A. Tujuan Pembelajaran
a. Menganalisis hubungan antara struktur dan fungsi organ pada sistem otot dan gerak
b. Menganalisis keterkaitan sistem otot dan gerak dengan sistem tubuh lain
c. Mengevaluasi penyebab kelainan atau penyakit pada sistem otot dan gerak
d. Menemukan alternatif solusi dari permasalahan kelainan atau penyakit pada sistem
otot dan gerak
e. Menganalisis tanaman lokal disekitar sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kelainan atau penyakit pada sistem otot dan gerak
B. Kegiatan Pembelajaran
Bacalah dan Pahami Wacana Berikut ini!
Wacana 1
Jakarta – Tremor merupakan kondisi yang menyebabkan gemetar, terutama pada
tangan dan kepala. Gemetar karena kondisi ini biasanya terjadi secara berulang
dan tanpa disengaja. Meski sering menyerang tangan dan kepala, tremor juga bisa
terjadi di bagian tubuh lain, seperti kaki, perut, bahkan gemetar pada suara yang
dikeluarkan.
Sebenarnya, kondisi ini tergolong ringan dan tidak mengancam nyawa, sehingga
jarang membutuhkan terapi atau tindakan medis khusus. Namun, ada beberapa
kondisi yang membuat tremor sangat parah dan tidak bisa dikontrol dengan obat.
Kalau itu yang terjadi, tremor harus ditangani dengan prosedur operasi otak.
Lantas, apa yang menyebabkan tremor bisa terjadi? Benarkah gangguan emosi
bisa menjadi penyebab gemetar muncul?
Meski jarang mengancam nyawa, tremor yang muncul bisa mengganggu aktivitas
sehari-hari. Orang yang mengalami gemetar mungkin akan merasa kesulitan untuk
menulis, menyetir, menggambar, atau sekadar menggenggam barang-barang kecil.
Secara umum, tremor disebabkan oleh gangguan pada bagian otak yang berfungsi
untuk mengatur pergerakan otot. Gemetar bisa muncul begitu saja tanpa diketahui
penyebabnya, tetapi pada beberapa kasus tremor bisa saja dipengaruhi oleh
kondisi tubuh.
Gangguan emosi, seperti rasa takut dan cemas berlebihan bisa menjadi salah satu
penyebab tremor. Kondisi ini disebut dengan tremor fisiologis, yaitu jenis tremor
yang terjadi pada orang sehat dan tidak terlihat oleh mata. Tremor fisiologis juga
bisa muncul akibat kelelahan fisik, demam, konsumsi kafein, hipoglikemia, serta
hipertiroidisme.
Sumber:
https://www.halodoc.com/artikel/gangguan-emosi-bisa-sebabkan-tremor
Wacana 2
JAKARTA, KOMPAS.com - Balutan gips putih masih membalut kaki kiri Tomi Saputra
(11) yang mengalami patah tulang. Patah tulang yang bukan pertama kali itu terjadi saat
Tomi tak sengaja menduduki kakinya. Tulang Tomi memang sangat rapuh sehingga mudah
patah. "Kalau jatuh, keseleo, atau ketibanan apa aja bisa patah kakinya," cerita Ibu Tomi,
Rini Rismiati saat ditemui di sela-sela acara peringatan Hari Penyakit Langka di RSCM
Kiara, Selasa (28/2/2017). Tomi diketahui memiliki kelainan genetik langka Osteogenesis
Imperfecta (OI). Rini menceritakan, sejak bayi Tomi sudah sering mengalami patah tulang,
terutama di bagian kedua pahanya. Pengobatan selalu dilakukan untuk mengatasi patah
tulang, tetapi kejadian itu berulang kali terus terjadi. Tak hanya patah kaki, tangan Tomi
juga pernah patah sehingga harus dipasang pen.
Rini sangat kebingungan dengan apa yang terjadi pada putranya. Apalagi, Tomi belum
bisa berjalan walau usianya semakin besar. Rini sempat membawa Tomi berobat alternatif.
