Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Disusun Oleh :

Naraswari Ramadhiastuti Apriwibowo

1102014188

Pembimbing :

dr. Hadi Firmansyah, Sp.KK, M.Kes.

KEPANITERAAN KLINIK KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 16 NOVEMBER – 29 NOVEMBER 2020


BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 30 tahun
Alamat : Cihampelas
Pekerjaan : Supir taxi
Status Menikah : Menikah
Suku : Sunda
Tanggal Masuk : 21 November 2020
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di poli kulit kelamin RS Yarsi pada
tanggal 21 November 2020
a. Keluhan utama
Bercak kemerahan di kaki disertai gatal sejak 5 hari yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. R datang ke poli klinik kulit dan kelamin RS Yarsi dengan keluhan bercak
kemerahan di kaki disertai gatal sejak 5 hari yang lalu. Awalnya, bercak pada kaki
hanya berupa bercak kecil. Namun setelah digaruk, lama kelamaan bercak
semakin melebar. Keluhan bertambah apabila Tn. R sedang mengalami kelelahan
karena bekerja. Sebelumnya Tn. R pernah mengalami gejala yang mirip seperti ini
setelah memakai sabun mandi. Tn. R mempunyai riwayat sakit gigi 1 minggu
yang lalu yang kemudian dianjurkan untuk cabut gigi. Riwayat alergi disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit gigi 1 minggu yang lalu namun sudah dicabut, pernah mengalami
gejala yang sama setelah memakai sabun mandi.
d. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat Pengobatan
Tn. R mengatakan keluhan hanya diobati dengan salep yang dibeli di apotek
namun tidak ada perbaikan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 70x/menit
Frekuensi nafas : 24x/menit
Suhu : 36.60C
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), Deviasi septum (-/-), Hiperemis (-)
Telinga : Sekret (-), Nyeri tekan (-), Hiperemis (-)
Mulut : Tidak kering, lidah tidak kotor
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Vesikuler (+), Rhonki (-), Wheezing (-)
Jantung : BJ I-II regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat
Kulit : Lihat status dermatologikus
b. Status Dermatologis

Regio : Tungkai bawah kanan

Effloresensi :

Plak eritem, ukuran plakat, berbatas


tegas, soliter, dengan skuama.

IV. RESUME
Laki-laki 30 tahun datang datang ke poli klinik kulit dan kelamin RS Yarsi dengan
keluhan bercak kemerahan di kaki disertai gatal sejak 5 hari yang lalu. Awalnya,
bercak pada kaki hanya berupa bercak kecil. Namun setelah digaruk, lama kelamaan
bercak semakin melebar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan plak eritem, ukuran
plakat, berbatas tegas, soliter, dengan skuama.
V. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Atopik
Neurodermatitis
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Numularis
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Patch Test
Histopatologik
Kultur untuk melihat adanya infeksi dari bakteri
VIII. TATALAKSANA
Medikamentosa
 Kompres NaCl 0.9%
 Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
 Pilihan utama: Kortikosteroid topikal Betamethasone diproprionate 0.05%
(oleskan 2 kali sehari)
 Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan pimekrolimus atau
preparat tar
 CTM 4 mg PO, setiap 4-6 jam.
 Mupirocin topical (oleskan 3 kali sehari, selama 7-14 hari)

Non-medikamentosa

 Hindari/atasi faktor pencetus.


 Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad functionam : Ad Bonam
Quo ad sanationam : Rekuren
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Dermatitis atau eksim nummular ("berbentuk koin") adalah kondisi kulit
inflamasi yang ditandai dengan adanya plak eritematosa bulat ke oval yang berbatas
tegas.
Eksim nummular pertama kali dijelaskan oleh Deverigie pada tahun 1857
sebagai lesi berbentuk koin di ekstremitas atas. Sejak saat itu, penyakit ini telah
dilaporkan pada semua kelompok umur dan di semua area tubuh tetapi paling sering
ditemukan pada ekstremitas atas dan bawah.
Lesi biasanya dimulai sebagai papula, yang menyatu menjadi plak. Biasanya
bersisik. Lesi awal mungkin bisa didapatkan vesikula yang mengandung eksudat
serosa. Eksim nummular biasanya sangat gatal. Banyak faktor pencetus telah
dilaporkan, termasuk kulit kering, alergi kontak, cuaca (terutama musim dingin),
masalah nutrisi, dan stres emosional (Miller, 2020).
2. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dari penyakit ini sekitar 2 kasus dari 1000 orang. Lebih banyak
mengenai pria disbanding wanita. Dermatitis nummular lebih banyak pada orang
dewasa, dengan beberapa umur puncak yang diamati pada 15-25 tahun, 50-59 tahun,
dan 65-74 tahun. Tidak ada ras dan etnis khusus yang terkena penyakit ini
(Silverberg, 2019).
3. ETIOPATOGENESIS
Patogenesis dermatitis numularis belum diketahui. Sebagian besar pasien
dermatitis numularis tidak memiliki riwayat atopi, baik pada diri maupun keluarga,
walaupun plak numular dapat ditemukan pada dermatitis atopik. Berbagai faktor
diduga turut berperan dalam kelainan ini. Pada pasien berusia lanjut dengan dermatitis
numularis didapatkan kelembaban kulit yang menurun. Suatu studi menemukan fokus
infeksi internal, meliputi infeksi gigi, saluran napas atas, dan saluran napas bawah
pada 68% pasien dermatitis numularis. Dilaporkan titer antibodi antistreptolysin
(ASTO) meningkat pada pasien dermatitis numularis dibandingkan kelompok kontrol.
Peranan alergen lingkungan, misalnya tungau debu rumah dan Candida albicans, juga
telah diteliti.
Dermatitis numularis dilaporkan terjadi pada pasien yang mendapat terapi
isotretinoin dan emas. Dermatitis numularis generalisata pemah ditemukan pada
pasien hepatitis C yang mendapat pengobatan kombinasi interferon-a 2 b dan
ribavirin. Tambalan gigi yang berasal dari merkuri pemah dilaporkan sebagai
penyebab dermatitis numularis. Defisiensi nutrisi, dermatitis kontak alergi dan iritan,
serta konflik emosional juga diduga menjadi penyebab kelainan ini (Rahmayunita dan
Sularsito, 2018).
4. MANIFESTASI KLINIS
Bentuk dari plak berbentuk koin berbatas tegas terbentuk dari papula dan
papulovesikel. Seringkali papulovesikel satelit muncul di perifer dari plak sentral
yang melebar dan harus dibedakan dengan lesi yang sama pada infeksi jamur atau
jamur. Vesikel biasanya akan pecah dan lama kelamaan kering menjadi krusta.
Ukuran plak sekitar 1 sampai lebih dari 3 cm. Kulit sekitar biasanya normal. Pruritus
bervariari dari sedikit hingga sangat parah dan memburuk pada sore hari atau waktu-
waktu istirahat. Central healing dapat ditemukan. Plak yang kronis biasanya kering,
bersisik, dan menebal.
Distribusi klasik lesi adalah ekstensor dari ekstremitas, khususnya ekstremitas
bawah (Silverberg, 2019).
5. DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis numularis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis.
Perubahan histopatologi yang ditemukan bergantung pada fase lesi saat biopsi
dilakukan. Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel intraepidermal, serta sebukan
sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah. Pada lesi sub akut,
terdapat parakeratosis, scale-crust, hiperplasi epidermal, dan spongiosis epidermis.
Selain itu ditemukan pula sel infiltrat campuran di dermis. Pada lesi kronik
didapatkan hyperkeratosis dan akantosis. Gambaran ini menyerupai liken simpleks
kronik.
Patch test dapat berguna pada kasus kronik yang rekalsitran terhadap terapi.
Tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan adanya dermatitis kontak
(Rahmayunita dan Sularsito, 2018).
6. DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis Kontak Alergi
 Dermatitis Kontak Iritan
 Liken Simpleks Kronik
 Pityriasis Rosea
 Psoriasis Plak
(Miller, 2020).
7. PENATALAKSANAAN
Penyebab atau faktor yang memicu timbulnya dennatitis numularis sedapat
mungkin diidentifikasi. Pasien disarankan untuk menghindari suhu ekstrim,
penggunaan sabun berlebihan, dan penggunaan bahan wol atau bahan lain yang dapat
menyebabkan iritasi. Bila kulit kering, sebaiknya diberi pelembab atau emolien.
Terapi lini pertama untuk dennatitis numularis adalah kortikosteroid topikal potensi
menengah hingga kuat dengan vehikulum krim atau salep. Untuk lesi kronik
vehikulum salep lebih efektif dan terkadang perlu dilakukan oklusi.
Selain itu dapat pula diberikan preparat ter (liquor carbonis detergens 5-10%)
atau calcineurin inhibitor, misalnya takrolimus atau pimekrolimus. Bila lesi masih
eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu, misalnya dengan solusio pennanganas
kalikus. Jika ditemukan infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik. Kortikosteroid
sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter terhadap pengobatan.
Terapi ini hanya diberikan dalam jangka waktu yang pendek. Pruritus dapat diobati
dengan antihistamin oral. Untuk lesi yang luas, dapat diterapi dengan penyinaran
broad atau narrow band ultraviolet B (Rahmayunita dan Sularsito, 2018).
8. PROGNOSIS
Kelainan ini biasanya menetap selama berbulan-bulan, bersifat kronik, dan
timbul Kembali pada tempat yang sama. Dari suatu penelitian, sejumlah penderita
yang diikuti berbagai interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25%
pemah sembuh untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pemah bebas dari
lesi kecuali masih dalam pengobatan (Rahmayunita dan Sularsiti, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Bonamonte D, Foti C, Vestita M, et al. 2012. Nummular eczema and contact allergy: A
retrospective study. Dermatitis 23(4):153–157.

Miller, Jami L. 2020. Nummular Dermatitis (Nummular Eczema) Differential Diagnoses.


Cited from: https://emedicine.medscape.com/article/1123605-differential

Rahmayunita, Githa dan Sularsito, Sri A. 2018. Dermatitis Numularis. In: Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; p. 185-187.

Silverberg, Jonathan I. 2019. Nummular Eczema, Lichen Simplex Chronicus, and Prurigo
Nodularis. In: Fitzpatrick's Dermatology. 9th ed. Elsevier; p 385-388.

Anda mungkin juga menyukai