Anda di halaman 1dari 4

Terapi Dengkuran Kucing Bagi Kesehatan Manusia

Oleh
Layla Azzahra
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas
azzahralayla01@gmail.com

PENDAHULUAN
Dewasa ini, setiap orang pastilah memiliki suatu kegiatan pada hari tersebut. Namun
tidak jarang pula orang terkadang memiliki keluhan atas pekerjaan tersebut. Wibowo (2014),
mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses
berpikir, emosi, dan kondisi seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan mengganggu
pelaksanaan tugas-tugasnya. Stres kerja bisa dipahami sebagai keadaan di mana seseorang
menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh
kemampuannya. Pekerjaan merupakan rutinitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh manusia.
Terkadang terlalu berlebihan dalam bekerja dapat membuat jenuh.
Untuk menghilangkan rasa jenuh pada manusia, perlukah mengalihkan rasa
kejenuhannya dengan suatu kegiatan yang lain, misalnya dengan memelihara hewan peliharaan.
Menurut Suryaningsih (2015), manfaat dari memelihara hewan peliharaan yaitu membantu
meningkatkan harga diri, mengurangi resiko alergi, mendongkrak sistem imunitas tubuh,
mengurangi pikiran negatif, menghilangkan rasa kesepian, memberikan dukungan dan membuat
seseorang lebih aktif bergerak. Salah satunya adalah kucing, dimana kucing merupakan salah
satu hewan yang mudah untuk dipelihara. Selain itu kucing juga banyak ditemukan pada
kawasan suaka alam liar, jadi tidak terlalu sulit untuk menemukan kucing (Nindy, 2017). Hewan
peliharaan dapat memberi ketenangan bagi pemiliknya. Kucing merupakan salah satu hewan
yang banyak dipelihara orang. Dari segi kesehatan, kucing relatif aman mengingat kebiasaan
mereka membersihkan bulu dengan lidah yang mengandung antibakteri.
Dokter hewan Angela Maharani, kucing merupakan salah satu hewan terapi bagi
manusia. Hal ini dikarenakan frekuensi dengkuran dari kucing yang mencapai 50 Hz, dapat
memberikan efek relaksasi pada manusia sehingga dapat menjaga kesehatan tubuh dari berbagai
penyakit. Dengkuran kucing adalah suara dengkuran khas yang dihasilkan kucing pada masa
tenang atau akan mati. Kucing juga merupakan salah satu hewan yang dapat mengeluarkan suara
dengkuran. Pada saat mendengkur, seluruh tubuh kucing akan bergetar kegembiraan.
Kegembiraan itu kemudian dapat dirasakan juga oleh pemelihara kucing, (Catedit, 2009).
Bagi beberapa orang hal ini mungkin masih dianggap tabu. Dikarenakan biasanya
sebagian orang tidak terlalu memperhatikan fisiologi dari hewan peliharaannya. Padahal
sejatinya hewan peliharaan memberikan beragam manfaat. Oleh karena itu ada banyak sekali
mafaat yang dapat diperolah dari dengkuran kucing seperti, membantu manusia mengurangi
stress, penyakit sendi, dan terapi bagi anak autisme. Sehingga orang-orang yang sedang jenuh
dengan rutinitas sehari-harinya, ataupun pecinta kucing, tidak hanya sekedar memelihara saja,
namun juga tahu manfaat yang diperoleh.

