Anda di halaman 1dari 9

THE CAUSE OF THE OCCURRENCE OF HUMAN TRAFFICKING IN

WEST JAVA

PENYEBAB TERJADINYA HUMAN TRAFFICKING DI JAWA BARAT


Siti Nurbayani K
Dosen Jurusan MKU FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung
E-mail: sitinurbayani02@gmail.com

ABSTRACT

The cause of the occurrence of human trafficking in West Java region, which is very fundamental that
is due to poverty and education. The second factor that is predominantly being the main reason why
many of the victims of human trafficking originating from West Java, involving various elements. In
addition, cultural factors and lifestyle has become a powerful driving force as the driving factor for
teenagers and people who are in the country to move due to lack of land occupation, and factor in
their place due to towing will work, there is a glimmer of hope in a better life than working in the
place of origin.

Keywords: Human Trafficking, Trafficking in Women, and Trafficking in Children

ABSTRAK

Penyebab terjadinya perdagangan manusia yang ada di wilayah Jawa Barat, yang sangat mendasar
yaitu karena faktor kemiskinan dan pendidikan. Kedua factor tersebutlah yang secara dominan
menjadi alasan utama mengapa banyak korban perdagangan manusia yang berasal dari Jawa Barat
yang melibatkan berbagai unsur. Selain itu, faktor kebudayaan dan gaya hidup pun menjadi
pendorong yang ampuh sebagai faktor pendorong agar remaja dan orang-orang yang berada di
pedesaan untuk berpindah karena kurangnya lahan pekerjaan, dan factor penarik karena di tampat
mereka akan bekerja terdapat secercah harapan akan kehidupan yang lebih baik dibandingkan
bekerja di tempat asal.

