Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTPARTUM NORMAL

A. Definisi Puerperium/Nifas
Nifas Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama  6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2002).
Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
 Uterus
 Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal
setelah hamil.
No Waktu TFU Konsiste After Kontrak
nsi pain si
1. Segera Pertengahan Terjadi
setelah simpisis dan
lahir umbilikus Lembut
2. 1 jam Umbilikus
setelah
lahir 1 cm di atas
3. 12 jam pusat Berkura
setelah ng
lahir Turun 1 cm/hari
4. setelah 2
hari

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.


- Lochea
 Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
 Tahap
1. Rubra (merah) : 1-3 hari.
2. Serosa (pink kecoklatan)
3. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
 Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat
saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18
minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke
siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu
menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu
ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan
salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi
untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2
minggu, struktur eksternal melebar dan tampak
bercelah.
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali
mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8
minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal
dengan ovulasi.
- Perineum
 Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
 Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d
otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan
engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin
pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting
mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak
menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron
plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum
normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu
pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak
menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I
post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat
karena dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal
3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 –
800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil
meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal
2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit,
keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post
partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul
konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus
urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12
jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi
tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali
normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

I. Pathways
Post partum fisiologis

Psikologis Episiotomi
( insisi )

Proses parenting Reva rubing


Terputusnya
inkontinyuitas
mekanis jaringan
Fase taking in
Luka jahitan
perinium
Tak terpenuhi
Fase taking hold

Nyeri akut Resti infeksi


Kelemahan fisik
Fase fetinggo

Gangguan
pemenuhan ADL Penambahan anggota
baru

Perubahan pola
peran
Tanda-Tanda Bahaya Kala Nifas

A. Infeksi Masa Nifas


Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting
diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk
mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa
bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga
o
terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 C yang
bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada
hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi
pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi
peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-
turut selama dua hari.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
a. Pembengkakan luka episiotomi.
b. Terjadi penanahan.
c. Perubahan warna lokal.
d. Pengeluaran lochia bercampur nanah.
e. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
f. Temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi General
a. Tampak sakit dan lemah.
b. Temperatur meningkat diatas 39 oC.
c. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
d. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
e. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
f. Terjadi gangguan involusi uterus.
g. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.

B. Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas


Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah:
1. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan
terlantar.
2. Tindakan operasi persalinan.
3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
4. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil
melebihi enam jam.
5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu
perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat
kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan
penyakit infeksi.

C. Terjadinya Infeksi Masa Nifas


Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
1.Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan
pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
2.Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
3.Hubungan seks menjelang persalinan.
4.Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama
terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat
pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).

D. Keadaan abnormal pada rahim


Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
1. Sub involusi uteri.
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga proses pengecilan rahim terhambat.
Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah
terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa
plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau
mioma uteri.
2. Pendarahan masa nifas sekunder.
Adalah pendarahan yang terjadi pada 24 jam pertama.
Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium
dan terdapat sisa plasenta dan selaputnya.
3. Flegmansia alba dolens.
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang
mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala
kliniknya adalah :
a. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
b. Berwarna putih.
c. Terasa sangat nyeri.
d. Tampak bendungan pembuluh darah.
e. Temperatur badan dapat meningkat.

E. Keadaan abnormal pada payudara


Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :
1. Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan
mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat.
2. Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae,
pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit
mamae.
F. Keadaan abnormal pada psikologis
1. Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai
bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur
normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada
pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa
sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat
ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami
kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur
dimalam hari.
Pada 3 -10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues
biasanya muncul, biasanya disebut dengan 3th day blues.
Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan
paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues
adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan
khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi
bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja
perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai
membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian
kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga
terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka
semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
2. Depresi Pada Masa Nifas
Riset menunjukan 10% ibu mengalami depresi setelah
melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak mengalami
perubahan emosi. Keadaan ini berlangsung antara 3-6
bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun
pertama kehidupan bayi.
Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa
sakit yang muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab
yang kompleks lainnya. Berdasarkan hasil riset yang
dilakukan menunjukan faktor-faktor penyebab depresi
adalah terhambatnya karir ibu karena harus melahirkan,
kurangnya perhatian orang-orang terdekat terutama suami
dan perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi,
terutama pada ibu primipara.

