Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

I’JAZUL QUR’AN

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : BAHASA INDONESIA
Dosen : H. FIMEIR LIADI, M.P.d

Di susun oleh:
Abdul Ghofur
Nim: 1601112107

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2016 M / 1437 H

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya s
Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini yang berjudul “Izaz jul
Qur’an” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Pada kesempatan kali ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terimakasih
kepada bapak H. FIMEIR LIADI, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah
“BAHASA INDONESIA” dan semua pihak yang membantu kami dalam penyelesaian
makalah ini. Harapan kami dengan adanya tugas ini bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat
bagi kita semua, khususnya para mahasiswa/mahasiswi “Pendidikan Agama Islam” dan
semua pihak pada umumnya.
Penulis mengakui tugas ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan tugas ini, penulis berharap semoga tugas ini
bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan amal sholeh bagi penulis. Amin Yaa
Robbal A’lamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palangka Raya,08 Desember 2016

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah............................................................... 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 1
C. Tujuan penulis............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian I’jazul Qur’an............................................................ 2
B. Macam-macam Mu’jizat Al-Qur’an............................................ 4
C. Pendapat para ulama tentang mukjizat Al-Qur’an...................... 6
D. Segi-segi I’jazul Qur’an.............................................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................ 9

DAFTAR PUSATAKA.............................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dunia yang lapang ini, yang dipenuhi oleh makhluk-maakhluk, gunung-gunung besar
menjulang tinggi, laut besar dan berombak, semuanya itu tidak berdaya berhadapan dengan
manusia. Demikianlah, kepada manusia ini di berikan beberapa keistemawaan. Diantaranya
yaitu diberinya kemampuan berfikir, yang di pergunakan untuk membukakan rahasia unsur-
unsur kekuatan yang tersembunyi. Semuanya itu dijadikan untuk berkhidmat kepada
manusia.
Allah tidak akan membiarkan manusia ini hidup begitu saja tanpa bimbingan wahyu.
Dengan bimbingan wahyu itulah manusia ini dapat mengemudikan alam. Merupakan
petunjuk dalam menjalani jalan kehidupan di dunia ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian I’jazul Qur’an ?
2. Apa macam-macam Mukjizat ?
3. Pendapat para ulama tentang kemukjijatan Al-Qur’an ?
4. Apa segi-segi I’jazul Quran ?

C. Tujuan penulis
1. Untuk mengetahui I’jazul Qur’an.
2. Untuk mengetahui macam-macam Mukjizat.
3. Pendapat para ulama tentang Mukjizat Qur’an.
4. Untuk mengetahui segi-segi I’jazul Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jazul Qur’an


I’jaz berarti lemah, nama ini dipakai untuk mengakui kelemahan dalam memperbuat
sesuatu. Lawan dari kuasa, apabila telah di tetapkan lemah maka lahirlah kodrat ma’jaz. Yang
dimaksud dengan I’jaz disini ialah menyatakan kebenaran Nabi itu dalam segi dakwah
kerasulannya itu dan menyatakan kelemahan orang arab untuk menentangnya. Mu’jizat Nabi
yang abadi ialah Al-Qur’an. Generasi-generasi yang hidup sesudah Nabi itu juga tidak
sanggup membuat kitab yang menyamai Al-Qur’an.
Mu’jizat yaitu perbuatan luar biasa. Setelah diadakan uji coba oleh Nabi, yaitu di ajak
bertanding secara damai orang-orang yang menentangnya itu. Mengenai Al-Qur’an Nabi
pernah mengajak orang arab itu bertanding. Ternyata mereka itu tidak sanggup
menandinginya. Di samping itu Al-Qur’an itu betul-betul fashahah dan balagha. Hal ini tidak
mungkin kalau tidak Mu’jizat.
Pertama, diajak bertanding dengan Al-Qur’an itu seluruhnya. Menurut metode-
metode umum yang dipakai dan apa saja yang pernah dipakai oleh umat manusia dan jin.
Oleh pihak lawan maka di kumpulkan semua kekuatan yang ada.
Berfirman Tuhan dalam Al-Qur’an:
‫ْض ظَ ِهيرًا‬ ُ ‫ت اإل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى أَ ْن يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل هَ َذا ْالقُرْ آ ِن ال يَأْتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫قُلْ لَئِ ِن اجْ تَ َم َع‬
Artinya:
Katakanlah sesunggguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-
Qur’an ini, niscaya mereka tidak dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun
sebahagian mereka menjadi pembantu bagi yang sebagian lagi (QS 17:88)
Kedua, sudah itu diajak lagi mereka itu bertanding dengan sepuluh surat dari Al-
Qur’an itu. Ini dapat diketahui dalam Al-Qur’an ayat yang berbunyi:
ٍ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ا ْفتَ َراهُ قُلْ فَأْتُوا بِ َع ْش ِر ُس َو ٍر ِم ْثلِ ِه ُم ْفت ََريَا‬
َ ‫ت َوا ْدعُوا َم ِن ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
‫صا ِدقِين‬
ِ ‫فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِجيبُوا لَ ُك ْم فَا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أُ ْن ِز َل بِ ِع ْل ِم هَّللا‬
Artinya:
Bahkan mereka mengatakan, - Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu, katakanlah
(kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamainya.
Dan panggilah orang-orang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah , jika kamu

2
memang1 orang-orang yang (ajakanmu) itu, maka ketahuliah bahwa sesungguhnya Allah Al-
Qur’an itu di turunkan dengan ilmu Allah ( QS 11 : 13 – 14 ).
Ketiga, sudah itu di ajak lagi bertanding dengan satu surat saja. Berfirman Tuhan
dalam Al-Qur’an:
َ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ا ْفتَ َراهُ قُلْ فَأْتُوا بِس‬
‫ُور ٍة ِم ْثلِه‬
Artinya:
Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuatnya. Katakanlah (kalau benar
yang kamu katakan itu) maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya (QS 10 : 38)
Berulang-ulang diajak bertandin. Berfirman Tuhan dalam Al-Qur’an :
‫ب ِم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَا فَأْتُوا بِسُو َر ٍة ِم ْن ِم ْثلِه‬
ٍ ‫َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي‬
Artinya:
Dan jika kamu (tetap) dalam keragu-raguan tentang Al-Qur’an itu yang kami wahyukan
kepada hamba kami (Mhammad) buatlah suatu surat (saja) yang seperti Al-Qur’an itu. (QS
2 : 23)
Sedikit sekali dicatat dalam sejarah orang Arab dan didalam kesuasteraan arab, orang-
orang dahulu yang berfikir akan diutus seorang rasul yang halus sekali bahasanya, sedap dan
enak didengar ucapan yang diucapkan oleh lidahnya itu. Pada diri Nabi SAW berkumpul
seluruhlahjahnya orang arab di pasar-pasar kesusasteraan dan yang menjadi kebanggaan
orang-orang arab dahulu itu ialah atsarnya arab itu. Dalam diri Muhammad itu mengalirlah
sungai kefasihan, dirinya itu merupakan gudang kata-kata dan bayannya orang Quraisy. Yang
mana dengan bayannya inilah Al-Qur’an itu diturunkan meurut catatan sejarah. Tidak
seorang juga orang arab itu yang dapat menyamai, apalagi mengatasi, membuat contoh-
contoh Al-Qur’an itu. Hal ini, dikatakan dengan apayang terjadi dalam pertarungan yang
menentukan. Al-Qur,an telah berhasil memdamkan nyala api kesombongan dan
kebanggaanahli-ahli sastra arab ketika itu.

B. Macam-macam Mukjizat
1
Syadzali Ahmad, 1997. Ulumul Qur’an I. Bandung: CV. Pustakasetia

3
Mukjizat Menurut Agama IslamKata mukjizat dalam kamus besar bahasa Indonesia
diartikan sebagai ‘kejadian ajaib yang sukar di jangkau oleh kemampuan akal manusia.
Pengertian ini tidk sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama islam.

Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab (a’jaza) yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan)dinamai mu’jiz dan bila
kemampunnya melemahkan pihak lain amat menonjol sehuingga mampu membungkam
lawan, maka iya dinamai (mu’jizat). Tambahan ta’ marbuthah pada akhir kata itu
mengandung makna mubalaghah (superlatip).

