidak seperti pada suasana normal di dalam
kelas, yang mana memang sudah dikondisikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan
pembelajaran. Pelajar kadang bisa terdistraksi dengan keadaan sekitar mereka sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan mereka untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara
maksimal.
d. Orang tua tidak bisa mendampingi pembelajaran secara tepat dan maksimal karena
mereka juga tidak terlalu menguasai cara untuk mengoperasikan teknologi (gaptek) yang
berkaitan dengan sarana pembelajaran jarak jauh. Dan mereka juga sibuk dengan
pekerjaan, apalagi di masa pandemi sekarang, para orangtua akan semakin bekerja keras
dua kali lipat dari biasanya agar keperluan rumah tangga mereka tetap terpenuhi.

Pada umumnya masalah yang sering dihadapi adalah sulitnya mengakses internet akibat
dari sinyal dan jaringan yang kurang mendukung jalannya kegiatan pembelajaran jarak jauh. Hal
ini menyebabkan mereka kesulitan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan lancar.

Mahasiswa sejatinya berada di tingkatan teratas dalam jenjang pendidikan, hal ini berarti
mereka mampu mengatasi permasalahan tersebut secara mandiri demi menjaga kondisi akademik
mereka tetap aman. Berbeda halnya dengan pelajar, terlebih lagi bagi para pelajar di bangku
sekolah dasar, mereka memerlukan bimbingan dan arahan secara langsung seperti dalam
pembelajaran tatap muka di dalam ruang kelas.

Akibatnya banyak kita temui pelajar yang memutuskan untuk berhenti sekolah
dikarenakan alasan-alasan tersebut. Mereka berasumsi bahwa sekarang, sekolah hanya
diperuntukkan bagi orang yang punya fasilitas yang lengkap dan memadai. Hal ini sangat
mengkhawatirkan, karena besar kemungkinan akan terjadi peningkatan massif pada jumlah
pelajar yang putus sekolah.
Kita tidak bisa menyalahkan situasi ditengah pandemi yang kasus penyebaran virus nya
kian meningkat hari demi hari, yang bisa kita lakukan adalah memberikan kontribusi sesuai
kemampuan dan bidang yang kita geluti. Saat setiap sisi kegiatan pembelajaran sebagai alat
utama pendidikan kian melemah, disinilah dibutuhkan peran dari orang-orang yang tepat.

Menurut Soerjono Soekanto (2002:243), peran merupakan aspek dinamis kedudukan atau
status, apabila seseorang menunaian hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan yang ia
miliki, maka ia telah menjalankan suatu peranan. Sedangkan menurut Veithzal Rivai (2004:148),
peranan diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu.

Kita sering mendengar istilah agent of change yang disematkan dan diperuntukkan
kepada mahasiswa. Mahasiswa sebagai agent of change dapat diartikan sebagai generasi
perubahan. Mahasiswa sebagai generasi perubahan dari keadaan yang kurang baik mengarah
pada keadaan yang lebih baik. Perubahan yang dimaksud dalam konteks ini yaitu perubahan apa
saja yang dapat merubah kondisi suatu negara menjadi lebih baik lagi. Termasuk perubahan
yang lebih baik lagi di masa pandemi sekarang.

Mahasiswa sebagai agent of change dapat menjadi bagian dari solusi pendidikan di masa
pandemi dengan memberikan aspirasi dan tenaga mereka di bidang pendidikan. Setiap
mahasiswa dapat berkontribusi sebagai teman belajar sebaya ataupun pendamping para pelajar di
tempat asal masing-masing yang nantinya dapat membimbing para pelajar dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dari sekolah. Mahasiswa juga dapat memberikan kontribusi mereka
melalui inovasi dari hasil pemikiran dan riset mereka mengenai penanganan lemahnya
pendidikan di tengah masa pandemi sekarang.

Dalam praktik di lapangan, mahsiswa dapat menggelar kegiatan bimbingan belajar bagi
setiap pelajar yang ada di tempat asal masing masing. Hal ini juga dengan tujuan agar dapat
menghindari penularan virus Covid-19, sehingga hanya beberapa orang saja dalam suatu tempat
bimbingan, pastikan agar pelajar yang akan dibimbing sudah terjamin tidak akan saling
menularkan Virus Covid-19. Untuk mengetahuinya, mahasiswa dapat membuat survey dan
pengamatan terlebih dahulu, sebelum membuka kegiatan bimbingan belajar tersebut.
Pada intinya, mahasiwa memiliki peran yang penting dalam menjaga semangat
pendidikan agar tetap hidup, bahkan di masa pandemi sekarang. Hal itu tentunya menjadi
tantangan besar bagi mahasiswa dalam penerapannya terjun langsung di tengah masyarakat
sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.

Daftar Pustaka
Ng, Y. M., & Peggy, P. L. (2020). Coronavirus disease (Covid-19) prevention: Virtual classroom
education for hand hygiene.
Soekanto.2002. Teori Peranan. Jakarta. Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal, 2004, Kiat Memimpin dalam Abad ke-21, Murai Kencana, Jakarta.
Gustian. 2013. Peran Mahasiswa (Agent of change, Social control, Iron stock). Diambil dari
http://www.gusti8official.org/2013/09/kritikan-terhadap-pemimpin-bangsa.html.
Diakses pada tanggal 9 September 2021

Anda mungkin juga menyukai