Kata Kunci: Perdagangan Manusia, Perdagangan Perempuan, dan Perdagangan Anak

Fenomena “human trafficking” dewasa sampai saat ini, pelanggaran hak asasi manusia
ini semakin marak (Suhardin, 2008: 473) masih terjadi.
dilakukan dalam berbagai keadaan, terhadap Kesigapan negara Indonesia untuk
berbagai level masyarakat dan modus yang membuat aturan-aturan dalam rangka
semakin bervariasi. Human trafficking terjadi melindungi warga negara pada kasus human
sebagai akibat dari proses interaksi antar trafficking semakin serius mendapat perhatian
manusia yang menyimpang. Biasanya didasari dengan telah dikeluarkannya Undang-Undang
atas suatu paksaan, tipuan, ancaman bahkan Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan
kekerasan. Hal tersebut tentu saja telah masuk Tindak Pidana Perdagangan Orang. Pada Pasal
pada ranah pelanggaran HAM. Idealnya hak 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa perdagangan
asasi manusia harus dihormati dan dilindungi orang yaitu:
oleh semua pihak, sehingga implementasi hak Tindakan perekrutan, pengangkutan,
asasi manusia dapat ditegakkan dalam penampungan, pengiriman,
kehidupan nyata di masyarakat. Namun pada pemindahan atau penerimaan seseorang
kenyataannya, harapan ideal tersebut tidak dengan ancaman kekerasan,
selalu dapat terlaksana dengan baik karena penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan,
32
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi perbatasan Indonesia tetapi trafficking dapat
rentan, penjeratan utang atau memberi terjadi juga di dalam wilayah Negara Indonesia
bayaran atau manfaat, sehingga (Muftichah dan Bintoro, 2009: 125)
memperoleh persetujuan dari orang Banyaknya orang yang mau menjadi
yang memegang kendali atas orang lain TKI sebagai pembantu rumah tangga karena
tersebut, baik yang dilakukan di dalam adanya faktor pendorong (push-factor) dari
negara maupun antarnegara, untuk pedesaan dan adanya faktor penarik (pull
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan factor) dari relokasi industry di negara-negara
orang tereksploitasi tempat TKI bekerja (Syafaat dalam Rahayu,
2011: 116). Namun, tidak semua orang
Indonesia sebagai salah satu negara memahami pekerjaan TKI dalam arti Pembantu
sumber, penerima dan bahkan transit untuk Rumah Tangga. José Maria Ramirez-Machado
trafficking internasional telah mempunyai dalam Ramdlany dan Munir (2011: 190)
komitmen yang tegas dalam penanggulangan bahwa PRT merupakan bentuk pekerjaan
masalah jaringan trafficking internal khususnya dengan elemen-elemen sebagai berikut: tempat
(Meutia, 2010: 144). kerjanya adalah sebuah rumah pribadi,
Di Provinsi Jawa Barat penguatan pekerjaan yang dilakukan bersifat melayani
terhadap undang-undang tersebut dilakukan rumah tangga; pekerjaan dilakukan atas nama
Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dengan majikan langsungnya, kepala rumah tangga;
mengeluarkan Peraturan Daerah tentang PRT langsung di bawah otoritasnya, pekerjaan
Trafficking Provinsi Jawa Barat, yaitu dilakukan secara reguler dan dilakukan dengan
Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008. cara yang terus-menerus; pekerjaanya tidak
Sebenarnya secara kuantitatif, peristiwa human berkaitan dengan uang dari kegiatan yang
trafficking lebih kecil dibandingkan dengan dilakukannya; pekerjaan yang dilakukannya
pelanggaran atas penghormatan dan akan diberi renumerasi baik dengan uang tunai
perlindungan hak-hak asasi manusia lainnya. atau dengan bentuk lainnya dan pekerjaan yang
Namun, kegiatan trafficking selalu dilakukannya sangat beraneka ragam. Pada
menimbulkan rasa khawatir bahkan rasa cemas akhirnya, orang-orang yang tidak menyadari
di kalangan masyarakat, dikarenakan jenis pekerjaan tersebut malah menjadi korban
perkembangan kejahatan ini modusnya semakin human trafficking oleh majikannya sendiri dan
bervariasi. agen penyalurnya.
Jawa Barat sebagai provinsi terbesar
jumlah penduduknya di Indonesia, ternyata METODE
menjadi sasaran target para trafficker. Data Pendekatan, Metode, Lokasi, dan
terbaru korban trafficking dari P2TP2A JABAR Instrumen Pnelitian
jumlah penduduk Jawa Barat yang menjadi
korban trafficking pada tahun 2010 berjumlah Penelitian ini dilaksanakan melalui
83 orang dan 2011 sebanyak 68 orang, penelitian lapangan dengan cara menggunakan
sehingga keseluruhan jumlah korban selama pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang
2010-2011 terdata sebanyak 151 orang. lebih menekankan pada pemaknaan dan