RAWAT GABUNG
A. Defenisi Rawat Gabung
Rawat gabung adalah bayi bersama ibunya dirawat dalam satu
kamar atau satu ruangan dan dapat juga diartikan bahwa
membuat ibu dan anaknya bergabung daam satu ruangan atau
tempat tidur sama dan dapat mencegah terjadinya infeksi
serta akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI,
terutama bila digabungkan dengan penyediaan pedoman-pedoman
pemberian ASI.

B. Tujuan Rawat Gabung


1. Memberikan bantuan emosional
a. Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada
bayi
b. Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi
2. Penggunaan ASI
a. Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan
kolostrum/ASI
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI
akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang
sedini mungkin dengan cara, menetekkan sejak bayi
lahir dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga
selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar
adalah colostrums yang jumlahnya sedikit.
b. Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika
diberikan sesering mungkin
3. Pencegahan infeksi
Mencegah terjadinya infeksi silang, pada perawatan
bayi dimana banyak bayi yang disatukan, infeksi
silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung lebih
mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat
pada kulit ibu akan memperoleh transfer antibodi
dari si ibu. Colostrum yang mengandung antibodi
dalam jumlah tinggi akan melapisi seluruh permukaan
kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh
bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang
tinggi. Kekebalan mencegah infeksi terutama pada
diare.
4. Pendidikan kesehatan Kesempatan melaksanakan rawat
gabung da apat dimanfaatkan untuk memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu, terutama primipara.
5. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada
bayi

C. Manfaat Rawat Gabung


Adapun manfaat rawat gabung yaitu:
1. Aspek fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan
mudah menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan
sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya
menginginkan (nir-jadwal).
2. Aspek fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini
merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi
mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
Untuk ibu, dengan menyusui maka akan timbul refleks
oksitosin yang akan membantu proses fisiologis
involusi rahim.

3. Aspek psikologis
Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan
segera terjalin proses lekat (early infant-mother
bonding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya.
4. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung, ibu (terutama yang baru
mempunyai anak pertama) akan mempunyai pengalaman
yang berguna, sehingga mampu menyusui serta merawat
bayinya bila pulang dari rumah sakit.
5. Aspek Medis
Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan
terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayi.

D. Pelaksanaan Rawat Gabung


Kriteria yang diambil sebagai syarat rawat gabung yaitu:
1. Nilai Apgar lebih dari 7
2. BB lebih dari 2500 gram dan kurang dari 4000 gram
3. Masalah kehamilan lebih dari 36 minggu dan kurang dari
42 minggu
4. Lahir spontan persentasi kepala
5. Ibu sehat
Pelaksanaan rawat gabung diantaranya:
1. Di poliklinik kebidanan
a. Memberikan Penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan
merawat gabung.
b. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara,
makanan ibu hamil, nifas, perawatan bayi.
c. Mengadakan ceramah, Tanya jawab. Dan motivasi KB.
d. Membantu ibu yang mempunyai masalah dalam kesehatan
ibu dan anak sesuai dengan kemampuan.
2. Di ruang perawatan
Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi dan
ditempatkan di samping ibu. Pada waktu berkunjung bayi
dan tempat tidurnya di tempatkan ke ruangan lain,
perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat
dikenali keadaan-keadaan yang tidak normal, bayi bisa
menyusu sewaktu ia menginginkan dan bayi tidak boleh
menyusu dari botol.
3. Di ruang follow up
Aktifitas di ruang follow up:
a. Menimbang berat bayi
b. Anamnesis mengenai makanan bayi
c. Cara menyusukan bayi
d. Pemberian imunisasi menurut instruksi dokter

E. ASI Ekslusif pada Rawat Gabung


Menurut Professor Guido Moro dari Macedonis Melloni
Maternity Hospital di Milan dua pertiga dari sistem
kekebalan tubuh bayi ada di bagian perutnya, sehingga
sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan
minum. Itulah sebabnya mengapa buah hati Ibu yang baru
lahir sangat membutuhkan ASI terutama selama 6 bulan
pertama kehidupannya. Sebagai makanan pertama si buah hati,
ternyata ASI bukan hanya nutrisi sempurna untuk buah hati
dan mendekatkan hubungan emosi antara ibu dan sang bayi,
namun sekaligus memberi perlindungan karena ASI bermanfaat
memperkuat imunitas alami bayi yang baru lahir. Manfaat ASI
untuk sang buah hati, sepuluh keajaibannya antara lain:
1. ASI memperkuat sistem kekebalan tubuh. Komponen utama
pembangun sistem kekebalan tubuh pada ASI adalah
prebiotik.
2. ASI menurunkan terjadinya resiko alergi.
3. ASI menurunkan resiko terjadinya penyakit pada saluran
cerna, seperti diare dan meningkatkan kekebalan pada
sistem pencernaan.
4. ASI menurunkan resiko gangguan pernafasan, seperti flu
dan batuk.
5. ASI kaya akan AA dan DHA yang medandukung pertumbuhan
kecerdasan anak.
6. ASI mengandung prebiotik alami untuk mendukung
pertumbuhan flora usus.
7. ASI memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan
seimbang.
8. Bayi-bayi yang diberikan ASI menjadi lebih kuat.
9. Menyusui juga menurunkan
terjadinya resiko obesitas saat ia tumbuh besar kelak.
10. Bayi-bayi yang menerima ASI memiliki resiko lebih
rendah dari penyakit jantung dan darah tinggi di
kemudian hari.
11. Menurut hasil penelitian, menyusui telah terbukti
dapat menurunkan resiko kanker payudara, kanker
ovarium, dan osteoporosis.
12. Sebagai sumber gizi utama dikala buah hati belum dapat
mencerna makanan padat, ASI yang diproduksi langsung
oleh tubuh bunda setelah proses melahirkan dengan
bantuan hormon prolactin dan oxytocin ini, ternyata
mengandung nutrisi lengkap yang disesuaikan dengan
kebutuhan buah hati. Adapun nutrisi yang dimaksud
yaitu nutrisi makro seperti protein, lemak dan
karbohidrat, serta nutrisi mikro seperti vitamin dan
mineral. Nutrisi lainnya seperti DHA, AA, asam lemak
Omega 3 dan Omega 6 merupakan kandungan ASI yang
membantu proses pembentukan sel otak, memelihara
jaringan otak, dan kemampuan penglihatan.

F. Kontra Indikasi Rawat Gabung


Adapun kontra indikasi pada rawat gabung yaitu:
1. Keadaan ibu diantaranya:
a. Kondisi kardiorespirasi yang tidak baik, penyakit
jantunng fungsional.
b. Pasca preklampsia, kesadaran belum baik.
c. Penyakit infeksi akut, TBC.
d. Penyakit Hepatitis B, terinfeksi virus HIV, herpes
simpleks.
e. Terbukti menderita karsinoma payudara.
2. Keadaan bayi diantaranya:
a. Bayi kejang atau kesadaran menurun.
b. Sakit berat oada jantung dan paru.
c. Bayi yang memerlukan pengawasan intensif atau terapi
khusus.
d. Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusui.

3. Kesulitan Rawat Gabung


a. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan
sehingga masih takut untuk menerima rawat gabung.
b. Kekurangan tenaga pelaksana kesehatan untuk mencapai
tujuan yang maksimal.
c. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk
keadaa- keadaan dimana ASI sangat sedikit.
BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. DEFINISI
Bayi baru lahir normal merupakan janin yang lahir
melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar
kandungan.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada
umur 36 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir
2500 – 4000 gram.

B. CIRI-CIRI BAYI BARULAHIR NORMAL


1. Berat badan 2500 – 4000 gr
2. Panjang badan lahir 48 – 52 cm
3. LIDA 30 – 38 cm
4. LIKA 33 – 35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 160x/menit,
kemudian menurun -120x/menit.
6. Pernafasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x.menit,
kemudian menurun kira-kira 40x/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
8. Rambut lainnya telah tidak terlihat, rambut kepala
biasanya telah sempurna.
9. Genetalia: ♀: Labia mayora sudah menutupi labia minora.
♂: Testis sudah turun
10. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
11. Reflek morro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
12. Graff reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu
benda diatas telapak tangan bayi akan
menggenggam.                                            
13. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24
jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

C. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR


1. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan
kadar gula darah, untuk menambah energi pada jam-jam
pertama setelah lahir diambil dari metabolisme asam
lemak.
2. Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berada dalam suhu
lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam rahim
ibu, akibatnya metabolisme jaringan meningkat dan
kebutuhan O2 juga.
3. Perubahan Pernafasan
Selama dalam uterus janin mendapat O2 dari plasenta,
setelah lahir melalui paru-paru bayi.
4. Perubahan Sirkulasi
Dengan berkembangnya paru tekanan O2 meningkat CO2
menurun mengakibatkan resistensi pembu;uh darah sehingga
aliran darah meningkat,  hal ini menyebabkan darah dalam
uterus pulmonalis mengalir ke paru puctus arterosus 
menutup. Dengan munculnya arteri dan vena umbilikasi dan
terpotongnya tapi pisat, aliran darah dalam plesenta
melalui vena kawa inferior dan foramen ovale ke atrium
kiri terhenti, sirkulasi janin sekarang berubah menjadi
sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu. Perubahan
alat pencernaan, hati ginjal mulai berfungsi.

D. PENATALAKSANAAN
Segera setelah melahirkan bayi:
1. sambil secara ceepat menilai pernafasannya, letakkan
bayi edngan handuk diatas perut ibu.
2. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah dan
lahir dari wajah bayi.
3. Untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
4. Klem dipotong tali pusat.
 Mengklem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik
kira-kira 2 dan 3 cm dari pengkal pusat bayi.
 Mempertahankan tali pusat diantara kedua kklem
sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan
kiri anda.
 Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali
pusat. Mengganti sarung tangan bila ternyata sudah
kotor. Memotong tali pusat dengan pisau atau gunting
yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi.
 Memeriksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih
ada perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih
hanyat.
5. Jagalah agar bayi tetap hangat
 Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi
kontak antara kulit bayi dan kulit ibu.
 Mengganti handuk atau kain yang basah, dan bungkus
bayi terebut dengan selimut dan jangan lupa
memastikan bahwa kepala yang telah terlindung dengan
baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
6. Kontak dini dengan ibu.
 Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk
kehangatan.
 Untuk ikatan batin dan pemberian ASI.
7. Pernafasan
Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
8. Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5%/ tetrasikklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia.
9. Pemeriksaan fisik bayi
 Gunakan tempat yang aman (hangat dan bersih) untuk
pemeriksaan.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan,
menggunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada
saat menangani bayi.
 Lihat, dengarkan dan raasakan tiap-tiap daerah,
dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematis
menuju jari kaki.
 Menulis hasil pengamatan.
Pemeriksaan fisik bayi
 Kepala:  Simetris/ tidak, terdapat caput succedanum/
tidak, terdapat cephal hematoma.
 Telinga:  Periksa hubungan letak dengan mata dan
kepala.
 Mata:  Tanda-tanda infeksi yakni Pus.
 Hidung dan Mulut:  Bibir dan langitan, periksa adanya
sumbing, reflek hisap, dinilai dengan mengamati bayi
pada saat menyusu.
 Leher: Ada pembengkakan/ tidak
 Dada: Simetris/ tidak, bunyi nafas, bunyi jantung,
putingnya menonjol/ tidak
 Bahu, lengan dan tangan gerakan normal atau tidak,
jumlah jari.
 Perut: Bentuk penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat.
 Jenis kelamin
 ♂:  Testis berada dalam skrotum, penis berulang dan
pada ujung letak lubang ini.
 ♀:  Vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor
dan mayor.
 Tungkai dan kaki    :  Gerakan normal, tampak normal,
jumlah jari.
 Punggung dan anus: Pembengkakan/ ada cekungan, spina
bifida/ tidak, ada anus/ tidak, berlubang/ tidak.
 Kulit                        :  Verniks, warna,
pembengkakan, tanda-tanda lahir.
 Sistem syaraf:  Adanya reflek morro, lakukan
rangsangan dengan suara keras yaitu pemeriksa bertepuk
tangan.
 Identifikasi bayi
o Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi
perlu dipasang segera pasca persalinan.
o Alat yang digunakan, hendaknya keap air, dengan tepi
yang harus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek,
dan tidak mudah lepas.
o Pada alat/ gelang identifiksi harus tercantum: Nama
(bayi, ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit.
o Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor
identifikasi.
 Ukurlah BB, PB, LIKA, LIDA, LILA, lingkar perut bayi
dan catat rekam medis.
E. PERAWATAN LAIN-LAIN
1. Lakukan perawatan tali pusat.
2. Dalam waktu 24 jam berikan imunisasi BCG, polio oral,
dan hepatitis B.
3. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua, dan beri
tahu orang tua agar merujuk bayi untuk perawatan lebih
lanjut.
4. Ajarkan cara merawat bayi :
o Memberi ASI sesuai dengan kebutujan setiap 2-3 jam
mulai dari hari pertama.
o Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan
kering dengan mengganti popok dan selimut sesuai
dengan keperluan.
o Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan sehat.

o Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama


bayi.
o Mengawasi masalah dan kesulitan pada bayi dan
mintalah bantuan jika perlu.
o Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/
infeksi.
o Mengukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit dan
menyusu kurang baik.

F. TANDA-TANDA BAHAYA YANG HARUS DI WASPADAI PADA BBL


1. Pernafasan: Sulit/lebih dari 60 kali per menit.
2. Kehangatan: Terlalu panas (> 38 C/terlalu dingin < 36
C)
3. Warna: Kuning (terutama pada 24 jam pertama),
biru/pucat, memar.
4. Pemberian makan: Hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
5. Infeksi: Suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan/
nanah, bau busuk, pernafasan sulit.
6. Tinja/kemih: Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja
lembek, sering, hijau tua, ada lendir/ darah pada
tinja.
7. Aktivitas: Menggigil/ tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemah, mudah mengantuk, lunglai, kejang
halus, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus.
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM FISIOLOGIS

I. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2. Monitor Tanda-tanda Vital
3. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan
warna.
6. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma,
edema, discharge dan approximation. Kemerahan
menandakan infeksi.
10. Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11. Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.

B. Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi,
faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon
depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah
dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang
menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan
karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran
yang mempengaruhi emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding

II. PEMERIKSAAN KEPERAWATAN


III. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.
2. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.
3. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik,
kebutuhan minum anak.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d. peningkatan kebutuhan untuk menyusui.
5. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal
dan peristaltik yang lemah.
6. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine
b.d. edema pemeal, trauma perineal.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit
b.d. kehilangan darah, penurunan intake oral.
8. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan
bayi/ibu, kondisi bayi/ibu.
9. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik
tentang bayinya.

IV. RENCANA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-
4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang,
klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal:
Suhu 36-37 C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit, TD
120/80 mmHg.
Intervensi
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik
napas panjang dan dalam, mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.

2. Gangguan Integritas Jaringan b.d. Episiotomi, Laserasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam, integritas jaringan meningkat.
Kriteria Hasil :
- Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai
proses (tahap-tahap penyembuhan luka)
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-)
- Nyeri dapat ditoleransi.
Intervensi
- Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar,
hematoma, keutuhan (sambungan dan pendarahan).
- Berikan kompres es, untuk menurunkan edema.
- Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah
24 jam untuk meningkatkan vaskularisasi.
- Lakukan perawatan episiotomi setiap hari.
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama
daerah genetalia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d gangguan integritas kulit
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
- Luka bebas dari infeksi
- Tidak timbul tanda-tanda infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat prenatal dan intranatal
- Kaji tanda-tanda vital
- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus
- Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea
- Inspeksi sisi perbaikan episiotomi
- Monitor input dan output cairan
- Monitor tanda-tanda vital

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah lengkap
Hb, Ht, Leukosit, trombosit.
 Urine lengkap
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Depkes RI: 1993.

Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi


2, 2001, EGC, Jakarta.
FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Cetakan 1, 2002, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
FKUI, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, 1999, Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
FKUI, Obstetri Fisiologi, 1993, E. Leman: Bandung.
 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas,


1995, EGC, Jakarta.
 
Sarwono, Prawirohardjo. 2000.Ilmu kebidanan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai