Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Sanksi

Sanksi (punishment)yaitu suatu konsekuensi yang menurunkan

peluang terjadinya suatu prilaku. Jadi, prilaku yang tidak diharapkan akan

menurun atau bahkan hilang karena diberikan suatu stimulus yang tidak

menyenangkan.1

Sanksi adalah suatu pandangan filsafat (pandangan hidup) dan

kepercayaan yang menganggap bahwa hidup itu sendiri sebagai suatu

hukuman yang terkadang dapat dikendalikan dan sering kali tidak, dan

menganggap bahwa kelepasan (mati) dari hidup didunia ini sebagai suatu

ganjaran yang tinggi. Pandangan hidup yang demikian menganjurkanjika

manusia menghendaki terhindar dari sanksi atau penderitaan harus dapat

mengasingkan diri dari kehidupan yang nyata dan pergi bertapa ketempat

yang sunyi.2

Sanksi merupakan peristiwa yang tidak diinginkan oleh seseorang

atau siapapun. Sanksi juga berarti menyingkirkan peristiwa positif yang

sangat diinginkan diikuti dengan respons dan menyebabkan menurunnya

respons tersebut. Dan sanksi menurut istilah sehari-hari dapat disamakan

dengan denda yang dikenakan pada seseorang karenamelakukan

perbuatan khusus yang dianggap menyimpang atau tidak sesuai dengan

1
Karwono dkk,Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.. h. 59
2
J. Tombokan Runtukahu dkk, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan
Belajar,(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2014), h. 185

14
15

nilai dan norma yang berlaku pada suatu daerah. Defenisi sanksi dalam

modifikasi perilaku membutuhkan satu syarat tambahan, yaitu frekuensi

respons yang dilakukan harus berkurang.3

E.Durkheim juga berpendapat bahwa sanksi adalah suatu cara

sederhana untuk mencegah berbagai pelanggaran terhadap peraturan, guru

menghukum siswa agar tidak mengulangi kesalahannya dan untuk

mencegah anak yang lain agar tidak menirunya. Hal ini merupakan suatu

masalah asosiasi mental yang erat antara dua gagasan, yaitu gagasan

mengenai suatu kelakuan buruk dan mengenai penderitaan, ketakutan

akan penderitaan akan mencegah terulangnya perbuatan atau tindakan

yang dilarang.

Dengan kata lain bahwasanya fungsi hukuman pada hakikatnya

adalah preventif, yang sepenuhnya berasal dari rasa takut terhadap sebuah

ancaman. Dengan adanya ancaman tersebut maka sanksi hukuman

menjadi suatu resiko yang dapat dipertimbangkan bagi setiap pelanggar.4

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sanksi

adalah suatu konsekuensi yang diterima seseorang ketika terjadi suatu

perbuatan yang tidak diharapkan sehingga dapat menurunkan peluang

atau bahkan tidak terjadi lagi perbuatan melanggar tersebut.

3
Erman Suherman Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,(Universitas
Pendidikan Indonesia,2014), h. 62
4
Emile Durkheim, Pendidikan Moral..... h. 116
16

a. Prinsip Sanksi

Sanksi berhasil digunakan jika menggunakan frekuensi perbuatan

yang tidak diinginkan. Prinsip sanksi menurut modifikasi perilaku

menyangkut tiga kondisi: (1) perilaku yang tidak diinginkan harus

berkurang, (2) perilaku itu harus diikuti oleh suatu rangsangan, dan (3)

kemungkinan perilaku di waktu mendatang harus dikurangi karena

rangsangan yang diberikan.

Sanksi dibagi atas dua jenis. Pertamasanksi jenis I atau peristiwa

yang berlawanan diberikan sesudah terjadi respons, sebagai contoh,

anak disuruh berdiri dipojok kelas karena mengganggu teman

dikelas.Keduasanksi jenis II atau penyingkiran peristiwa positif setelah

terjadi respons.Sebagai contoh, anak tidak boleh keluar kelas waktu

istirahat karena nakal dikelas.Pada kedua contoh di atas, peristiwa

positif dihilangkan karena suatu perbuatan (respons) khusus.5

Sedangkan menurut Ibnu Sina penggunaan sanksi harus melalui

beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Mendidik anak pada usia dini sebaiknya dimulai dari

pembiasaan.

b. Jika anak berbuat kesalahan, maka sebaiknya bimbinglah ia

dengan cara yang menyentuh hatinya, memberi nasihat dengan

cara yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.

c. Jika tidak dapat dilakukan dengan cara yang lemah lembut,

maka gunakan cara persuasif atau takhwif (menakut-nakuti)


5
Erman Suherman Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.... h. 63
17

disertai dengan wajah muram atau sikap ketidakrelaan atas

perbuatannya.

d. Memberi dorongan sesuai dengan situasi yang ada.

e. Jika cara tersebut tidak berhasil, maka harus menggunakan

sanksi, berilah ia sanksi yang benar-benar menimbulkan

nestapa, jika sanksi yang dijatuhkan terlalu ringan maka akan

timbul kesan terhadap hukuman yang enteng serta tidak

merasakan akibat dari perbuatannya.6

Sebuah model penggunaan sanksi dalam pendidikan yang

dikemukakan oleh Gaylord-Ross menjelaskan, model ini sesuai dengan

doktrin alternatif paling terbatas yang artinya paling dapat diterima,

baik ditinjau dari segi anak maupun pendidik. Model ini dapat

diterapkan melalui empat tahap sebagai berikut :

1) Tahap asesmen atau penilaian. Asesmen diadakan dengan

maksud menentukan kualitas dan kuantitas.

2) Tahap penguatan.

3) Tahap ekologi.

4) Tahap pemberian sanksi.

Selanjutnya, pertanyaan berikut dapat membantu kita

melaksanakan sanksi. Apakah perilaku yang dilakukan anak akan

membawanya pada resiko yang lebih berat? Apakah faktor medis tidak

6
Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam,(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 126-
127
18

berhasil? Jika salah satu pertanyaan di atas jawabannya adalah “ya”

maka proses dapat dilanjutkan pada tahap penguatan.7

Sanksi memang merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh siapa

saja yang terkena, namun sanksi itu diperlukan dalam pendidikan

karena berfungsi menekan, menghambat atau mengurangi, bahkan

menghilangkan perilaku menyimpang.

Good dan Brophy telah melakukan penelitian yang berkaitan

dengan sanksi, sehingga melahirkan berbagai teori tentang sanksi

sebagai berikut :

1) Teori kerenggangan

Teori ini menjelaskan bahwa dengan diberikannya

hukuman kepada subjek yang melakukan pelanggaran atau

kesalahan tindakan, maka akan menyebabkan hubungan

rangsangan-reaksi antara tindakan salah dengan hukuman menjadi

renggang, demikian juga individu tersebut akan menjadi renggang

dengan tindakan menyimpang itu.

2) Teori penurunan

Teori ini menjelaskan bahwa dengan diberikannya

hukuman kepada subjek yang melakukan pelanggaran atau

kesalahan tindakan, maka subjek tersebut akan mengurangi atau

menurunkan frekuensi tindakan tersebut.

3) Teori penjeraan

7
Erman Suherman Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.... h. 63
19

Teori ini menjelaskan bahwa subjek yang terkena hukuman

tidak akan mengulangi lagi perbuatan menyimpang yang

menyebabkannya mendapat hukuman.

4) Teori sistem motivasi

Teori ini menjelaskan bahwa jika individu mendapat

hukuman, maka akan terjadi perubahan dalam sistem motivasi

dalam diri individu, perubahan tersebut mengakibatkan penurunan

dalam diri individu tersebut untuk menurunkan frekuensi perilkau

atau tindakan yang berhubungan dengan timbulnya hukuman yang

bersangkutan.

5) Teori hukuman alam

Teori ini dikenal dengan hukuman model Rousseau karena

diteorikan oleh Rousseau seorang ahli pendidikan sebelum abad

pertengahan. Rousseau berpendapat bahwa apabila anak

melakukan kesalahan tingkah laku, maka pendidik tidak perlu

susah payah memberikan hukuman karena alam sendirilah yang

akan menghukumnya agar mendapatkan efek jera dari

perbuatannya tersebut.8

b. Tujuan Sanksi

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati setidaknya ada dua tujuan

yang terkandung dalam memberikan sanksi:

8
Suharsimi Arikunto,Manjemen Pengajaran Secara Manusiawi,(Jakarta:Rineka Cipta,
2010), h. 168-171
20

a. Sanksi diberikan karena adanya suatu pelanggaran.

b. Sanksi diberikan karena suatu tujuan.

Charles schaefer juga menjelaskan bahwa tujuan jangka pendek

dari sanksi adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah,

sedangkan tujuan jangka panjangnya ialah untuk mengajar dan

mendorong para siswa menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang

salah, agar dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk mematuhi aturan

yang berlaku.9

c. Sanksi Di Sekolah

Sanksi adalah suatu yang diterima oleh seseorang sebagai akibat

dari pelanggaran atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sanksi itu

dapat berupa material dan dapat pula berupa nonmaterial. 10Sanksi dapat

digunakan disekolah, akan tetapi tidak boleh menggunakan sanksi

untuk melampiaskan nafsu, atau memberi sanksi yang kejam dan tidak

berkemanusiaan, apalagi sanksi yang diberikan terhadap anak yang

berkebutuhan khusus.11

Meskipun sanksi sebagai reinforcement negative tetapi bila

dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang

baik dan efektif. Sanksi mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan

perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat berupa sangsi yang

diberikan kepada peserta didik sesuai dengan pelanggaran yang

Charles Schaefer, Cara Efektif Dalam Mendidik Dan Mendisiplikan Anak, Alih Bahasa,
9

R. Turmun Sirait. (jakarta: Mitra Utama, 1996), cet VI, h 93


10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta:PT Rineka Cipta,2015),h. 165
11
Erman Suherman Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.... h. 63
21

dilakukan sehingga peserta didik tidak mengulangi kesalahan atau

pelanggaran dihari mendatang.12

Sanksi berupa hukuman yang diberikan kepada anak didik yang

melanggar peraturan atau tata tertib sekolah dapat menjadi alat motivasi

dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Asalkan sanksi mendidik

dan sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.13

Apabila hadiah (reward)berfungsi sebagai penguatan yang

memotivasi tingkah laku positif, maka hadiah itu tidak dapat berfungsi

sebagai alat untuk melemahkan atau bahkan menghentikan tingkah laku

yang sifatnya negatif. Sanksilah yang yang biasanya digunakan untuk

melakukan tugas itu, yakni menghentikan tingkah laku yang tidak

sesuai dengan peraturan tata tertib. Namun tidak semua sanksi

diperlukan atau diminati sebagai alat bagi semua peraturan dan tata

tertib, banyak jenis pelanggaran yang dapat diselesaikan dengan cara

sederhana saja oleh guru tanpa mengunakan sanksi.

Sanksi seperti halnya “pil pahit” tidak enak dimakan, namun

mengandung manfaat. Oleh karena itu pendidik menempatkan sanksi

sebagai alat terahir digunakan apabila memang tidak ada upaya lain

untuk mengatasi masalah pelanggaran tata tertib. Tidak seorangpun

akan bergembira menerima sanksi, walapun sanksi yang seringan-

ringan dan seenak-enaknya.

12
Ani Setiani dkk, Manajemen Pesrta Didik Dan Mode lPembelajaran ,(Bandung:
Alfabta, 2015), h. 144
13
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar..... h. 165
22

Siapapun yang menerima sanksi tentu akan merasakan kepahitan

yang terkandung didalamnya. Jika siswa menerima sanksi tanpa ada

rasa bersedih dan penyesalan akan perbuatan yang melanggar peraturan,

lalu diikuti dengan adanya sikap taubat dan jera untuk tidak mau lagi

mengulangi perbuatannya itu, maka sanksi tersebut belum berfungsi

sebagaimana yang direncanakan.14

Berdasarkan paparan teori di atas maka dapat disimpulkan

bahwasanya sanksi disekolah adalah suatu ganjaran yang diberikan

kepada siswa setelah melakukan pelanggaran disiplin dengan harapan

frekuensi pelanggaran akan berkurang.

d. Jenis Sanksi

Berat ringannya sanksi yang akan diberikan kepada siswa sangat

tergantung besar kecilnya kesalahan yang ia perbuat, tujuan yang

hendak dicapai dan keadaan siswa. Dalam hal ini guru hendaknya

jangan terburu-buru dalam memberikan sanksi terhadap siswanya. Pada

tahap pertama siswa diberi kempatan untuk memperbaiki sendiri

kesalahannya, sehingga ia mempunyai rasa kepercayaan diri dan

menghormati dirinya serta merasakan akibat dari perbuatannya tersebut.

Apabila pada tahap pertama ini belum berhasil maka dilanjutkan

dengan tahap yang kedua yaitu berupa teguran, peringatan dan nasehat-

nasehat sebagaimana penjelasan Al Ghazali yaitu maka dalam tindakan

14
Suharsimi Arikunto,Manjemen Pengajaran Secara Manusiawi..... h. 166
23

yang demikian kalau anak masih kembali berbuat yang tidak baik untuk

kedua kalinya maka sebaiknya ia ditegur.15

Pada tahap yang kedua ini apabila masih belum berhasil maka

saaatnya guru mempertimbangkan dalam memberikan sanksi. Dalam

pendidikan ada dua jenis sanksi, yaitu sanksi fisik merupakan sanksi

yang dikenakan terhadap badan seperti menjewer siswa, memukul

bagian anggota tubuh siswa, menyuruh siswa push up, kemudian sanksi

psikis merupakan adalah sanksi yang menyakitkan namun tidak

berhubungan dengan fisik, seperti cacian, cemoohan, kutukan,

privalage, teror dan hal semacamnya.

Sanksi fisik telah terbukti tidak efektif untuk mengubah perilaku

siswa apabila digunakan dalam pendidikan,karena hukuman jenis ini

apabila digunakan dapat mengakibatkan cidera, sehingga yang

bersangkutan dapat digugat ke pengadilan sebagai orang yang bersalah

atau melakukan penganiayaan.16

Sedangkan jeanne mengelompokkan hukuman itu sendiri menjadi

dua jenis yaitu :

1. Hukuman penghadiran yaitu menghadirkan suatu stimulus baru

yang tidak diinginkan oleh peserta didik.

2. Hukuman penghilangan adalah hukuman berupa menghilangkan

suatu stimulus yang disenangi oleh peserta didik.

e. Bentuk-bentuk Sanksi Dalam Pendidikan

15
Zainudin..87
16
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah.2012……. h. 170
24

Menurut abu ahmadi dan nur uhbiyati ada lima bentuk sanksi yang

dapat digunakan oleh seorang pendidik terhadap siswanya:

a. Hukuman membalas dendam

Orangtua yang merasa tidak senang karena anak berbuat salah, anak

lalu dihukum. Orangtua merasa senang atau puas karena telah

berhasil menyakiti anak. Hukuman semacam ini tidak boleh

diterapkan dalam pendidikan karena dampaknya kurang baik.

b. Hukuman badan atau jasmani

Hukuman ini memberikan akibat yang merugikan anak, karena dapat

menimbulkan gangguan kesehatan bagi si anak, misalnya guru

menangkap basah anak sedang merokok, maka siswa tersebut

dihukum dengan keharusan merokok terus menerus selama waktu

sekolah, ini dapat berakibat si anak sakit atau bibirnya terbakar.

c. Hukuman jeruk manis (Sinaas apple)

Menurut tokoh yang mengemukakan hukuman teori ini, jan lighrt,

anak yang nakal tidak perlu dihukum, akan tetapi didekati dan

diambil hatinya kemudian diarahkan perilakunya agar sesuai dengan

yang diinginkan.

d. Hukuman alam

Hukuman alam ini dikemukakan oleh Jj. Rousseau dari aliran

naturalisme berpendapat bahwa apabila ada anak yang nakal, jangan

dihukum biarkan saja ia jera dengan sendirinya. Dengan hukuman

alam ini anak diharapkan menyadari kesalahannya sendiri.


25

e. Hukuman memperbaiki

Menghukum dengan tujuan agar anak mau memperbaiki

kesalahannya, keslahan itu akan diperbaiki oleh anak jika si anak

sudah mengetahui apa kesalahan yang dilakukan dan baru

memungkinkan sianak memperbaiki.

Jeanne mengelompokkan bentuk hukuman sebagai berikut :

1. Bentuk Hukuman Yang Efektif

a). Teguran verbal (scolding) karena kebanyakan dari peserta didik

menganggap teguran verbal itu tidak menyenangkan dan

menusuk hati.

b). Biaya Respon (respon cost) yaitu melibatkan hilangnya penguat

yang telah diperoleh ataupun peluang untuk mendapatkan

penguatan tersebut.

c). Time Out yaitu peserta didik yang berperilaku memyimpang

akan ditempatkan pada tempat yang sepi dan membosankan

akan tetapi tidak menakutkan.

d). Skors di Sekolah merupakan pembatasan terhadap segala atau

sebagian aktivitas peserta didik di sekolah.

2. Bentuk Hukuman Yang Kurang Efektif

a). Hukuman fisik merupakan segala sesuatu bentuk sanksi yang

berkenaan dengan fisik peserta didik.

b). Hukuman Psikologis yaitu setiap konsikuensi yang mengancam

kepantasan diri peserta didik.


26

c). Tugas Kelas Ekstra adalah memberikan tugas tambahan kepada

peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah.

d). Skorsing tidak boleh sekolah (out of school suspension) adalah

mencabut segala hak dan kewajiban peserta didik dari sekolah

untuk waktu yang ditentukan.

Dari penjabaran teori ini dapat disimpulkan bahwasannya sanksi

itu dapat diterapkan dalam pendidikan terutama sanksi yang bersifat

paedagogis, memberikan sanksi bilamana perlu dihindari. Dalam

memberikan sanksi hendaknya disesuaikan dengan kesalahan yang

dilakukan, umur dan keadaan siswa.

2. Tingkah Laku

Tingkah laku adalah manifestasi kehidupan psikologis.

Sebagaimana dijelaskan oleh Bimo Walgito bahwa tingkah laku itu tidak

muncul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau

rangsangan yang mengenai organisme itu. Karena itu keadaan ini dapat

diformulasikan sebagai R = f(S,O), dengan pengertian bahwa R adalah

respon, f = fungsi, S stimulus, dan O = organisme. Formulasi ini berarti

bahwa respons merupakan fungsi atau bergantung pada stimulus dan

organisme (Woodwoorth dan Schlosberg, 1971).

Sedangkan di dalam kamus bahasa indonesia dijelaskan bahwasanya

tingkah laku itu sama dengan perangai, keulakuan atau perbuatantingkah

laku dalam pengertian ini lebih mengarah kepada aktifitas sifat

seseorang.17
17
...
27

Sejalan dengan itu M Ali juga berpendapat bahwa perilaku adalah

kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut

yang diwujudkan dalam bentuk gerakan dan ucapan, selanjutnya dalam

pengertian yang lebih luas mencakup pengetahuan, sikap, dan sebagainya

yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu aktivitas individu. Setiap

prilaku ada yang tampak dan bisa diamati dan ada pula yang tidak bisa

diamati.18

Penulis menyimpulkan beberapa pendapat diatas bahwa perilaku

adalah kegiatan atau aktivitas individu sebagai keseluruhan terhadap

segala perangsang dari luar yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan

tingkah laku yang dapat diamati maupun tidak.

Woodworth dan Schlosberg juga melanjutkan bahwa apa yang ada

dalam organisme itu yang berperan memberikan respons adalah apa yang

telah ada pada diri organisme, atau apa yang telah pernah dipelajari oleh

organisme yang bersangkutan, yaitu anteseden yang disingkat menjadi A.

Oleh karena itu formulasi yang semula berbentuk R = f(S,O)

disempurnakan menjadi R = f(S,A).

Namun demikian, formulasi tersebut bukanlah satu-satunya

formulasi mengenai tingkah laku atau respon organisme terhadap stimulus

yang mengenainya, ada juga formulasi berbentuk B = behavior, f =

fungsi, E evironment, O = organisme. Pada dasrnya formulasi ini tidak

berbeda dengan formulasi di atas yaitu bahwa prilaku itu bergantung

18
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar mengajar,(Bandung: Sinar Baru, 2002), h
14
28

dengan lingkungan dan organisme itu sendiri, namun dalam formulasi ini

hubungan E dan O lebih diperjelas dengan formulasi B = f(E O), yaitu

bahwa perilaku itu bergantung dengan lingkungan interaksi organisme.19

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dicetuskan Gagne dan

Berliner. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang

berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan

dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik, aliran ini

menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil

belajar.

Teori behavioristik dengan model hubungan sitimulus dan

responnya, mendudukkan orang belajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau

pembiasaan semata. Muncfulnya perilaku akan semakin kuat bila

diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.20

a. Bentuk-bentuk Tingkah Laku

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum..... h 11


19

M. Thobroni, Belajar & Pembelajaran, Teori dan Praktik,(Yogyakarta:Ar-Ruzz


20

Media,2015), h 55-56
29

Perilaku individu terdiri dari berbagai macam bentuk

tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Berdasarkan

perilaku individu bentuk tingkah laku adalah:

1) Tingkah laku sadar

Merupakan tingkah laku yang dihasilkan dari melibtkan kinerja

otak dan susunan syaraf, dan hanya dialami sebanyak sekitar

40% saja oleh manusia.

2) Tingkah laku tidak sadar

Tingkah laku ini adalah perilaku yang terjadi diambang alam

sadar dan tidak sadar, dan berhubungan dengan harapan,

impian dan ketakutan yang disimpan oleh manusia, biasanya

muncul secara instingtif.

3) Tingkah laku tampak dan tidak tampak

Perilaku Tampak adalah perilaku yang langsung dapat diamati

dengan indera yang dimiliki manusia, berupa reaksi seseorang

terhadap ransangan dalam bentuk tindakan yang nyata dan

terbuka.Sedangkan tingkah laku tidak tampak merupakan

perilaku yang tidak dapat ditangkap oleh indera manusia

melainkan membutuhkan alat pengukuran tertentu.

4) Tingkah laku sederhana dan kompleks

Perilaku sederhana adalah tingkah laku yang hanya melibatkan

satu aktivitas dalam kehidupan.Sedangkan tingkah lku


30

kompleks merupakan perilaku yang banyak melibatkan banyak

aktivitas dalam kehidupan manusia.21

Masyarakat merupakan kerangka dimana segala bentuk

aktivitas berlangsung. Keberadaan suatu aktivitas dengan

sendirinya adalah cermin adanya prilaku atau tindakan-tindakan.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku

merupakan respon individu terhadap stimulus yang berada dalam

dirinya. Respon ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk :

a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu informasi yang

dimiliki untuk mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

b. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap

keadaan ragsangan dari luar subyek, sehingga alam sendiri

akan membentuk perilaku manusia yang hidup di dalamnya

sesuai dengan sifat dan keadaan alam tersebut.

c. Perilaku dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata

berupa factor perbuatan (action) terhadap situasi atau

rngsangan dari luar.22

21
https://dosenpsikologi.com 19 Agustus 2019
22
Wenny Graciani, Perilaku Membolos Siwa, (Surakarta; Berbentuk Karya Ilmiah,
Universitas Sebelas Maret, 2011) , h. 10-11
31

Kemudian Menurut Bimo Walgito perilaku manusia dibedakan

dalam beberapa jenis yaitu :

1. Perilaku refleksif

Merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi spontan

terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut.

Thobroni juga menjelaskan bahwa refleks adalah gerakan atau

reaksi tidak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari

luar.

2. Perilaku non refleksif

Merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh

pusat kesadaran atau otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah

diterima oleh reseptor kemudian diteruskan sampai ke otak

sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran, kemudian terjadi respon

melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak inilah yang

disebut sebagai aktifitas psikologis atau perilaku psikologis

(Branca, 1964).23

3. Tingkah laku tertutup

Tingkah laku yang tertutup adalah perilaku yang tidak dapat

ditangkap melalui panca indra manusia, melainkan harus

menggunakan alat pengukuran tertentu misalnya melalui

psikotes. Perilaku tertutup merupakan respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk yang terselubung.

4. Tingkah Laku Terbuka


23
M. Thobroni, Belajar & Pembelajaran, Teori Dan Praktik.....h 55
32

Berupa perilaku yang bisa diamati secara langsung dan di

observasi dengan indra manusia. Perilaku terbuka adalah

respon yang ditunjukkan seseorang terhadap rangsangan dalam

bentuk tindakan nyata berupa tindakan atau praktek.

5. Tingkah laku Kognitif, Afektif, Psikomotorik

a. Tingkah laku Kognitif adalah perilaku yang melibatkan

proses pengenalan oleh otak, yang mengarah kepada hal

yang obyektif, factual dan logis seperti proses berpikir dan

proses mengingat.

b. Tingkah laku Afektif merupakan perilaku yang

berhubungan dengan persaan dan emosi manusia dan

biasanya bersifat subyektif.

c. Tingkah laku psikomotorik adalah perilaku yang berkaitan

dengan gerakan fisik seperti berlari, berjalan, melempar dan

lainnya

6. Tingkah Laku Streotip

Perilaku streotip adalah gambaran tetap yang dibentuk

dalam pikiran seseorang mengenai praktik, orang atau

fenomena sosial lain atas dasar sikap, pengalaman, nilai dan

juga kesan tanpa pengalaman langsung yang akhirnya

menghasilkan berbagai tingkah laku.

7. Tingkah laku sosial


33

Perilaku sosial merupakan proses pertukaran yang

didefenisikan sebagai interaksi sosial diantara perilaku system,

sama halnya seperti interaksi perilaku sosial juga dikenal

dengan nama aksi dan reaksi, berdasarkan manfaatnya

seseorang akan mengambil bentuk sosialisasi, persaingan,

kerjasama dan sebagainya dari individu lain.

8. Tingkah laku Id

Perilaku Id merupakan komponen kepribadian yang dimiliki

sejak lahir yang sepenuhnya sadar dan termasuk tingkah laku

naluriah dan primitif.Freud mengatakan jika id mgerupakan

sumber energi psikis yang menjadi komponen utama dari

kepribadian, perilaku id ini didorong dengan kesenangan agar

bisa mendapatkan kepuasan secepatnya.Apabila kebutuhan ini

menghasilkan ketidakpuasan maka nantinya membuat individu

merasa cemas dan tegang serta depresi.

9. Tingkah laku Ego

Ego merupakan bagian dari kepribadian yang bertugas

untuk menangani sesuatu dengan realistis. Ego ini berkembang

berdasarkan id dan memastikan jika dorongan dari id bisa

dinyatakan dengan cara yang bisa diterima dalam dunia nyata,

ego ini juga berfungsi dalam fikiran sadar, prasadar dan juga

tidak sadar. Ego akan bekerja berdasarkan prinsip realitas yang


34

berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara yang

realistis dan sosial yang sesuai.

10. Tingkah laku Super Ego

Perilaku super ego merupakan aspek kepribadian yang

menampung segala standar internalisasi moral dan juga cita-

cita yang diperoleh dari kedua orang tua dan juga masyarakat.24

Kemudian menurut Singgih Gunarsa menerangkan bahwa

perilaku merupakan setiap reaksi atau respon manusia, makhluk hidup

terhadap lingkunganya. Dilihat dari perilaku manusia maka akan

terlihat macam-macam perilaku tersebut, yaitu:

a. Perilaku yang Tampak

1) Perilaku yang disadari, dilakukan kesadaran penuh,

tergantung dari aksi dalam otak besar.

2) Perilaku reflektoris, gerakan reflek yang dalam tahap

pertama berkaitan dengan sumsum tulang belakang belum

disadari, akan disadari jia kesan sampai ke persyarafan.

3) Perilaku diluar penuh berkehendak, tidak disadari dan

berpusat pada sumsum penyambungatau gerakan otot karena

kepekaan otot.

b. Perilaku yang Tidak Mudah Kelihatan (terselubung)

1) Kognisi, penyadaran melalui proses pengindraan terhadap

rangsangan dan interpretasinya.

24
https://dosenpsikologi.com 19 Agustus 2019
35

2) Emosi, efek, perayaan suana didalam diri yang dimunculkan

oleh penyadaran terhadap perangsang.

3) Konasi, pemikiran pengambilan keputusan untuk memilih

sesuatu bentuk perilaku.

4) Pengindraan, meliputi penyimpangan atau mengantar

rangsangan sampai ke susunan syaraf pusat.25

Berdasarkan penjelasan teori maka dapat disimpulkan

bahwa jenis perilaku ada dua, yaitu perilaku yang spontan dan

perilaku yang timbul melalui beberapa tahapan dan proses dalam

diri individu.

b. Pembentukan Perilaku

Bimo Walgito juga menjelaskan bahwa perilaku manusia itu

sebagian terbesar adalah perilaku yang dibentuk, perilaku yang

dipelajari. Berkaitan dengan itu ada tiga jenis cara membentuk

perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan yaitu :

1. Pembentukan dengan kebiasaan (kondisioning)

Perilaku dibentuk dengan cara membiasakan diri untuk

berperilaku seperti yang diharapkan.

2. Pembentukan dengan pengertian (insting)

Pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan

pengertian atau insting. Pembentukan ini dijelaskan dalam

Singgih D gunarsa, Ny Singgih D gumarsa, Psikologi praktis anak remaja dan keluarga,(jakarta:
25

PT BPK gunung mulia 2008) hal 4-5


36

eksperimen Kohler yang menjelaskan bahwa dalam belajar

yang penting adalah pengertian.

3. Pembentukan dengan model.

Perilaku dapat juga dibentuk dengan dengan

menggunakan model atau contoh, cara ini didasarkan atas teori

belajar sosial (sosial learning theory) atau observasional

learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (1977).26

B. Faktor yang mempengaruhi pembentukan tingkah laku

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tingkah laku menurut

P. Sondang Siagian adalah:

1. Faktor Genetik

Faktor genetik atau yang disebut juga faktor keturunan/unsur

bawaan ialah proses yang dibawa setiap indidvidu ketika ia lahir

yang merupakan warisan dari orangtuanya, berupa ciri-ciri atau

sifat secara fisik dan mental serta kemampuan bakat,tingkat

kecerdasan, sosial, interaksi, fantasi dan pengamatan, sifat

pemarah atau penyabar dan lainnya. Yang kesemuanya itu

merupakan potensi dasar atau faktor bawaan akan mempengaruhi

proses perkembangan anak.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan disini adalah situasi atau kondisi seseorang di

dalam rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan

sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari


26
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum..... h 11
37

dimana semuanya ini sebagai tempat bernaung, sebagai tempat

memecahkan persoalan sekaligus sebagai tempat untuk

menemukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam

bertingkah laku.

C. Teori Perilaku

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu

sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada, kemudian

didorong oleh motif tertentu. Dalam hal ini ada beberapa teori

perilaku yaitu:

1. Teori Insting

Menurut Mc Dougall perilaku itu disebabkan karena

insting, insting merupakan perilaku yang innate(bawaan), dan

insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

2. Teori Dorongan

Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa perilaku

organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu.

Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan yang

mendorong organisme itu berperilaku. Bila organisme itu

mempunyai kebutuhan dan ingin memenuhinya maka akan terjadi

ketegangan dalam organisme, bila organisme itu berperilaku dan

dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan

reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. Teori ini disebut juga

dengan teori drive reduction.


38

3. Teori Insentif

Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku itu

disebabkan karena adanya insentif, dengan insentif akan

mendorong organisme itu berperilaku. Insentif disebut juga

sebagai reinforcement ada yang positif dan juga negatif.

Reinforcement yang positif adalah yang berrkaitan dengan hadiah,

yang akan mendorong organisme itu berbuat. Dan reinforcement

negatif adalah yang berkaitan dengan hukuman, yang dapat

menghambat organisme itu dalam berbuat atau berperilaku.

4. Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan sebab-sebab perilaku organisme.

Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (motif,

sikap) atau oleh keadaan internal. Teori ini dikemukakan oleh

Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial.

Pada dasarnya perilaku organisme itu dapat atribusi internal, tetapi

juga dapat atribusi eksternal.

5. Teori kognitif

Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang harus

dilakukan, maka pada umumnya akan memilih alternatif perilaku

yang akan membawa manfaat yang sebesar besarnya bagi yang

bersangkutan. Ini yang disebut sebagai model subjective expected

utiliy (SEU).Dengan kemampuan memilih itu berarti faktor

berpikir berperan dalam menentukan pilihannya.


39

Dengan kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat

apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya disamping

melihat apa yang dihadapi sekarang, dan juga dapat melihat

kedepan apa yang terjadi dengan seseorang ketika bertindak.

Dalam model SEU yang menonjol adalah kepentingan pribadi.

Tetapi dalam berperilaku kadang-kadang kepentingan pribadi

dapat disingkirkan.27

3. Siswa

Imam Taufik menjelaskan bahwasanya siswa adalah orang yang

belajar di suatu sekolah.28 Sedangkan menurut Undang-Undang No. 23

Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dalam pasal 1 ayat 4

bahwa siswa adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan

tertentu”.

Dalamperspektif pedagogis memandang peserta didik sebagai

makhluk yang homo educantumatau disebut dengan makhluk yang

menghajatkan pendidikan, dalam pengertian ini peserta didik dipadandang

sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga

dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan segala

potensi yang dimiliki agar ia menjadi manusia yang utuh. Kemudian

persfektif psikologis memandang peserta didik sebagai individu yang

sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, sehingga

27
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum.....h 12-16
28
Imam Taufik. Kamus Praktis Bahasa Indonesia.....h. 992
40

memerlukan bimbingan dan arahan yang konsisten agar ia mampu

mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.29

Teori diatas dapat penulis disimpulkan bahwasanya siswa adalah

individu yang sedang belajar disuatu sekolah yang membutuh binaan dan

bimbingan untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang

seutuhnya.

D. Pengaruh Sanksi Terhadap Tingkah Laku

Banyak sekali kita melihat di sekolah siswa yang rajin, penurut,

mengerjakan tugas- tugas yang diberikan dan bisa menjawab pertanyaan

ketika ujian. Bahkan guru juga sangat senang melihat siswa berakhlak baik,

normaldan patuh pada orang tua serta peraturan yang ada, rasa senang itu

sangat wajar karena semua itu merupakan bukti dari keberhasilan guru dalam

melaksanakan tugasnya. Namun tidak dapat dipungkiri masih ada siswa yang

suka membantah nasehat guru, dan melawan kepada orangtua, yang lebih

disayangkan lagi masih banyaknya para siswa yang mengabaikan pelajaran,

malas belajar, jarang masuk kelas dan pada akhirnya gagal dalam ujian, ini

adalah sala satu di antara fenomena yang ada dalam dunia pendidikan.

Dalam menyikapi permasalahan ini tidak sedikit guru yang memberikan

sanksi terhadap siswanya yang terbukti melakukan kesalahan, tujuannya

adalah agar siswa itu tidak lagi mengulangi perbuatannya dan sekaligus

sebagai pelajaran bagi siswa lainnya agar tidak melakukan kesalahan yang

sama. Sanksi itu cukup ampuh karena para siswa akan merasa takut dan akan

lebih berhati-hati dalam berbuat. Namun bila dilihat lebih jauh, sebenarnya
29
Ani Setiani dkk, Manajemen Pesrta Didik Dan ModelPembelajaran .....h. 46
41

sanksi itu bisa membawa perubahan negatif bagi perkembangan tingkah laku

siswa. Tidak jarang hukuman itu menjadi pemicu kebobrokan tingkah laku

para siswa, karena tidak ada ketenangan jiwa pada dirinya akibat perlakuan

buruk yang diterima dari gurunya yang hanya mengenal kekerasan dalam

mendidik tanpa melalui pendekatan psikologis, mengakibatkan kepentingan

siswa, memukulnya hanya karena ia malas belajar atau kenakalannya.

Perlakuan seperti ini akan menyebabkan siswa menjadi dongkol dan semakin

buruk akhlaknya.

Ibnu khaldun berpendapat bahwa siapa yang dididik dengan kekerasan

diantara siswa-siswa, ia akan dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa

sempit hati, akan kekurangan kegiatan. Bekerja dan bersifat pemalas,

menyebabkab ia berdusta serta melakukan hal buruk lainnya. Hal ini

selanjutnya, secara tidak langsung mengajarinya menipu dan berbohong,

sehingga sifat-sifat ini menjadi kebiasaan bagi perangainya. 30 Dan sangat

sejalan dengan pendapat Aris Merdeka Sirait ketua Ketua Komnas

Perlindungan Anak kepada Kompas Lifestyle di jakarta pusat pada hari rabu

tanggal 10 Mei 2017 menjelaskan bahwa radikalisme dibangun atas dasar

kekerasan, artinya dia hidup merasakan, tinggal bersama-sama dengan situasi

serba keras maka secara perlahan anak akan menginternalisasikan kekerasan

dalam pikiran dan memunculkan sikap radikal, sehingga lama kelamaan ia

menganggap kekerasan adalah cara menyelesaikan segala macam persoalan,

situasi itu kerap disebut pendidikan kekerasan.31


30
M. Athiyah Al-abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa Rustani
Ardani dan Johar Bahry,(Jakarta: Bulan Bintang, 1987), Cet. V, hal 157
31
Kompas.com, diakses 04 januari 2019
42

Beberapa ungkapan di atas memberikan penjelasan bahwa sikap keras

yang berlebihan dalam mendidik siswa akan menimbulkan pengaruh yang

buruk terhadap prilakunya, seperti perasaan takut, pemalas, pembohong,

pendendam, tidak percaya diri bahkan yang lebih buruk lagi menjadikan anak

radikal.