Wilayah yang paling sedikit terdapat di 5 (lima) konteks pendeskripsian. Analisis terhadap
wilayah, yaitu Kabupaten Tasikmalaya, gejala/permasalahan sosial sering tidak
Kabupaten Ciamis, Kota Bekasi, dan Kota dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan
Cimahi (Kegiatan Semiloka, 6 September 2012, dilakukan karena setiap ucapan dan tindakan
Hotel Anggrek, Bandung). seseorang sering mempunyai makna tertentu.
Maraknya korban human trafficking di Metode penelitian yang digunakan ialah
Jawa Barat bukan hanya terjadi dalam kasus metode studi kasus. Yin (2002, hlm. 18)
penculikan dan paksaan saja. Hal tersebut juga menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu
terjadi karena adanya tekanan ingin inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di
mendapatkan pekerjaan, misalnya seperti dalam konteks kehidupan nyata bilamana,
menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). batas-batas antara fenomena dan konteks tak
Persoalan TKI seringkali dikaitkan dengan isu tampak dengan tegas, dan dimana multisumber
trafficking, padahal isu trafficking tidak hanya bukti dimanfaatkan”.
terjadi pada tenaga kerja yang berada di luar
33
Lokasi penelitian ini disesuaikan atau verifikasi data. Miles & Huberman,
dengan sampel/informan yang dipilih untuk (2007: 73) mengemukakan bahwa analisis data
diwawancara. Lokasi utama yaitu di Jawa Barat selama pengumpulan data membawa peneliti
yang merupakan tempat terbesar pertama di mondar-mandir antara berpikir tentang data
negeri Indonesia kasus korban trafficking-nya. yang ada dan mengembangkan strategi untuk
Di Jawa Barat ini difokuskan di wilayah mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi
Kabupaten Bandung, hal ini dilakukan karena terhadap informasi yang kurang jelas dan
berdasarkan data P2TP2A (Program Pelayanan mengarahkan analisis yang sedang berjalan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) berkaitan dengan dampak pembangkit kerja
merupakan korban terbanyak di wilayah Jawa lapangan. Langkah yang ditempuh dalam
Barat. pengumpulan data yaitu (1) penyusunan lembar
Sumber data dalam penelitian rangkuman kontak (cintact summary sheet), (2)
kualitatif yaitu kata-kata/pernyataan dari subjek pembuatan kode-kode, (3) pengkodean pola
yang diteliti yang akan digali melalui hal-hal (pattern codding) dan (4) pemberian memo.
sebagai berikut. Pelaksanaan penelitian kualitatif
1. Informan Utama (subjek penelitian) dalam dengan studi kasus ini seperti yang telah
hal ini adalah para korban trafficking. dikemukakan diatas bahwa peran peneliti
2. Informan (orang tua sangat vital dalam penggalian data, oleh
korban/tetangga/masyarakat) karenanya untuk objektivitas maka perlu
Intitusi yang berhubungan dengan dilakukan validasi data melalui beberapa
penanggulangan korban (P2TP2A (Program kegiatan, member check, triangulasi, saturasi,
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan expert opinion (Wiriatmadja, 2012 hlm
171).
dan Anak), BPPKB (Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana), Gugus
HASIL DAN PEMBAHASAN
tugas Pencegahan dan penanganan tindak
pidana perdagangan orang), dan shelter serta Hasil
LBH PEKA) Latar Belakang Terjadinya Human
Instrumen utama dalam penelitian adalah Trafficking
penulis sendiri yang terjun langsung ke Berdasarkan hasil deskripsi informan di
lapangan untuk mencari informasi melalui atas, latar belakang terjadinya human
observasi dan wawancara. Di dalam penelitian trafficking dapat terlihat pada informasi
ini penulis menggunakan pendekatan antar sebagai berikut:
manusia, artinya selama proses penelitian 1. SM atau Ani (nama samaran), bertempat
penulis akan lebih banyak mengadakan kontak tinggal di Kampung Cihareuheuy RT 03/06
dengan orang-orang yang menjadi korban Desa Padaulun Kecamatan Majalaya
human trafficking. Dengan demikian penulis Kabupaten Bandung. Pendidikan terakhir
lebih leluasa mencari informasi dan data yang sampai SMP.
terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan 2. SMP, bertempat tinggal di kampung
untuk kepentingan penelitian. Cikoneng Desa Cikoneng Kecamatan
Ciparay Kabupaten Bandung. Pendidikan
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis terakhir berijazah SMP, namun sempat
Data mengenyam pendidikan di MA.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen 3. FH bertempat tinggal di Desa Padaulun
inti dalam mengungkap sumber data ialah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.
peneliti itu sendiri. Peneliti membuat Instrumen Pendidikan terakhir SMP.
