Anda di halaman 1dari 4

PAPER UTS SPH (BIO61102)

“CRINOIDEA”
Syarifatul Hasanah (2110421012), Layla Azzahra (2110427001)
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas

PENDAHULUAN
Alam menyajikan keberagaman bahari yang terbentang luas diseluruh dunia. Dewasa ini, Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki kepulauan terbanyak didunia. Indonesia memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah
sekitar 7,81 juta km2, (Ari, 2020). Pesona keberagaman bawah laut dari ujung sabang sampai ujung merauke, menjadi
saksi bahwa Indonesia menghadirkan spesies bahari yang beranekaragam. Maka tak heran Indonesia menempati peringkat
ke enam dengan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) terluas di dunia.
Ekosisistem dan habitat adalah tempat yang paling berharga bagi keberadaan setiap makhluk hidup. Ekosistem
merupakan bagian yang sangat penting bagi biota laut khususnya Echinodermata, karena mampu melindungi dirinya dari
serangan predator. Terumbu karang merupakan tempat yang penting bagi ekosistem Echinodermata. Bila ekosistem
tersebut mengalami penurunan maka akan menurunkan fungsi ekologis dari sumberdayanya. Hal ini tentunya dapat
mempengaruhi kehidupan biota lain baik dalam jumlah maupun keanekaragamannya. Penyebaran filum Echinodermata
yang tersebar di bahari laut Indonesia, sangatlah dipengeruhi oleh lingkungan disekitarnya.
Lili laut atau Crinoidea adalah salah satu anggota filum Echinodermata. Bentuk tubuh dan penampilannya
menyerupai tanaman lili atau pakis. Bagi orang awam lili laut mungkin dianggap sebagai flora laut, apalagi bagian
tangannya (arms) mempunyai corak warna yang beraneka ragam, hijau, kuning, merah atau kombinasi dari dua atau lebih
warna (Aziz et al. 1990). Crinoidea hidup dengan cara menempel di dasar laut dan dapat membentuk taman laut. Spesies
ini lebih sering ditemukan menempel, meskipun dapat berenang bebas. Lili laut hidup pada kedalaman kurang lebih
100m.
Persebaran yang berbeda-beda pada tiap spesies membuat pemerataan suatu habitat tidak terstruktur. Terutama
pada Crinoidea. Beberapa hewan dari filum chinodermata yang tidak ditemukan saat penelitian berlangsung yaitu kelas
Crinoidea dan Echinoidea. Sehingga perlu dikaji lebih dalam lagi, bagaimana habitat serta pola penyebaran dari crinoidea.
Apakah crinoidea memiliki ekosistem khusus untuk mendukung penyebaran hewan seperti bunga ini. Apakah ada faktor-
faktor yang mempengaruhi habitat dari crinoidea.

METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penyusunan paper, terbagi menjadi dua, yaitu teknik pengumpulan data
dan penulisan data. Pegumpulan data berupa alat diskusi daring (zoom meetings dan whatsapp), website ilmiah (google
schoolar, academia.edu, research gate, harzing, oxford academic journals, DOAJ, dan lain sebagainya). Penulisan data
berupa, microsoft excel sebagai tempat mentabulasikan data (Lampiran 2) dan microsoft word sebagai tempat penulisan
akhir. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 13-31 Oktober 2021, secara daring dari rumah masing-masing penulis
yaitu Payakumbuh dan Bengkulu.
Cara kerja
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Menurut M Iqbal (2002:29) studi kepustakaan
mengacu pada teori-teori yang berlaku serta dapat ditemukan atau dicari dalam buku-buku teks ataupun hasil penelitian
milik orang lain, baik yang belum maupun sudah dipublikasikan. Analisa data menggunakan pendekatan analisis naratif,
berupa analisis mengenai kumpulan dekskripsi, kemudian menginterprestasikan makna data kedalam bentuk narasi.
Pembuatan paper diawali dengan pengumpulan data, yang berkaitan dengan taksa sasaran dari berbagai sumber kajian
dan literatur publikasi ilmiah (Lampiran 2). Kemudian data yang sudah didapat ditabulasikan kedalam tabel menggunakan
microsoft excel. Hasil dari tabulasi data tersebut kemuadian dianalisis dan dikaji lebih dalam lagi, sehingga menghasilkan
sebuah data yang baru. Setelah didapat topik bahasan yang ingin dikaji, hasil akhir kemudian dituangkan kedalam paper
dalam bentuk microsoft word.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Berdasarkan data yang didapat, diketahui bahwa jumlah penulis yang paling tinggi berasal dari Indonesia
sebanyak 45% disususul dengan USA sebanyak 10%, kemudian untuk UK, Germany, Rusia sebanyak 5%, dan sisa
negara lainnya hanya 2,5% (Tabel 1 & Diagram 1). Publikasi data yang didapat mendominasi tahun 2017 dan 2018
sebanyak 5 Jurnal, dengan publikasi terlama pada tahun 1988 dan publikasi terbaru tahun 2021 (Tabel 2 & Diagram 2).
Pada taksa Crinoidea bidang yang paling banyak dikaji oleh para peneliti adalah ekologi dan biodiversitas sebanyak 70%,
bidang filogeni, taksonomi, anatomi sebanyak 20%, dan bidang yang paling sedikit dibahas adalah bidang anatomi yaitu
hanya 10% (Diagram 3).
Penelitian tentang Crinoidea pada dasarnya tersebar diseluruh penjuru dunia. Tiap benua rata-rata memiliki
penelitian tentang taksa ini. Namun, negara yang paling mendominasi berada pada Indonesia sebanyak 18 penelitian. Hal
ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang terdiri atas banyak pulau dan lautan. Kemudian disusul USA sebanyak
8 penelitian. Biasanya sampel penelitian untuk taksa Crinoidea paling banyak diambil dari daerah kepulauan (perairan),
misalnya kepulauan karimunjawa dan pantai indrayati di Indonesia atau Dania beach di USA.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang didapatkan menggunakan teknik studi pustaka, dapat diketahui bahwa,
penelitian tentang crinoidea tidak terlalu banyak atau bahkan bisa dibilang masih sedikit. Para peneliti lebih banyak
mengkaji tentang persebaran filum Echinodermata dibanding meneliti tentang Crinoidea lebih dalam. Hal ini dikarenakan
persebaran habitat Crinoidea tergolong cukup rendah terutama di perairan Indonesia. Bahkan ada yang tidak sama sekali
menemukan kelas Crinoidea. Pada filum Echinodermata lebih banyak ditemukan spesies seperti Holothuroidea,
Asteroidea, dan Ophiuroidea. Salah satu penyebabnya adalah Crinoidea biasanya hidup di daerah tubir dan lereng
terumbu, sedangkan tidak semua lokasi penelitian melewati tubir. Kemudian, taksa Crinoidea pada beberapa negara
lainnya, misalnya USA, Rusia, Jerman, dan Brazil hanya membahas secara umum saja, tidak terlalu menjurus pada satu
bidang kajian. Sehingga, dapat dikatakan bahwa research problem dalam bidang anatomi-pun tergolong sangat rendah.
Para peneliti lebih banyak mengkaji tentang persebaran habitat Echinodermata dibanding mengkaji tentang anatomi
Crinoidea.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa penelitian tentang Crinoidea di Indonesia tergolong rendah,
baik secara anatomi, morfologi, fisiologi, maupun filogeni. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah habitat
Crinoidea hidup di dasar perairan laut lepas, terutama yang bersubstrat keras dan berarus relatif kuat, seperti Indo-Pasifik
Barat dan Karibi. Tidak bisa dijelaskan kenapa biota ini tidak ditemukan di wilayah Indo-Pasifik Timur dan di perairan
Panama. Diduga, batas sebaran paling timurnya untuk kawasan Indo-Pasifik Barat adalah daerah Kepulauan Marshall
(Birkeland, 1989). Crinoidea juga hidup pada kedalaman sampai 6000 m, hal itulah yang membuat Crinoidea cukup sulit
ditemukan di perairan Indonesia. Namun, jika melihat pada data penelitian dari luar negeri, sudah ada negara yang
mengkaji bidang morfologi, filogeni, dan taksonomi, contohnya pada negara USA dan Jerman. Hal inilah yang
menyebabkan persebaran Crinoidea di Indonesia tergolong rendah, sehingga para peneliti cukup sulit untuk mengkaji
kelas ini. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan yang mengkaji crinoidea dalam berbagai bidang lebih dalam lagi.

KESIMPULAN
Penelitian tentang Crinoidea tergolong masih rendah. Hal ini dikarenakan Crinoidea hidup pada ekosistem tubir
dan lereng terumbu dengan kedalaman 100-6000 m, sehingga para peneliti cukup sulit untuk mengkaji taksa ini.
Terutama pada Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz A, Sugiarto H, &Supardi. (1990). Beberapa Catatan mengenai Kehidupan di Laut. Oseana,XVI(3),7-24.
Kambey A, Rembet U, Wantasen A. (2015). Komunitas Echinodermata di Daerah intertidal Perairan Pantai Mokupa
Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Jurnal Ilmiah Platax,3(1),10-15
Mironov A, Ameziane N, Eleaume M. (2014). Deep-sea fauna of European seas: An annotated species check-list of
benthic invertebrates living deeper than 2000 m in the seas bordering Europe. Crinoidea. Invertebrata
Zoology,11(1),112-119.
Ningsih R. (2019). Karakteristik Filum Echinodermata di Pulau Dua Kabupaten Aceh Selatan Sebagai Media
Pembelajaran Materi Kingdom Animalia. (Skripsi Sarjana, UIN A-r-Raniry, 2019) Diakses dari repository.ar-
raniry.ac.id/7097/2.
Yusron E. (2016). Struktur Ekhinodermata (Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, dan Holothuroidea) di Perairan Taman
Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara. Jurnal ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,8(1),357-366.
Aziz A. (1994). Pengaruh Salinitas Terhadap Sebaran Fauna Ekhinodermata. Oseana, XIX(2),23-32.
Rondriguez R.(2013). A New List of Cuban Crinoids (Echinodermata Crinoidea).Caribbean Journal of Science,47(2-3),
198-212.
Saulsbury J. (2020). Crinoid Respiration and Distribution of Energetic Strategis Among Marine Invertebrates. Biological
Journal of the Linnean Society,244-258.
L B, Cohen, Pisera A.(2017). Crinoid Phylogeny:New Interpretation of The Main Permo- Triassic Divergence,
Comparisons with Echinoids and Brachiopods, and EvoDevo Interpretations of Major Morphological Variations.
Biological Journal of the Linnean Society,120,38-53.
Roux M, Ameziane N, Eleaume M.(2009). The Genus Teliocrinus ( Crinoidea, Echinodermata) : A key Taxon Among
Pentacrinid Stalked Crinoids. Zoological Journal of The Linnean Society,155,22-39.
LAMPIRAN 1

Tabel 1. Jumlah Author Origin

Tabel 2
6

Tabel 2. Jumlah Tahun Publikasi Jurnal


Persentase Banyaknya Jurnal Pada Beberapa Negara
2,50%
2,50% 2,50%
2,50%
2,50% 2,50%
2,50%
5% 45%
5%
5%
2,50% 20%

1 Indonesia 2 USA 3 Brazil 4 Rusia


5 UK 6 Germani 7 Czech 8 Mesir
9 Poland 10 Vietnam 11 Swiss 12 Philippine

Diagram 1. Presentase Jumlah jurnal ditiap negara

Persentase Tahun Terbitnya Jurnal


2; 1% 3; 2% 4; 2%
1; 1% 6; 4%
5; 3%
7; 4%
18; 11%
8; 5%
17; 10%

16; 9% 9; 5%
1 2
10; 6% 3 4
15; 9% 11; 6% 5 6
7 8
14; 8% 12; 7%
13; 8% 9 10
11 12
13 14
15 16
17 18

Diagram 2. Presentase Tahun Terbit Jurnal

Diagram 1
Persentase Bidang Kajian Dari Jurnal
1 Ekologi&Biodiversitas
Persentase;
20%

2 Anatomi
Persentase;
10%
Persentase;
3 70%
Filogoni,Morfologi&Takso
nomi

Diagram 3. Presentase Bidang Kajian Jurnal

Anda mungkin juga menyukai