Tetapi, tetap saja tidak ada perubahan. Sampai akhirnya, Tomi terjatuh dan kembali
mengalami patah tulang pada usia 5 tahun. Rini yang kini tinggal di Bogor langsung
membawa Tomi ke Puskesmas, lalu dirujuk ke rumah sakit di Bogor. Pada usia 5 tahun,
Tomi masih belum bisa berjalan dan pertumbuhan badannya juga terhambat. Setelah
dirawat dua minggu di Bogor, Tomi kemudian dirujuk ke RSCM, Jakarta. Setelah rajin
kontrol di RSCM, dokter mendapati mata Tomi membiru. Dari situ kecurigaan mulai
muncul bahwa Tomi mengidap OI.
Sumber:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akibat Penyakit OI, Tulang Tomi Sangat Rapuh dan
Gampang Patah", Klik untuk
baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2017/03/01/160000823/akibat.penyakit.oi.tulang.tomi.sangat.rapuh.da
n.gampang.patah?page=all.
Penulis : Dian Maharani
Pada wacana 2 saya belom mengerti apa itu Osteogenesis Imperfecta (OI),
Osteogenesis imperfecta merupakan salah satu penyakit tulang akibat kelainan genetik.
Penyakit ini menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah.
2. Temukanlah permasalahan yang terkandung dalam wacana I dan II, kaitkan dengan:
a. Penyebab munculnya penyakit tremor dan osteogenesis imperfecta dikaji dari aspek
lingkungan (sosial/budaya/ekonomi/tempat tinggal), pola hidup (aktivitas sehari-
hari), biologi (genetik/umur/gender)
b. Komplikasi pada penyakit tremor dan osteogenesis imperfecta (kaitkan dengan
sistem saraf, panca indra, sistem imun, dan sistem tubuh lainnya)
c. Pengobatan baik medis dan tradisional (manfaatkan tanaman lokal yang ada
disekitar Anda)
d. Pencegahan pada penyakit tremor dan osteogenesis imperfecta
3. Analisislah bidang ilmu dan konsep apa saja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
masalah yang telah dipilih melalui kegiatan studi literatur!
Psikologi, Genetika, Lingkungan, Sistem Saraf, Farmakologi, Osteologi, Hermakologi, Hormon,
Anatomi
4. Kaitkan antara pokok permasalahan dengan bidang ilmu dan konsep yang telah Anda
analisis dengan cara membuat pemetaan pikiran
Kerjakan Secara Kelompok!
Bekerjasamalah dengan anggota kelompok Anda!
1. Dari permasalahan-permasalahan yang telah Anda buat, fokuskan menjadi lima
permasalahan pada wacana I dan II bersama dengan kelompok Anda, terkait
a. Penyebab munculnya penyakit tremor dan osteogenesis imperfecta dikaji dari aspek
lingkungan (sosial/budaya/ekonomi/tempat tinggal), pola hidup (aktivitas sehari-
hari), biologi (genetik/umur/gender)
b. Komplikasi pada penyakit tremor dan osteogenesis imperfecta (kaitkan dengan
sistem saraf, panca indra, sistem imun, dan sistem tubuh lainnya)
c. Pengobatan baik medis dan tradisional (manfaatkan tanaman lokal yang ada
disekitar Anda)
d. Pencegahan pada penyakit tremor dan osteogenesis imperfecta
Osteogenesis imperfecta merupakan penyakit pada tulang yang disebabkan oleh genetik.
Komplikasi pada OI yaitu osteoporosis. Pengobatan penyakit OI dilakukan dengan cara
pemberian bifosfat. Penyakit OI tidak dapat disembuhkan 100%. Namun, patah tulang
dapat dicegah dengan cara membatasi aktivitas dan olahraga ringan, serta menjaga pola
makan.
3. Analisis dan hubungkan informasi-informasi dan data yang telah diperoleh dengan
membuat pemetaan pikiran sehingga menghasilkan suatu gagasan atau solusi dalam
menyelesaikan masalah.
4. Kemukakanlah gagasan atau solusi dari pemecahan masalah yang telah kelompok Anda
lakukan dalam bentuk laporan kegiatan observasi (individu dan kelompok) dan lengkapi
dengan pemetaan pikiran
Setelah memecahkan masalah yang ditentukan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
1. Setelah membaca dan memahami wacana di atas, jelaskan faktor-faktor apa saja yang
dapat memicu munculnya penyakit tremor?