Mukjizat didefenisikan oleh pakar agama islam, antara lain, sebagai ‘suatu hal
peristiwa luarbiasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi, sebagai bukti
kenabinnya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal
serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.

Secaragaris besar mikjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang
bersipat material indrawi lagi tidak kekal, dan mukjizat immaterial, logis, lagi dapat di
buktikan sepanjang masa. Mukjijat nabi-nabiu terdahulu kesemuannya ,merupakan jenis
pertama. Mukjizat mereka bersipat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut
dapat disaksikan atau di jangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut
menyampaikan risalahnya.
Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas pentujuk Allah sehingga mampu bertahan dalam
situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s.
dalam kobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s. yang beralih wujud menjadi
ular; penyebuhan yang di lakukan oleh Nabi Isa a.s. atas ijin Allah, dan lain-lain.
Kesemuanya bersipat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut
berada,dan berakhir dengan wapatnya masing-
masingnabi.IniberbedadenganmukjizatNabiMuhamadSaw.Yangsipatnyaindrawi atau
material, namun dapat dipahami oleh akal. Karena sipatnya yang demikian, maka iya tidak
dibatasi oleh suatui tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Quran dapat di jangkaw oleh
setiap orang yangmenggunakan akalnya di mana dan kapanpun.
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok:2
Pertama, para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw., ditugaskan untuk masyarakat dan masa
tertentu karena itu mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak

2
Anshori, 2013, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. raja grafindo

4
untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan Nabi Muhamad Saw. Yang di utus untuk seluruh
umat manusia hingga akhir jaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap di
paparkan kepada setiap orang yang ragu dimana dan kapanpun berada. Jika demikian halnya,
tentu mukjijat tersebut tidak mungkin bersipat material, karena kematerialan membatasi
ruang dan waktunya.
Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya. Aguste Comte
(1798-1857) berpendapat bahwa pikiran manusia dalam perkembngannya mengalami tiga
pase.
Fase pertama adalah fase keagamaan, di mana karena keterbatasan pengetahuan
manusia mulai mengembalikan penafsiran semua gejala yang terjadi kepada kekuatan tuhan
atau dfewa yang diciptakan oleh benaknya,
Fase keuda adalah pase metafisika. Dalam pase ini manusia menapsirkan gejala atau
phenomena yang ada dengan mengembalikannya kepada perinsip-prinsip yang merupakan
sumber awal atau dasar-dasarnya manusia pada awalnya, demikian juga pohon,binatang, dan
lain-lian.
Fase ketiga adalah Fase ilmiah dimana manusia menafsirkan fenomena yang ada
berdasarkan pengamatan yang teliti dan berbagi eksperimen hingga diperoleh hukum alam
yang mengatur phenomena itu.
Tetapi setelah manusia mulai menanjak kertahap kedewasan berpikir, maka bukti
yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi. Itu sebabnya Nbi Muhammad Saw. Ketika
dimintai bukti-bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya beliau
diperintahkan oleh Allah untuk menjawab,
Mahasuci Tuhanku, bukankah aku hanya sekedar manusia yang diutus (QS Al-
Isra’[17]:93)
Dalam ayat yang lain Nabi Muhammad Saw. Diperintahkan oleh Allah Swt. Untuk
menjawab,
Katakanlah (wahai Muhammad) sesdungguhnya bukti (mukjijat yang bersipat indrawi
yang kalian minta itu) datangnya dari sisi Allah. Aku hanya sekedar pembawa berita yang
nyata (QS Al-‘Ankabut[29]:50)
Allah melanjutkan jawaban di atas, dengan pirman-nya:
Apakah mereka tidak berpikir sehingga belum merasakan cukup bahwa kami telah
menurunkan Al-Quran yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya pada yang demikian

5
itu terdapat rahmat dan peringatan bagi orang-orang yang ingin percaya (QS Al-
Ankabut[29]:51). 3