pembantu berupa pedoman wawancara, 4. YN bertempat tinggal di Dusun
pedoman observasi, dan pedoman studi Sindangrenah RT 01/RW 01, Desa
dokumentasi. Jatihurip, Kecamatan Sumedang Utara.
Kegiatan analisis data pada penelitian Pendidikan terakhir di kelas VIII SMP. YN
ini akan dilakukan melalui tahap-tahap: (1) yang masih berusia 13 tahun menjadi
pengumpulan data atau reduksi data, (2) korban trafficking berawal dari perkenalan
penyajian data dan (3) penarikan kesimpulan di jejaring sosial (Facebook).
34
5. S bertempat tinggal di Desa Cinanggela FH menjadi korban trafficking berawal
Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. dari adanya penawaran bekerja, dengan
pendidikan terakhir tidak tamat SD. pekerjaan yang sangat menyenangkan dan
Dengan demikian, latar belakang mudah karena akan dipekerjakan di salon/spa di
terjadinya human trafficing dikategorisasi daerah Jakarta. Hal ini ditegaskan oleh Mamah
menjadi tiga yaitu (a) pendidikan; (b) Nonong sebagai ibu dari FH bahwa “Da abdi ge
teu terang, manawi teh damel-damel biasa,
kemiskinan orang tua: (c) pola asuh keluarga;
sanes kangge diical kitu?, da nyariosna teh
dan lingkungan sosial budaya keluarga, (d) kanggo di salon, babantu di Jakarta, di Spa
pergaulan dan gaya hidup saurna teh, nya teu nanaon atuh”
a. Pendidikan yang rendah S menjadi korban trafficking / penipuan
Pendidikan mempunyai fungsi untuk berawal dari himpitan ekonomi. S ditawari
mengembangkan potensi manusia agar tumbuh untuk bekerja di Malaysia oleh salah satu
dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai agen/sponsor di Kota Bandung yang diwakili
kemanusiaan itu sendiri. Kompetensi dasar oleh Sudinar. Pekerjaan disana yaitu sebagai
yang merupakan learning basic skill untuk petani kelapa sawit dengan dijanjikan gaji
hidup yang kurang memadai dapat besar, yaitu sebesar 700 ringgit per bulan. S
menyebabkan seseorang tidak dapat menuturkan “ti sponsor bu, da abdi oge awalna
memecahkan masalah kehidupan yang mah teu niat bade damel di Malaysia, tapi da ti
menghimpitnya. Fenomena minimnya lembur seueur nu ngiring lewat sponsor. Da
pendidikan yang dimiliki baik oleh korban dugi ditu teh geuningan teu sapertos nu
maupun orang tuanya merupakan faktor yang dijanjikeun, kan didie sateuacan angkat nu bade
menyebabkan terjadinya human trafficing. damel teh diiming-imingi gaji bersih 700
ringgit sabulanna.
b. Kemiskinan Orang tua
Kemiskinan identik dengan c. Pola Asuh Keluarga dan lingkungan sosial
ketidakberdayaan secara ekonomi terlihat budaya
terkait dengan kemiskinan korban trafficking. Pola asuh keluarga yang merupakan
Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan faktor penyebab terjadinya human trafficking
sebab kekurangan mengakibatkan orang dapat dikemukakan sebagai berikut: etelah
mencari berbagai cara untuk keluar dari ditanyakan kepada Priyana (salah seorang guru
kemiskinan. Kemiskinan merupakan faktor YN) beliau menyatakan bahwa setelah YN
yang menyebabkan terjadi human trafficking menginjak ke semester 2, dia sering bolos dan
dapat dikemukakan sebagai berikut: berbohong.
SM menjadi korban Trafficking
berawal dari ajakan bekerja dengan gaji besar d. Pergaulan dan gaya hidup
sekitar 1,2 juta, dan pekerjaannya enak, seperti Pergaulan dan gaya hidup khususnya
di supermarket dan tukang pijat di salon (1.2). dari media sosial, berpengaruh terhadap faktor
SM mengungkapkan “nya abdi mah bade di penyebab terjadinya human trafficking. Dengan
dameul, teu terang di damelna kumaha da alasan diajak teman yang baru dikenalnya
nyariosna ge sanes bade di kape Lubuk untuk berjalan-jalan YN tanpa berpikir panjang
Linggau Sumatera, da abdi mah bade di mau ikut dengan orang yang baru dikenalnya.
Bandung gajina 1,2 juta da pun bibi nu Kemudian Gaya hidup yang terlalu tinggi
ngajakna teh”, kemudian dia mengungkapkan ditandai dengan membawa Handphone 3 buah
kembali bahwa “nya Atika nu dianggap bibi, da ke sekolah. Di sekolah tidak banyak teman,
murangkalihna dipasihkeun, dicandak damel, dikarenakan YN bergaul dengan siswa-siswa
abdi keur te damel ti payun teh, teu terang teu yang umurnya jauh diatasnya
kitu”.
SMP menjadi korban trafiicking Motivasi yang Mendasari Terjadinya
berawal dari ajakan bekerja dalam rangka Human Trafficking
membanggakan orang tua bahwa SMP bisa Motivasi sebagai dorongan orang untuk
mandiri, dan bisa memberi orang tua berupa melakukan tindakan. Disposisi kebutuhan
materi. setiap orang unik, namun pada umumnya

35
korban trafficing memberikan gambaran bahwa Konteks Yang Menyebabkan Terjadinya
kebutuhan dasar manusia, seperti ekonomi, Human Trafficking
gaya hidup dan keinginan berbakti kepada Konteks lingkungan sosial budaya
orang tua merupakan campuran motivasi yang merupakan narasi besar penyebab terjadi
merupakan faktor latar belakang penyebab human trafficking. Lingkungan sosial budaya
terjadinya human trafficking. yang berakar dari kemiskinan dapat dengan
Faktor penyebab yang mudah dijadikan sasaran human trafficking. Hal
melatarbelakangi terjadinya human trafficking tersebut ditemukan pada beberapa kasus
juga ditentukan oleh motivasi sebagai berikut: sebagai berikut:
1. Ekonomi Kemiskinan
SM (24) / Ani (Kabupaten Bandung, Jawa SM (24) / Ani (Kabupaten Bandung, Jawa
Barat); Kasus 2: SMP Megawati Purnama Barat); Kasus 2: SMP Megawati Purnama (22)
(22) / SMP (Kabupaten Bandung, Jawa / SMP (Kabupaten Bandung, Jawa barat);
barat); Kasus FH(18) (Kabupaten Kasus 3 : FH(18) (Kabupaten Bandung); Kasus
Bandung); Kasus 10 : S (52) (Kabupaten 4 : YN(13) (Kabupaten Sumedang, Jawa
Bandung, Jawa Barat), jenis dan Barat); dan Kasus 10 : S (52) (Kabupaten
intesionalitas motivasinya adalah faktor Bandung, Jawa Barat), konteks yang
ekonomi dan pendidikan yang rendah. menyebabkan terjadinya humantrafficking
2. Pola Asuh adalah konteks kerentanan ekonomi keluarga
W (24) (Kabupaten Kubu Raya Provinsi yang kemudian mendorong korban untuk
Kalimantan Barat), jenis dan intesionalitas mencari pekerjaan dengan berbagai cara.
motivasinya adalah pola asuh orang
tua/keluarga. Pembahasan
3. Ekonomi dan Gaya Hidup Fenomena perdagangan orang di
YN(13) (Kabupaten Sumedang, Jawa Indonesia sejak krisis yang lalu, kini semakin
Barat), jenis dan intesionalitas motivasinya meningkat. Tidak saja terbatas untuk tujuan
adalah karena gaya hidup / life style. prostitusi atau eksploitasi seksual orang,
melainkan juga meliputi bentuk-bentuk
Keyakinan dan Sikap Yang Mendasari eksploitasi lain, seperti kerja paksa dari praktik
Terjadinya Human Trafficking menyerupai perbudakan di beberapa wilayah
Keyakinan dalam konteks budaya sektor Informal, termasuk kerja domestik dan
mempelai pesanan (Rahayu, 2011: 117). Akan
tertentu bersifat interpretatif. Pada lingkungan
tetapi, yang dominan menjadi korban dalam
masyarakat yang menghadapi masalah human trafficking ini adalah kaum perempaun.
kemiskinan dan pendidikan rendah, uang dan Hal tersebut terjadi karena perempuan telah
pola asuh bisa menjadi sebuah keyakinan yang mengalami fase yang sangat panjang sebagai
tanpa disadari mengembangkan cara-cara yang bukti adanya kesenjagan gender. Salah satu
tidak normatif dalam menjalani kehidupan. bentuk yang terjadi yaitu marginalisasi.
Menurut Alison Scott (Khotimah,
Gambaran keyakinan yang terkait dengan uang
2009: 161), seorang ahli sosiologi Inggris
sebagai keyakinan dapat ditemukan pada kasus melihat berbagai bentuk marginalisasi dalam
sebagai berikut: empat bentuk yaitu: (1). Proses pengucilan,
YN(13) (Kabupaten Sumedang, Jawa Barat), perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau
dasar keyakinan dan kecenderungan perilaku jenis kerja tertentu, (2) Proses pergeseran
yang mendasarinya adalah atas dasar keinginan perempuan ke pinggiran (margins) dari pasar
sendiri karena gaya hidup/life style remaja yang tenaga kerja, berupa kecenderungan bekerja
pada jenis pekerjaan yang memiliki hidup yang
konsumtif ditambah dengan teknologi yang
tidak stabil, upahnya rendah, dinilai tidak atau
semakin canggih. Sehingga ada kurang terampil, (3) Proses feminisasi atau
kecenderungannya apapun dilaksanakan segregasi, pemusatan perempuan pada jenis
asalkan keinginannya (gaya hidup mewah) pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau
tercapai. pemisahan yang sematamata dilakukan oleh
perempuan saja atau laki-laki saja. (4) Proses
36
ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat capital membantu untuk menentukan
yang merujuk di antaranya perbedaan upah. kapasitas penghasilan individu dan
Dengan terjadinya marginalisasi kontribusi mereka terhadap kinerja
tersebut, keturunan yang tidak mempunyai latar ekonomi negara di mana mereka bekerja.