ISI
Penelitian tentang asal mula dengkuran kucing secara psikologis sampai kini masih
menjadi perdebatan para ahli. Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa bunyi dengkuran
kucing tidak dihasilkan secara ekslusif oleh pita suara, seperti bunyi mengeong. Sebagian teori
menyatakan bahwa dengkuran kucing dihasilkan oleh tulang hyoid, yaitu tulang kecil fleksibel
yang terdapat pada leher kucing. Ketika udara ditolak masuk melalui kotak suaranya,
menyebabkan tulang itu bergetar, dan menghasilkan suara yang amat jelas, yaitu dengkuran. Ada
juga teori yang mengatakan bahwa suara tersebut, dihasilkan oleh otot-otot pada pangkal
tenggorokan yang berkedut engan cepat.
Pada dasarnya kucing memang hewan yang menyehatkan. Secara tidak langsung kucing
dapat memberikan sensasi hiburan tersendiri bagi pemiliknya. Oleh karena itu mengapa
memelihara kucing sangat dianjurkan oleh beberapa psikolog. Ada beragam manfaat yang dapat
kita peroleh saat memelihara kucing. Tidak hanya dampak eksternal saja, namun dampak internal
(psikis) juga dapat kita rasakan. Hal ini didukung oleh pernyataan (Fayyaza, 2021) bahwa orang
yang memelihara kucing cenderung tidak menderita stress dan lebih santai karena kucing
membuat pemiliknya merasa muda dan aktif. Menurut para peneliti dalam delegasi American
Stroke Association’s International Stroke Conference di New Orleans pada 2008, memelihara
kucing dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung. 
Dampak pertama yang bisa kita rasakan adalah dengkuran kucing dapat mengurangi
tingkat stress. Hal ini biasanya dapat ditemukan pada pekerja kantoran yang suka jenuh dengan
kegiatan kantor yang setiap hari rutinitasnya selalu sama. Sehingga mereka cenderung lebih
mudah jenuh. Atau pada mahasiswa/i yang terlalu banyak tugas saat kuliah daring. Ditambah
lagi dimasa pandemi yang mengharuskan setiap siswa untuk berhadapan dengan layar komputer.
Biasanya, orang yang lelah dengan rutinitas sehari-hari cenderung lebih mudah stress. Oleh
karena itu mereka sangat disarankan untuk memelihara hewan peliharaan seperti kucing.
Dikarenakan kucing memiliki efek yang menenangkan. Berdasarkan penelitian terbaru, kucing
termasuk kedalam kelompok hewan terapi. Sebab ketika mendengkur, kucing mengeluarkan
frekuensi suara sekitar 20-150 Hz. Suara ini mampu memberikan efek yang menenangkan. Suara
dengkuran yang dihasilkan kucing itu sendiri mengeluarkan hormon endorphin yang dapat
memberikan sensasi menenangkan, bagi kucing sendiri maupun disekitarnya. Kucing
mengeluarkan hormon tersebut ketika dalam keadaan senang. Dengkuran yang dibunyikan
kucing ketika hampir mati, diyakini merupakan usaha terakhir untuk mengurangi stress.
Dengkuran pada kucing juga dapat membantu proses penyembuhan pada penyakit sendi.
Hal ini tentu masih dianggap tabu oleh masyarakat. Perlu diketahui, bahwasanya Ketika
memasuki usia rentan, biasanya sendi-sendi mulai terasa sakit. Hal ini dikarenakan tubuh tidak
kuat lagi menopang beban yang cukup berat. Sehingga, terkadang memicu peradangan pada
sendi. Beberapa kasus misalnya pada atlit basket, dimana dapat lebih rentan terkena penyakit
osteoarthritis. Orang yang mengalami cedera pada tulang tidak hanya membutuhkan perawatan
internal saja, namun perawatan berupa terapi juga harus dilakukan, salah satunya dengan
menggunakan dengkuran dari kucing. Frekuensi dengkuran kucing mampu memperbesar
peluang penyembuhan tulang. Hal ini terbukti dengan kucing jarang menderita sakit
osteoarthritis dan penyakit tulang lain dibanding dengan hewan-hewan yang lain. Para ahli
berpendapat bahwa perilaku kucing mungkin memiliki hubungan dengan dengkuran sehingga
mempunyai kekuatan untuk dapat menyembuhkan.
Tidak hanya itu ternyata memang benar adanya jika dengkuran kucing dapat menjadi
salah satu terapi alternatif sampingan bagi anak autisme. Memelihara kucing sangat bermanfaat
dalam menjaga kesehatan mental manusia, terlebih lagi terhadap anak yang memiliki gangguan
mental. Kebersamaan anak yang mengidap autisme bersama hewan peliharaan dapat menjadi
semacam obat yang membantu menguragi kecemasan. Beberapa anak yang memiliki gangguan
mental terkadang lebih memerlukan perhatian khusus dibandingkan dengan anak biasa. Anak
yang mengidap autisme lebih butuh pendamping atau teman bermain yang bisa diajak untuk
menemani keseharian dari seorang pengidap autisme.
Gangguan ASD (Autism Spectrum Disorder) adalah kondisi yang berhubungan dengan
adanya gangguan perkembangan otak pada bagian interaksi sosial dan komunikasi. Dengan
hadirnya kucing sebagai pendamping, maka anak yang mengidap ASD memiliki teman yang
dapat diajak bermain dan berbicara. Ketika mengelus kucing, maka kucing akan mengeluarkan
suara dengkuran yang dapat menenangkan saraf anak autisme. Penelitian yang dilakukan oleh 11
anak autisme yang berusia 6-14 tahun, mendapat hasil bahwa adanya ikatan antara anak dan
kucing yang dapat menimbulkan rasa empati.

KESIMPULAN
Dengkuran yang dihasilkan kucing memiliki beragam manfaat bagi kesehatan manusia.
Diantaranya adalah dapat mengurangi rasa stress dan terapi bagi anak autisme. Hadirnya kucing
dan dengkuran yang ada, dapat memberikan efek relaksasi terhadap pemeliharanya sehingga
mengurangi rasa cemas yang berlebih. Dengkuran kucing juga dapat membantu proses
penyembuhan pada penyakit sendi. Hal ini dikarenakan kucing memiliki frekuensi suara 20-150
Hz, yang jarang dimiliki hewan lain.

REFERENSI
Anisa , Tursina, Helen Sasty Pratiwi. (2017). Sistem Perawatan Kucing Berdasarkan Aturan.
Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN),5(4).
Julliadilla R, Hastuti S. (2018). Peran (Hewan Peliharaan) pada Tingkat Stress Pegawai
Purnatugas. Jurnal Psikologi Integratif,6(2),153-175.
Andi A. (2018). Keistimewaan Kucing; Kajian Tematik Hadis. TAHDIS,9(1).
Yadika A. (2017). Penciptaan Film Animasi Tanpa Dialog “Daily Life With Cat”. (Tugas Akhir
Diploma, ISI Yogyakarta, 2017). Diakses dari repository.isiyoyakarta.ac.id
Layla Azzahra. 2021. “Hujan Petir Membuat Kucing Ketakutan”,
https://mimbarsumbar.id/hujan-petir-membuat-kucing-ketakutan/, diakses pada 10
November 2021 pukul 10.07 WIB.
Fayyaza Puti S. 2021. “Jenis Kucing Yang Paling Banyak Dipelihara (Abbyisian)”,
http://www.mediaterobos.com/2021/10/jenis-kucing-yang-banyak-dipelihara.html, diakes
pada 23 November pukul 20:45 WIB.
Nindy, Ladyfandela (2017) Kehadiran Kucing Liar (Carnivora: Felidae) di Kawasan Suaka
Alam Malampah, Sumatera Barat. Diploma thesis, Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai