ASBABUN NUZUL
Di susun oleh:
Khairil Saputra
Nim: 1601112079
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya s
Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Asbabun
Nuzul” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Pada kesempatan kali ini izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada
bapak “H. Fimier Liadi, M.pd”selaku dosen pembimbing mata kuliah “Bahasa Indonesia” dan
semua pihak yang membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Harapan kami dengan
adanya makalah ini bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
mahasiswa/mahasiswi.
Penulis mengakui makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan amal sholeh bagi penulis. Amin Yaa
Robbal A’lamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Al-qur’an adalah kalam ilahi yang menjelma menjadi mukjizat bagi umat islam dan
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk di sampaikan kepada seluruh umat
manusiatanpa terkecuali. Al-Qur’an sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak
proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam Nabi
menerimanya. Sebagaiman dalam perjalanan pembukuan Al-Qur’an yang banyak mengalami
hambatan sampai banyaknya para penghafal Al-qur’an yang meninggal, maka dalam proses
aplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalam juga sangat banyak kendalanya. Kita mengenal
turunya Al-Qur’an sebagai tanggal 17 Ramadhan. Maka setiap bulan 17 Ramadhan kita
mengenal yang namanya Nuzulul Qur’an yaitu hari turunya Al-Qur’an.
Dalam penurunan Al-Qur’an terjadi di dua kota yaitu Madinam dan Mekkah. Surat yang
turun di Mekkah yaitu Makkiyah sedangkan surat yang turun di Madinah di sebut dengan surat
Madaniyah. Dan juga dalam pembedaan itu terjadi banyak perbedaan antara para ahli Qur’an
apakah ini surat Makkiyah atau Madaniyah. Maka dari permasalahan di atas tercetus dalam
benak kami ingin mengulas tentang Nuzulul Qur’an sejarah turunnya Al-Qur’an. Makauntuk itu
pertanyaan ini akan mengantarkan pembahasan kami tentang turunnya Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sebab Al-Nuzul secara bahasa berarti sebab turunnya ayat ayat Al-Qur’an di turunkan
allah SWT kepada Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam masa lebih kurang 23
tahun. Al-Qur’an di turunkan untuk memperbaiki akidah, ibadah, akhlak dan pergaulan manusia
yangsudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu, dapat di katakana bahwa terjadinya
penyimpangan dari kerusakan dalam tata sila kehidupan manusian merupakan sebab turunnya
Al-Qur’an. Ini adalah sebab umum bagi turunnya Al-Quran.1
Secara etimologi Asbabun adalah bentuk jamak dari sabab dengan arti sebab. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia sebab adalah hal yang menyebabkan sesuatu; lantaran; karena
dan (asal) mula.2 Nuzul artinya turun, sedangkan turun adalah bergerak dari atas ke bawah;
bergerak dari tempat yang rendah dari tempat semula.3
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, sebab An-Nuzul dapat di bagi kepada Ta-
adud Al-Ashab Wa Al-Nazil Wahid (sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang
terkandung dalam ayat yang turun satu) dan Ta’adud Al-Nazil Wa Al-sabab Wahid (ini
persoalan yang terkandung dalam ayat/sekelompok ayat yang turun lebih dari satu sedangkan
yang turunnya lebih dari satu). Sebab turun ayat disebut Ta’adud bila di temukan 2 riwayat yang
berbeda atau lebih tentang sebab turun suatu ayat/sekelompok ayat tertentu. Sebaliknya, sebab
turun ayat/sekelompok ayat di sebut Wahid bila riwayatnya hanya satu. Suatu Ayat/sekelompok
ayat yang turun di sebut Ta’adud An-Nazil, bila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang
turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan.
1
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Hlm:29
2
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Hlm:790
3
Ibid,Hlm:976
2
4. Keduanya sahih, tidak mempunyai penguat (murajih) dan tidak mungkin mengambil
keduanya sekaligus.4
lafal-lafal dari riwayat yang sahih tidak selalu berupa nas sarih (pertanyaan yang jelas)
dalam menerangkan sebab turunnya ayat. Diantaranya ada yang dengan pernyataan yang
kongkrit, dan ada pula dengan bahasa yang samar yang kurang jelas maksudnya. Sebab mungkin
yang di maksudkan itu adalah sebab turunnya ayat/huum yang terkandung dalam ayat itu.
Iman Ahmad dan Imam Muslim tidak memasukkan ucapan tersebut ke dalam Hadits
Musnad. Tetapi mereka memandang ucapan tersebut sebagai istidlal (memakai ayat itu sebagai
4
Ahmad Syadali,M.A.-Ahmad Rofi-I ulumul Qur’an I untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK (Pustaka
Setia Bandung, 2000), Hlm:100
3
dalil untu menetapkan suatu hukum) atau takwil dari sahabat/tabi’I yang bersangkutan. Jadi
bukan termasuk riwayat yang dikutip mengenai suatu peristiwa yang terjadi.5
Lepas dari suara sumbang segelintir ilmuan yang tidak merespons fositif akan keberadaan
ilmu asbabin-nuzul, yang pasti banyak ulama yang memandang ilmu ini sebagai salah satu
cabang ilmu yang memilii kedudukan (fungsi) yang penting dalam memahami/menafsirkan
ayay-ayat Al-Qur’an. Sekurang-kurangnya untuk sejumlah ayat tertentu.
Urgensi dari kedudukan dari fungsi ilmu sabab nuzul dapat di lihat antara lain dari
komentara dari pakar ilmu-ilmu Al-Qur’an tentang peranan asbabun nuzul.
Penjelasan tentang sabab nuzul adalah merupakan metode yang sangat kuat dalam
memahami makna-makna kitab Allah Maha Agung.
Para ulama berbeda-beda cara dalam mengurai urgensi dan manfaat dari mempelajari
ilmu asbabin-nuzul. Ada yang mengemukakannya secara umum dan global seperti as-Suyuti dan
Said Ramadhan al-Buthi, sementara yang lain semisal az-Zarkasyi dan az-Zarqani
menyebutkannya secara rinci.
Kata as-Suyuthi, yang tegas-tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan ilmu
sabab nuzul dalam menafsirkan Al-qur’an, dan beberapa kegunaan yang bias dipetik dari
mengetahui sabab nuzul. Diantaranya adalah:
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian simpel dan
sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun-nuzul memiliki kepentingan
yang sangat besar dan mendasar. Terutama dalam rangka memperjelas makna ayat Al-Qur’an
dan mengindahkan hakikan penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat Al-Qur’an yang dialah
lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran (factual-kontekstual) yang
ingin di capai oleh ayat itu sendiri dan itu hanya dimungkinkan untuk mengetahuinya secara
tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat.
Lebih rinci dari al-Buthi, bahkan juga dari as-Suyuthi, az-Zarkasyi dan az-Zarqani
masing-masing menyebutkan enam hingga tujuh macam faedah (akseologi) dari mempelajari
ilmu asbabun-nuzul, yaitu:
5
Mas Fuk Zuhdi, pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), Hlm:53.
4
1. Mengenali hikmah bagaimana cara Allah SWT. Menerangkan hukum-hukum yang
disyariatkan-Nya dengsn melibatkan sabab nuzul;
2. Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari kemungkinan dari timbul
kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan (al-hashr) dari
redaksi ayat yang secara literal mengisyaratkan pembatasan itu;
3. Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah ungkapan
(ibarat) itu di dasarkan atas kekhususan sabab, bukan pada keumuman teks;
4. Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari karidor hukum ayat tatkala di
temukan pengkhusus (mukhashshishnya);
5. Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditunjukan(dialamatkan);
6. Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah ke dalam hati
orang-orang yang mendengar ayat-ayat Al-Qur’an;
7. Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin menguatkan
keberadaan wahyu Al-Qur’an di dalam hati setiap orang mendengarkan ayat Al-Qur’an
manakah dia mengetahui sabab nuzul-nya.6
Setelah di kaji dengan cermat, sebab turunnya suatu ayat itu berkisar pada dua hal:
1. Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qura’an mengenai peristiwa itu. Hal
itu seperti diriwayatkan dari Ibnu Abbas,”ketika turun ayat ,’Dan peringatkanlah
kerabat-kerabatmu yang terdekat,’ Nabi turun dan naik ke bukit Shafa, lalu
berseru,’Wahai kaumku!’ maka mereka berkumpul ke dekat Nabi. Beliau berkata
lagi,’bagaimana pendapatmu bila aku beritahukan kepadamu bahwa di balik gunung ini
ada pasukan berkuda hendak menyerang kalian, percayakah kalian apa yang kukatakan?’
Mareka menjawab,’kami belum pernah melihat engkau berdusta.’ Nabi
melanjutkan,’Aku memperingatkan kamu sekalian tentang siksa yang pedih,’ Ketika itu
Abu Lahab berkata; Celakalah engkau, apakah engkau mengumpulkan kami hanya untuk
urusan ini?’ Lalu ia berdiri. Maka, turunlah surat ini ‘Celakalah kedua tangan Abu
Lahab.”
2. Bila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di tanya tentang suatu hal, maka turunlah
ayat Al-Qur’an menerangkan hukumnya. Hal itu seperti yang terjafi pada Khaulah binti
Tsa’labah dikenakan ia terkena Zihar oleh suaminya, Aus bin Shamit. Lalu ia dating
kepada Rasulullah mengadukan hal tersebut. Aisyah berkata, “Mahasuci Allah yang
pendengaran-Nya meliputi segalanya. Aku mendengar ucapan Khaulah binti Tsa-Labah
itu, sekalipun tidak seluruhnya.
Oleh sebab itu, maka Asbab An-Nuzul di definisikan sebagai “sesuatu yang karenanya
Al-Qur’an diturunkan, sebagai penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan.”
6
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), Hlm:211-213
5
Berlebihan jika kita memperluas pengertiannya dengan memasukkan berita-berita tenang
umat terdahulu dan peristiwa-peristiwa masa lalu. As-Suyuthi dan orang-orang yang konsen
terhadap masalah asbab an-nuzul mengatakan bahwa ayat itu tidak turun di saat terjadinya sebab.
Ia menyatakan demikian itu karena hendak mengkriti apa yang di katakan oleh Al-Wahidi dalam
menafsirkan surat Al-Fil, bahwa sebab turun surat tersebut adalah kisah datangnya orang-orang
Habasyah. Kisah ini sebenarnya sedikit pun tidak termasuk kedalam asbab an-nuzul. Melainkan
termasuk kategori berita peristiwa masa lalu, seperti halnya kisa kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad,
kaum Tsamud, pembangunan Ka’bah dan lain-lain yang serupa itu. Demikian pula mengenai
ayat,”Dan Allah telah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. Asbab an-nuzulnya adalah
karena Ibrahim dijadikan kesayangan Allah. Seperti sudah di ketahui, hal itu tidak sedikit pun
termasuk ke dalam asbab an-nuzul.7
BAB III
PENUTUP
7
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2005), Hlm:94-96
6
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwasanya Asbab an-Nuzul didefinisikan
sebagai suatu hal yang karenanya Al-Qur’an di turunkan untuk menerengkan status hukumnya,
pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan, serta memiliki faedah di
dalamnya, dan juga kita bisa mengetahui hikmahnya.
B. Saran
Demikian penulisan dari makalah ini. penulis meyakini masih terdapat kesalahan ataupun
kekurangan informasi dari materi makalah ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan waktu
yang dimiliki. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran yang dapat membangun agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
7
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dapartemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),
Hlm:790 Ibid,Hlm:976
2. Syadali Ahmad,-Ahmad Rofi-I ulumul Qur’an I untuk Fakultas Tarbiyah
Komponen MKDK (Pustaka Setia Bandung, 2000), Hlm:100
3. Zuhdi Mas Fuk, pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), Hlm:53.
4. Suma Amin Muhammad, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013), Hlm:211-213
5. Al-Qaththan Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,(Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar, 2005), Hlm:94-96