belakang orang berada dan dari keluarga Hal tersebut biasanya diukur dengan
lengkap, terus terjerembab dalam kemiskinan. memeriksa tingkat keterampilan dan
Dalam penelitian lain disebutkan, bawa pengetahuan dari penerima seperti anggota
kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, suatu perusahaan atau sekumpulan murid
kondisi keluarga yang tidak mampu sekolah. Akibat dari rendahnya pendidikan
memberikan perlindungan kepada anak- mereka, banyak mempekerjakan
anaknya, pergaulan bebas merupakan beberapa perempuan sebagai TKW (Khotimah,
faktor yang mendorong anak-anak masuk 2009).
dalam dunia perdagangan anak, menjadi korban Kemudian Sagala (2008:103)
anak-anak yang dilacurkan (Wismayanti, 2012: mengemukakan bahwa apa yang terjadi
118). pada korban perdagangan perempuan
Dari tinjauan yuridis, Suhardin (2008: bukan hanya permasalahan kemiskinan,
477-480) menyebutkan bahwa faktor penyebab tetapi merupakan pemiskinan. Dalam
human trafficking yaiitu: menjelaskan mengenai masalah feminisasi
1. Lemahnya law enforcement, yaitu lemahya kemiskinan, terdapat dua penjelasan
penegakkan hokum peaku Tindak Pidana feminis, yaitu pertama adalah permasalahan
perdagangan manusia. struktur rumah tangga, serta permasalahan
2. Kurangnya kesadaran masyarakat, pembagian kerja berdasarkan gender
khususnya korban trafficking untuk (Pressman, 2003:1-2).
melaoprkan yang terjadi dan bahkan Cameron dan Newmann (2008:3)
dialami sendiri kepada aparat penegak mengidentifikasi empat faktor struktural di
hokum seperti polisi. masyarakat yaitu faktor ekonomi, faktor
3. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang- sosial, faktor ideologi, fan faktor
undangan yang mengatur tentang geopolitik, yang kemudian menyebabkan
trafficking. posisi rentan bagi perempuan dan anak
4. Penganggran dan kemiskinan yang perempuan untuk diperdagangkan.
menyebabkan perempuan usia muda mudah Keterampilan, sikap dan
dibujuk oleh pelaku perdagangan manusia. pengetahuan yang kurang sebagai akibat
Berdasarkan hasil temuan peneltiian tidak memperoleh pendidikan yang layak
yang dilakukan di Jawa Barat, dapat dan menyebabkan kemiskinan seseorang,
direkonstruksi temuan tersebut ke dalam pola menjadi suatu kombinasi yang berpontensi
untuk memperoleh kekayaan dengan cara-
sebagai berikut:
cara di luar kewajaran. Namun sebuah
a. Akar masalah human trafficking adalah harapan untuk adanya perubahan dalam
kemiskinan dan pendidikan rendah. setiap individu sebagai korban merupakan
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh hasil suatu terobosan, hal ini sesuai dengan
penelitian Wismayanti (2012: 118) yang semangat femisme yaitu pergerakan untuk
menyebutkan bahwa kondisi kemiskinan di menolak dimarginalisasikan agar
daerah asal, rendahnya tingkat pendidikan, kehidupan lebih baik dan mencapai
kurangnya informasi dan pengetahuan, dan keseimbangan dan interelasi gender.
masih rendahnya upaya perlindungan atas b. Motivasi dasar gaya hidup, ekonomi dan
anak-anak, meyebabkan kondsi yang tidak juga dari sisi kultural untuk mengabdi pada
menguntungkang bagi anak sehingga orang tua merupakan faktor penyebab
terjebak dalam dunia pelacuran. sekunder dan penyebab primer (kemiskinan
Pandangan pendidikan merupakan dan rendahnya pendidikan).
elevator untuk meningkatkan status sosial Bauran interaksi budaya lokal, nasional dan
ekonomi masyarakat dikemukakan dalam
global mempengaruhi gaya hidup korban
teori human capital yang bertujuan
meningkatkan pendidikan dan keterampilan sehingga melakukan cara mudah (instan)
untuk menghasilkan kekayaan. Human dalam memperoleh kekayaan (ekonomi)
37
yang kadang juga dipengaruh oleh motivasi tindakan dan menjadi kebiasaan karena
pengabdian kepada orang tua. telah menjadi sebuah keyakinan bahwa
c. Keyakinan merupakan sikap hidup sebagai kekayaan dapat dihasilkan dengan berbagai
preferensi orang yang paling fundamental cara.
untuk melakukan tindakan. Proposisi tersebut di atas ( a, b dan
Akar masalah kemiskinan dan rendahnya c) dapat dikontruksi pada gambar sebagai
pendidikan telah melakukan transformasi berikut:
menjadi motivasi untuk melakukan

Gaya Hidup

Kemiskinan

Ekonomi Keyakinan: Nilai Uang


dan Nilai Pola Asuh

Pendidikan Rendah

Pengabdian pada
orang tua

Konteks: Lingkungan Sosial Budaya berakar dari kemiskinan

Gambar 1. Faktor Latar Belakang Human Trafficking

Faktor penyebab terjadinya human Selain itu, rentannya keluarga yang


trafficking pada diri para korban mayoritas menjadi korban dikarenakan faktor pendidikan
kondisi perekonomian keluarganya miskin, dari yang rendah, rata-rata hanya mengenyam
5 informan 4 orang menyatakan keinginan pendidikan SD. Dengan demikian, orang tua
bekerja untuk penghidupan yang lebih baik harus menjaga keharmonisan keluarga agar
bagi keluarganya menjadi faktor utama hingga tidak terjadi hal yang bersifat negatif (Saleh,
terjadinya tindak pidana ini. Hal tersebut Maiwan dan Raharjo, 2013: 5)
tercermin dari wawancara yang dilakukan Apabila ditelaah kembali, proses keluar
kepada S, bahwa “kondisi miskin dengan tiada dari kemiskinan ini prosesnya tentu melalui
apapun yang bisa dimakan dapat membuat usaha mencari pekerjaan, sehingga kadang pada
orang bisa melakukan apapun untuk kondisi miskin masyarakat tidak bisa memilih,
mengatasinya, sehingga walaupun saya harus pekerjaan apa yang ada dan ditawarkan, mereka
dijual untuk bisa bekerja saya rela, yang akan segera merespon tanpa pikir panjang.
penting ada uang”. Adapun tabel dibawah ini memperlihatkan
faktor penyebab dari kasus yang diteliti :

38
Tabel 1.
Faktor Penyebab Human Trafficking

No Asal Usia Pendidikan Faktor Pekerjaan yang


daerah Terakhir Penyebab Ditawarkan
1 Kec. 23 SMP Mencari Bekerja di
Majalaya, tahun pekerjaan supermarket dan
Kab. menjadi tukang pijat
Bandung di spa
2 Kec. 20 MA Mencari Bekerja di Jakarta
Ciparay, tahun pekerjaan
Kab
Bandung
3. Kec. 16 SMP Mencari Bekerja di salon
Majalaya, tahun pekerjaan
Kab
Bandung
4. Kec. 13 SMP Pergaulan -
Cimalaka, tahun
Kab
Sumedang
5. Kec. Pacet, 52 SD Mencari Bekerja di
Kab. Tahu pekerjaan perkebunan sawit
Bandung n