Jawab :
Berdasarkan penyebab dasarnya, tremor dibedakan menjadi dua yaitu tremor normal
(fisiologis) dan tremor abnormal (patologik). Tremor normal dapat disebabkan karena
kelelahan, ketakutan, emosi, kesadaran, rasa panas, rasa dingin, medikasi, alkohol, dan
penggunaan obat-obatan. Sedangkan Tremor abnormal diklasifikasikan berdasarkan
lokasi, frekuensi, amplitudo, ritmisitas, hubungan antara keadaan istirahat dan
pergerakan, etiologi, dan berdasarkan perubahan patologik. Gerakan ini timbul akibat
berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian atau irregular dengan
frekuensi dan amplitudo tetap dalam periode waktu yang lama (Tumewah, 2015)
Sumber :
Tumewah, R. (2015). Penatalaksanaan Tremor Terkini. JURNAL BIOMEDIK:
JBM, Vol. 7, No. 2
2. Jelaskan kenapa tulang pada pasien penyakit osteogenesis imperfecta sangat rapuh dan
mudah patah?
Jawab :
Pasien penyakit Osteogenesis imperfecta memiliki tulang yang sangat rapuh dan mudah
patah karena tubuh menanggapi dengan hidrolisis struktur kolagen yang tidak benar.
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia. Keberadaannya
kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang terdapat di dalam tubuh. Kolagen
adalah struktur organik pembangan tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen
memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan (Hasanah. 2014).
Sumber :
Hasanah, U. 2014. Mengenal Osteogenesis Imperfecta. Jurnal Keluarga Sehat
Sejahtera, Vol. 12, No. 2, Hlm. 50-52
3. Buatkanlah program kesehatan untuk pasien penyakit tremor dalam mencegah
komplikasi yang lebih parah!
Program untuk mencegah pasien penyakit tremor agar tidak semakin parah yaitu dengan
melakukan pola hidup sehat, menghindari hal-hal yang dapat memperparah penyakit,
melakukan terapi dan olahraga, serta mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter. Kegiatan
tersebut dilaksanakan secara rutin dengan dilakukan analisis bagaiamana perubahan
yang trejadi setiap pekan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam jangka panjang
apabila memberikan efek yang signifikan.
4. Buatkanlah program kesehatan untuk pasien penyakit osteogenesis imperfecta dalam
menjaga kesehatannya sehingga tidak lebih parah!
Sampai saat ini obat untuk menyembuhkan OI belum ditemukan. Sehingga dilakukan
terapi pada pasien yang ditujukan pada pengendalian gejala penyakit, peningkatan
kepadatan tulang, meningkatkan kekuatan otot, serta memaksimalkan mobilitas dan
kemandirian penderita.
Salah satu terapi yang digunakan adalah bisfosfonat berupa pamidronat injeksi atau
asam zolendronat injeksi. Asam zolendronat bekerja dengan cara menghambat enzim
yang membentuk pirofosfat, sehingga kalsium dapat tetap terkonsentrasi di tulang.
Sehingga regenerasi tulang dapat diperlambat dan bisa meningkatkan aktivitas osteoklas
sehingga dapat meningkatkan kepadatan tulang pada penderita OI dan osteoporosis.
Asam zolendronat diberikan dalam waktu yang lebih singkat dan frekuensi yang lebih
jarang dibandingkan pamidronat, yaitu diberikan ulang tiap 3-6 bulan. Selain itu juga
diperlukan pemberian suplementasi harian vitamin D dan kalsium.
Sumber:
Afifah, Fadhila. 2018. Obat dan Terapi untuk Anak Penderita Osteogenesis Imperfekta.
Nakita.id. Internet ( https://nakita.grid.id/read/02324109/obat-dan-terapi-untuk-
anak-penderita-osteogenesis-imperfekta?page=all ), diakses pada 22 September
2020
Setelah proses diskusi kelas, lakukan refleksi dan perbaikan hasil pekerjaan
kelompok Anda kemudian dikumpulkan
LAPORAN HASIL OBSERVASI
yang dibimbing oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si., Wira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc., dan
Finga Fitri Amanda, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
Offering H / Kelompok 6
JURUSAN BIOLOGI
September 2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga Laporan Hasil Observasi tentang Tremor dan Osteogenesis Imperfecta ini bisa
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap agar laporan hasil observasi ini bisa memberi manfaat dan menambah
pengetahuan rekan-rekan siswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Tremor
dan Osteogenesis Imperfecta.
