Anda di halaman 1dari 6

Journal of Nonformal Education and Community Empowerment

Volume 3 (1): 13-18, Juni 2019


Available at http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc
p-ISSN 2549-1539
e-ISSN 2579-4256

Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata


Organik di Kabupaten Bondowoso
Deditiani Tri Indrianti , Lutfi Ariefianto, Dinar Halimi

Prodi Pendidikan Luar Sekolah, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Jember, Indonesia

DOI: 10.15294/pls.v3i1.31001

Info Artikel Abstrak


Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif, bertujuan
Sejarah Artikel: mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat Desa Lombok Kulon
Diterima Februari 2019 melalui Pengembangan Desa Wisata Organik. Pengumpulan data
Disetujui April 2019 menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dipublikasikan Juni 2019 Keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber, Teknik, dan
waktu. Hasil penelitian ini adalah pengembangan program desa wisata
Keywords: organik yang berfokus pada pengelolaan potensi fisik dan non fisik telah
organic tourism village; mampu membuat masyarakat berdaya. Keberdayaan masyarakat
empowerement; participation; tersebut terlihat dari dua indikator yang telah dicapai yaitu partisipasi
control dan kontrol. Pengembangan program desa wisata organik ini,
masyarakat telah ikut berpartisipasi dan mengontrol pada setiap
kegiatan-kegiatan yang diadakan. Bentuk partisipasi masyarakat adalah
turut terlibat dalam mendukung program desa wisata organik yang pada
realisasinya telah terjadi proses kesadaran pada masyarakat dan terjadi
transformasi pada dirinya. Kontrol pada masyarakat yaitu melalui Focus
Group Discussion yang diadakan untuk direct sharing dengan pengelola.
Abstract
This research uses descriptive qualitative type, aimed at describing to empower
the community of Lombok Kulon Village through the Development of Organic
Tourism Village. Data collection using interviews, observation, and
documentation. The validity of the data uses the triangulation of sources,
techniques, and time. The results of this study were: the development of an organic
tourism village program that focused on managing physical and non-physical
potential had been able to make the community empowered. Community
empowerment could be seen from the two indicators that had been achieved,
namely participation and control. In developing this organic village tourism
program, the community had participated in and controlled every activity held.
The form of community participation was the involvement of the community in
supporting the organic tourism village program in which it was more aware and
transformed to be a better community. Finally, the control was done through the
Focus Group Discussion that allowed the community to did direct sharing with
the management of organic tourism village.


Alamat korespondensi:
E-mail: Indrianti_pkp.fkip@unej.ac.id
Deditiani Tri Indrianti, Lutfi Ariefianto, Dinar Halimi | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (1), Juni 2019

PENDAHULUAN Peningkatan kesadaran dan kemampuan peserta


Desa Wisata Organik Lombok Kulon didik dalam menghadapi kehidupan, dilakukan
merupakan salah satu kawasan potensial di revitalisasi potensi yang dimiliki melalui proses
Kabupaten Bondowoso. Potensi lokal yang pemberdayaan (empowering process). Proses
menjadi unggulan desa tersebut ialah sebagian revitalisasi potensi merupakan upaya pendidikan
besar hasil sumber daya alamnya berbasis oganik yang bertujuan untuk membangkitkan
seperti beras, sayur mayur, dan ikan air tawar. kesadaran, pengertian dan kepekaan masyarakat
Dengan demikian desa tersebut dijuluki sebagai terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan
desa wisata organik pertama di Kabupaten politik. Sehingga masyarakat memiliki kesadaran
Bondowoso. Tidak hanya potensi pangan saja, dan kemampuan untuk memperbaiki dan
beraneka ragam budaya dan adat istiadat menjadi meningkatkan posisinya dalam kehidupan sosial
sebuah daya tarik sendiri bagi wisatawan lokal masyarakat.
maupun mancanegara dan menjadi salah satu Pengembangan program Desa Wisata
alternatif tujuan wisata edukasi yang menarik Organik Lombok Kulon hadir sebagai upaya
dan sayang untuk dilewatkan. untuk memberdayakan masyarakat Desa
Program pengembangan desa wisata Lombok Kulon. Dalam hal ini pengembangan
awalnya dilatarbelakangi oleh berbagai masalah Desa Wisata Organik Lombok Kulon mencakup
yang ada di Desa Lombok Kulon yang pengelolaan potensi fisik dan non fisik.
diantaranya adalah banyaknya pemuda yang Sedangkan pemberdayaan Masyarakat Lombok
menganggur, kurangnya kesadaran dan Kulon mencakup partisipasi dan kontrol
dukungan masyarakat dalam kegiatan masyarakat. Menurut Tyas & Damayanti (2018)
pariwisata, kurangnya kegiatan pemberdayaan potensi fisik mencakup sumber daya alam (SDA),
masyarakat. Berangkat dari kondisi tersebut, fasilitas umum, infrastruktur, aksesibilitas.
maka didirikanlah program desa wisata organik Keseluruhan jenis potensi fisik tersebut telah
Lombok Kulon. Berfokus pada edukasi dan tersedia di Desa Wisata Organik Lombok Kulon.
pemberdayaan masyarakat lokal dengan Sedangkan potensi non fisik merupakan segala
dilakukan proses pendidikan luar sekolah, seperti potensi desa yang berkaitan dengan masyarakat
penyadaran pada masyarakat dan pelibatan dan tata perilakunya (kehidupan atau budaya).
masyarakat untuk dapat mengembangkan desa Menurut Koentjaraningrat (2000) kebudayaan
wisata secara maksimal, sehingga dapat merupakan hasil dari cipta, karsa, dan rasa yang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dimiliki oleh manusia. Budaya akan selalu hidup
dapat menjadi desa wisata yang berkelanjutan. dan melekat pada masyarakatnya. Dalam hal ini
Ketika sebuah program dijalankan untuk Desa Wisata Organik Lombok Kulon memiliki
tujuan tertentu, maka dibutuhkan budaya (tradisi adat) yaitu Ojung sebagai
pengidentifikasian atau penggambaran kegiatan yang ditujukan untuk memanggil hujan.
perkembangan dari program yang sedang Tradisi ini masih dilestarikan sampai saat ini dan
dijalankan tersebut. Hal ini dilakukan sebagai berpotensi menjadi daya tarik bagi para
bentuk pengungkapan informasi tentang sejauh wisatawan.
mana program tersebut berjalan, sehingga dapat Penumbuhan daya Tarik tentunya
dijadikan sebagai bahan refleksi atau evaluasi membutuhkan partisipasi yang merupakan salah
terhadap program tersebut. satu komponen pendukung dalam suksesnya
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah program desa wisata. Menurut Mikkelsen
salah satu bentuk Pendidikan Luar Sekolah atau (2003) partisipasi merupakan suatu proses yang
Pendidikan Nonformal (PNF) yang memiliki aktif dimana orang atau kelompok terkait
orientasi pada peningkatan kualitas hidup suatu mengambil inisiatif dan menggunakan
masyarakat. Suzanne Kindervatter dalam kebebasannya untuk melakukan suatu kegiatan
Ariefianto (2015) menyatakan upaya revitalisasi yang merupakan keterlibatan sukarela dan ikut
sumber daya manusia melalui proses pendidikan. serta dalam pembangunan diri, kehidupan, serta

14
Upaya Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata Organik di Kabupaten Bondowoso

lingkungan. Tentunya dalam proses partisipasi, menuju kondisi yang lebih baik dan
masyarakat ikut terlibat dalam pengelolaan berkelanjutan yang mewakili makna ketahanan
program Desa Wisata Organik baik secara dan kelestarian. Sesuai dengan gagasan tersebut,
langsung maupun tidak langsung. Hal ini perlu maka masyarakat Desa Lombok Kulon
adanya suatu tindakan yang dapat mengevalusi diharapkan untuk dapat terus mengembangkan
arah kebijakan pengembangan desa wisata dan menjaga eksistensi program desa wisatanya
organik. sehingga masyarakat Desa Lombok Kulon akan
Kontrol masyarakat merupakan bentuk semakin maju dan berdaya.
tindakan yang dapat memberikan evaluasi Berdasarkan situasi yang terkemuka, perlu
terhadap pengembangan program desa wisata. dikaji sejauh mana perkembangan Desa Wisata
Menurut Goldfried & Merbaum dalam Muharsih Organik Lombok Kulon sebagai upaya
(2008) kontrol diri didefinisikan sebagai pemberdayaan masyarakat. Adapun tujuan dari
kemampuan untuk menyusun, membimbing, penelitian ini adalah mendeskripsikan
mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku pengembangan Desa Wisata Organik Lombok
yang dapat membawa individu ke arah Kulon dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat
konsekuensi positif. Sehingga dalam praktik Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari,
pemberdayaan, kontrol masyarakat adalah ketika Kabupaten Bondowoso.
semua lapisan masyarakat ikut memegang
kendali terhadap sumberdaya yang ada. METODE
Program desa wisata organik pada Penelitian ini dikategorikan sebagai
dasarnya adalah salah satu bentuk variasi penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
destinasi pariwisata di Indonesia. Menurut mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat
Ismayanti (2000) pariwisata merupakan melalui sebuah program desa wisata. Tempat
fenomena yang ditimbulkan oleh adanya penelitian berada di Desa Lombok Kulon yang
interaksi antara wisatawan, penyedia ditentukan dengan metode purposive area dengan
jasa/industri wisata, dan pemerintah dalam berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu.
menyediakan fasilitas/layanan yang mendukung Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu
kegiatan wisata. Interaksi-interaksi tersebut November 2018 hingga Februari 2019. Data
terjadi karena suatu hal yang saling terikat. Gunn penelitian dikumpulkan dengan metode
& Var (2002) menyatakan bahwa sistem wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
pariwisata pada dasarnya terbentuk melalui melibatkan 5 informan kunci dan 2 informan
pendekataan permintaan (demand) dan pendukung. Kemudian data dianalisis dengan
penyediaan (supply) yang sifatnya linier. mengikuti beberapa langkah analisis yaitu
Desa wisata biasanya memiliki pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
kecenderungan kawasan pedesaan yang memiliki dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan
kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata. datanya menggunakan triangulasi yang meliputi
Dalam hal ini, Desa Wisata Organik Lombok triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan
Kulon memiliki daya tarik utama yaitu pertanian triangulasi waktu.
organiknya dan daya tarik pendukung seperti
tradisi Ojung serta fasilitas-fasilitas HASIL DAN PEMBAHASAN
kepariwisataan yang memadai. Hal ini pula Identifikasi Pengembangan
bahwa pemberdayaan masyarakat melalui Konsep pembangunan daerah merupakan
pengembangan desa wisata ditujukan untuk suatu konsep yang ditujukan untuk
pembangunan berkelanjutan. Cristian et al. meningkatkan taraf hidup masyarakat di suatu
(2015) menyatakan bahwa pembangunan daerah melalui pemanfaatan potensi fisik
berkelanjutan adalah penjajaran dua elemen maupun potensi non fisik secara efektif dan
utama yang penting yaitu pembangunan yang efisien. Menurut Bintarto (dalam Irwan, 2012)
bertujuan untuk selalu mengembangkan potensi potensi desa dalam menjalankan sistem

15
Deditiani Tri Indrianti, Lutfi Ariefianto, Dinar Halimi | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (1), Juni 2019

pemerintahan desa yang baru adalah suatu berkunjung ke desa wisata ini. Tradisi leluhur
kesatuan pemerintahan desa yang berada di pun juga tetap dilestarikan, budaya gotong
wilayah pemerintahan kabupaten/kota yang royong, keramahtamahan dan tradisi ojung
memiliki kewenangan untuk mengelola potensi untuk mengharap turunnya hujan. Sedangkan
desa yang dibedakan menjadi dua yaitu potensi pada aspek lingkungan, program desa wisata
fisik dan non fisik. Sejalan dengan pernyataan organik ini telah mampu memanfaatkan
tersebut, Desa Wisata Organik Lombok Kulon sumberdaya alam yang ada di Desa Lombok
memiliki baik potensi fisik maupun potensi non Kulon menjadi sebuah destinasi wisata yang
fisik yang memadai untuk dikelola. Potensi fisik layak dikunjungi wisatawan yang dapat dilihat
meliputi sumber daya alam (SDA), fasilitas, dari wisata pertanian, perikanan juga river
infrastruktur dan aksesibilitas. Sedangkan potensi tubbing.
non fisiknya adalah tradisi adat “Ojung” dan Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
keramah-tamahan warga. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
Menurut dokumen PBB dari hasil World memberikan daya (empowerment) atau penguatan
Economic Forum (2005) skema pembangunan (strengthening) kepada masyarakat. Menurut
berkelanjutan merupakan keterkaitan dari tiga UNICEF dalam Mimbar (2015) mengajukan
pilar pendorong. Hubungan antara ekonomi dan lima dimensi tolok ukur keberhasilan
sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan pemberdayaan masyarakat terdiri dari
yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi
dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan dan kontrol. Upaya memberdayakan masyarakat
(viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu penciptaan iklim
lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan yang memungkinkan potensi masyarakat
(bearable). Pada jangka panjang diperlukan berkembang (enabling), meningkatkan kapasitas
strategi pembangunan yang seimbang antara dengan memperkuat potensi atau daya yang
aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek dimiliki masyarakat (empowering) dan melindungi
lingkungan (Pratiwi, Santosa, & Ashar, 2018). kepentingan dengan mengembangkan sistem
Model pengembangan program desa perlindungan bagi masyarakat yang menjadi
wisata organik Lombok Kulon dapat ditinjau dari subyek pembangunan (protecting) (Supatmo,
ketiga aspek tersebut. Aspek ekonomi, program 2015).
desa wisata organik ini telah mampu Pengurus Desa Wisata Organik Lombok
mendongkrak tingkat perekonomian masyarakat Kulon mengadakan sosialisasi pada masyarakat
melalui beberapa program utama yang terkait menciptakan suasana masyarakat
diantaranya adalah penjualan hasil pertanian terhadap potensinya. Selanjutnya diadakan
organik, penyewaan fasilitas penginapan program-program untuk menggugah kesadaran
(homestay), penjualan kue rambutan, dan masyarakat yang melibatkan partisipasi
penjualan hasil perikanan organik. Selain itu, masyarakat agar turut aktif dalam mendukung
masyarakat juga mendapatkan pemasukan lain dan mengikuti berbagai program. Program yang
dari hasil penjualan kerajinan tangan, restoran diadakan oleh pengurus desa wisata diharapkan
atau kedai makanan, penyewaan spot swafoto terjadi transformasi nilai pada masyarakat dalam
dan antar jemput wisatawan (travel). melestarikan lingkungan sekitar, membentuk
Tataran pada aspek sosial, program desa industri rumah tangga yang diinisiasi ibu-ibu,
wisata organik telah meningkatkan keterampilan menyediakan homestay tradisional dan
masyarakat untuk berkarya dan kesadaran memberikan pelayanan maksimal terhadap
masyarakat untuk melestarikan tradisi leluhur. wisatawan serta terbentuknya kelompok-
Saat ini masyarakat sudah terampil dalam kelompok budidaya ikan organik. Kemudian
mengolah sistem pertanian organik, budidaya demi melindungi kepentingan masyarakat,
perikanan organik, membuat berbagai kerajinan terdapat bentuk kontrol terhadap program desa
tangan dan melayani para wisatawan yang wisata organik oleh masyarakat yaitu

16
Upaya Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata Organik di Kabupaten Bondowoso

penyampaian aspirasi yang mencakup kritik, DAFTAR PUSTAKA


saran serta evaluasi terhadap pelaksanaan Ariefianto, L. (2015). Program Corporate Social
kebijakan-kebijakan yang telah dan akan Responsibility (CSR) PT Semen Indonesia
Tbk dan Dampaknya terhadap
dilaksanakan melalui sebuah forum yaitu Focus Keberdayaan Masyarakat. Pancaran
Group Discussion (FGD) yang diadakan setiap Pendidikan, 4(2), 115–134.
tiga bulan sekali. Dalam forum tersebut, setiap Cristian, D., Marian, L., Artene, A., & Duran, V.
warga memiliki hak berpendapat sehingga tidak (2015). The Components of Sustainable
ada yang mendominasi pengembangan program Development A Possible Approach.
Procedia Economics and Finance, 26(15), 806–
Desa Wisata Organik.
811.
Zakaria & Suprihardjo (2014) menyatakan Gunn, C. A., & Var, T. (2002). Tourism Planning:
bahwa kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Basic, Concepts, Cases. London: Routledge.
Bandungan yaitu bertani dan memelihara sapi Irwan, M. T. (2012). Sejarah Perkembangan Desa
khusus untuk karapan sapi sangat berpotensi di Indonesia: Desa di Masa Lalu, Masa
Kini dan Bagaimana Masa Depannya.
untuk dijadikan desa wisata. Sehingga
Jurnal Ilmu Pemerintahan, 38(4), 1–17.
masyarakat dapat diberdayakan dengan program Ismayanti, I. (2000). Pengantar Pariwisata. Jakarta:
desa wisata tersebut. Priyanto & Safitri (2016) Kompas Gramedia.
yang mengkaji potensi desa wisata berbasis Koentjaraningrat, K. (2000). Pengantar Ilmu
budaya di Jawa Tengah menyatakan bahwa Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
masyarakat dapat diberdayakan dengan adanya Mikkelsen, M. (2003). Pengantar Ilmu Politik.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
program desa wisata tersebut dimana pokdarwis Terbuka.
(kelompok sadar wisata) berperan penting dalam Mimbar, L. (2015). Peran Badan Pemberdayaan
menggerakkan masyarakat untuk turut aktif Masyarakat dan Pemerintah Desa
berpartisipasi dalam pengelolaan desa wisata. (BPMPD) dalam Penanggulangan
Syafi’i & Suwandono (2015) mengungkapkan Kemiskinan di Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Transformasi P2M, 11(1), 5.
bahwa Desa Bendono yang mereka teliti, sangat Muharsih, M. (2008). Hubungan antara Kontrol Diri
potensial untuk dikembangkan menjadi desa dengan Kecenderungan Perilaku Konsumsi
wisata melalui pendekatan konsep Community pada Siswa Siswi Kelas XI SMAN 68 Jakarta
Based Tourism (CBT), sehingga dengan Pusat. Fakultas Psikologi Universitas
terciptanya program desa wisata tersebut, Pendidikan Indonesia.
Pratiwi, N., Santosa, D. B., & Ashar, K. (2018).
masyarakat Desa Bendono semakin maju dan
Analisis Implementasi Pembangunan
berdaya. Berkelanjutan di Jawa Timur. JIEP, 18(1),
1–14.
SIMPULAN Priyanto, P., & Safitri, D. (2016). Pengembangan
Pengembangan program desa wisata Potensi Desa Wisata Berbasis Budaya
Tinjauan terhadap Desa Wisata di Jawa
organik yang berfokus pada pengelolaan potensi
Tengah. Jurnal Vokasi Indonesia, 4(1), 76–
fisik dan non fisik telah mampu membuat 84. https://doi.org/10.7454/jvi.v4i1.53
masyarakat berdaya. Keberdayaan masyarakat Supatmo, S. (2015). Peran Petinggi Kampung
tersebut terlihat dari dua indikator yang telah dalam Pemberdayaan Masyarakat
dicapai yaitu partisipasi dan kontrol. Bentuk Kampung Sumber Sari Kecamatan Barong
Tongkok Kabupaten Kutai Barat. Jurnal
partisipasi masyarakat adalah turut terlibat dalam
Ilmu Pemerintahan, 3(1), 217.
mendukung program desa wisata organik yang Syafi’i, M., & Suwandono, D. (2015).
pada realisasinya telah terjadi proses kesadaran Perencanaan Desa Wisata dengan
pada masyarakat dan terjadi transformasi pada Pendekatan Konsep Community Based
dirinya. Sedangkan bentuk kontrol masyarakat Tourism (CBT) di Desa Bedono,
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
adalah penyampaian aspirasi yang berupa kritik,
Jurnal Ruang, 1(2), 61–70.
saran dan evaluasi pada sebuah forum diskusi Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018). Potensi
dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD). Pengembangan Desa Kliwonan sebagai
Desa Wisata Batik di Kabupaten Sragen.
Journal of Regional and Rural Development
17
Deditiani Tri Indrianti, Lutfi Ariefianto, Dinar Halimi | Journal of Nonformal Education and Community Empowerment, Vol. 3 (1), Juni 2019

Planning, 2(1), 74–89. Pengembangan Kawasan Desa Wisata di


World Economic Forum. (2005). World Investment Desa Bandungan Kecamatan Pakong
Report. Kabupaten Pamekasan. Teknik Pomits, 3(2),
Zakaria, F., & Suprihardjo, R. D. (2014). Konsep 245–249.

18

Anda mungkin juga menyukai