Dalam hasil penelitian lain, tua dengan perlindungan negara, maka korban
menyebutkan, adanya pola perekrutan olah para perdagangan manusia dapat diminimalisir.
calo/PL dan PPTKIS yang ingin mencari
keuntungan sendiri, serta banyaknya pihak DAFTAR RUJUKAN
yang terlibat dalam penempatan TKW,
sehingga menimbulkan pengiriman TKW yang Miles, M & Huberman, AM. 2007. Analisis
illegal (Nugroho, 2012: 99). Hal tersebut data Kualitatif : Buku Sumber tentang
membuktikan bahwa lemahnya pendidikan Metode-metode baru, Jakarta:
yang ada di suatu daerah dapat menjadi Universitas Indonesia Press.
penyebab yang luar biasa dalam terjadinya Cameron, S., & Newman, E. (2008).
human trafficking. Trafficking in Humans : Social,
Cultural, and Political Dimensions.
New York: United Nations
SIMPULAN
University.
Perdagangan manusia merupakan Sagala, V. 2008. Jalan Panjang Bagi
perbuatan melanggar hak asasi manusia. Hal Penghapusan Tindak Trafiking.
tersebut dikarenakan dapat membuat diri Jurnal Perempuan No.59 , 102-109.
seseorang baik secara psikologis maupun fisik Pressman, S. (2003). Feminist Explanation for
tertahan dalam sekap yang membuat ruang Feminization of Poverty. Luxemburg:
gerak manusia menjadi terbatas. Melandanya Luxemburg Income Study (LIS).
perdagangan manusia pada diri seseorang dapat Meutia, IF. 2010. Kebijakan Pencegahan
dilihat dari faktor penguasaan materi Trafficking di Provinsi Lampung
(kekayaan), pengetahuan (pendidikan), gaya (Studi Mengenai Impelemntasi
hidup (ekonomi) dan pendidikan dari orang tua Peraturan Daerah provinsi Lampung
(pola asuh). Apabila keempat faktor tersebut Nomor 4 tahun 2006 tentang
dapat dijalankan secara harmonis oleh orang Pencegahan Trafficking oleh Bidang

33
Pemberdayaan Perempuan). Jurnal
Administrasi Publik dan
Pembangunan. 1 (2). 144-153
Wiriatmadja, R. 2012. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Khotimah, K. 2009. Diskriminasi Gender
terhadap Perempuan dalam Sektor
Pekerjaan. YINYANG: Jurnal Studi
Gender dan Anak. 4 (1), 158-180.
Ramdlany, AA dan Munir, M. 2011.
Perlindungan Hukum terhadap
Eksploitasi Seksual Komersial Anak.
Jurnal Pamator, 4 (2). 187-195.
Rahayu, D. 2011. Perlindungan Hukum bagi
Buruh Migran terhadap Tindakan
Perdagangan Perempuan. Jurnal
Hukum, 18 (1). 115-135.
Muftichah, S dan Bintoro RW. 2009.
Trafficking: Suatu Studi tentang
Perdagangan Perempuan Dari Aspek
Sosial, Budaya dan Ekonomi Di
Kabupaten Banyumas. Jurnal
Dinamika Hukum. 9 (1). 125-134.
Wismayanti, YF. 2012. Peerampuan dalam
jaring Perdagangan Anak yang
Dilacurkan Di Kota Surabaya. Jurnal
Sosiokonsepsia. 17 (2), 117-133.
Nugroho, OC. 2012. Kajian Atas Kasus-Kasus
Pelaggaran HAM TKW di Luar
Negeri (Studi Kasis di Provinsi
Sumatera Utara dan Disadur dari
Hasil Penelitian Pusat Penelitian Hak-
Hak Kelompok Khusus Tahun 2010).
Jurnal HAM. 3 (2). 76-102).
Saleh, I, Maiwan, M, dan Raharjo. 2013.
Kehidupan Prostitusi Remaja dan
Solusi Penggulangannya. Jurnal
PPKN UNJ ONLINE. 1 (2). 1-7.
Dapat diakses di
http://skripsippknunj.org.
Suhardin, Y. 2008. Tinjauan Yuridis Mengenai
Perdagangan Orang dari Perspektif
Hak Asasi Manusia. Jurnal Mimbar
Hukum. 20 (3). 473-486.
Yin, K.R. (2002). Studi Kasus Desain dan
Metode, Jakarta: Rajawali Press.
UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang
Perda No 3 Tahun 2008 tentang Human
Trafficking.

33

Anda mungkin juga menyukai