Anda di halaman 1dari 21

MATA KULIAH

PENGERTIAN & SEJARAH KURIKULUM

Dosen Pengampu
Niswatul Imsiyah, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
CIRI IKLIM AKADEMIK YANG KONDUSIF

1. Dosen dan maahasiswa ada dalam interaksi psikis


yang menyenangkan.
2. Mahasiswa harus mengalami kemajuan akademik.
3. Mahasiswa menghargai materi yang disajikan .
4. Mahasiswa ada motivasi kritis terhadap materi yang
disajikan.
5. Dosen puas dalam interaksi itu.
Menurut Ki Hadjar Dewantoro tentang Tri Pusat Pendidikan,
meliputi :

1.Keluarga
Manusia mengenal dunia pendidikan untuk pertama kalinya di dalam
keluarga. Ia dididik mengenal nilai-nilai, norma, dan berbagai etos tentang
dunia. Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan yang sifatnya
informal.
2. Sekolah
Merupakan lembaga pendidikan formal, karena keluarga tidak mampu lagi
memberikan sarana pendidikan untuk anak-anak, maka dibutuhkan agen lain
yang bisa memberi sarana yang memadai yakni sekolah.
3. Masyarakat
Masyarakat merupakan pusat pendidikan yang ketiga setelah keluarga dan
sekolah. Masyarakat merupakan lembaga nonformal dalam mendidik
seseorang, karena masyarakat memiliki struktur yang lebih
kompleks,sehingga anak didik akan diuji sejauh mana kemampuan
intelektualitas dan mentalitasnya. Biasanya masyarakat menjadi tempat
terakhir yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam menempuh
pendidikan, sebab masyarakatnya yang menjadi penentu apakah seseorang
memiliki kualitas atau tidak.
KELUARGA

MASYARAKAT
(PERGAULAN)

SEKOLAH
(RUANGAN
BELAJAR)
DEFINISI KURIKULUM

• UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 :


"Bahwa Kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu".

• Mc. Donald memandang kurikulum sebagai rencana


pendidikan atau pengajaran, yang terdiri dari empat komponen yaitu
1. Mengajar (kegiatan professional guru terhadap murid)
2. Belajar (kegiatan responsi siswa terhadap guru)
3. Pembelajaran (interaksi antara guru murid pada PBM)
4. Kurikulum (pedoman proses belajar mengajar)
Menurut Pandangan Klasik
Kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di
sekolah; pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus
ditempuh di sekolah.
George A Beauchamp
Kurikulum adalah suatu pengalaman atau sesuatu yang
nyata terjadi dalam proses pendidikan.
Menurut Purwadi
Memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian :
1. Kurikulum sebagai ide;
2. Kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan
sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan
kurikulum;
3. Kurikulum menurut persepsi pengajar;
4. Kurikulum operasional yang dilaksanakan atau
dioperasionalkan oleh pengajar dikelas.
5. Kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami
oleh peserta didik;
6. Kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
• Hamid Hasan
Mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam
empat dimensi, yaitu :
1. Kurikulum sebagai suatu ide
Dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam
bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
Sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; yang
didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat,
dan waktu.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan
Merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil
Merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan ,
dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta
didik.
• Kurikulum merupakan inti dari sebuah sekolah, karena
kurikulumlah yang mereka tawarkan pada publiknya,
dengan dukungan SDM guru berkualitas, serta sarana
sumber belajar lainnya yang memadai.Dalam
pengembangan kurikulum pengalaman yang diperoleh
oleh siswa dari program yang ditawarkan sekolah amat
variatif, tidak sebatas hanya pembelajaran pembelajaran
didalam kelas, tapi juga lapangan tempat mereka
bermain disekolah, kantin. Semua itu memberikan
kontribusi pengembangan pengalaman siswa, yang
mempengaruhi perubahan-perubahan pada siswa.
• Menurut Doll, Taba dan Gagne
Kurikulum adalah pengalaman-pengalaman belajar yang ditawarkan
sekolah kepada siswa yang harus menjadi wilayah kajian evaluatif
dalam proses perbaikan dan pengembangan sekolah, dengan
program pembelajaran yang dimulai dengan perumusan tujuan, dan
harus dianalisir benar tentang apa, berapa dan bagaimana susunan
sekwensi bahan-bahannya.

• Kurikulum merupakan Jantungnya Pendidikan, dengan kurikulumlah


sekolah dapat menggambarkan dan merumuskan kualifikasi dan
kompetensi outcame dari program pendidikannya dan untuk
merancang upaya-upaya untuk mencapai kompetensi.
KURIKULUM PLS

• Kurikulum program Strata satu (S1) Jurusan PLS dikembangkan


berdasarkan pendekatan kompetensi.
Dalam arti pengembangan kurikulum didasarkan pada seperangkat
pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang harus dikuasai oleh
lulusan agar mampu melakukan tugas-tugas profesional di dalam
mengelola institusi, program, dan pembelajaran dalam PLS serta
pemberdayaan masyarakat.

• Untuk melaksanakan kurikulum jurusan PLS di samping berupaya


membekali lulusan di bidang kompetensiprofesional dan akademik
yang bersifat generik, juga membekali kompetensi spesifik(optinal)
yang digunakan untuk menerapkan kompetensi profesional dan
akademik secara utuh. Kompetensi spesifik yang dimaksud yaitu :
1. Pengelolaan Pendidikan anak usia dini
2. Pengembangan Sumber daya manusia
3. Pemberdayaan Masyarakat.
 Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 bahawa
pendidikan nonformal meliputi :
 Pendidikan anak usia dini
 Pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kepemudaan
Pendidikan pemberdayaan perempuan
Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan Kesetaraan
Pelatihan
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS (KEKUATAN)

1. Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


semakin luas dan merata sehingga target yang
ditetapkan telah dapat tercapai
2. Pelaksanaan pendidikan kesetaraan (Paket A,
Paket B dan Paket C) semakin luas dan merata
3. Pelaksanaan Pemberantasan Buta Aksara (PBA)
telah mampu menurunkan jumlah penduduk
buta aksara usia 15 tahun ke atas.
4. Memberdayakan perempuan melalui pendidikan
pemberdayaan perempuan melalui
pengembangan kelompok belajar usaha mandiri
(KBUM) untuk penguatan keaksaraan dan
meningkatkan kesejahteraan
5. Peningkatan budaya baca merupakan program
untuk memperkuat keaksaraan dan
pengembangan minat baca
6. Pengarusutamaan gender sebagai salah satu
orientasi pelaksanaan pendidikan terus
berkembang dan mampu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai
aspek kehidupan
7. Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH)
atau life skills telah mencapai kemajuan yang
cukup berarti
8. Kelembagaan (satuan pendidikan) di bidang
pendidikan non formal dan informal telah
mengalami perkembangan dan kemajuan yang
berarti
KENDALA PNF

1. Sebagian besar sasaran pendidikan nonformal dan


informal adalah masyarakat marginal, baik di perkotaan
maupun pedesaan
2. Kebutuhan layanan pendidikan nonformal dan informal
sangat beragam karena harus disesuaikan dengan
kebutuhan, perkembangan, tantangan, dan potensi
masyarakat maupun daerah
3. Sarana dan prasarana pendidikan nonformal dan informal
masih terbatas.Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
prinsip fleksibilitas
4. Kelembagaan pendidikan non formal dan informal belum
terbangun secara mantap dan profesional
5. Data dan informasi dibidang pendidikan
nonformal dan informal belum tersusun
secara lengkap dan akurat
6. Eligibilitas masyarakat terhadap
program-program dibidang pendidikan
nonformal dan informal belum
berkembang secara merata
7. Anggaran dibidang pendidikan nonformal
dan informal dapat dikatakan kecil
apabila dikaitkan dengan jumlah sasaran
8. Pelaksanaan otonomi pendidikan sebagai
konsekuensi logis otonomi daerah
menyebabkan pengelolaan pendidikan
nonformal dan informal cenderung
kurang efektif
PELUANG

1. Komitmen pemerintah yang kuat untuk meningkatkan


kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui
peningkatan anggaran dan sumber daya pendukung
lainnya dibidang pendidikan nonformal dan informal
2. Terdapat 6 (enam) program prioritas dibidang pendidikan
nonformal dan informal yang ditetapkan pemerintah
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
3. Peningkatan eligibilitas masyarakat terhadap pendidikan
nonformal yang berfungsi sebagai pengganti, pelengkap
dan penambah pendidikan formal
4. Pendidikan nonformal bukan sekedar sekoci untuk
menyelamatkan kegagalan pendidikan formal, melainkan
sebagai jalur pendidikan yang mampu mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan fungsional
5. Hasil-hasil pendidikan nonformal dapat diakui setara
dengan hasil-hasil pendidikan formal, setelah melalui
proses penyetaraan
6. Pelaksanaan program pendidikan nonformal dan informal
didasarkan pada prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat
sehingga memungkinkan partisipasi masyarakat semakin
meningkat dan pada akhirnya akan mempercepat
tercapainya tujuan pendidikan nonformal dan informal
7. Adanya kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses
layanan pendidikan nonformal dan informal karena murah
dan fleksibel pelaksanaannya
8. Pelaksanaan otonomi pendidikan sebagai konsekuensi
logis pelaksanaan otonomi daerah memungkinkan
perencanaan dan implementasi program pendidikan
nonformal dan informal lebih sesuai dengan kebutuhan
dan potensi daerah maupun masyarakat yang
memerlukannya
9. Peningkatan anggaran yang dialokasikan pemerintah
untuk membiayai penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendidikan nonformal dan informal
TANTANGAN

1. Sasaran pendidikan nonformal adalah masyarakat marginal


yang tingggal di perkotaan maupun pedesaan dengan ciri
kurang mampu mengakses layanan pendidikan dan lemah
secara ekonomi.
2. Sebagaian besar sasaran pendidikan nonformal tersebar di
daerah yang terpencil dan terisolir sehingga sulit terjangkau.
3. Kebutuhan masyarakata akan layanan pendidikan nonformal
sangat beragam, baik jenis, variasi, maupun standarnya.
4. Satuan pendidikan nonformal yang didirikan dan dikelola
oleh masyarakat belum terbangun secara mantap dan
profesional.
5. Keterbatasan kemampuan masyarakat untuk menyediakan
sumber daya pendukung (sarana dan prasarana , anggaran,
sumber daya manusia (SDM), sumber belajar, sistem
manajemen) penyelenggaraan program pendidikan
nonformal dan informal, baik kualitas maupun kuantitas.
6. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi
di bidang pendidikan nonformal dan informal.
7. Otonomi pendidikan belum dimanfaatkan secara
optimal oleh pemerintah daerah, bahkan
cenderung menghambat terwujudnya sinergi
sumber daya dan sinkronisasi program di bidang
pendidikan nonformal dan informal.
8. Terbatasnya alokasi anggaran penyelenggaraan
dan pelaksanaan program pendidikan nonformal
dan informal melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)
9. Pendidikan nonformal dan informal masih sering
dipandang sebagai sekoci untuk mengatasi
kegagalan pendidikan formal.
 Perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945, setidaknya kita telah mengalami sepuluh kali
perubahan kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968,
1975,1984, 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004, KTSP 2006 dan
kurikulum 2013. Indonesia telah banyak belajar dari kurikulum-kurikulum
tersebut. Dari kesepuluh kurikulum tersebut jika dilihat dari jenisnya
terbagi menjadi 3 yaitu:
1) kurikulum sebagai rencana pelajaran (kurikulum 1947 – 1968),
2) kurikulum berbasis pada pencapaian tujuan (kurikulum 1975 – 1994)
dan
3) kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum 2004 – 2013).
Mari kita diskusikan

www.themegallery.com
21

Anda mungkin juga menyukai