PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rukun Iman pertama adalah Iman kepada Allah Swt, beriman kepada
Allah Swt berarti percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt , itu
benar – benar ada dengan segala kesempurnaan – Nya untuk mengetahui
kesempurnaanya salah satunya adalah dengan mengetahui 20 sifat Allah dan 99
Asmaul Husna.
Sesungguhnya kesempurnaan Allah Swt itu dapat kita rasakan dengan
kehidupan sehari-hari dari segala apa yang diciptakannya , Allah menciptakan
matahari, laut,air, udara binatang, dan lain sebagainya untuk menunjukkan
kesempurnaanya Allah tidak membutuhkan peribadatan manusia , tetapi
manusialah yang membutuhkan adanya Allah, manusia harus selalu meminta dan
memohon perlindungan kepada Allah denga berdoa menggunaakan Asmaul
Husna.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kata ()الحسني al-husna menunjukkan bahwa nama-nama-Nya adalah nama-nama
yang amat sempurna, tidak sedikit pun tercemar oleh kekurangan.
Didahulukannya kata ()هلل lillah pada firman-Nya (ني00ماء الحس00)وهلل األس wa
lillah al-asma al-husna menunjukkan bahwa nama-nama indah itu hanya milik
Allah semata. Kalau Anda berkata Allah Rahim, maka rahmat-Nya pasti berbeda
dengan rahmat si A yang juga boleh jadi Anda sedangkan padanya.
Memang nama/sifat-sifat yang disandang-Nya itu, terambil dari bahasa
manusia. Namun, kata yang digunakan saat disandang manusia, pasti selalu
mengandung makna kebutuhan serta kekurangan, walaupun ada di antaranya yang
tidak dapat dipisahkan dari kekurangan, walaupun ada di antaranya yang tidak
dapat dipisahkan dari kekurangan tersebut dan ada pula yang dapat. Keberadaan
pada satu tempat, atau arah, atau kepemilikan arah (dimensi waktu dan tempat)
tidak mungkin dapat dipisahkan dari manusia. Ini merupakan keniscayaan
sekaligus kebutuhan manusia, dan dengan demikian ia tidak disandangkan kepada
Allah SWT, karena kemustahilan pemisahannya itu. Berbeda dengan kata kuat
buat manusia. Kekuatan diperoleh melalui sesuatu yang besifat materi, yakni
adanya otot-otot yang berfungsi baik, dalam arti kita membutuhkan otot-otot
yang kuat, untuk memiliki kekuatan fisik. Kebutuhan tersebut tentunya tidak
sesuai dengan kebesaran Allah swt, sehingga sifat kuat buat Tuhan hanya dapat
dipahami dengan menafikan hal-hal yang mengandung makna kekurangan dan
atau kebutuhan itu.
Sangat popular berbagai riwayat yang menyatakan bahwa jumlah al-asma
al-husna sebanyak Sembilan puluh Sembilan. Salah satu riwayat tersebut
berbunyi: “Sesungguhnya Allah memiliki Sembilan puluh Sembilan nama seratus
kurang satu – siapa yang ahshaha (mengetahui/menghitung.memeliharanya)
maka dia masuk ke surga. Allah ganjil (esa) senang pada yang ganjil” (HR.
Bukhari, Muslim, At-Tirmdizi, Ibnu Majah, Ahmad dan lain-lain).
Ibnu Katsir dalam tasfirnya setlah mengutip hadis di atas dari berbagai
sumber berkata bahwa: At-Tirmidzi dalam Sunan-nya setelah kalimat: “Allah
ganjil (Esa) senang pada yang ganjil.
4
Didalam hadits yang diriwayatkan Tirmidzi disebutkan ke-99 nama tersebut
yaitu :
ِّو ُر ْال َغفَّا ُر0ص
َ ئ ْال ُم ِ 0َق ْالب
ُ ار0 ُ ِ ال0ك ْالقُ ُّدوسُ ال َّساَل ُم ْال ُم ْؤ ِمنُ ْال ُمهَ ْي ِمنُ ْال َع ِزي ُز ْال َجبَّا ُر ْال ُمتَ َكبِّ ُر ْال َخ
ُ ِالرَّحْ َمنُ ال َّر ِحي ُم ْال َمل
ْد ُل0ي ُر ْال َح َك ُم ْال َع0 ص ِ َق ْالفَتَّا ُح ْال َعلِي ُم ْالقَابِضُ ْالبَا ِسطُ ْال َخافِضُ الرَّافِ ُع ْال ُم ِع ُّز ْال ُم ِذلُّ ال َّس ِمي ُع ْالبُ ْالقَهَّا ُر ْال َوهَّابُ ال َّر َّزا
ُ َّرقِيب0ري ُم ال0 ِ 0 ُل ْال َك0يبُ ْال َجلِي0يت ْال َح ِس ُ ِظُ ْال ُمق0ي ُر ْال َحفِي00ِ ُكو ُر ْال َعلِ ُّي ْال َكب0الش
َّ و ُر00ُي ُر ْال َحلِي ُم ْال َع ِظي ُم ْال َغف00ِاللَّ ِطيفُ ْالخَ ب
ي0ص ِ ْ ُد ْال ُمح0 َولِ ُّي ْال َح ِمي0ويُّ ْال َمتِينُ ْال0 ِ َ ُل ْالق0ق ْال َو ِكي ُّ 0 ِهي ُد ْال َح0الش
َّ ث ُ ا ِع0َ ُد ْالب0 َودُو ُد ْال َم ِجي0 ُع ْال َح ِكي ُم ْال0اس
ِ ْال ُم ِجيبُ ْال َو
ؤَ ِّخ ُر اأْل َ َّو ُل00 ِّد ُم ْال ُم0َ ِد ُر ْال ُمق0َا ِد ُر ْال ُم ْقت00َص َم ُد ْالق
َّ يت ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم ْال َوا ِج ُد ْال َما ِج ُد ْال َوا ِح ُد ال
ُ د ْال ُمحْ يِي ْال ُم ِم0ُ ئ ْال ُم ِعي
ُ ْال ُم ْب ِد
َر ِام0ك ُذو ْال َجاَل ِل َواإْل ِ ْك0ِ 0ك ْال ُم ْل
ُ 0ِ َّر ُءوفُ َمال0و ال0 ُّ 0ُرُّ التَّوَّابُ ْال ُم ْنتَقِ ُم ْال َعف00َالِي ْالب00 َوالِ َي ْال ُمتَ َع0اآْل ِخ ُر الظَّا ِه ُر ْالبَا ِطنُ ْال
صبُو ُر َّ َّشي ُد ال ِ ث الر ِ ع ْالبَاقِي ْال َو0ُ ْال ُم ْق ِسطُ ْال َجا ِم ُع ْال َغنِ ُّي ْال ُم ْغنِي ْال َمانِ ُع الضَّارُّ النَّافِ ُع النُّو ُر ْالهَا ِدي ْالبَ ِدي
ُ ار
Adapun terkait dengan angka 99 ini maka Imam Muslim mengatakan bahwa para
ulama telah bersepakat bahwa hadits tersebut—yang menyebutkan angka 99—
tidaklah membatasi nama-nama Allah swt. Hadits itu tidak bermakna bahwa Dia
swt tidak memiliki nama selain nama-nama yang 99 itu. Adapun maksud dari
siapa yang menghitung 99 nama ini masuk surga adalah sebagai informasi tentang
masuk surga dengan menghitungnya bukan informasi tentang pembatasan nama-
nama-Nya, sebagaimana disebutkan didalam hadits lainnya,”Aku berdoa kepada-
Mu dengan segala nama yang Engkau namakan diri-Mu dengannya atau yang
Engkau berkuasa tentang ilmu ghoib yang ada pada-Mu.” (Shohih Muslim bi
Syarhin Nawawi juz XVII hal 7 – 8)
5
DALIL AQLI : Allah SWT sebagai yang menciptakan makhluk di dunia inipasti
memiliki sifat pemurah atau pengasih pada makhluk ciptaan-Nya. Buktinya kita
manusia diberikan nikmat hidup walu kita sebagai manusia ada yang ingkar.
6
sifat maha berkata, maka siapa yang akan memberitahu kita akan baik
buruknya suatu hal, maka itu mmerupakan hal yang mustahil.
7
DALIL AQLI : Allah dalam pengadilanya kelak di akhirat tidak mungkin ada
suap menyuap keadilan pasti di tegakkan. Allah SWT tidak mungkin memiliki
sifaqt tamak akan harta, karena itu sebuah kekurangan maka itu tudak mungkin
dimiliki Allah.
8
DALIL AQLI : Allah sebagai sang pencipta pasti menguasai segala yang
diciptakannya termasuk manusia, Allah mengatur segala takdir bagi manusia
sehingga wajib bagi manusia untuk tunduk kepada raja dari segala raja yaitu
tidak lain adalah Allah.
9
3. Memelihara kesucian diri.
Mengimani sifat Allah al quduus (maha suci) sebagai penunjuk aagar
selalu mempertahankan kesucian dirinya dari perbuatan dosa, karena asal
manusia adalah suci tanpa dosa.
6. Berlaku adil
Mengimani sifat Allah al adlu ( yang maha adil) berusaha bersikapadil
menghindari prilaku dzalim. Adil terhadap Allah, dirinya, keluarga, sesame
manusia, semama makhluk allah, dan meninggalkan prilaku dzalim.
8. Berperilaku bijaksana.
Mengimani sifat Allah al hakim (maha bijaksana) senantiasa bersikap
bijaksana, orang bijak biasa berpikir tajam, wawasan luas , cermat dan teliti
sehingga terhindat dari prilaku yang merugikan.
10
9. Menjadi pemimpin yang baik.
Mengimani sifat Allah al maliik (maha merajai) menjadikan sifat pribadi
sehingga menjadi pemimpin yang bersifat:
Ihlas danmengharap ridla dari Allah
Berperilaku terpuji, menberi manfaat dirinya dan orang banyak.
Selalu berusaha menjadi yang paling bermanfaat bagi orang banyak.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menghafal kata-kata Asma’ul Husna amat besar faedahnya bagi Umat Islam
dan berpahala membacanya bila dilandasi keyakinan dan membenarkan
isinya. Lebih dari itu, memahami dan makrifat terhadap makna hakiki yang
terkandung di dalamnya akan membawa kearah pengalaman dan
penghayatan, atau dengan kata lain “mendarah daging” dalam kehidupan.
Maka dijamin akan mendapatkan surga keindahan dan kenyamanan yang
tiada tara.
2. Dengan makrifat yang benar kepada Allah swt, makrifat terhadap Asma-Nya,
muncullah “rasa cinta kasih (mahabbah) yang dalam terhadap Pemilik Nama
yakni Allah swt. Dan terpadu cinta kasih itu dalam suatu perpaduan yang indah
dan mengasyikkan, yang terlihat, terpandang dan terasa hanya “DIA”
TERASA LEBUR DAN SIRNA DIRI INI DALAM LAUTAN “BERCINTA
KASIH” maka berbahagialah dengan isyarat Allah yang menegaskan:
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua
syurga”.
B. Saran
2. Sebagai umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan
mempercayainya”, atau mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga
12
mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami
maknanya dan mengamalkan kandungannya. Itu semua insya Allah dapat
memperoleh curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya.
13