Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

Disusun oleh:
KELOMPOK II
1. Ernawati
2. Anita Noviana
3. Masliana
4. Widiya Nurmina
5. Leni Rolimah
6. Ema Muyasaroh
7. Hindun Arfiani
8. Ena Niana
9. Asdella Masitha
10. Imas Supriyatin

PELATIHAN JAPFUNG BIDAN JENJANG AHLI PERTAMA


ANGKATAN 1 TAHUN 2021

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang
yang berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang
ditentukan oleh batas – batas wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang
sama, serta adanya saling mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat
yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan
yang melayani keluarga dan masyarakat di luar rumah sakit. Di dalam konsep
tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai
pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana
pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti
lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik
tekan pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target
peencapaian menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan
semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi semua
kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, swasta atau
yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa,
petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam
melakukan tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan
kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai
dengan kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh

1
tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang kuallifikasi pendidikannay lebih
rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah
pelayanan. Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan
sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif,
tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi
pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit
kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat
dari waktu ke waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
harus dilakukan oleh bidan komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu
konsep kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan
komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan
pengetahuan, serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala
keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat
ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk
melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?


2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara
lain?
3. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?
4. Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas?
5. Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?
6. Apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir pelayanan kebidanan?

2
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.


2. Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara
lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kebidanan komunitas.
5. Untuk mengetahui bagaiamana bekerja di kebidanan komunitas.
6. Untuk mengetahui apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir
pelayanan kebidanan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kebidanan komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor lingkungan
meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual terhadap kesehatan
masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan.
Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.
1. System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen system
pelayanan kesehatan.
3. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan dan
penelitian yang melandasi praktik.
4. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.

Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang


melibatkan komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas. Beberapa
keyakinan yang mendasari praktik kebidanan komunintas adalah sebagai berikut.

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima


semua orang.

4
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal
ini komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu
menjalin kerja sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang
mendukung maupun mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat


agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan
komunitas sebagai berkut.

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat


dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
2. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan.
3. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
4. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat yang
optimal.
5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang


berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola
perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi
dengan lingkungan internal dan eksternal. Intervensi kebidanan yang dilakukan
mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan keterampilan dasar yang dapat
dilakukan oleh komunitas, melalui intervensi kebidanan yang memerlukan keahlian
bidan (konseling pasangan yang akan menikah, melakukan kerja sama lintas-program

5
dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah komunitas serta melakukan rujukan
kebidanan dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu sebagai
berikut.

1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang


sebenarnya, ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan
primer mencakup peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit, health promotion, health education, specific
protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di bidang prevensi
primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan penyuluhan untuk
mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga
memperpendek waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh:
mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita atau
memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau
ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri,
yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan anak dengan kolostomi di rumah atau membantu
keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk
latihan secara teratur di rumah.

6
2.2 Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan di Negara lain.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan


dilakukan oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di
Batavia kemudian tahun 1953 kursus tambahan bidan (KTB) di masyarakat
Yogyakarta dan berkembang di daerah lain. Seiring dengan pelatihan ini dibukalah
BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan antenatal care, post
natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intranatal di rumah, kunjungan rumah pasca
salin. Tahun 1952 diadakan pelatiihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun
1967 kursus tambah bidan (ktb) ditutup, kemudian BKIA terintegrasi dengan
puskesmas.

Munculnya gagasan kebidanan komunitas merupakan upaya tindak lanjut dari


konferensi internasional tentang Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987, kemudian
dilaksanakan suatu Lokakarya Nasional tentang kesejahteraan ibu, yang
menghasilkan komitment lintas – sektoral unruk menurunkan AKI (Angka Kematian
Ibu) sebesar 50% dari 450 pada tahun 1986 menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup
di tahun 2000.

Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya


cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus
obstetric. Ada korelasi yang jelas Antara cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan AKI. Semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan maka akan semakin rendah AKI suatu Negara. Salah satu analisis yang
melatarbelakangi keadaan tersebut adalah tidak adanya atau kurangnya tenaga
kesehatan yanga da di dekat masyarakat terutama daerah pedesaan. Salah satu upaya
penting yang ditempuh dalam mempecepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berarti menempatkan tenaga
kesehatan di tengah-tengah masyarakat

7
Pada tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan “cash program”
secara nasional yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan kepeawatan (SPK)
untuk langsung masuk ke Progran Pendidikan Bidan yang dikena dengan Program
bidan A (PBB A). lama pendidikan na 1 tahun dan lulusannya langsung ditempatkan
di desa-desa yang kemudian disebut sebagai bidan desa (BDD),

Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya melaksanakan
pelayanan kebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan umum.
Masyarakat menganggap BDD tidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang menolong
persalinan tetapi juga sebagai tenaga promotif, preventif, dan kuratif yang sangat
diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desa dianggap sebagai ujung tombak
peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa/masyarakat yang mempunyai
peran penting dalam pembangunan investasi dini, yaitu penanganan kesehatan ibu
hamil dan laktasi sebagai modal dasar pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Pada awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian dalam perjalanannya
BDD di berikan status kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah setempat.

Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah


kerja. Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
termasuk keluarga berencana (KB). Diluar gedung pelayanan kesehatan kkeluarga
dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan. KB, imunisasi, gizi dan
kesehatan lingkungan. Instruksi presiden secara llisan pada siding cabinet tahun 1992
tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana
KIA. Tahun 1994 merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia di kairo
yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan Antara lain safe
motherhood, keluarga berencana, kesehatan reroduksi remaja, Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan kesehatan reproduksi orang tua.

8
2.3 Tujuan dari Kebidanan Komunitas

Pemberian asuhann kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai


tujuanyang jelas, adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan dikomunitas sebagai
berikut.

1) Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.
2) Tujuan Khusus
- Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung
jawab bidan.
- Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan,
perawatan nifas dam perinatal secara terpadu.
- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas dan perinatal.
- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
- Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.
Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.
1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarkat, social, psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bias berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah nonatus, jumlah

9
perempuan usia subur dalam1 RT atau 1 kelurahan kawasan
perumahan/perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran
pelayanan, namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan
seperti: PKK, kelompok ibu-ibu pengajian dan kader kesehatan.
5. System pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di
klinik. System pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan
wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

2.5. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna


untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan
kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan anak. Kemitraan
dibentuk dengan klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan komponen tersebut
sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan kebidanan.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan


pengembangan komunitas. Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya untuk
mengarahkan para akademisi, pemuka masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan
untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang penting dalam menjalin
jaringan di komunitass adalah sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang berarti
bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan presepsi masyarakat.

Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan
untuk menjamin praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.

1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui


pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau profil
risiko.

10
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang
dapat membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat
di komunitas.
3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai
issue.
4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kesehatan contoh, mendiskusikan dan memfasilitasi
kelompok komunitas untu promosi kesehatan.
5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan
kounitas individu.
6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan
yang melindungi dan menjamin keamanan.
7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal
yang dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan tersebut.
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau
individu.
9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan
individu dan masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi
terhadap masalah kesehatan masyarakat.

Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat


setidaknya seorang bidan harus memliki profil berikut:

1. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan kebidanan,


kesehatan masyarkat dan pengetahuan social.
2. Terampil dalam teknik kebidanan.
3. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan
masalah kesehatan.

11
4. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (hubungan
antar manusia).
5. Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.
6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).
7. Memiliki kemampuan berorganisassi.
8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa strategi


umum dalam melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:

1. Pendekatan pada masyarakat


- Pengenalan masyarakat (dengan cara survey tentang keberadaan
masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta
kesehatan reproduksi dengan mengikutsertakan masyarakat).
- Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang ada
di masyarakat.
- Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang ada.
- Penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat.
2. Pemasaran social
3. Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan.
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta
pelaksanaan program kesehatan di masyarakat.

Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan


(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan (kuratif),
pemulihan embali (rehabilitaif), serta mengembalikan serta memfungsikan kembali
individu, keluarga, kelompok masyarakat ke lingkungan social dan masyarakatnya
(resosiantitatif). Bidan dapat melakukan asuhan primer meliputi :

1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.

12
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Memberikan pendidikan kesehatan.
8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan


bidan di komunitas adalah sebagai berikut :

1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok


khusus.
2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah.
4. Penemuan kasus
5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah,
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan.
7. Mengadakan koordinasi.
8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.

13
BAB III
PENUTUP

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah
kerja. Bidan di puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA)
termasuk keluarga berencana (KB).

Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi lebih baik lagi,
dan kami harap pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”ASUHAN
KEBIDANAN KOMUNITAS”

14

Anda mungkin juga menyukai