Menurut Ngalim Purwanto sanksi dapat menimbulkan efek negatif

maupun positif sebagai berikut:

1. Menyebabkan anak menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaran,

dengan demikian anak akan menipu dan berbohong kepada orang lain

bahakan kepada dirinya sendiri.

2. Memperbaiki tingkah laku sipelanggar.

3. Mengakibatkan sipelanggar menjadi kehilangan sifat salah karena

kesalahannay telah dibayar lunas dengan sanksi.

4. Memperkuat kebaikan sipelanggar untuk menjalankan kebaiakan.

Biasanya ini akibat dari sanksi normatif.32

Beberapa uraian sanksi di atas semakin memperjelas bahwa sanksi

dapat mempengaruhi tingkah laku siswa di lingkungan pendidikan. Sejalan

dengan itu Abdul Wahab Khallaf menyatakan bahwa “ Tujuan umum

diadakanbya hukuman itu adalah untuk merealisir kemaslahatan manusia

dengan menjamin kebutuhan pokoknya, memenuhi kebutuhan sekundernya

serta memenuhi juga kebutuhan pelengkapnya.”33

32
Ngalim purwanto.... hal 93
33
Syekh Abdul Hamid Yasin, Seni Mendidik Anak, (Jakarta: Al-I’tisham, 2000), hal 2
43

Perubahan tingkah laku siswa bila dikaitkan dengan pendapat wahhab

tersebut, masuk dalam kategori realisasi kemaslahatan dari salah satu sisi

kebutuhan pokoknya, yakni sikap dan tingkah laku yang dipandang lebih

penting karena menyangkut salah satu faktor kesempurnaan manusia

dihadapan alllah SWT.

E. Indikator-indikator Penelitian

Untuk mengukur variabel dalam penelitian yang penulis maksud,

maka penulis menggunakan variabel bebas (indevendent variabel) yang

dilambangkan denga (X) dan variabel tidak bebas (devendent variabel) yang

dilambangkan dengan dengan (Y).

Indikator-indikator variabel (X) adalah:

1. Siswa diberi sanksi fisik

2. Siswa diberi jeruk manis

3. Siswa di beri sanksi memper baiki

4. Siswa mendapat sanksi alam

Indikator-indikator variabel (Y) adalah:

1. Siswa mematuhi peraturan sekolah

2. Siswa terlambat datang ke sekolah

3. Siswa belajar dengan baik

4. Siswa menghargai guru

5. Siswa tidak berkelahi disekolah

6. Siswa mengerjakan tugas sekolah dengan baik.

F. Penelitian Relevan
44

Relevansi dalam penelitian ini atau penelitian terdahulu yang penulis

gunakan adalah :

Penelitian Jerobeam A. Selan (Skripsi STKIP Singkawang 2016)

dengan judul penelitian pengaruh penerapan hukuman terhadap kemandirian

siswa.Persamaan relevansi dengan peneliti terletak pada kajian hukuman

terhadap siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang

digunakan. Metode yang digunakan relevansi menggunakan metode deskriftif

kuantitatif sedang kan peneliti menggunakan metode kualitatif bersifat

deskriftif.

Hasil penelitian relevansi bahwa berdasarkan gambaran kemandirian

siswa adalah suatu sikap yang dimana siswa atau subjek yang belajar

menggambarkan diri dengan melalui jalur dan jenjang pendidikan yang

bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang untuk dapat berdiri

sendiri.

Penelitian Amarosila (Skripsi UIN SUSKA Riau 2012) dengan judul

penelitian pengaruh hukuman terhadap perilaku siswa di Madrasah Aliyah

Babunnajah Buluh Nipis Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

Kampar.Persamaan relevansi dengan peneliti terletak pada pembahasan

hukuman terhadap siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada metode yang

digunakan, relevansi menggunakan metode kuantitatif sedangkan peneliti

menggunakan metode kualitatif bersifat deskriftif. Hasil penelitian relevansi

adalah tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian hukuman terhadap

perilaku siswa Madarasah Aliyah Babunnajah Buluh Nipis Kecamatan Siak


45

Hulu Kabupaten Kampar. Ini terbukti dari nilai t hitung dan ttabel karena thitung

(1.177) lebih besar dari ttabel(2.00) maka hasil penelitian ini tidak signifikan.

Penelitian Asep Ahmad Yani (skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013) dengan judul penelitian pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa

di SD IT Meranti Senen Jakarta Pusat. Persamaan relevan dengan penelitian

terletak pada pembahasan hukuman terhadap siswa, sedangkan perbedaannya

terletak pada metode yang digunakan, relevansi menggunakan metode

kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif bersifat

deskriptif, hasil penelitian relevansi adalah terdapat pengaruh yang cukup dan

signifikan antara hukuman dengan pembentukan tingkah laku siswa di SD IT

Meranti Senen Jakarta Pusat. Ini terbukti dari nilai r hitung sebesar 0,450 dan

termasuk dalam kategori sedang atau cukup nilai rhitung pada rentang 0,40-0,70

G. Kerangka Berpikir

Penerapan hukuman yang dilaksanakan oleh pihak sekolah di SMP

Negeri 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam terhadap siswa membuat siswa

merasa ditakuti dengan adanya hukuman yang dirasa berlebihan seperti


46

dihukum berdiri ketika tidak membawa seragam olah raga, oleh karena itu

pihak sekolah berupaya memaksimalkan hukuman agar siswa menaati

peraturan yang ada. Dapat dilihat dalam bentuk kerangka berpikir dibawah

ini:

SANKSI (X) TINGKAH LAKU(Y)

Anda mungkin juga menyukai