D. Pendapat para ulama tentang kemukjijatan Al-Qur’an


Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang apakah Al-Qur’an itu
merupakan mahluk atau bukan. Hal itu juga mendasari perbedaan pendapat mengenai
Mukjizat Al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi menjadi beberapa ragam, antara lain
1. Az-Zarksy
Kemukjizatan Al-Qur’an di sepakatai seluruh uluma,perbedaannya hanya terletak
pada susunan bahasanya, berita ghaib, kisah-kisah masa lampaudan maknanya
terdalam.
2. Az-Zarkani
kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada bahasanya, keutuhan susunannya, aqidah,
akhlaq, ibadah dan sebagainya.
3. Subhi as-shalih
Al-Qur’an berisi ushlub yang serasi, kaya dengan irama dan alunan music.4
4. Abu Ishaq Ibrahim al-Nizam dan pengikutnya berpendapat bahwa kemukjizatan al-
qur’an adalah dengan cara shirpah. Maksudnya ialah bahwa Allah memalingkan
orang-orang arab yang menentang Al-Qur’an, padahal sebenarnya merekamampu
untuk menghadapinya. Pendapat ini merupakan pendapat yang salah.
5. Satu golongan ulama berpendapat bahwa Al-Qura’an itu bermukjizat dengan
balagohnya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan ini adalah
pendapat ahli bahasa.
6. Sebagian lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan Al-Qur’an adalah karena
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang di kenal dalam
perkataan orang aab pada umumnya.
7. Golongan lain berpendapat bahwa Al-Qur’an itu kemukjizatannya terletak pada
pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan yang akan datang
yang tidak ada seorang pun yang tahu.
8. Satu golongan berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an itu terjadi karena ia
mengandung berbagai macam ilmu hikmah yang dalam.

3
Usman 2009, Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras
4
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an (Surabaya dunia Ilmu,2012)

6
Demikian berbagai pandangan ulama mengenai kemukjizatan Al-Qura’an. Sebenarnya
peninjauan itu disebabkan oleh keilmuan yang mereka miliki. Perbedaan itu di sebabkan oleh
keilmuan yang mereka miliki Berbeda-beda antara satu ulama dengan ulama yang lain. 5
C. Segi-segi I’jazul Qur’an
Yang di maksud segi-segi I’jazil Qur’an ialah hal-hal yang ada pada Al-Qur’an yang
menunjukan bahwa kitab itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, dan ketidak mampuan
jin dan manusia untuk membikin hal-hal yang sama seperti yang ada pada Al-Qur’an.
Untuk menetukan segi-segi I’jazil Qur’an, para ulama berbeda pandangan, antara lain:
Syekh abu bakar Al-Baqillany (wafat 403 H.) dalam kitab jazil Qur’an mengatakan:
Al-Qur’an menjadi mukjizat itu karena 3 segi kemukjizatan, sebagai berikut:
1. Di dalam Al-Qur’an itu ada cerita mengenai hal-hal ghaib.
2. Di dalam Al-Qur’an ada cerita umat dahulu beserta para Nabinya, padahal Rasulullah
SAW adalah seorang ummi.
3. Di dalam Al-Qur’an terdapat susunan indah.

Al-Qadhi Iyad Al-basty dalam buku Asy-syifa’u bi Ta’rifi huquqil Mushthafa


mengatakan: Segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an itu 4 hal, sebagai berikut :
1. Susunannya yang indah
2. Uslubnya yang lain dari pada yang lain
3. Adanya berita-berita ghaib yang belum terjadi, tetapi lalu betul-betul terjadi
4. Adanya berita-berita ghaib masa lalu dan syariat-syariat dahulu yang jelas dan benar.
Segi pertama: keindahan bahasa dan uslub Al-Qur’an. Segi bahasa dan uslubnya
sangat indah dan amat menarik merupakan kemukjizatan Al-Qur’an yang pertama, karena
memiliki kekhususan yang tinggi, sehingga amat mengherankan dan bahkan dapat
melemahkan manusia yang mendengarkannya. Hal ini terbukti banyak orang yang masuk
islam karena hanya mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an. Keunggulan bahasa Al-
Qur’an itu terbukti tidak ada yang mampu menandinginya , padahal Nabi Muhammad SAW
telah lama mencenangkan tantangan untuk membuat kitab seperti Al-Qur’an kepada semua
manusia. Kenyantaannya, para pakar pujangga bahasa arab dan ahli sastra nya tidak sanggup
menandinginya, dari dahulu hingga sekarang. Padahal tantangan itu sudah di kurangi, dari
minta di tandingi dengan membuat seperti seluruh Al-Qur’an, seperti tantangan ayat 33-34
Ath-Thur. Lalu hanya menyuruh membuat 10 surah saja yang sama dengan Al-Qur’an. Itu

5
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an (Surabaya dunia Ilmu,2012)

7
pun tidak ada orang yang sanggup menandinginya, sehingga betul-betul merupakan mukjizat
yang tidak ada tandingannya.
Segi kedua: cara penyusunannya bahasanya tampak baik, tertib, dan berkaitan antara
satu dengan yang lain, sehingga tidak kelihatan adanya perbedaan-perbedaan antara surah
satu dengan yang lain, meski Al-Qur’an itu di turunkan secara berangsur-angsur sedikit demi
sedikit selama 22 tahun lebih. Tidak kelihatan sedikit pun adanya perbedaan gaya bahasa,
loncatan kata, dan kelainan ungkapan. Bahkan, tampak kebulatan dan kesinambungan serta
keterkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga pembaca tidak menduda kalau turunnya
secara berangsur-angsur dalam waktu ang lama.
Segi ketiga: berisi beberapa ilmu pengetahuan , yang banyak memberi acuan makhluk
kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Segi keempat: kemukjizatan Al-Qur’an tampak juga dalam segi cara-caranya
mengadakan perbaikan dan kemaslahatan-kemasalahatan bagi umat manusia.
Segi kelima: adanya berita-berita ghaib dalam Al-Qur’an juga menunjukan bahwa
kitab suci tersebut betul-betul wahyu Allah SWT. Sebab, berita-berita ghaib yang
menceritakan hal-hal yang telah terjadi ratusan ribu tahun lalu itu tidak mungkin di ketahui
oleh Nabi, apalagi bisa menceritakannya, kalau bukan wahyu dari Allah SWT yang Maha
Mengetahui segala rahasia segala rahasia dan kejadian.
Segi keenam: adanya ‘Itab (teguran). Di dalam Al-Qur’an terkadang terdapat ayat-
ayat ‘itab (ayat teguran), yang menegur kekeliruan pendapat Nabi Muhammad SAW kadang-
kadang teguran itu secara tegas dan keras, kadang-kadang secara lunak dan lembut.
Al-Qur’an secara tegas menantang semua sastrawan dan para orator Arab untuk
menandingi ketinggian Al-Qur’an, baik bahasa maupun susunannya. Namun tidak seorang
pun dari mereka yang mampu menjawab tantang Al-Qur’an tersebut. Sebab Al-Qur’an
memang berada di atas kemampuan manusia dan tidak mungkin untuk dapat ditandingi,
apalagi diungguli, karena Al-Qur’an itu sendiri bukanlah perkataan atau kalam manusia.6

BAB III
6
Sunna Muhammad Amin, 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. raja grafindo

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mukjizat yang diberikan Allah Swt. Kepada nabi dan rasul-Nya sebelum Muhammad
Saw. Dapat dijadikan hanya tinggal kenangan sejarah yang terukir dari mulut ke mulut dan
tertulis dalam berbagai buku sejarah terutama Al-Qur’an. Tapi mukjizat terbesar yang Allah
berikan kepada Nabi Muhammad Saw, yakni Al-Qur’an, hingga kini dan nanti, masih akan
terus eksis sepanjang dunia fana ini berkibar.

B. Saran

Demikian penulisan dari makalah ini. penulis meyakini masih terdapat kesalahan ataupun
kekurangan informasi dari materi makalah ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
waktu yang dimiliki. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran yang dapat membangun agar
penulis dapat memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
9
Summa Muhammad Amin, 2013, Ulumul Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindopersada.
Anshori, 2013, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. raja Grafindo.
Syadzali Ahmad, Rofi’I Ahmad, 1997, Ulumul I, Bandung: CV. Pustakasetia
Usman 2009, Ulumul Qur’an.Yogyakarta: Teras
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an (Surabaya dunia Ilmu,2012)

10

Anda mungkin juga menyukai