Mudah-mudahan laporan hasil observasi sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya, kami meminta maaf
bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami
juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
Pendahuluan........................................................................................................................3
Metode Praktik Lapang.....................................................................................................3
Hasil Dan Pembahasan.......................................................................................................3
Kesimpulan Dan Saran......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9
Pendahuluan
Manusia banyak sekali melakukan pergerakan pada saat beraktivitas sehari-hari. Sistem
gerak pada manusia terdiri dari tulang, otot, dan persendian. Alat gerak pada manusia sendiri
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat gerak aktif dan alat gerak pasif. Alat gerak pasif
adalah tulang atau rangka, sedangkan yang dimaksud dengan alat gerak aktif adalah otot.
Sistem rangka pada manusia berperan sebagai pemberi struktur, bentuk, alat gerak, dan
memberi perlindungan bagi organ penting di dalam tubuh. Di dalam rangka juga terjadi
pembentukan sel darah merah. Sistem otot pada manusia berfungsi sebagai alat gerak aktif
(Santoso & Rohmah, 2011). Otot dapat berkontraksi dan berelaksasi. Sistem gerak pada
manusia juga dapat mengalami gangguan. Contohnya adalah tremor dan osteogenesis
imperfecta.
Tremor adalah serentetan gerakan involunter, ritmis, berbentuk getaran, pada satu atau lebih
bagian tubuh (Tumewah, 2015). Gerakan ini timbul akibat berkontraksinya otot-otot yang
berlawanan secara bergantian atau irregular dengan frekuensi dan amplitudo tetap dalam
periode waktu yang lama (Grimaldi & Manto, 2010). Tidak semua penyakit tremor
merupakan parkinson (Berendse, 2007). Usia dapat menjadi faktor yang dapat memicu
datangnya penyakit tremor ini (Deuschl dkk., 2007). Terdapat lebih dari 4% pasien dengan
penyakit tremor merupakan orang dengan usia 65 tahun ke atas (Tumewah, 2015).
Tabel 1. Pertanyaan dan Jawaban wawancara dengan dr. Laskar Pradnyan Kloping.
Pertanyaan Jawaban
Selain terjadi gangguan pada sistem saraf Getaran tangan atau tremor dapat
pusat, apa saja penyebab tremor pada aspek dipengaruhi oleh psikiatri kejiwaan. Selain
psikis? itu dapat disebabkan oleh 2 aspek yaitu
trauma seperti riwayat trauma yang terjadi
dan non trauma seperti metabolik, infeksi,
SSP, dan sistem saraf tepi.
Apa saja gejala pada penyakit OI? Selain dilihat dari riwayat patah tulang,
dapat dilihat pada bagian gusi dan sklera
yang berwarna kebiruan.
Apa saja pengobatan untuk penyakit OI? Sebagian besar keluhan dari penderita OI
adalah patah tulang sehingga pengobatan
yang dapat dilakukan adalah dengan gips
atau pan. Penyembuhan patah tulang
berbeda-beda menurut usia. Pada usia anak-
anak tulang masih dapat kembali dan
tumbuh dengan baik. Pada usia remaja
masih ada sedikit kemungkinan tulang tidak
tumbuh dengan baik karena jika patah
tulang pada remaja mengenai lempeng
pertumbuhan maka penyembuhan tulang
tidak sesempurna pada anak - anak.
Pengobatan pada penderita usia tua
bergantung pada patahan tulang.
Pengobatan OI pada literatur yaitu terapi
hormon, terapi kalsitonin, dan bifosfonat,
dimana pengobatan tersebut masih belum
terbukti dapat menyembuhkan penyakit OI
seratus persen karena gangguan pada
penyakit OI terjadi pada pembentukan
kolagen.
Apa saja penyakit yang ditimbulkan dari Osteoporosis parah dan pendarahan internal.
komplikasi OI? Osteoporosis dapat juga terjadi pada anak-
anak akibat komplikasi penyakit OI.
Apa saja makanan yang dapat membantu Tidak ada makanan spesifik yang harus
penyembuhan penyakit OI serta bagaimana dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya
cara mencegah terjadinya patah tulang pada patah tulang lebih ke pola hidup seperti
OI? membatasi aktivitas serta berenang dan jalan
sehat.
Dokter Laskar menjelaskan bahwa tremor merupakan gangguan yang terjadi pada sistem
saraf yang dapat menyebabkan kontraksi pada otot yang terjadi secara involunter. Secara
umum, penyakit tremor dapat dibedakan menjadi tremor normal (fisiologis) dan tremor
abnomal (patologik). Tremor normal terjadi pada otot saat berkontraksi dengan getaran yang
tidak bisa dilihat oleh mata. Frekuensi getaran tremor fisiologis antara 8 Hz hingga 13 Hz.
Tremor fisiologis dapat dipicu karena kelelahan, ketakutan, emosi, kesadaran, rasa panas,
rasa dingin, medikasi, alkohol, dan penggunaan obat-obatan (Tumewah, 2015).
Tremor abnormal terjadi pada otot yang berkontraksi di lokasi tertentu dengan frekuensi,
amplitudo, ritmisitas, hubungan antara keadaan istirahat dan pergerakan, etiologi, dan
berdasarkan perubahan patologik. Frekuensi tremor bisa lambat (3-5 Hz), sedang (5-8 Hz),
atau cepat (9-12 Hz). Amplitudo tremor bisa kasar, sedang, atau halus. Tremor bisa konstan
atau intermiten dan bisa ritmis atau relatif non ritmis (Tumewah, 2015).
Tremor diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis, yang terbagi atas: (1) Tremor Istirahat
(resting/static tremor), timbul pada bagian tubuh yang sepenuhnya ditopang melawan
gravitasi dan tidak ada kontraksi otot volunter, misalnya tangan yang diletakkan di pangkuan;
(2) Tremor Aksi (action tremor), terjadi akibat kontraksi otot volunter. Tremor aksi terbagi
atas tremor postural serta tremor kinetik; (3) Tremor Isometrik, tremor yang terjadi pada
kontraksi otot volunter melawan suatu tahanan konstan seperti mendorong dinding atau
menekan telapak tangan pemeriksa (Akbar, 2010).
Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk menentukan diagnosis pada beberapa penyebab
tremor. Pemeriksaan fisik yang seksama merupakan alat diagnostik yang paling baik.
Informasi mengenai riwayat penyakit seperti riwayat tremor dalam keluarga, medikasi
sekarang dan sebelumnya, sensitivitas alkohol serta pemeriksaan neurologis sangat
diperlukan untuk menentukan lokasi anatomis tremor, tipe tremor, dan tingkat keparahan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan darah rutin, kimia darah,
fungsi hati, vitamin B12 dan lain sebagainya. Rekaman elektromiografi (EMG) digunakan
untuk menilai frekuensi tremor dan pola kontraksi antara otot-otot antagonis dan agonis.
Pemeriksaan CT scan atau MRI dapat dilakukan jika dicurigai adanya jenis tremor tertentu,
Walaupun tremor esensial tidak dapat dihilangkan, beberapa pengobatan dapat dilakukan
sebagai terapi simtomatik, kuratif, atau neuroprotektif. Pada terapi simtomatik, medikasi
sebaiknya dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan perlahan-lahan sampai dosis maksimal
atau tampak efek terapisnya. Pemberian alkohol dapat menurunkan gejala tremor, namun
tremor dapat kembali lagi saat efek alkohol hilang dan bahkan lebih parah (Akbar, 2010).
Pengobatan untuk tremor yaitu dengan pemberian obat-obatan propanolol dan golongan β-
bloker lainnya direkomendasikan. Dosis obat-obat yang dapat diberikan pada tremor
fisiologis meninggi yaitu propanolol 160 mg/hari, atenolol 200 mg/hari, metoprolol 200
mg/hari, nadolol 80 mg/hari, timolol 20 mg/hari. Pemberian alkohol juga dapat mengurangi
gejala tremor fisiologis meninggi (Tumewah, 2015).
Menurut pemaparan dari dokter Laskar, osteogenesis imperfecta merupakan penyakit yang
menyerang tulang. Penyakit ini disebabkan karena adanya keturunan genetik. Osteogenesis
imperfecta menyebabkan pasien penderita mengalami kerapuhan tulang. Hal ini disebabkan
karena adanya gangguan pembentukan kolagen yang ada di dalam tubuh.
Dokter laskar juga memaparkan bahwa biasanya penyakit ini diketahui saat usia balita mulai
aktif berjalan. Tulang yang rapuh tersebut akan mudah sekali patah saat balita terjatuh. Kasus
Osteogenesis imperfecta di Indonesia terjadi sekitar 1:20.000 sampai 50.000 kelahiran hidup
serta tidak berhubungan dengan jenis kelamin maupun ras tertentu (Marzuki dkk., 2017).
Dokter Laskar juga menyampaikan bahwa penyakit ini menyebabkan penderitanya dapat
mengalami osteoporosis yang parah saat umurnya bertambah tua. Kurangnya kolagen ini
mengakibatkan tulang menjadi rapuh, sehingga dapat menyebabkan osteoporosis yang parah.
Tulang yang patah akibat penyakit osteogenesis imperfecta dapat tumbuh kembali normal
saat terjadi pada anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Namun jika patah tulang akibat
osteogenesis imperfecta terjadi pada lempeng pertumbuhan saat anak sedang dalam masa
pertumbuhan akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Dalam kasus ini, pertumbuhan
tinggi tidak dapat terjadi secara normal.
Pengobatan pada pasien penderita Osteogenesis imperfecta dapat dilakukan dengan cara
pemberian bifosfat. Bifosfat diberikan kepada pasien osteogenesis imperfecta hingga
mencapai satu tahun setelah insiden patah tulang. Begitu masuk darah, bifosfonat dengan
cepat mengikat kristal hidroksiapatit tulang dan bertindak sebagai agen anti resorptif dengan
mengganggu aksi osteoklas. Dengan melakukan itu mereka dapat mencegah hilangnya tulang
trabekular dan kortikal dan menghasilkan massa tulang yang meningkat dibandingkan dengan
pada tulang penderita OI. Pengobatan bifosfonat meningkatkan densitas tulang dengan cara
meningkatkan lebar tulang kortikal dan jumlah trabekula (Roughley et al,2003). Meskipun
pengobatan telah dilakukan,penyakit osteogenesis imperfecta tidak dapat dihilangkan dari
pasien karena merupakan penyakit genetik.
Kesimpulan
Tremor merupakan gangguan pada sistem saraf yang dapat menyebabkan kontraksi pada otot
yang terjadi secara involunter. Penyakit tremor dapat dibedakan menjadi tremor normal
(fisiologis) dan tremor abnomal (patologik). Tremor diklasifikasikan berdasarkan gambaran
klinis, yang terbagi atas: (1) Tremor Istirahat (resting/static tremor, (2) Tremor Aksi (action
tremor), (3) Tremor Isometrik. Diagnosis penyakit tremor dengan cara memeriksa fisik
dengan seksama. Pengobatan penyakit tremor dengan pemberian obat-obatan propanolol dan
golongan β-bloker lainnya direkomendasikan. Dosis obat-obat yang dapat diberikan pada
tremor fisiologis meninggi yaitu propanolol 160 mg/hari, atenolol 200 mg/hari, metoprolol
200 mg/hari, nadolol 80 mg/hari, timolol 20 mg/hari.
Akbar, Muhammad. 2010. Tremor ( Pendekatan Umum ). Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
Berendse HW. (2007). van Laar T. Tremor. In: Wolters EC, van Laar T, editors.
Parkinsonism and related disorders. Amsterdam: University Press, p. 309-22.
Forlino, A., & Marini, J. C. (2016). Osteogenesis imperfecta. The Lancet, 387(10028), 1657-
1671.
Santoso, T. B., & Rohmah, N. (2011). Gangguan gerak dan fungsi kognitif pada wanita lanjut
usia.
Hermawan, Dessy. 2014. Sehat Selalu dengan Vitamin D. Yogyakarta : CV Andi Offset
Marzuki, N. S., Arimbawa, I. M., & Himawan, I. W. (2017). Panduan Praktik Klinis Ikatan
Dokter Anak Indonesia: Osteogenesis Imperfecta. Diterbitkan oleh Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Roughley, P. J., Rauch, F., & Glorieux, F. H. 2003. Osteogenesis Imperfecta - Clinical And
Molecular Diversity. P.J. Roughley et al. Osteogenesis imperfecta European Cells
and Materials Vol. 5. 2003 (pages 41-47)