Anda di halaman 1dari 7

2.

PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP


Permasalahan utama pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia yaitu:

 Terus menurunnya kondisi hutan di Indonesia;


 Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS);
 Habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak;
 Citra pertambangan yang merusak lingkungan;
 Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity);
 Pencemaran air semakin meningkat;
 Kualitas udara, khususnya di kota-kota besar, semakin menurun;
 Sistem pengelolaan hutan secara berkelanjutan belum optimal dilaksanakan;
 Pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan hutan belum jelas;
 Lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal logging) dan
penyelundupan kayu
 Rendahnya kapasitas pengelola kehutanan;
 Belum berkembangnya pemanfaatan hasil hutan non-kayu dan jasa-jasa lingkungan;
 Belum terselesaikannya batas wilayah laut dengan negara tetangga
 Potensi kelautan belum didayagunakan secara optimal
 Merebaknya pencurian ikan dan pola penangkapan ikan yang merusak
 Pengelolaan pulau-pulau kecil belum optimal
 Sistem mitigasi bencana alam belum dikembangkan
 Terjadi penurunan kontribusi migas dan hasil tambang pada penerimaan negara
 Ketidakpastian hukum di bidang pertambangan
 Tingginya tingkat pencemaran dan belum dilaksanakannya pengelolaan limbah
secara terpadu dan sistematis
 Adaptasi kebijakan terhadap perubahan iklim (climate change) dan pemanasan
global (global warming) belum dilaksanakan
 Alternatif pendanaan lingkungan belum dikembangkan
 Isu lingkungan global belum dipahami dan diterapkan dalam pembangunan nasional
dan daerah
 Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup
 Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan.

Sejalan dengan terjadinya pergantian pemerintahan di Indonesia, pada tahun


2004 yang lalu telah diadakan pemilihan umum untuk pertama kalinya memilih
langsung Presiden RI, dan terpilihlah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf
Kalla sebagai presiden dan wakil presiden. Dalam pemerintahannya, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009. Dalam
ketentuan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 pada poin 8 tentang Pemenuhan Hak Atas
Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, dinyatakan bahwa peningkatan akses
masyarakat miskin dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup dan
sumber daya alam dilakukan melalui berbagai program.Program-program tersebut
antara lain (Supriadi, 2008: 174-175):
a. Program Pemanfaatan Sumber Daya Hutan.
Di dalam program sumber daya hutan ini tercakup 2 (dua) hal:
 Pengembangan sistem pemanfaatan sumber daya alam yang
berpihak pada masyarakat dan memperhatikan pelestarian hutan
 Pengembangan hutan kemasyarakatan dan usaha perhutanan
rakyat.
b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
Di dalam program ini tercakup 8 (delapan) hal, yakni:
 Restrukturisasi peraturan tentang pemberian Hak Pengelolaan Sumber
Daya Alam
 Penguatan organisasi masyarakat adat/lokal dalam pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup
 Pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan, termasuk kearifan lokal
 Pengembangan sistem insentif bagi masyarakat miskin yang menjaga
lingkungan
 Pengembangan kerja sama kemitraan dengan lembaga masyarakat
setempat dan dunia usaha dalam pelestarian dan perlindungan sumber
daya alam
 Kerja sama dan tukar pengalaman dengan negara lain
dalammeningkatkan kemampuan konservasi sumber daya alam
 Rehabilitasi ekosistem (lahan kritis, lahan marginal, hutan bakau, terumbu
karang, dan lain-lain) berbasis masyarakat
 Meningkatkan dan mengefektifkan kerja sama antarnegara dalam
mengatasi dan mencegah perdagangan hasil alam yang dilakukan secara
ilegal dan merusak alam
c. Program pengembangan Kapasitas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
Di dalam program ini terdapat 5 (lima) hal yang menjadi sorotan, yaitu:
 Pengembangan sistem pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat
 Pengembangan sistem pengelolaan sumber daya alam yang memberikan
hak kepada masyarakat secara langsung
 Berorientasi kerja sama dengan perusahaan multinasional yang
memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup agar lebih
berpihak pada masyarakat miskin
 Kerja sama dan tukar pengalaman dengan negara lain dalam
meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan
 Meningkatkan dan mengefektifkan kerja sama antarnegara dalam
mengatasi dan mencegah perdagangan hasil alam yangdilakukan secara
ilegal dan merusak alam
d. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup.
Di dalam program ini mencakup: Peningkatan peran sektor informal khususnya
pemulung dan lapak dalam upaya pemisahan sampah
e. Penegakan hukum bagi pihak yang merusaksumber daya alam dan lingkungan
hidup;Kerja sama dan tukar pengalaman dengan negara lain dan lembaga
internasional dalam mengatasi dan mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
mengembangkan kode etik global bagi perusahaan multinasional.
Saat ini kebijakan lingkungan hidup Indonesia untuk jangka panjang
mengacu pada Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) dalam 20 tahun ke depan dalam
berbagai aspek/sektor pembangunan sebagai upaya menyebarkan dan
mencapaitujuan nasional sebagaimana tersebut dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Adapun misi jangka panjang Indonesia yang berkaitan
dengan lingkungan hidup ada pada Visi dan Misi Pembangunan Nasional 2005-
2025, pada butir ke 6, yaitu: “Mewujudkan Indonesiaasri dan lestari”.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari sasaran dan arah
pembangunan Lingkungan Hidup yang digariskan dalam RPJP 2005-2025 sesuai
Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang RPJP telah ditetapkan oleh
pemerintah.Sasaran RPJP 2005-2025 tentang lingkungan hidup menurut Undang-
Undang No. 27 Tahun 2007, sebagai berikut (Presiden RI, 2007):
“Sasaran RPJP 2005-2025 khususnya Lingkungan Hidup
a. Membaiknya pengelolaan dan penggunaan SDA dan pelestarian fungsi
LH yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi daya dukung dan
kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas kehidupan sosial
dan ekonomi secara serasi, seimbang dan lestari.
b. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan SDA untuk
mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal
pembangunan.
c. Meningkatnya kesadaran, sikap mental dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan SDA dan pelestarian fungsi LH untuk menjaga kenyamanan
dan kualitas kehidupan.

”Arah kebijakan RPJP 2005-2025 tentang lingkungan hidup


menurut Undang-UndangNo. 27 Tahun 2007 yaitu (Presiden RI, 2007):
“Arah RPJP 2005-2025 khususnya Lingkungan Hidup
a. Mendayagunakan SDA yang terbarukan. SDA terbarukan
dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien dan bertanggung jawab
dengan menggunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang.
b. Mengelola SDA yang tidak terbarukan. Pengelolaan SDA tak
terbarukan, seperti bahan tambang, mineral, dan sumber energi
diarahkan untuk tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan
diperlakukan sebagai masukan, baik bahan baku maupun bahan
bakar, untuk proses produksi yang dapat menghasilkan nilai tambah
optimal di dalam negeri.
c. Menjaga keamanan ketersediaan energi. Menjaga keamanan
ketersediaan energi diarahkan untuk menyediakan energi dalam
waktu yang terukur antara tingkat ketersediaan sumber-sumber
energi dan tingkat kebutuhan masyarakat.
d. Menjaga dan melestarikan sumber daya air. Pengelolaan diarahkan
menjamin keberlanjutan daya dukungnya dengan menjaga kelestarian
fungsi daerah tangkapan air dan keberadaan air tanah.
e. Mengembangkan sumber daya kelautan. Pembangunan ke depan
perlu memperhatikan pendayagunaan dan pengawasan wilayah laut
yang sangat luas. Pemanfaatan sumber daya tersebutmelalui
pendekatan multisektor, integratif dan komprehensif untuk
meminimalkan konflik dan tetap menjaga kelestariannya.
f. Meningkatkan nilai tambah atas pemanfaatan SDA tropis yang unik
dan khas. Deversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA terus
dikembangkan agar mampu menghasilkan barang dan jasa yang
memiliki nilai tambah tinggi.
g. Memperhatikan dan mengelola keragaman jenis SDA yang ada di
setiap wilayah. Pengelolaan SDA untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat
tumbuh serta memperkuat daerah dalam mendukung pembangunan
yang berkelanjutan.
h. Mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi geologi Indonesia.
Mengembangkan kemampuan sistem deteksi dini, sosialisasi dan
desiminasi informasi terhadap ancaman kerawanan bencana alam
kepada masyarakat.
i. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pembangunan ekonomi diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan
yang ramah lingkungan. Pemulihan kondisi lingkungan untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan.
j. Meningkatkan kapasitas pengelolaan SDA dan LH. Meliputi:
peningkatan kelembagaan, penegakan hukum, SDM yang berkualitas,
penerapan etika lingkungan, internalisasi etika lingkungan
dalamkegiatan produksi, konsumsi, pendidikan formal dan kehidupan
sehari-hari.
k. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan.

3. KONSEP PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN


Emil Salim mendefinisikan pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya
sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam secara
bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Emil Salim berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Secara umum
pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya dilaksanakan dalam rangka menjamin
keberlangsugan hidup generasi masa akan datang melalui pemerataan
pembangunan.Sejalan dengan pemerataan pembangunan tersebut, Sutamihardja(2004),
menyatakan enam (6) sasaran pembangunan berkelanjutan, sebagai berikut:
a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration
equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem
atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan
menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.
b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan
datang.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa
kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari
antar generasi.
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan
habitatnya.

Sementara Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan pola


kebijaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk tidak mengganggu
keseimbangan ekosistem yaitu pembangunan yang berorientasi kepada pengelolaan
sumber daya alam sekaligus melakukan upaya perlindungan dan pengembangannya.
Pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan pelestarian kemampuan lingkungan yang
serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan
lingkungan, Lonergan menegaskan bahwa terdapat tiga (3) dimensi penting yang
harus menjadi pertimbangan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
 Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh unsur
makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana
sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi.
 Dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan penampilan
dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan degradasi lingkungan
pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk peranan agen masyarakat dan
struktur sosial dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
 Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkanantara tradisi atau sejarah dengan
dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan tradisi agama.
Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama lain untuk mendorong terciptanya
pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Menurut Otto Soemarwoto pembangunan berkelanjutan tidak memiliki sifat serakah yang
mementingkan kepentingan diri sendiri, akan tetapi pembangunan berkelanjutan pun
memikirkan kebutuhan bagi generasi penerus selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat
dilihat secara jelas bahwa terdapat hubungan erat antara pembangunan berkelanjutan
dengan pembangunan berwawasan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pembangunan
berwawasan lingkungan merupakan kunci dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan.
Lebih lanjut, menanggapi hubungan antara keduanya, M. Daud Silalahi menegaskan bahwa
antara pembangunan berwawasan lingkungan dengan pembangunan berkelanjutan dapat
diibaratkan bagaikan dua sisi dari mata uang yang sama dimana keduanya saling berkaitan.
Oleh karena itu konsepsi pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berwawasan
lingkungan dipadukan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.Dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa:
"Pembangunan berkelanjutan (berwawasan lingkungan) adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan
ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan."
Secara garis besar, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
merupakan pembangunan yang tidak mengabaikan kelestarian lingkungan, menjaga
keharmonisan lingkungan dan sumber daya agar pembangunan berkelanjutan bagi generasi
masa kini dan nanti dapat ditopang oleh keberadaan lingkungan dan sumberdaya yang
lestari. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan berarti
mengelola sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi masa akan datang untuk mengelola sumberdaya guna
meningkatkan kesejahteraannya.
Berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Indonesia,
pemerintah telah mengupayakan terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
pelaksanaannya, instrumen atau alat pengendali kerusakan lingkungan sangat diperlukan.
Menindaklanjuti hal tersebut, Hadi dan Samektomenyatakan bahwa ada beberapa
instrumen pengendalian kerusakan lingkungan. Instrumen tersebut adalah:
a. tindakan bersifat pre-emptif, seperti penyusunan tata ruang, penyusunan dokumen
AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan), dokumen UKL-UPL (Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan);
b. tindakan bersifat preventif, seperti pengawasan atas baku mutu lingkungan,
pelaksanaan program penilaian peringkat perusahaan (Program Proper);
c. tindakan bersifat proaktif. Seperti sertifikasi ISO 14001, audit lingkungan atas
prakarsa sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu instrumen yang sangat pentingdilakukan
pada tahap awaldalam rangka mencegah perusakan dan pencemaran lingkungan adalah
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL). AMDAL merupakan dokumen wajib bagi
pelaksana pembangunan apabila pembangunan yang dilakukan berdampakbesar dan
penting bagi lingkungan. DokumenAMDAL berisikan tentang prosedur atau tahapan pokok
yang wajib dilalui oleh pelaksana pembangunan. Adapun yang termasuk ke dalam usaha
dan/atau kegiatan yang memungkinkan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup antara lain sebagai berikut:
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak terbarui
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya
alamdalam pemanfaatan
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup
i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi pertahanan
negara.
Sementara kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup adalah:
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
b. Luas wilayah penyebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
e. Sifat kulatif dampak
f. Berbalik (reversible) atau tidak berberbaliknya (irrrever-sible) dampak.

Daftar pustaka:
https://core.ac.uk/download/pdf/234031768.pdf
file:///C:/Users/HEWLET~1/AppData/Local/Temp/56-131-1-SM.pdf
file:///C:/Users/HEWLET~1/AppData/Local/Temp/Kebijakan-Hukum-Pengelolaan-
Lingkungan-Hidup-di-Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai